KATA P Laporan
Survey
Topografi
pekerjaan
Perencanaan Pembangunan Gudang Logistik
Kebencanaan Kabupaten Aceh Tengah, disampaikan dalam rangka perwujudan kerjasama antara PPK Perencanaan Badan Penanggulangan Bencana Aceh Perencana CV. Neufert Consultan
Dengan Konsultan
berdasarkan surat perjanjian kontrak nomor:
003/SPK/PPK-F/BPBA/II/2019 Tanggal Kontrak : 28 Februari 2019. Laporan ini berisi uraian beberapa hal, antara lain ; 1. Pendahuluan 2. Pelaksanaan Survey 3. Analisa dan Pengolahan Data 4. Hasil dan Pembahasan Demikian pengantar Laporan Survey Topografi ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.
Banda Aceh , Maret 2019 Konsultan Perencana CV. NEUFERT CONSULTAN
PRIMA D WAHYU,ST Direktur
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Umum ...............................................................................................
I-1
1.2
Maksud dan Tujuan ............................................................................
I-1
1.3
Lingkup Pekerjaan ..............................................................................
I-2
1.4
Lokasi Pekerjaan ................................................................................
I-2
BAB II
PELAKSANAAN SURVEY LAPANGAN
2.1
Mobilisasi Personil
............................................................................
II - 1
2.2
Peralatan ...........................................................................................
II - 2
2.3
Jadwal Pelaksanaan ............................................................................
II - 2
2.4
Pemetaan Situasi ................................................................................
II- 7
2.4.1
Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal ....................................
II- 7
2.4.2
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ........................................
II - 9
2.4.3
Pengukuran Situasi Detail ........................................................
II - 11
Pengukuran Trase Saluran ..................................................................
II - 11
2.5.1
Pengukuran Polygon Saluran ....................................................
II – 11
2.5.2
Pengukuran Potongan Memanjang ...........................................
II – 12
2.5.3
Pengukuran Potongan Melintang ..............................................
II – 13
2.5
BAB III ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1
Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal/Koordinat ............................... III - 1
3.2
Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar..................... III - 5
3.3
Perhitungan Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri..................... III - 6
3.4
Penyajian Data.................................................................................... III - 7
3.5
Ketelitian Pengukuran Polygon / Traversing III - 7 .......................................... Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/Levelling .......................................... III - 7
3.6
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
4.1
Pemasangan Bench Mark ....................................................................
IV - 1
4.2
Hasl Pengukuran Situasi.......................................................................
IV - 2
4.3
Hasil Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang Sungai ..............
IV - 3
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Jadwal Penugasan Personil...............................................................
II - 3
Tabel 2.2 Daftar dan Jadwal Penggunaan Peralatan ...................................... .
II - 4
Tabel 2.3 Jadwal Pelaksanaan ...................................................................... .
II - 5
Tabel 4.1 Daftar Koordinat dan Elevasi BM ................................................... ..
IV - 2
Tabel 4.2 Daftar Jumlah Gambar .................................................................. ..
IV - 3
PENDAHULUA
1.1.
Umum Laporan
Pengukuran
ini
dimaksudkan
untuk
melaporkan
kegiatan
pekerjaan pengukuran topografi pada pekerjaan Studi Potensi Rawan Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah yang dimulai dari persiapan, kalibrasi alat ukur, pemasangan BM, metode pengukuran dan metode perhitungan dan penggambaran hasil pengukuran. 1.2.
Maksud dan Tujuan Maksud pekerjaan ini adalah untuk melaksanakan pengukuran topografi yang dapat memperlihatkan kondisi topografi sepanjang sungai. Sedangkan tujuannya adalah untuk menyiapkan suatu peta situasi dan gambar alur sungai (potongan memanjang dan melintang) yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan implementasi untuk perencanaan detail desain.
I-1
1.3.
Lingkup Pekerjaan Lingkup pengukuran topografi pada pekerjaan DD Rehabilitasi D.I Sadang Paket I Kabupaten Pinrang meliputi : Pemasangan bench mark/patok Penelusuran Pengukuran Kerangka Horisontal Pengukuran Kerangka Vertikal Pemetaan situasi Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran Pengukuran situasi detail bangunan Pengukuran situasi sungai Perhitungan Penggambaran Pelaporan
1.4.
Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan terletak di DAS Mamua yang secara administratif pemerintahan terletak di Dusun Mamua Desa Hila P. Ambon Kabupaten Maluku Tengah. Secara geografis letak DAS Mamua terletak pada batasbatas sebagai berikut : - Sebelah Utara
: 03o 35’ 5.32” LS dan 122o 07’ 57.88” BT
- Sebalah Selatan : 03o 38’ 1.15” LS dan 122o 07’ 40.37” BT - Sebelah Barat
: 03o 37’ 35.46” LS dan 122o 08’ 28.73” BT
- Sebelah Timur
: 03o 36’ 53.69” LS dan 122o 08’ 28.73” BT
LAPORAN SURVEY TOPOGRAFI STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM S. MAMUA P. AMBON KAB. MULUKU TENGAH
I-2
P . SERAM Lokasi Stud i
PULAU PULA U LEASE P . AMBON
Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi
LAPORAN SURVEY TOPOGRAFI STUDI POTENSI RAWAN BENCANA ALAM S. MAMUA P. AMBON KAB. MULUKU TENGAH
I-3
BAB
II
PELAKSANAAN S
E
2.1. Mobilisasi Personil Personil yang terlibat dalam pelaksanaan SID Potensi Rawan Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah adalah : 1. Tenaga Ahli 1. Team Leader
1 orang
2. Design Engineer
1 orang
3. Geodetic Engineer
1 orang
2. Tenaga Sub Ahli 1. Kepala Juru Ukur
1 orang
2. Kepala Juru Gambar
1 orang
3. Surveyor
2 orang
4. Draftman/Cad Operator 2 orang Jadwal penugasan untuk masing-masing personil tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1
II - 1
2.2.
Peralatan Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran topografi ini, diperlukan peralatan untuk menunjang pekerjaan tersebut diatas, jenis peralatan, jumlah dan waktu penggunaannya dapat dilihat pada daftar dan jadwal penggunaan peralatan seperti disajikan pada Tabel 2.2.
2.3.
Jadwal Pelaksanaan Rencana kerja dan realiasasi pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi SID Potensi Rawan Potensi Bencana Alam Sungai Mamua Kabupaten Maluku Tengah pada Tabel 2.3.
II - 2
II - 3
II - 4
2.4.
Pemetaan Situasi Pengukuran topografi dilakukan untuk mengetahui bentuk dan situasi kontur dari bentuk alur sungai secara detail. Selanjutnya mendapatkan peta situasi areal darat dan pantai yang ada. Ruang lingkup pekerjaan pengukuran
yang
dilakukan
mencakup
lokasi-lokasi
yang
telah
direkomendasikan seperti tersebut pada uraian diatas. Adapun ruang lingkup pengukuran secara garis besar meliputi : 1. Pengukuran kerangka dasar horizontal 2. Pengukuran kerangka dasar vertikal 3. Pengukuran detail situasi 2.4.1
Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal Sebelum
melakukan
pekerjaan
pemetaan
daerah
baik
pengukuran kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan. Adapun spesifikasi pemasangan patok permanen dan patok kerangka dasar pengukuran adalah sebagai berikut : 1. Pemasangan patok permanen Bench Mark (BM), Patok BM terbuat
dari
beton
bertulang
setiap
lokasi,
dipasang
sebanyak 4 (empat) buah dan dipasang ditempat yang tidak terganggu. Bagian BM yang muncul dipermukaan tanah setinggi 40 cm ukuran 30 x 30 cm. Sistem penomoran BM adalah MA.01, MA.02 ….. dst. Lebih jelasnya posisi masingmasing BM tersebut dan keterangan lebih lengkap terdapat dapat pada lembar (Deskripsi BM). 2.
Patok Kerangka Dasar Peta sepanjang
alur
sungai.
dengan interval jarak 50 m di Pengukuran
kerangka
dasar
horisontal dilakukan dengan metoda poligon dimaksudkan II - 6
untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat (X,Y).
II - 7
Pengukuran
kerangka
horisontal
menggunakan
sistim
pengukuran terestris dengan metode poligon, hal ini mutlak digunakan untuk pemetaan daerah yang kecil dan untuk keperluan perencanaan teknik sipil karena lebih praktis dan fleksibel.
Metode
ini
menggunakan
total
station.
Metode
pengukuran ini minimal harus dimulai dari titik yang telah diketahui koordinatnya dari GPS. Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan
digunakan
untuk
menentukan
titik-titik
koordinat
berdasarkan satu bidang referensi; dalam hal ini bidang referensi yang digunakan adalah koordinat UTM (Universal Transver
Mercato ). Prinsip dari pengukuran ini adalah membentuk satu rangkaian yang terdiri dari sudut dan jarak yang biasa disebut polygon (segi banyak) karena membentuk sisi-sisi yang banyak. Dari titiktitik polygon inilah dimulai pengambilan titik-titik detail untuk keperluan tertentu seperti bangunan, jalan, batas-batas dan sebagainya. Secara umum pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut ini : BM. BM.
1 2 1
2
1
3 2
1 1
2 2
Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal dengan Pengukuran Terestris II - 8
Adapun spesifikasi pengukurannya sebagai berikut: 1. Pengukuran Jarak 1. Pengukuran menggunakan pita ukur dikontrol dengan pembacaan benang 2. Pembacaan dilakukan pergi pulang 3. Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali 2. Pengukuran Sudut 1. Menggunakan Theodolite dengan ketelitian 1 detik 2. Jumlah seri pengukuran 2 seri (B,LB) muka belakang 3. Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik ) 4. Salah penutup sudut f∞<10 √n detik 5. Salah penutup jarak fd <1:10.000 6. Bentuk geometris poligon adalah tertutup (loop) melalui BM dan patok kayu dimana : n = Jumlah titik Poligon f∞ = Jumlah penutup sudut fd = jumlah penutup jarak 2.4.2
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi (Z), pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda pengukuran yang dilakukan ini metoda waterpas, yaitu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap
bidang
referensi
yang
dipilih
(LLWS)
jalannya
pengukuran setiap titik seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2. dibawah ini.
II - 9
rambu
P2
P1
P3 MSL=0,00
Gambar 2.3. Pengukuran Waterpass
Metode pengukuran waterpass adalah sebagai berikut: 1. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi. 2. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap 3. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi rambu muka 4. Pengukuran dilakukan dengan cara double stand, ring 5. Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm 6. Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan meliwati (BM) 7. Toleransi salah penutup tinggi (ft) < 10 mm √D dimana n = Salah penutup tinggi D = Jarak dalam satuan km 8. Alat ukur yang digunakan waterpas dan rambu ukur alumunium 3 m. Pengukuran sipat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan patok lainnya yang digunakan untuk pengukuran situasi dan profil melintang Sungai.
II 1010
2.4.3
Pengukuran Situasi Detail Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut : 1. Alat yang digunakan theodolite. 2. Titik detail
terikat terhadap patok yang sudah punya nilai
koordinat dan elevasi. 3. Pengambilan data menyebar keseluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan skala peta 1 : 2000. 2.5.
Pengukuran Penampang Sungai 2.5.1
Pengukuran Polygon Sungai Pengukuran poligon Sungai terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat berdasarkan satu bidang referensi dalam hal ini bidang referensi yang digunakan adalah koordinat UTM (Universal Transver
Mercator). Bentuk-bentuk pengukuran poligon untuk pekerjaan ini adalah poligon terbuka terikay sempurna dimana titik awal dan akhir pengukuran
diikatkan
pada
titik
yang
telah
diketahui
koordinatnya dengan menggunakan metode transformasi. Pengukuran poligon ini mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Semua patok dan BM yang sudah dipasang merupakan titik poligon. 2. Sudut diukur satu seri (biasa dan luar biasa) menggunakan Theodolite dengan tingkat ketelitian 5” 3. Jarak diukur muka belakang dengan pembacaan benang dan sudut vertikal. 4. Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri II 1111
dengan ketelitian sudut 5” (empat bacaan sudut)
II 1212
5.
Kesalahan penutup sudut maksimum 10” √n untuk poligon utama dan 20” √n untuk poligon cabang, dimana n banyaknya titik poligon
6. Poligon cabang diikatkan dengan poligon utama pada titik awal dan titik akhir. 7. Ketelitian linier poligon 1 : 2.000. 2.5.2.
Pengukuran Potongan Memanjang
Pengukuran potongan memanjang menggunakan metode sipat datar yaitu penentuan beda tinggi dari
titik-titik yang diukur
dengan menggunakan bidang nivo. Dari beda tinggi ini akan digunakan untuk menentukan elevasi berdasarkan bidang referensi tertentu dalam hal ini muka air laut rata-rata (MSL). Seperti halnya pengukuran poligon bentuk pengukuran sipat datar yang digunakan adalah sipat datar terbuka terikat sempurna. Pada pengukuran sipat datar terbuka terikat dilakukan dengan cara double stand bila kedua ujungnya diketahui, sedangkan sipat datar terbuka pengukuran dilakukan dengan cara pergi pulang karena hanya salah satu ujungnya saja yang diketahui elevasinya. Pengukuran sipat datar vertikal ini mempunyai kriteria sebagai berikut : 1. Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya. Garis bidik harus sama dengan garis arah nivo. 2.
Data yang diambil adalah bacaan pada tiga benang (benang atas, benang tengah dan benang bawah)
3. Alat ukur yang digunakan adalah Automatic Level 4. Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m. II 1313
5. Diusahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka = jarak rambu belakang, atau jumlah jarak muka sama dengan jumlah jarak belakang. 6. Jumlah jarak (slaag) per seksi diusahakan selalu genap. 7. Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang, yaitu benang atas, benang bawah, dan benang tengah. 8. Pengukuran sipat datar dilakukan pada semua titik poligon dan BM. 9.
Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus melalui jalur sipat datar apabila berada ataupun dekat dengan jalur sipat datar.
10. Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD mm, dimana D = jumlah jarak dalam km. 2.5.3
Pengukuran Potongan Melintang (cross section) Sungai Untuk
mengetahui
bentuk
permukaan
rencana
bangunan
maupun Sungai yang ada, maka dilakukan pengukuran profil (cross section). Skematisasi pengukuran profil melintang seperti pada Gambar 2.3.
rambu
P1
Gambar 2.3. Pengukuran Cross Section
II 1414
1. Pengukuran dilakukan disepanjang patok-patok potongan memanjang yang telah dipasang 2. Interval profil 50 m 3. Pengukuran profil tegak lurus Sungai 4. Pengukuran terikat terhadap titik polygon
II 1515
BAB
ANAL ISA DA PENGOLAHAN D
II
Pengolahan data terdiri dari pengolahan data sementara yang dilakukan di lapangan berfungsi sebagai kontrol hasil pengukuran dan perhitungan yang dilakukan di kantor. Adapun jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1.
Penentuan Posisi Horisontal (koordinat X,Y)
2.
Penentuan Posisi Vertikal (elevasi Z)
3.1
Perhitungan Penentuan Posisi Horisontal A. Persyaratan Teknis
Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Tertutup f = - (n + 2) . 180
(1)
Syarat Geometrik Sudut untuk Polygon Terikat Sempurna akhir - awal = - (n + 2) . 180 + f
(2)
akhir - awal = d sin + f x
(3)
akhir - awal = d cos + f y
(4)
Koreksi absis
d .fx d
Koreksi ordinat
d .fy d
(5) (6)
dimana : III - 1
akhir = azimut akhir awal = azimut awal
= jumlah sudut ukuran
n
= jumlah titik poligon
f
= salah penutup sudut
xakhir = absis akhir xawal = absis awal Yakhir = ordinat akhir Yawal = ordinat awal d
= jumlah jarak poligon
= azimut
fx
= salah penutup absis
fy
= salah penutup ordinat
B. Perhitungan Koordinat Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan pengukuran poligon di lokasi, bentuk jaring pengukuran yang digunakan adalah bentuk poligon terbuka dimana koordinat titik awal dan akhir pengukuran diketahui. Langkah-langkah perhitungan untuk mendapatkan koordinat definitif adalah : a) Menghitung azimuth sisi-sisi polygon dengan rumus : i = (i-1 + Si) -180
III - 2
i i+1
i-1
Si
Si-1
Gambar 3-1 Skema kedudukan sisi poligon untuk hitungan azimuth
i
=
azimuth
Si
=
sudut
b) Menghitung koordinat pendekatan atau sementara, dengan rumus :
j (Xj,Yj)
ij
dij
i (Xi,Yi)
Gambar 3-2 Skema kedudukan titik-titik untuk hitungan koordinat pendekatan Untuk mendapatkan nilai koordinat definitf pada titik-titik detail dapat langsung digunakan rumus diatas sedangkan untuk titik-titik poligon
III - 3
(kerangka terbuka) ditentukan melalui rumus transformasi sebagai berikut : BD = EB – EA, BC = XB – XA
N (Y)
Y’
D
TX
B
C Y P
X A
X’ TY E (X)
Gambar 3-3 Transformasi Koordinat AD = NB – NA, AC= YB – YA
XB XA tan 1 YB YA XB XA tan YB YA 1
Keterangan :
komponen rotasi
X’A :
XA . cos YA . sin
Y’A :
YA . cos q – YA . sin
TX
:
EA – X’A
TY
:
NA – Y’A, dimana TX,TY adalah komponen translasi
III - 4
EP
:
XP . cos - YP . sin TX
NP
:
XP . sin YP . cos TY
Penentuan koordinat definitif untuk polygon tertutup melalui rumus sebagai berikut : a) Hitungan Absis Definitif (x) Xi
= X(i-1) + Xi + k Xi
Xi
= absis titik ke i
X(i-1) = absis titik ke titik sebelum i Xi = selisih absis
b) Hitungan Ordinat Defenitif (y) Yi
= Y(i-1) + Yi + k YI
k Xi = koreksi absis Yi
= ordinat titik ke i
Y(i-1) = ordinat sebelum titik i Yi = selisih ordinat KYi = koreksi ordinat 3.2
Penentuan Posisi Vertikal Metode Sipat Datar Penetuan posisi vertikal menggunakan dua metode sesuai dengan cara pengukurannya yaitu metode sipat datar dan tachimetri yang digunakan khusus pada pengukuran situasi. Langkah – langkah perhitungan ketinggian / elevasi dengan metode sipat datar adalah sebagai berikut : 1. Menghitung beda tinggi per seksi Beda tinggi stand satu = h1 Beda tinggi stand 2 = h2 Beda tinggi ukuran pergi = hpr = ½ (D1+D2)
III - 5
Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh melebihi batas toleransi yang diizinkan (10D) , D=dalam Km 2. Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak ke muka. 3. Menghitung salah penutup setiap kring sipat datar (H) H = h1 + h2 + …………….+ hn + SP =0 SP 4. Menghitung tinggi : Hj = hi + hij + . Dij D
3.3
Penentuan Posisi Vertikal Metode Tachymetri Metode tachimetri digunakan untuk menghitung data situasi dan cross section sungai atau saluran pembuang, seperti pada Gambar 3.1. Berdasarkan ilustrasi Gambar 3.4, alat berdiri pada titik A yang telah diketahui (X,Y,Z) maka titik B dapat dihitung. Berdasarkan gambar dibawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari titik TA yang telah diketahui elevasinya sebagai berikut :
U Dm Az m B
A
Gambar 3.4. Metode Tachymetri
TB
= TA+H
H
1 = 100 Ba Bb sin 2 m T A Bt 2
Untuk menghitung jarak datar (Dd) menggunakan rumus: Dd
= D Cos m III - 6
Dd
= 100 (Ba - Bb) Cos2 m
III - 7
dimana : TA TB
= Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z)
= Tinggi titik B yang akan ditentukan
H = Beda tinggi antara titik A dan titik B
3.4
Ba
= Bacaan diaframa benang atas
Bb
= Bacaan diafragma benang bawah
Bt
= Bacaan diafragma benang tengah
TA
= Tinggi alat
D
= Jarak optis [100(Ba-Bb)]
Dd
= Jarak datar
m
= Sudut miring
Az
= Azimuth
Penyajian Data Data dari hasil pengukuran yang telah dihitung disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan software Microsoft Excel, tabel tersebut dapat dilihat pada buku data ukur.
3.5
Ketelitian Pengukuran Poligon / Traversing Pengukuran polygon dibedakan atas dua yaitu kerangka utama dan polygon saluran. Referensi yang digunakan adalah BM 1 yang nilainya diperoleh dari pengamatan GPS sehingga semua bentuk pengukuran adalah polygon terbuka terikat, dimana titik awal dan titik akhir pengukuran diketahui.
3.6
Ketelitian Pengukuran Sipat Datar/Levelling Pengukuran sipat datar menggunakan referensi dari pengamatan pasang surut atau muka air laut rata-rata. Dari hasil pengukuran sipat datar yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa semua jalur pengukuran yang
III - 8
mengikat telah memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan dalam kerangka acuan kerja (KAK).
III - 9
BAB
IV 4.1.
HAS L DAN PEMBAHASA N
Pemasangan Bench Mark (BM) BM yang dipasang yang didistribusikan secara merata pada daerah irigasi dan BM kecil yang dipasang pada bangunan-bangunan irigasi. Penamaan BM menggunakan kode “MA” yang merupakan singkatan dari Kalosi. Penomoran dimulai dari nomor 01. BM yang dipasang sebanyak 4 buah.
Gambar 4.1 Contoh penamaan BM
IV - 1
Daftar BM yang telah dipasang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Daftar Titik Tetap (BM) D.I Kalosi Kiri NO
4.2.
KOORDINAT
NAMA BM
ELEVASI
X (m)
Y (m)
Z (m)
1
BM1
403547.979
9603549.222
8.452
2
CP1
403519.824
9603567.966
8.320
3
BM2
403563.812
9602948.383
26.265
4
CP2
403511.190
9602952.106
27.005
5
BM3
403666.310
9601643.623
79.795
6
CP3
403637.617
9601651.569
82.461
7
BM4
403835.587
9600750.068
114.219
8
CP4
403808.593
9600774.340
108.776
Hasil Pengukuran Situasi Pengukuran yang dilaksanakan di sungai Mamua sepanjang 4077 m Kerangka dasar untuk pemetaan dengan mengikuti tepi sungai dari muara sungai sampai ke hulu. Kemudian dari jalur utama tersebut dimulai pengukuran tampang memanjang dan melintang sungai. Titik referensi yang digunakan adalah elevasi BM.01 yang diperoleh dari hasil pengamatan pasang surut atau muka air laur rata-rata Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengukuran ini adalah gambar situasi skala 1 : 2000. Pada peta tersebut digambarkan : -
Batas-batas pengukuran. Perkampungan, kampung, rumah, tempat ibadah, kantor, sekolah, makam dan lain-lain IV - 2
-
Batas desa dan nama desa
-
Sawah, kebun, tegalan, hutan dan lain-lain
-
4.3.
Titik-titik tinggi (hasil pengukuran) serta garis kontur.
Hasil Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang Irigasi Pengukuran
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
gambar
potongan
memanjang dan melintang sungai. Pengukuran ini tetap mengikat pad
IV - 3