Tuli kongenital merupakan ketulian yang terjadi pada seorang bayi yang disebabkan faktor – faktor mempengaruhi kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat merupakan tuli sebagian ( hearing impaired ) atau tuli total ( deaf ). Tuli sebagian adalah keadaan fungsi pendengaran berkurang namun masih dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dengan atau tanpa alat pendengaran. Tuli total adalah keadaan fungsi pendengaran yang sedemikian terganggunya sehingga tidak dapat berkomunikasi sekalipun mendapat pengerasan bunyi ( amplifikasi ).1 Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring Kehilangan pendengaran dideskripsikan dengan satuan desi bel (db HL). Pendengaran yang normal biasanya berkisar antara 0 – 20 dB. Untuk mendiagnosis tuli kongenital, pasien yang mengalami tuli sebagian terjadi pengurangan pendengaran pada telinga sekitar 40 db HL daripada yang normal dan tidak dapat mendengar bila kurang dari 40 db.9
dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas. Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada
kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. 2,3 Selain itu, benda asing pada telinga merupakan salah satu kasus gawat darurat yang utama. Kejadian tersering adalah pada telinga bagian luar. Jika tidak ditatalaksana dengan baik, maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi seperti perforasi membran timpani, gangguan pendengaran dan edema pada liang telinga.2,3 Benda asing di telinga merupakan kasus dengan Insidensi mencapai 11% untuk semua kasus benda asing termasuk di hidung dan tenggorok. Benda asing di liang telinga paling sering terjadi pada anak usia < 5 tahun, sedangkan pada dewasa lebih jarang terjadi.2,4 Dalam pelayanan darurat THT dari sebuah rumah sakit tersier di Sao Paulo, terdapat 15.640 kasus dalam periode waktu Februari 2010 sampai Januari 2011. Benda asing menyumbang 827 kunjungan, atau 5,3% dari semua kasus. Pasien memiliki usia rata-rata 19,8 tahun dan usia ratarata 8 tahun. Insiden lebih besar ditemukan pada individu yang berusia < 8 tahun dengan insiden puncak pada usia 3 tahun.2 Dari 827 pasien yang dilibatkan dalam penelitian, 386 adalah perempuan (46,7%) dan 441 adalah laki-laki (53,3%), dengan rasio perempuan dan laki-laki 1,14 : 1,00. Kebanyakan benda asing (94,8%) terletak di telinga, hidung atau tenggorokan. Lokasi benda asing pada kelompok
pasien sebagian besar berada di telinga (64,4%), diikuti oleh fossae hidung (19,5%), dan orofaring (8,9%). Lokasi benda asing yang sulit di tentukan adalah sebanyak 2,9% kasus