Cjr David Psikolgi Pendidikan.docx

  • Uploaded by: David Christian Sitanggang
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cjr David Psikolgi Pendidikan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,723
  • Pages: 12
CRITICAL JURNAL REVIEW

Oleh : DAVID CHRISTIAN SITANGGANG

(3183311032)

Dosen Pengampu : MISWANTO, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan Pancasila Dan kewarnegaraan PPKn Reguler B UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

KATA PENGANTAR

Pertama-Tama Kami Panjatkan Puji Dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena Berkat Rahmat Dan Hidayahnya Kami Dapat Menyelesaikan Critical Journal Review Kami Ini. Terima Kasih Kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Bapak Miswanto, S.Pd., M.Pd. Yang Telah Membimbing Kami Dalam Perkuliahan Dan Terima Kasih Kepada Orang Tua Kami Yang Sudah Berusaha Memenuhi Kewajibannya Untuk Mebiayai Kami Selama Perkuliahan Serta Terima Kasih Kepada Teman-Teman Kami Yang Sudah Mensuport Kami Dalam pengerjaan Tugas Kami Ini. Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku Pada Program Sarjana Universitas Negeri Medan, Maka Maksud Dan Tujuan Penulisan Critical Journal Review Ini Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Psikolgi Pendidikan. Adapun Maksud Dan Tujuan Kami Membuat Critical Journal Review Ini Untuk Memberi Kesan Dan Pesan Yang Baik Agar Penulis Dapat Menulis Jurnal Yang Lebih Baik Lagi Dan Pengetahuan Akan Bertamabah Bagi Si Penulis. Bagi Pembaca, Kita Dapat Menjadi Orang Berfilsafat Karena Munculnya Ide-Ide Baru Serta Menjadikan Seorang Yang Berpikir Kritis Dalam Hal Positif. Semoga Makalah Tugas Dalam Me-Review Jurnal Ini Dapat Diterima Dengan Baik Oleh Pembaca Dan Dosen Pengampu Mata Kuliah Ini. Serta Pembaca Dapat Juga Mengkritik Hasil Dari Kajian Penilaian Kami Kedepannya.

Medan, 18 Maret 2019 David Sitanggang

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat BAB II PEMBAHASAN A. Identitas Jurnal B. Pembahasan Isi Jurnal C. Penilaian Terhadap Jurnal BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

ABSTRACT Learning and teaching are inseparable but not identical. Learning is more descriptive, while teaching more prescriptive. From behavioristic point of view, a teacher should be able to create an atmosphere which enables students to build the expected competence. When this is achieved, it should be followed with reinforcement to make it part of students memory.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Para ahli psikologi telah banyak melakukan penelitian tentang teori-teori belajar.Berbagai teori belajar telah tercipta sebagai hasil kerja keras dari penelitian.Kritikan terhadap teori-teori belajar yang sudah ada dan dirasakan mempunyai kelemahan selalu dilakukan oleh para ahli. Teori-teori belajar yang baru pun hadir dibelantika kehidupan, mengisi lembaran sejarah dalam dunia pendidikan. Memasuki abad ke-19 para ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimental tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitian. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itu pun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas daripada binatang. Di antara ahli psikologi yang menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya adalah Thorndike (1874-1949) yang terkenal dengan teori belajar classical conditioningyangmenggunakan anjing sebagai binatang uji coba. Skinner (1904) yang terkenal dengan teori belajar operant conditioning, menggunakan tikus dan burung merpati sebagai binatang uji coba. Namun, perlu disadari bahwa setiap teori selalu tersimpan kelemahan di balik kelebihannya. Bagi pemakai teori-teori belajar diharapkan memahami kelemahan dan kelebihan teori-teori belajar yang ada agar dapat mengusahakan apa yang seharusnya dilakukan dalam perbuatan belajar. Teori Belajar adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

B.TUJUAN Ada pun tujuan dari critical journal review ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan dan sebagai sumber informasi terhadap pembaca dan penulis agar dapat menulis lebih baik untuk kedepannya.

C.MANFAAT 1.Dapat memenuhi tugas dari mata kuliah Psikologi Pendidikan. 2.Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jurnal review ini. 3.Dapat Menjadi sumber informasi bagi pembaca dan penulis.

BAB II PEMBAHASAN  Identitas Jurnal  Jurnal Utama  Judul

: Karateristik Teori-teori Belajar Dalam Proses Pendidikan

 Penulis

: Etty Ratnawati

 Volume

: Vol. 1  Jurnal Pembanding

 Judul

: Aplikasi Dan Implikasi Behaviorisme Dalam

Pembelajaran  Penulis

: Muh. Hizbul Muflihin

 Volume

: Vol. 1

 Pembahasan Isi Jurnal 1. Jurnal Utama Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman.Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagianbagian.Misalnya seorang pengamat yang mengamati seseorang dari kejauhan.Orang yang jauh itu pada mulanya hanyalah satu titik hitam yang terlihat bergerak semakin dekat dengan si pengamat.Semakin dekat orang itu dengan si pengamat maka semakin jelas terlihat bagian-bagian atau unsur-unsur anggota tubuh orang tersebut. Si pengamat dapat berkata bahwa orang itu mempunyai kepala, tangan, kaki, dahi, mata, hidung, mulut, telinga, baju, celana, sepatu, kacamata, jam tangan, ikat pinggang, topi dan lain sebagainya. Dalam belajar, menurut teori belajar yang terpenting adalah penyesuaian, pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan

yang tepat.Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukan sejumlah kesan belajar dengan insight. Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan, bahan pelajaran yang telah lama tersimpan di otak dihubung-hubungkan dengan bahan pelajaran yang baru saja dikuasai, sehingga tidak terpisah, berdiri sendiri.Dengan begitu lebih mudah didapatkan pengertian.Bahan pelajaran yang bulat memang lebih mudah dimengerti dari pada bagian-bagian. Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama, yaitu memperoleh tanggapan yang tepat.Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan. Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kamampuan yang lain. Dengan kata lain, kemampuan itu dapat dipakai untuk mempelajari hal-hal yang lain. Belajar matematika, misalnya bila telah dikuasai dapat dipergunakan dalam masalah jual beli bahan-bahan tertentu. Demikian juga halnya dengan penguasaan tata bahasa Indonesia, dapat ditransfer (dipergunakan) untuk mempelajari grammar bahasa Inggris. Konsep belajar, secara umum, dapat dilihat dari tiga perspektif aliran, yaitu: nativisme, empirisme dan organismik. Paham nativisme lebih memandang bahwa belajar adalah suatu aktivitas berupa melatih daya ingat atau otak (interaksi anak dengan objek belajar, misalnya buku, majalah) agar menjadi tajam, sehingga mampu memecahkan persoalan atau masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan. Paham ini lebih beranggapan bahwa anak dapat dikatakan telah belajar jika pada gilirannya dia mampu menerapkan atau mengaplikasikan konsep-konsep pengetahuan yang didapat dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini berarti apa yang telah didapat oleh siswa tersebut dapat ditransfer atau dipindah dalam sektor atau masalah yang lain. Dengan demikian, belajar dalam kacamata nativisme dapat dimaknai sebagai terjadinya perubahan struktural pada diri anak. Tegasnya adalah perubahan cara berpikir dan menganalisis persoalan yang ada di sekitarnya. Dengan sendirinya, paham nativisme lebih mementingkan olah pikir otak atau kecerdasan otak dalam proses belajar.

2. Juranal Pembanding Pembelajaran merupakan istilah yang kini akrab dipakai dalam dunia pendidikan (khususnya pendidikan formal/persekolahan). Secara filosofis pembelajaran, pada hakikatnya, lebih bersifat membumi atau humanis, bukan hanya karena lebih menekankan pada arti pentingnya pelaksanaan proses pendidikan dengan lebih memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak, melainkan juga karena lebih menekankan pada arti pentingnya memenuhi kebutuhan anak serta membantu perkembangan bakat, minat dan kemampuan anak. Hanya saja, dalam praktik pendidikan keseharian, masih sering dijumpai pelaksanaan pembelajaran yang bernuansa pengajaran (instruction) daripada pembelajaran itu sendiri. Berangkat dari perkembangan yang sangat cepat dan mutakhirnya kemajuan TIK (Teknologi Informasi dan Komputer), masalah sumber belajar sudah tidak lagi berpusat pada guru. Adalah sangat mungkin bahwa peserta didik atau siswa akan belajar atau mendapatkan informasi dari soft ware-soft ware yang ada, misalnya melalui elearning Belajar secara sederhana dapat diartikan dengan membaca buku, menyelesaikan pekerjaan rumah (PR), mengeja tulisan, sebagaimana yang sering kita dengar dari ungkapan orang tua kepada anaknya “ayo belajar yang benar, jangan bermain-main saja, pokoknya membaca apa saja”. Batasan makna yang demikian ini sejalan dengan sifat belajar itu sendiri, yaitu makna deskriptif. Dalam kondisi seperti apa dan sejauh mana anak bisa mendapatkan tambahan informasi dan pengetahuan, inilah yang diharapkan terjadi dalam aktivitas belajar. Dalam konteks ini, cukup penting untuk mencermati terjadinya perubahan pada diri siswa, dan penting juga untuk mengetahui dari mana informasi serta pengetahuan itu diperoleh. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori-motor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (praoperasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke-tahap yang lebih tinggi (operasional konkret dan operasional formal). Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya. Dalam kaitan ini seorang guru seyogyanya memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya ini, serta memberikan materi belajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

Hasil Dan Pembahasan Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan, bahan pelajaran yang telah lama tersimpan di otak dihubung-hubungkan dengan bahan pelajaran yang baru saja dikuasai, sehingga tidak terpisah, berdiri sendiri. Dalam konteks ini, cukup penting untuk mencermati terjadinya perubahan pada diri siswa, dan penting juga untuk mengetahui dari mana informasi serta pengetahuan itu diperoleh. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori-motor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (praoperasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke-tahap yang lebih tinggi (operasional konkret dan operasional formal). Pembelajaran merupakan istilah yang kini akrab dipakai dalam dunia pendidikan (khususnya pendidikan formal/persekolahan). Secara filosofis pembelajaran, pada hakikatnya, lebih bersifat membumi atau humanis, bukan hanya karena lebih menekankan pada arti pentingnya pelaksanaan proses pendidikan dengan lebih memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar teori-teori psikologis Pembelajaran menjadikan masalah belajar sebagai hal yang sentral walaupun kadang-kadang tidak dinyatakan secara eksplisit, tapi kenyataannya untuk mempelajari teori belajar mempunyai pandangan dan karakteristik yang berbeda-beda, dan hal ini menyebabkan pemberian tekanan kepada aspek dan karakteristik yang berbeda-beda pula, sehingga kadang-kadang ditemui pertentangan antara teori yang satu dengan teori yang lainnya. Pertentangan itu kalau diperhatikan hanyalah pertentangan semu saja. Dalam menilai atau menyimpulkan pendapat-pendapat dari teori-teori belajar tersebut, hendaknya jangan memandang sebagai suatu yang saling bertentangan dan menganggap yang satu itulah yang benar dan yang lain salah. Yang penting bagi pendidik adalah mengambil manfaat dari masing-masing teori itu dan menggunakannya dalam praktek sesuai dengan situasi dan materi yang dipelajari dan yang diajarkan, sebab kita mengetahui bahwa macam-macam cara belajar yang dikemukakan oleh berbagai teori belajar tersebut, dalam batas tertentu berlaku pula bagi manusia. B. Saran Saran dari saya agar para pengajar dapat betul memahami teori dan konsep pembelajaran agar dapat menyampaikan ilmu kepada para siswa, dan juga dapat mengatasi masalah pembelajaran yang selama ini terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal : Muh. Hizbul Muflihin, Aplikasi dan Implikasi Teori Behaviorisme dalam pembelajaran Jurnal : KARAKTERISTIK TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PROSES PENDIDIKAN Etty Ratnawati,[email protected]

www.google.com https://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teoribelajar.html

Related Documents


More Documents from "Arip Husni"