Cita-citaku oleh: andi nurul khadijah (12) x.3 Dulu ,aku ingin menjadi polwan. Karna menurutku polwan adalah wanita yang sangat hebat. Dapat membasmi kejahatan walaupun ia seorang wanita. Namun itu dulu. Sekarang tidak lagi. Sekarang aku sudah berubah cita-cita. Ini semua karna ayah yang membujukku agar tidak menjadi polwan. Kata beliau kalo jadi polwan dekat dengan pencuri. Pencuri itu orang jahat. Orang jahat itu bisa membunuh siapa saja disekitarnya yang ia benci. Aku yang penakut ini, menjadi gentar untuk melanjutkan cita-cita tersebut. Lalu tiba saat masa SD, karna melihat ibu punya banyak uang, aku pun memutuskan untuk bercita-cita menjadi pegawai negeri kantoran sepertinya. Tapi cita-cita itu tidak bertahan lama seperi dugaaanku. Saat kelas 5 SD aku mengubah cita-citaku lagi mejadi dokter. Yah..tepatnya menjadi dokter anak. Ini bermula ketika aku sering sakit di kala itu. Aku pun sering di bawa ke dokter anak langganan ibu dari kecil. Ia memperlakukan pasiennya dengan sangat baik dan membuat siapa saja menjadi bahagia di dekatnya karana ia juga begitu ramah. Aku pun mengatakannya pada ibu di suatu waktu tentang perubahan cita-cita ku lagi. Karna ibu begitu antusias menyambut hangat niatku tersebut. Sehingga ibu pu mendukung ku dengan penuh semangat untuk tekun belajar. Ibu begitu serius menanggapiku. Setiap hari sebelum tidur ibu selalu cerita padaku tentang keberhasilan-keberhasilan orang-orang di sekitar kami menjadi seorang dokter. Tidak hanya itu, ibu juga selalu menceritakan ku tentang perjuangannya di masa remajanya dulu. Kata beliau harus bersungguh-sungguh dengan hati ikhlas untuk berjuang mencapai sesuatu yang kita inginkan karna di luar sana persaingan begitu ketat. Ibu selalu berkata belajar lah yang giat dan tekun, janganlah kamu bermalas-malasan. Karna kamu masih muda. Karna penyesalan selalu datang dari belakang. Ibu selalu rajin mendoakan ku. Ibu selalu berjuang untuk keinginan ku. Apapun itu. Ibu dan kerluargaku selalu berangan- angan jikalau aku besar nanti aku pasti jadi dokter.insyaallah. kata ibu cita-cita itu jangan haya di bilang saja. Tapi kamu harus berjuang untuk mendapatkannya.
Kini aku telah menduduki bangku SMA. Dulu ibu sering menceritakan ku tentang betapa rajinnya sepupuku. Sepupuku ini ingin sekali jadi dokter. Ia memang tekun belajar .hingga akhirnya ia diterima masuk SMAN 17 MAKASSAR. Ia tambah giat belajar. Dan kini ia di terima di FK-UH. Ibu selalu menceritakan keinginannya agar kelak aku juga bisa seperti sepupuku tersebut. Setelah lulus dari pesantren aku di minta ibu untuk masuk SMAN 17 Makassar. Namun mengingat betapa sedikitnya ilmu pengetahuan umum yang aku dapatkan di pesantren akupun menolak. Namun ibu dengan semangat yang tinggi berjanji untuk mengikutkan ku les di berbagai tempat. Aku pun menyetujuinya. Setiap hari aku selalu belajar dengan tekun di barengi dengan berdoa kepada Allah. Hingga akhirnya aku lulus di sekolah ini. Betapa bahagia ibu mengetahui hal ini. Ibu tambah semangat mendukungku menjadi dokter. Setiap hari ia mengontrolku dengan komunikasi melalui telpon seluler. Ibu selalu menyemangatiku. Hingga kadang-kadang aku bersedih mengingat otakku sangat pas-pasan menjadi seorang dokter. Takutnya kalau tidak bisa jadi dokter, ibu pasti sangat kaecewa. Mengingat pengorbanan ibu begitu besar. Aku pun berjanji untuk tidak mengecewakan ibu. Mulai sekarang aku harus belajar lebih giat lagi. Agar kelak bisa jadi dokter seperti yang di harapkan ibu padaku. Semoga ibu tidak pernah merasa sia-sia akan pengorbanannya selama ini untukku.amiin..