Yang Secara administratif, area cipamingkis berlokasi di Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Area ini termasuk kedalam Formasi Jatiluhur atau orang-orang di migas sering menyebutnya formasi Cibulakan yang khas endapan epikontinen Sunda. Satuan ini mulai dari batas Cekungan Bogor di selatan meluas ke utara ke daerah lepas pantai. Semua pemboran minyak menembus formasi ini. S. Cibulakan mengalir kearah utara. Singkapan cipamingkis berumur Oligosen-Miosen awal formasi cibulakan. Formasi Anggota cibulakan bawah diendapkan selama Oligosen akhir-Miosen awal dengan litologi shale, carbonaceous shale, sandstone dan siltstone. Shale berwarna abu kehitaman mengindikasikan banyak mengandung material organik sebagi representasi dari source rock barat laut jawa bagian utara. Cibulakan bawah ini sama dengan formasi talang akar. Anggota cibulakan tengah diendapkan mulai dari awal miosen. litologi terdiri dari shale dan terumbu. Lingkungan pengendapan pada shallow marine. Anggota ini sangat potensial menjadi batuan reservoar. Anggota cibulakan atas diendapkan mulai miosen tengah terdiri dari litologi clay, shale dan sandstone. Dibeberapa tempat erdiri dari gamping yang sangat berpotensial menjadi batuan reservoar berkualitas baik. Setelah mendengar penjelasan singkat tapi banyak informasi yang memperkaya pengetahuan, kami di split menjadi 3 bagian untuk masing-masing observasi dan membuat sketsa singkapan beserta menganalisis hal-hal yang dapat mendukung interpretasi nantinya. Diawal observasi banyak terdapat laminasi mudstone berwarna abu gelap akibat banyak mengandung material organik. Lalu mendapatkan beding sandstone dengan kontak erosional terhadap mudstone. Bedding menebal kearah tengah dan menipis kearah samping. Struktur sandstone dibeberapa bagian terlihat cross stratification. Arus yang membentuk struktur ini arus traksi (turbidid) akibat osilasi gelombang laut. Dengan kekar yang banyak dioksidasi merubah warna menjadi merah sebagai oksidasi fe. Terdapat juga mineral karbonat yang telah mengalami rekristalisasi menjadi aragonite. Ditemukan juga glaukopan pada beding sandstone ini. Dibagian yang lebih muda dari sandstone ini terdapat mudstone dimana banyak terdapat bioturbation yang membentuk burrow/trace fosil, hal ini mengidentifikasikan pada jaman dahulu material sedimen ini merupakan tempat tinggal banyak binatang laut. Ditemukan juga fosil foram-foram bentonik pada mudstone ini. Setelah kami melakukan observasi kami dikumpulkan, lalu mulai diskusi mengenai hal-hal yang kami temukan selama observasi bersama pak Andang Bactiar. Pada awal diskusi pak andang menemukan sandstone dengan struktur dalam Humocky berukuran panjang sekitar 1 meter dan lebar 60 cm, setelah beliau selesai sketsa menjelaskan mekanisme keterbentukan struktur tersebut yang pada umumnya terbentuk karena wave strom. Lingkungan pengendapan sangat berhubungan dengan proses gelombang. Beliaupun mejelaskan mekanika depotional gravity yang akan membentuk struktur graded bedding dan masive, berbeda dengan pembentukan struktur cross statification dan paralel laminasi yang dikontrol oleh arus traksi.
Kami melakukan observasi ulang bersama beliau untuk dijelaskan kembali yang lebih detail dari apa yang kami temukan pada observasi sebelumnya. Bedding sandstone yang terlihat terjadi pada sekali pengendapan, ternyata beding itu terbentuk akibat beberapa kali pengendapan yang sangat rumit mulai dari erosional kontak dengan mudstone, lalu terbentuk nodule, lalu pengaruh wave yang mengontrol struktur sedimen. Dan membagi beberapa karakteristik menjadi bagian-bagian lingkungan pengendapan shallow marine. Pada pukul 12.30 kami beristirahat berdiskusi dengan mahasiswa-mahasiswa lain mengenai sistem pembelajaran dikampus masing-masing lalu dilanjutkan makan siang bersama. Setelah melaksanakan Ibadah dhuhur kamipun melanjutkan perjalanan ke lokasi ke 2. Di lokasi ini seperti di lokasi sebelumnya kami dibagi menjadi 3 kelompok besar untuk observasi langsung. Masih ditemukan striping claystone namun berbeda, dijelaskan pula striping ini dapat dibentuk pada tidal flat, lacustrine dan transisi flood plain. Sebelum mengobservasi lebih lanjut tiba-tiba hujan, pada mulanya kami tidak masalah dengan tetap melanjutkan penjelasan namun karena semakin deras akhirnya kamipun berlarian mencari tempat untuk berteduh, ditempat berteduh kami dijelaskan kondisi litologi di lokasi ini, arus purba pada saat depotional berserta lingkungan yang membentuk singkapan di lokasi ke 2 ini.
Stop site yang dikunjungi pada hari ke-3 adalah Sungai Cipamingkis di Jonggol. Endapan marine yang sangat jelas tersingkap dengan sangat baik di dasar sungai yang tengah surut airnya karena musim kemarau. Disini peserta dapat mempelajari endapan turbidit bawah laut yang terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung, yang dibuktikan dengan adanya bioturbasi, konkresi, batuan yang bersifat karbonatan, dan dari struktur sedimennya. Peserta juga mengamati adanya batugamping bioklastik dengan platy coral, perselingan batupasirbatulempung (flisch-like), dan juga jejak bioturbasi (terutama tipe skolithos).