Cholesteatoma: Dewi Siswantini (c11109138) Suhailah Binti Mohd Jamil (c11109860)

  • Uploaded by: nurmultazam
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cholesteatoma: Dewi Siswantini (c11109138) Suhailah Binti Mohd Jamil (c11109860) as PDF for free.

More details

  • Words: 560
  • Pages: 17
CHOLESTEATOMA DEWI SISWANTINI (C11109138)

SUHAILAH BINTI MOHD JAMIL (C11109860) PEMBIMBING:

DR. DEWI SINTA

ANATOMI

EPIDEMIOLOGI • ±10 per 100.000 penduduk • Pria 1,1% dibandingkan wanita 0,7% • Faktor sosial ekonomi  tidak berpengaruh pada angka kejadian kolesteatoma • Kolesteatoma  >> individu dengan riwayat disfungsi tuba eustachius • 72,4% dari penderita kolestesteatoma memiliki riwayat otitis media berulang

DEFENISI • Kolesteatoma  pertumbuhan epitel skuamosa  ruang telinga tengah  mendestruksi jaringan di telinga tengah dan struktur di sekitarnya. • Prekursor utama kolesteatoma  terbentuknya suatu kantong/ celah  menjebak debris epitel  infeksi dan inflamasi hingga terbentuknya sekret.

KLASIFIKASI Kolesteatoma Kongenital

Kolesteatoma Akuisita

• Adanya epitel skuamosa yang terjebak di dalam tulang temporal saat embriogenesis • Teridentifikasi di balik membran timpani yang intak • Ditemukan di area mesotimpanum atau tuba eustachius • Dapat menyumbat tuba eustachius  sekret telinga tengah & tuli konduktif • Tidak ada riwayat penyakit telinga supuratif, operasi telinga sebelumnya, dan perforasi membran timpani

• Disebabkan oleh pertumbuhan epitel skuamosa melalui defek primer membran timpani • Retraksi kantong • Hiperplasia sel basal • Transformasi metaplastik epitel mukosa telinga tengah menjadi matriks kolesteatoma. • Perforasi dapat disebabkan oleh OMA, trauma, dan pemasangan selang timpanostomi yg menyebabkan implantasi epitel skuamosa

MEKANISME

a) pars flaksida teretraksi ke dalam oleh tekanan negatif di epitimpanum b) debris epitelial menyebabkan infeksi dan inflamasi yang mengakibatkan pembentukan kolesteatoma c) kolesteatoma pada telinga kanan dengan infeksi dan sekret. Retraksi kantong di epitimpanum terisi dengan debris dan sisa epitel.

GEJALA KLINIS • Otore purulen persisten atau rekuren • Tinitus

• Tuli konduktif • Tuli sensorineural • Vertigo

• Terbentuk polip dan jaringan granulasi • Retraksi membran timpani pars flaksida

DIAGNOSIS • Riwayat/ Gejala

: Otitis media supuratif, keluhan seperti vertigo, gangguan pendengaran, tinitus, facial palsy

• Otoskopi

: menentukan letak kolesteatoma dan kelainan pada membran timpani

• Endoskopi

: jika terdapat perforasi membran timpani, dapat digunakan untuk memasukkan alat endoskopi sehingga dapat mengevaluasi tulang-tulang pendengaran

• Mikrobiologi

: membuat kultur untuk mengetahui organisme penyebab

• Fistula Sign

: tanda fistula positif menunjukkan adanya erosi pada kanalis semisirkularis

• Audiometri

: dapat terjadi tuli konduktif maupun sensorineural

• CT-scan

: gambaran CT-Scan menunjukkan erosi tulang pendengaran dan labirin

a) kolesteatoma akuisita primer b) kolesteatoma yang terbentuk di tepi perforasi membran timpani (kolesteatoma akuisita sekunder c) kolesteatoma di belakang membran timpani yang intak (kolesteatoma kongenital

Kolesteatoma epitimpani telinga kiri

CT-Scan coronal pada tulang temporal kiri menunjukkan kolesteatoma pars flaksida. Anak panah putih menunjukkan kolesteatoma. Anak panah hitam menunjukkan erosi pada tulang

TERAPI Antibiotik

• Bukan merupakan terapi utama • Diberikan praoperasi dan pascaoperasi, dan harus berdasarkan hasil sentivitas • Bakteri anaerob lebih sering ditemukan • Agen yang digunakan yaitu sefotaksim, flucoxacicillin, dan metronidazole

Pembedahan • Canal wall-down tympanomastoidectomy • Prosedur terbuka (open cavity): menghubungkan antara MAE dengan rongga mastoid terekspose • Dilakukan pelebaran MAE meatoplasty • Memiliki hasil: meatus melebar, sulit menyesuaikan dengan alat bantu dengar, membutuhkan pembersihan MAE/rongga mastoid secara rutin, resiko rendah terhadap kolesteatoma rekuren atau persisten, namun tidak dapat terpapar air.

• Canal wall-up tympanomastoidectomy • Prosedur tertutup (closed cavity): dinding MAE dipertahankan • Hasil: mudah menyesuaikan dengan alat bantu dengar, tidak memerlukan pembersihan telinga rutin, resiko rekurensi dan persistensi lebih tinggi, dan dapat terpapar oleh air.

KOMPLIKASI • Tuli sensorineural

• Meningitis

• Tuli konduktif

• Paralisis nervus fasialis

• Mastoiditis akut

• Abses otak

• Abses subperiosteal

• Tromboplebitis sinus sigmoid

Thank You

Related Documents


More Documents from "Muhammad Ikhsan"