BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini sering kita dengar terjadinya penganiayaan/perlakuan salah terhadap anak, baik yang dilakukan oleh keluarga ataupun oleh pihak-pihak lain. Dalam bidang kedokteran sendiri, child abuse ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1860, di Perancis. Dimana 320 orang anak meninggal dengan kecurigaan akibat perlakuan yang salah. Memang sangat sukar kita percayai bahwa seseorang anak yang seharusnya menjadi tempat curahan kasih sayang dari orang tua dan keluarganya, malah mendapatkan penganiayaan sampai harus dirawat di Rumah Sakit ataupun sampai meninggal dunia. Insidennya : 1. Hampir 3 juta kasus penganiayaan fisik dan seksual pada anak terjadi pada tahun 1992 2. Sebanyak 45 dari setiap 100 anak dapat mengalami penganiayaan 3. Lebih dari 100 anak meninggal setiap tahunnya karena penganiayaan dan pengabaian 4. Penganiayaan seksual paling sering terjadi pada anak perempuan, keluarga tiri, anak-anak yang tinggal dengan satu orang tua atau pria yang bukan keluarga Di Indonesia ditemukan 160 kasus penganiyaan fisik,72 kasusu penganiyaan mental,dan 27 kasus penganiyaan seksual ( diteliti oleh Heddy Shri Ahimsa Putra,Tahun 1999 ). Sedangkan menurut YKAI didapatkan data pada tahun 1994 tercatat 172 kasus, tahun 1995 meningkat menjadi 421 dan tahun 1996 menjadi 476 kasus. Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang menjelaskan tanggung jawab legal untuk melaporkan jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan perlindungan anak setempat. Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat, dokter, dokter gigi, dokter anak, psikologi dan ahli terapi wicara, peneliti sebab kematian, dokter, karyawan lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk melaporkan orang tersebut didenda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan status masingmasing. Di Indonesia tanggung jawab pelaku pencederaan anak tertera dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang pasalnya berkaitan dengan jenis dan akibat pencederaan anak. Kemunculan Undang – undang no.23/2002 tentang Perlindungan Anak menjadi secercah cahaya untuk mengurangi terjadinya child abuse .
1
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Apa pengertian dari child abuse ? Apa klasifikasi dari child abuse ? Bagaimana etiologi child abuse ? Apa manisfestasi klinis child abuse ? Bagaimana dampak child abuse ? Apa komplikasi child abuse ? Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan diagnostik child abuse ? Bagaimana penatalaksanaan medis child abuse ? Bagaimana pencegahan dan penanggulangan child abuse ?
C. TUJUAN PENULISAN 1.Tujuan Umum Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse 2.Tujuan Khusus Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan memahami: A. Apa pengertian dari child abuse ? B. Apa klasifikasi dari child abuse ? C. Bagaimana etiologi child abuse ? D. Apa manisfestasi klinis child abuse ? E. Bagaimana dampak child abuse ? F. Apa komplikasi child abuse ? G. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan diagnostik child abuse ? H. Bagaimana penatalaksanaan medis child abuse ? I. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan child abuse ? D. MANFAAT PENULISAN 1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse 2. Merangsang minat pembaca untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse 3. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan child abuse
2
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN 1. Child Abuse : tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1973) 2. Child Abuse : perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983) 3. Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak 4. Child abuse atau perlakuan yang salah terhadap anak didefinisikan sebagai segala perlakuan buruk terhadap anak ataupun adolens oleh orang tua,wali, atau orang lain yangseharusnya memelihara, menjaga, dan merawat mereka. 5. Child abuse adalah suatu kelalaian tindakan atau perbuatan orangtua atau orang yangmerawat anak yang mengakibatkan anak menjadi terganggu mental maupun fisik,perkembangan emosional, dan perkembangan anak secara umum. 6. Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and Wolfare memberikan definisi Child abuse sebagai kekerasan fisik atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18 tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam. B. KLASIFIKASI Terdapat 2 golongan besar, yaitu : 1. Dalam keluarga a. Penganiayaan fisik, Non Accidental “injury” mulai dari ringan “bruiser – laserasi” sampai pada trauma neurologic yang berat dan kematian. Cedera fisik akibat hukuman badan di luar batas, kekejaman atau pemberian racun b. Penelantaran anak/kelalaian, Yaitu kegiatan atau behavior yang langsung dapat menyebabkan efek merusak pada kondisi fisik anakdan perkembangan psikologisnya. Kelalaian dapat berupa : 1) Pemeliharaan yang kurang memadai Menyebabkan gagal tumbuh, anak merasa kehilangan kasih sayang, gangguan kejiwaan keterlambatan perkembangan.
3
2) Pengawasan yang kurang memadai Menyebabkan anak gagal mengalami resiko untuk terjadinya trauma fisik dan jiwa . 3) Kelalaian dalam mendapatkan pengobatan Kegagalan dalam merawat anak dengan baik 4) Kelalaian dalam pendidikan Meliputi kegagalan dalam mendidik anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus sekolah c. Penganiayaan emosional Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain d. Penganiayaan seksual Mempergunakan pendekatan persuasif. Paksaan pada seseorang anak untuk mengajak berperilaku/mengadakan kegiatan sexual yang nyata, sehingga menggambarkan kegiatan seperti : aktivitas seksual (oral genital, genital, anal atau sodomi) termasuk incest. (The Child Abuse & Prevention Act / Public Law 100-294). 2. Di luar rumah Dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang.
C. ETIOLOGI Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun kekerasan psikis, diantaranya adalah: 1. Stress yang berasal dari anak a. Fisik berbeda yang dimaksud dengan fisik berbeda adalah kondisi fisik anak berbeda dengan anak yang lainnya. Contoh yang bisa dilihat adalah anak mengalami cacat fisik. Anak mempunyai kelainan fisik dan berbeda dengan anak lain yang mempunyai fisik yang sempurna. b. Mental berbeda yaitu anak mengalami keterbelakangan mental sehingga anak mengalami masalah pada perkembangan dan sulit berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. c. Temperamen berbeda Anak dengan temperamen yang lemah cenderung mengalami banyak kekerasan bila dibandingkan dengan anak yang memiliki temperamen
4
keras. Hal ini disebabkan karena anak yang memiliki temperamen keras cenderung akan melawan bila dibandingkan dengan anak bertemperamen lemah. d. Tingkah laku berbeda yaitu anak memiliki tingkah laku yang tidak sewajarnya dan berbeda dengan anak lain. Misalnya anak berperilaku dan bertingkah aneh di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. e. Anak angkat Anak angkat cenderung mendapatkan perlakuan kasar disebabkan orangtua menganggap bahwa anak angkat bukanlah buah hati dari hasil perkawinansendiri, sehingga secara naluriah tidak ada hubungan emosional yang kuat antara anak angkat dan orang tua. 2. Stress keluargaa a. Kemiskinan dan pengangguran kedua faktor ini merupakan faktor terkuat yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak, sebab kedua faktor ini berhubungan kuat dengan kelangsungan hidup. Sehingga apapun akan dilakukan oleh orangtua terutama demi mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk harus mengorbankan keluarga. b. Mobilitas, isolasi, dan perumahan tidak memadai ketiga faktor ini juga berpengaruh besar terhadap terjadinya kekerasan pada anak, sebab lingkungan sekitarlah yang menjadifaktor terbesar dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku anak. c. Perceraian Perceraian mengakibatkan stress pada anak, sebab anak akan kehilangan kasih sayang dari kedua orangtua. d. Anak yang tidak diharapkan hal ini juga akan mengakibatkan munculnya perilaku kekerasan pada anak, sebab anak tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orangtua,misalnya kekurangan fisik, lemah mental, dsb 3. Stress berasal dari orangtua, a. Rendah diri anak dengan rendah diri akan sering mendapatkan kekerasan, sebab anakselalu merasa dirinya tidak berguna dan selalu mengecewakan orang lain. b. Waktu kecil mendapat perlakuan salah orangtua yang mengalami perlakuan salah pada masa kecil akan melakuakan hal yang sama terhadap orang lain atau anaknyasebagai bentuk pelampiasan atas kejadian yang pernah dialaminya c. Harapan pada anak yang tidak realistis
5
harapan yang tidak realistis akan membuatorangtua mengalami stress berat sehingga ketika tidak mampu memenuhi memenuhikebutuhan anak, orangtua cenderung menjadikan anak sebagai pelampiasan kekesalannya dengan melakukan tindakan kekerasan.
D. MANISFESTASI KLINIS 1. Cidera Kulit Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan. 2.
Kerontokan Rambut Traumatik Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-penganiayaan.
3.
Jatuh Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.
4.
Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya penganiayaan.
5.
Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya Luka bakar terculap, , dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar
6
setrikaan, luka bakar daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan jahat yang disengaja. 6.
Sindroma Bayi Terguncang Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak, menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera eksternal.
7.
Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang tidak terjadi secara kebetulan.
E. DAMPAK Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak. Hal ini dapat terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak mempunyai masa depan yang masih panjang sehingga perlu pemantauan dan program tindakan yang terus-menerus bagi anak korban penganiayaan dan kekerasan. F. KOMPLIKASI 1. Defisit perhatian / hiperaktivitas ( Attention-deficit/hiperactivity disorder, ADHD) 2. Kesulitan belajar 3. Masalah kesehatan mental ( misal, depresi, stres, pasca-traumatik, gangguan makan) 4. Perilaku agresif ( meyerang) 5. Keterlambatan perkembangan 6. Kesulitan dalam hubungan sosial 7. Perilaku seksual yang tidak tepat 8. Penyalahgunaan zat 9. Peningkatan penyakit menular seksual ( AIDS) G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK 1. Studi radiografik survei skeletal ( tulang), dalam dua tahap, untuk semua anak yang diduga cedera akibat penganiayaan. Ulangi dalam waktu dua minggu untuk anak yang mempunyai kemungkinan besar mengalami penganiayaan . Rasional : fraktur metafiseal (corner chip) mempunyai spesifisitas ke arah penganiayaan tetapi mungkin sulit di
7
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
identifikasi pada awalnya.penyembuhan fraktur dari kalus ( benjolan tulang ) yang terlihat 2 minggu dari suatu cedera akut . Survei skeletal juga memberikan informasi tentang usia cedera.*fraktur multipel pada berbagai tahap penyembuhan sering terjadi pada penganiayaan anak. CT scan atau MRI pada daerah yang sakit Pemeriksaan oftalmologi – untuk mendeteksi hemoragi retina ( akibat goncangan atau benturan hebat di kepala ). Foto bewarna dari cedera Lingkar kepala, lingkar abdomen Pemeriksaan cairan serebrospinal Tes kehamilan Skrining penyakit menular seksual, human immunodeficienty virus (HIV) Pemeriksaan penjelas ( pengumpulan dan pemeriksaan spesimen hendaknya dilakukan dengan rekomendasi dari lembaga perlindungan anak penyidik setempat atau pemeriksa medis)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS Prioritas utama dalam perawatan anak yang teraniaya adalah resusitasi dan stabilisasi seperlunya sesuai dengan cedera yang dialami. Konfirmasi penganiayaan diperoleh melalui pengambilan data riwayat yang saksama ,pemeriksaan fisik yang lengkap dengan inspeksi yang mendetail pada seluruh tubuh anak dan pengambilan spesimen laboratorium. Semua cidera harus di dokumentasikan dengan foto bewarna dan di catat dengan cermat dalam rekam medis tertulis. Setiap negara bagian mempunyai undang-undang yang mejelaskan tanggung jawab legal untuk melapor jika terdapat kecurigaan penganiayaan anak. Kecurigaan penganiayaan anak harus dilaporkan ke lembaga layanan perlindungan anak setempat. Pelapor yang diberi mandat untuk melapor adalah perawat , dokter, dokter gigi, pediatris, psikolog, patolog wicara, pemeriksa medis, karyawan, lembaga penitipan anak, pekerja layanan anak-anak, pekerja sosial, dan guru sekolah. Kegagalan seseorang untuk melaporkan penganiayaan ana dapat menyebabkan orang tersebut di denda atau diberi hukuman lain, sesuai dengan statuta masingmasing
8
I. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab semua pihak. 1. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat. 2. Pendidik Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah. Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak. 3. Penegak Hukum dan Keamanan Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. 4. Media Massa Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan.
9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitandengan child abuse, antara lain: 1. Psikososial a. Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau b. Gagal tumbuh dengan baik c. Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor dan psikososial d. With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa 2. Muskuloskletal a. Fraktur b. Dislokasi c. Keseleo (sprain) 3. Genito Urinaria a. Infeksi saluran kemih b. Perdarahan per vagina c. Luka pada vagina/penis d. Nyeri waktu mikasi e. Laserasi pada organ enetalia eksternal, vagina & anus 4. Intergumen a. Lesi sirculasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok) b. Luka bakar pad kulit, memar atau abrasi c. Adanya tanda-tanda gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan d. Trauma yang tidak dijelaskan e. Bengkak B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Risiko trauma b.d karakteristik anak, pemberi asuhan, lingkungan 2. Ansietas b.d interaksi interpersonal yang negatif, perlakuan salah berulang kali, ketidakberdayaan, potensial kehilangan orang tua 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan 4. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abuse
10
C. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa 1 : Resiko trauma b.d karakteristik anak, pemberi asuhan,lingkungan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi trauma pada anak Intervensi : 1. Implementasikan upaya untuk mencegah penganiayaan, seperti : a. Laporkan hal-hal mencurigakan ke pihak berwenang b. Bantu memindahkan anak dari lingkungan tidak aman dan tempatkan ke dalam lingkungan yang aman c. Tetapkan upaya perlindungan bagi anak yang dirawat di rumah sakit sesuai indikasi untuk mencegah berlanjutkannya penganiayaan di rumah sakit 2. Rujuk keluarga ke lembaga sosial untuk mendapat bantuan finansial, makanan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan untuk membantu mencegah pengabaian 3. Buat selalu catatan yang faktual dan objektif untuk dokumentasi meliputi kondisi fisik anak, respons perilaku anak terhadap orang tua, orang lain dan lingkungan 4. Bekerja sama dalam upaya tim multidisiplin untuk mengevaluasi kemajuan anak secara berkelanjutan 5. Waspadai tanda-tanda berlangsungnya penganiayaan atau pengabaian 6. Bantu orang tua mengidentifikasi situasi yang mencetuskan tindakan penganiayaan dan cara alternatif untuk melepaskan kemarahan selain dengan menyerang anak 7. Rujuk ke penempatan alternatif jika diindikasikan untuk mencegah cidera atau pengabaian berkelanjutan Diagnosa 2 : Ansietas b.d interaksi interpersonal yang negatif, perlakuan salah berulang kali, ketidakberdayaan, potensial kehilangan orang tua Tujuan : Pasien mengalami pengurangan atau peredaan ansietas dan stress Intervensi : Rencanakan aktivitas yang tepat untuk menarik perhatian dengan perawat, orang dewasa lain, dan anak lain ; gunakan permainan untuk membentuk hubungan 1. Puji kemampuan anak untuk meningkatkan harga diri 2. Perlakuakan anak sebagai orang yang memiliki masalah fisik khusus yang memerlukan hospitalisasi, bukan sebagai korban “ penganiayaan”
11
3. Hindari mengajukan terlalu banyak pertanyaan 4. Gunakan permainan, terutama aktivitas keluarga atau rumah boneka 5. Dorong anak membicarakan perasaannya terhadap orang tua dan penenpatannya di masa depan untuk memfasilitsi koping Diagnosa 3 : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan Tujuan : Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya Intervensi : 1. Diskusikan hasil test kepada orang tua dan anak 2. Melakukan aktivitas (seperti, membaca, bermain sepeda, dll) antara orang tua dan anak untuk meningkatkan perkembangan dari penurunan kemampuan kognitif psikomotor dan psikososial 3. Tentukan tahap perkembang-an anak seperti 1 bulan, 2 bulan, 6 bulan dan 1 tahun 4. Libatkan keterlambatan per- kembangan dan pertumbuhan yang normal Diagnosa 4 : Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan ChildAbuse Tujuan : Mekanisme koping keluarga menjadi efektif Intervensi : 1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan rusaknya mekanisme koping pada keluarga, usia orang tua, anak ke berapa dalam keluarga, status sosial ekonomi terhadap perkembangan keluarga, adanya support system dan kejadian lainnya 2. Konsulkan pada pekerja sosial dan pelayanan kesehatan pribadi yang tepat mengenai problem keluarga, tawarkan terapi untuk individu atau keluarga 3. Dorong anak dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang apa yang mungkin menyebabkan perilaku kekerasan. 4. Ajarkan orang tua tentang perkembangan & pertumbuhan anak sesuai tingkat umur. Ajarkan kemampuan merawat spesifik dan terapkan tehnik disiplin
12
D. IMPLEMENTASI Implementasi sesuai dengan perencanaan
E. EVALUASI 1. 2. 3. 4. 5.
Anak terlindung dari cedera atau bahaya lebih lanjut Trauma pada anak berkurang atau tidak ada Ansietas dan stress pada anak dapat terkontrol atau berkurang Mekanisme koping keluarga menjadi efektif Perkembangan kognitif anak, psikomotor dan psikososial dapat disesuaikan dengan tingkatan umurnya 6. Perilaku kekerasan pada keluarga dapat berkurang 7. Perilaku orang tua yang kasar dapat menjadi lebih efektif
13
BAB IV KESIMPULAN A. KESIMPULAN Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak Klasifikasi child abuse terdiri dari : dalam keluarga ( penganiayaan fisik penelantaran anak/kelalaian, penganiayaan emosional , penganiayaan seksual Di luar rumah (dalam institusi/lembaga, di tempat kerja, di jalan, di medan perang). Faktor penyebab yaitu kekerasan fisik maupun kekerasan psikis. Manifestasi klinis dari child abuse adalah cidera kulit , kerontokan rambut traumatik , jatuh, cidera eksternal pada kepala , muka dan mulut , cidera termal disengaja atau diketahu penyebabnya, sindroma bayi terguncang dan fraktur dan dislokasi yang tidak dapat dijelaskan. Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak Prioritas utama dalam perawatan anak yang teraniaya adalah resusitasi dan stabilisasi seperlunya sesuai dengan cedera yang dialami. Diagnosa keperawatan pada anak dengan child abuse diantaranya : 1. Risiko trauma b.d karakteristik anak, pemberi asuhan, lingkungan 2. Ansietas b.d interaksi interpersonal yang negatif, perlakuan salah berulang kali, ketidakberdayaan, potensial kehilangan orang tua 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan anak berhubungan dengan tidak adekuatnya perawatan 4. Tidak efektifnya koping keluarga; kompromi berhubungan dengan faktor-faktor yang menyebabkan Child Abus B. SARAN Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan masukan
14
DAFTAR PUSTAKA Betzz, Cicilia. 2002. Keperawataan Pediatric. Jakarta : EGC Budi Keliat, Anna. 1998. Penganiayaan Dan Kekerasan Pada Anak. Jakarta : FKUI Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Ed.2. Jakarta : Salemba Medika Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
15