Chapter Fisika.docx

  • Uploaded by: An Nisa
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Chapter Fisika.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,321
  • Pages: 16
FISIKA DASAR FARMASI C “BESARAN, PENGUKURAN, DAN HUKUM NEWTON”

Disusun Oleh: Annisa Khoiriyah NIM : 172210101109

Dosen Pembimbing : Ekka Deddy Irawan, S.Si., M.Sc., Apt.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER SEPTEMBER, 2017

BAB I PENGUKURAN DAN BESARAN

A. Dasar Teori Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam seperti gerak, kalor, cahaya, bunyi , listrik, dan magnet. Proses pengamatan gejala alam tersebut bermula dari pengamatan yang dilakukan oleh indera kita. Akan tetapi pengamatan tersebut harus disertai dengan data kuantitatif yang dapat diperoleh dari hasil pengukuran. Pada proses pengukuran, alat ukur memegang peran penting dari sebuah pengamatan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari sesungguhnya kita sering melakukan kegiatan pengukuran. Misalnya ketika kita membeli minyak goreng, gula, beras, daging, mengukur tinggi badan, mengukur suhu tubuh, menimbang berat, merupakan bentuk aktivitas pengukuran. Oleh karena itu pengukuran menjadi bagian dari kehidupan manusia. Pengukuran akan memberikan hasil yang baik jika menggunakan alat ukur yang memenuhi syarat. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang valid dan reliable (dipercaya). Selain itu suatu alat ukur juga harus memiliki ketelitian. Jika alat ukur yang digunakan memiliki ketelitian yang tinggi, maka semakin baik kualitas alat ukur tersebut. Dalam melakukan pengukuran maka pasti akan melibatkan besaran-besaran fisika. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur, serta dapat dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan. Setiap besaran memiliki dimensi. Dimensi suatu besaran ialah penggambaran atau cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan simbol “lambang” besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok. Apapun jenis satuan besaran yang digunakan tidak mempengaruhi dimensi besaran tersebut, misalnya satuan panjang dapat dinyatakan dalam m, cm, km, ft, keempat satuan ini mempunyai dimensi yang sama yakni L. Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu: 1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa. Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan menggunakan neraca. 2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator. Contoh besaran non fisika adalah jumlah. Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. a) Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam. Selain itu, terdapat dua besaran tambahan yang tidak memiliki dimensi, yakni sudut datar dan sudut ruang (tiga dimensi).

b)

Besaran turunan Besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak macamnya.

Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran skalar dan besaran vektor. 1. Besaran skalar yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa memiliki arah. Contoh : panjang, massa, dan waktu. 2. Besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah. Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan, dan lain sebagainya.

B. Pembahasan Besaran fisika adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Berdasarkan penyusunnya, besaran fisika dikelompokkan menjadi dua; besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran fisika yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu melalui kesepakatan. Ada tujuh besaran pokok, yaitu seperti ditunjukkan pada tabel di bawah Besaran Satuan Dimensi Panjang Meter (m) [L] Massa Kilogram (kg) [M] Waktu Sekon (s) [T]

Kuat arus listrik Suhu Intensitas cahaya Jumlah zat

Ampere (A) Kelvin (K) Kandela (cd) Mole (mol)

[I] [Ꝋ] [J] [N]

Sedangkan besaran turunan adalah besaran fisika yang satuannya diturunkan dari satuan-satuan besaran pokok. Contoh besaran turunan ditunjukkan oleh tabel di bawah. Besaran Satuan Dimensi 2 Luas m [L] Kecepatan m/s [L][T]-1 Gaya Kg.m/s2 [M][L][T]-2 2 2 Usaha Kg.m /s [M][L]2[T]-2 Besaran fisika juga dikelompokkan menjadi dua; besaran skalar dan besaran vektor. Besaran skalar hanya memiliki besar dan tidak memiliki arah. Ketujuh besaran pokok termasuk besaran skalar. Besaran skalar lainnya adalah; kelajuan, perlajuan, tekanan, volume, massa jenis, udasa, dan energi. Besaran vektor memiliki besar dan bergantung pada arahnya. Beberapa contoh besaran vektor adalah; perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, torsi, impuls, dan momentum Pengukuran Besaran Pokok a. Pengukuran Besaran Panjang Pengukuran besaran panjang bisa dilakukan dengan menggunakan mistar, jangka sorong, atau mikrometer sekrup. Alat ukur tersebut memiliki nilai ketelitian yang berbedabeda. Nilai ketelitian adalah nilai terkecil yang masih dapat diukur. 1) Mistar

Mistar merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan sudah lumrah dikenal orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter, sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki panjang 30 sentimeter. Mistar memiliki skala pengukuran terkecil 1 milimeter, sesuai dengan jarak garis terkecil antara dua garis yang saling berdekatan. Ketelitiannya adalah 0,5 milimeter, atau setengah dari skala terkecil. Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan sebuah mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek yang akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek yang diukur tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur Untuk pengukuran dengan menggunakan

mistar atau penggaris, kita harus membaca skala pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas tanda yang akan dibaca. Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan paralaks. 2) Meteran lipat (pita pengukur)

Digunakan untuk megukur suatu obyek yang tidak bisa dilakukan dengan mistar, misalnya karena ukurannya terlalu panjang atau bentuknya tidak lurus. Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 1 mm. 3)

Jangka sorong

Jangka sorong merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap suatu objek secara rinci. Alat ini biasa digunakan untuk melakukan pengukuran benda kerja untuk memperoleh hasil pengukuran yang detail dan akurat. Jangka sorong memang memiliki tingkat ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi dalam pengukuranya. Karena alat ukur ini memiliki beberapa garis skala dalam pengukuranya yaitu skala utama dan skala nonius.. Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 0,1 mm cara menggunakan jangka sorong adalah sebagai berikut : 1. Pertama-tama, longgarkan baut pengunci dengan cara menggeser rahang geser. Jangan lupa untuk memastikan bahwa ketika rahang jangka sorong tertutup harus menunjukkan angka nol. Jika belum menunjukkan angka nol sebaiknya setting terlebih dahulu. 2. Meletakkan benda atau objek yang akan diukur pada jangka sorong. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pastikan bahwa benda maupun jangka sorong dalam keadaan bersih dan tidak ada partikel apapun yang menempel karena bisa mempengaruhi nilai pengukuran. 3. Setelah benda dipastikan bersih dan siap untuk diukur, kemudian tutup rahang jangka sorong. Pastikan posisi benda sesuai dengan pengukuran yang ingin diambil, terjepit kuat dan tidak bergeser.

4. Untuk membaca skala, terlebih dahulu lihat pada skala utama, yakni nilai yang terukur dengan angka nol di skala nonius. Jika tidak, ambil nilai skala utama yang terdekat di kirinya. 5. Lihat Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang berhimpit dengan garis di skala utama kemudian jumlahkan

4)

Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup digunakan untuk mengetahui ukuran panjang yang sangat kecil. Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 0,01 mm cara menggunakan mirometer sekrup adalah sebagai berikut : 1. Pertama, pastikan pengunci poros geser dalam keadaan terbuka agar poros geser dapat digerakan. 2. Lalu kalibrasi terlebih dahulu apakah saat poros tetap dan poros geser bertemu, kedua skala baik skala utama maupun skala putar menunjukan angkan nol. 3. Setelah itu, putar pemutar supaya rahang poros geser bergerak mundur. Ambil benda yang hendak diukur ketebalannya dan letakan di antara poros geser dan poros tetap. 4. Putar pemutar supaya poros geser menjepit benda. 5. Setelah terjepit sempurna, putar pengunci agar poros gerak tidak berubah lagi. Setelah itu, kita dapat membaca skala hasil pengukuran alat ini.

b.

Alat Ukur Massa

Neraca yang digunakan di laboratorium fisika pada umumnya berbeda neraca yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ada empat macam prinsip kerja neraca, yaitu: 1.

Prinsip kesetimbangan gaya gravitasi, contoh neraca sama lengan

2.

Prinsip kesetimbangan momen gaya, contoh neraca dacin

3.

Prinsip kesetimbangan gaya elastis, contoh neraca pegas

4.

Prinsip inersia (kelembaman), contoh neraca inersia

c.

Alat Ukur Waktu

Sebenarnya ada banyak alat ukur waktu yang tersedia, seperti jam tangan, jam dinding, jam bandul dan sebagainya. Namun yang sering digunakan di laboratorium adalah stopwatch. Ada banyak jenis stopwatch dengan berbagai ketelitian, mulai dari 1 detik, 1/10 detik, sampai 1/100 detik. Ada juga stopwatch digital dengan ketelitian yang sangat tinggi, misalnya fasilitas stopwatch di handphone. d.

Alat Ukur Suhu (temperatur)

Alat ukur suhu adalah termometer, dan ada banyak jenis termometer. Dilihat dari jenis skala ada tiga macam termomometer, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan Reamur. Ditinjau dari bahan termometrik yang digunakan juga ada tiga jenis termometer, yaitu termometer gas, zat cair, dan zat padat (termokopel dan hambatan platina). e.

Alat Ukur Massa jenis Massa jenis termasuk besaran turunan yaitu sama dengan massa dibagi volume benda. Oleh karena itu, untuk menentukan massa jenis sebuah benda kita perlu dua alat ukur, yaitu alat ukur massa (neraca) dan alat ukur volume (penggaris untuk benda yang teratur bentuknya atau gelas ukur). Cara lain untuk mengukur volume benda adalah dengan memasukkan benda langsung ke dalam gelas ukur. C. Contoh Soal dan Pembahasan 1. Tentukan hasil pengukuran pada gambar dibawah dalam satuan centimeter.

Jawab : Pembacaan skala utama= 10 cm (angka 10 persis bersebrangan dengan angka nol pada skala vernier disebelah kanannya). Pembacaan skala vernier/ skala nonius= 0,02 cm (garis kedua setelah nol pada skala vernier tepat lurus dengan garis diatasnya). Jadi, hasil pengukuran pada gambar di atas = 10 cm + 0,02 cm = 10,02 cm Atau 100,2 mm

2. Besaran yang dimensinya M L T –1 adalah .. Jawab : Dari dimensi yang diketahui maka satuan dari besaran tersebut adalah Kg.m/s, besaran yang mempunyai satuan ini adalah momentum.

3. 4.

Diameter dari gambar gasing diatas ialah? jawab Hasil dari pengukuran (rumus) = skala tetap + skala geser atau nonius. Didabat dari gambar di atas. skala tetap = 23 mm Skala geser = 0,2 mm jawaban dari soal no 2 adalah=23+0,2=23,2 mm

D. Aplikasi Besaran Dan Pengukuran Di Bidang Farmasi Hubungan pengukuran dengan farmasi sangat penting karena dibidang farmasi tidak akan lepas dari istilah pengukuran. Dalam proses pencampuran suatu bahan atau zat-zat kimia pengukuran sangat dibutuhkan untuk mengetahui ketepatan dalam menghitung takaran atau ukuran suatu zat.

Daftar Pustaka

Soedojo, Peter. 1986. Azas-azas Ilmu Fisika Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sutrisno. 1997. Seri Fisika Fisika Dasar. Bandung : Penerbit ITB Dunia pengukuran, Hubungan Pengukuran Dengan farmasi, https://lenterakecil.com/penulisan-daftar-pustaka-dari-internet/ (diakses 19 September 2017) Dosen Pendidikan, Dimensi Besaran Pengertian & Fungsi, http://www.dosenpendidikan.com/dimensi-besaran-pengertian-fungsi-rumus-contoh/ (diakses 27 September 2017)

BAB II HUKUM NEWTON

A. Dasar Teori Hukum-hukum Newton adalah hukum yang mengatur tentang gerak. Hukum gerak Newton itu sendiri merupakan hukum yang fundamental. Artinya, pertama hukum ini tidak dapat dibuktikan dari prinsip-prinsip lain. Kedua, hukum ini memungkinkan kita agar dapat memahami jenis gerak yang paling umum yang merupakan dasar mekanika klasik. Hukum gerak Newton adalah tiga hukum yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam karyanya Philosophi Naturalis PrincipaMathematica, pertama kali ditebitkan pada 05 Juli 1687. Hukum newton terbagi atas tiga yaitu : a. Bunyi Hukum Newton 1 (I) Bunyi: "Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap". b. Bunyi Hukum Newmon 2 (II) Bunyi: "Percepatan dari suatu benda akan sebanding dengan jumlah gaya (resultan gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya". c. Bunyi Hukum Newton 3 (III) Bunyi: "Jika suatu benda memberikan gaya pada benda lain maka benda yang dikenai gaya akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan gaya yang di terima dari benda pertama tetapi arahnya berlawanan". B. Pembahasan a. Hukum 1 newton Misalkan kita taruh sebuah buku di atas lantai, kita dorong sedikit kuat dan kita lepaskan. Kita semua tahu apa yang terjadi, buku akan terus bergerak pada garis lurus kemudian berhenti. Orang jaman dahulu mengambil kesimpulan, bahwa agar benda dapat bergerak maka pada benda harus terus menerus dilakukan pengaruh luar atau gaya. Mereka pikir keadaan alamiah suatu benda adalah keadaan diam. Agar sebuah benda bergerak pada garis lurus dengan kecepatan tetap, mereka percaya bahwa sesuatu di luar benda harus terus tetap menggerakkannya. Jika tidak, benda tersebut akan kembali kepada keadaan aslinya, yaiut diam. Baru kemudian seorang Italia bernama Galileo Galilei (1564-1642) mencoba memikirkan lebih jauh tentang teori tersebut. Jika permukaan benda dibuat licin, maka perlambatan benda. Dengan dorongan yang sama, benda akan lebih lama bergerak jika permukaannya dibuat licin.

Dapat diambil kesimpulan bahwa jika menggunakan permukaan yang dipasang horizontal, dan gesekan antara benda dan permukaan dihilangkan sama sekali, maka jika didorong sedikit benda akan bergerak pada garis lurus tanpa akan berhenti. Dengan kata lain benda akan bergerak lurus beraturan (dengan kecepatan tetap). Galileo menyatakan bahwa untuk mengubah kecepatan suatu benda diperlukan suatu gaya luar, akan tetapi untuk mempertahankan kecepatan pada suatu nilai (dan arah) tertentu tidaklah diperlukan gaya luar. Prinsip Galileo ini kemudian diambil oleh Isaac Newton (1642-1727) sebagai suatu hukum, dan kemudian dikenal sebagai hukum newton I. Isaac Newton adalah seorang Inggris yang lahir pada tahun yang sama dengan kematian galileo. Dalambentuk hukum pertama Newton, prinsp Galileo dinyatakan sebagai berikut : Setiap benda akan tetap berada pada keadaan diam atau gerak lurus beraturan, kecuali jika benda itu dipaksa untuk mengubah keadaan tersebut oleh gaya-gaya yang dikerjakan padanya. Hukum 1 newton juga memperkenalkan kita dengan satu pengertian lagi. Sifat bahwa benda akan tetap berada pada keadaannya, yaitu diam atau bergerak lurus beraturan, disebut sifat inersia.

Rumus Hukum Newton 1

b. Hukum II Newton Bunyi: “Percepatan (perubahan dari kecepatan) dari suatu benda akan sebanding dengan resultan gaya (jumlah gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda Maksud hukum newton 2 yaitu massa suatu benda sangat berpengaruh pada gaya dalam suatu sistem. Tambahan atau kurangan massa akan menghasilkan suatu perubahan. Rumusnya yaitu ∑F = m.a Keterangan: ∑F = Resultan Gaya (kg m/s2) m = Massa Benda (kg) a = Percepatan (m/s2) c. Hukum III newton Suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda selalu berasal dari benda lain. Jadi suatu gaya sebetulnya adalah hasil interaksi antara dua benda. Jika sutau benda melakukan gaya pada sebuah benda lain, benda kedua selalu melakukan gaya balasan pada benda pertama. Di samping itu kedua gaya ini mempunyai besar yang sama dan arah berlawanan. Jika salah satu dari gaya yang terjadi pada interaksi antara dua buah benda tersebut gaya “aksi”, maka gaya yang lainnya disebut gaya “reaksi”. Mana yang “aksi” atau “reaksi” tidaklah penting disini sebab kedua gaya ini bukanlah timbul sebagaisebab akibat, akan tetapi

merupakan gaya yang selalu timbul bersama-sama, sehingga yang satu bukanlah merupakan sebab atau akibat dari yang lain. Sifat gaya-gaya seperti ini pertama kali ditemukan oleh Newton dalam hukum geraknya yang ketiga. Setiap aksi selal dilawan oleh reaksi yang sama besarnya, atau aksi timbal-balik dari dua benda adalah selalu sama besar, dan mempunyai arah berlawanan. Secara singkat hukum III Newtonn menyatak bahwa Faksi = -Freaksi Yaitu bahwa gaya aksi besarnya sama dengan reaksi, akan tetapi arahnya berlawanan C. Contoh Soal dan Pembahasan 1. Tiga orang anak menarik sebuah peti masing-masing dengan gaya F1 = -5k, F2 = 5i dan F3 = -5i + 5k. Tentukan gaya total yang bekerja pada benda, dan bagaimana sifat gerak benda akibat pengaruh gaya-gaya tersebut? Jawab : Karena gaya merupakan besaran vektor, maka untuk mengetahui gaya total yang bekerja pada benda perlu dilakukan penjumlahan vektor. Dalam hal ini gaya total yang bekerja pada peti adalah ΣF = F1 + F2 + F3 Sehingga gaya total yang bekerja pada peti adalah ΣF = -5 k + 5 i + (-5 i + 5 k) = 0 Karena gaya total yang bekerja pada benda sama dengan 0, maka berdasarkan hukum I Newton, benda tersebut bergerak lurus beraturan (bergerak dengan kecepatan tetap) atau dalam keadaan diam. Keadaan diam (yang ditandai dengan v = 0) merupakan kasus dengan kecepatan tetap. 2. Sebuah benda bermassa 2 kg menerima gaya dari luar sehingga bergerak dengan percepatan 3 i ms-2. Tentukan besar gaya yang bekerja pada benda dan berapa percepatan yang dihasilkan gaya tersebut jika bekrja pada benda yang bermassa 4 kg? Jawab Untuk menyelesaikan persoalan ini digunakan hukum II Newton, yang biasa dikenal dalam ungkapan Σ F = ma Atau dengan ungkapan lain ΣF=m

𝑑𝑣(𝑡) 𝑑𝑡

Dalam hal ini ΣF menyatakan jumlah keseluruhan gaya yang bekerja pada benda. Ingat bahwa gaya adalah besaran vektor . sedangkan a menyatakan percepatan yang dialami

benda akibat bekerjanya gaya-gaya tersebut. Dengan demikian besar gaya yang menyebabkan benda bermassa 2 kg bergerak dengan percepatan 3 ms-2 adalah ΣF = (2) (3 i) = 6 i N Dari persamaan sebelumnya terlihat bahwa arah resultan gaya yang bekerja pada benda searah dengan arah percepatan yang dihasilkan. Gaya yang sama akan menyebabkan benda bermassa 4 kg mengalami percepatan sebesar a=

Σ𝐅 𝑚

=

6𝒊 4

= 1,5 i ms-2

3. Sebuah balok yang massanya 6 kg meluncur ke bawah pada sebuah papan licin yang dimiringkan 30° dari lantai. Jika jarak lantai dengan balok 10 m dan besarnya gaya gravitasi ditempat itu 10 ms-2, maka tentukan percepatan dan waktu yang diperlukan balok untuk sampai di lantai! Jawaban

Gaya berat balok diuraikan pada sumbu X (bidang miring) dan sumbu Y (garis tegak lurus bidang miring). Benda meluncur dengan gaya F = w sin 30°. Menurut hukum II Newton F=m×a w sin 30° = m × a m × g sin 30° = m × a 6 × 10 × 0,5 = 6 a → a = 5 ms-2

D. Penerapan Hukum Newton di Kehidupan Sehari-hari Ada kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang menerapkan prinsip dari hukum Newton, berikut adalah contohnya : 1. Orang yang sedang mendayung perahu 2. Mempercepat laju kendaraan bermotor dengan memperbesar gas. 3. Memperlambat laju kendaraan bermotor dengan mengerem. 4. Orang yang sedang berjalan di tempat yang kasar 5. Mendorong benda di atas lantai 6. Pada roket air. Tekanan air yangmengandung detergen dalam keadaan tinggi. Ketika tutup roket air dibuka maka air tersebut akan menyembur ke bawah sehingga mendorong roket ke atas.

E. Aplikasi Hukum Newton Di Bidang Farmasi

Aplikasi hukum Newton dalam bidang farmasi yaitu pada alat-alat kesehatan, misalnya pengukuran massa anak dengan suatu timbangan pegas. di mana seoarang anak balita sedang diukur berat badannya. Pada saat anak ditimbang, pada anak bekerja gaya berat W yang disebabkan oleh percepatan gravitasi bumi. Pada saat dalam keadaan

setimbang, anak bayi tidak bergerak-gerak, maka gaya berat W akan sama dengan tegangan tali T. Tegangan tali T akan terukur pada angka yang ditunjukkan oleh timbangan. Pada keadaan setimbang ini (keadaan diam) hukum pertama Newton dapat digunakan.

Daftar Pustaka

Basar, Khairul., dkk. 2005. Soal Jawab Fisika Dasar Bagian I. Jakarta : Salemba Teknik Sutrisno. 1997. Seri Fisika Fisika Dasar. Bandung : Penerbit ITB. Yuksinau, Bunyi hukum Newton (1,2,3) rumus, contoh http://www.yuksinau.id/hukum-newton-1-2-3/ (diakses 19 September 2017).

(lengkap),

KESIMPULAN

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur, serta dapat dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan. Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu: 1.

Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran.

2.

Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan..

Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Satuan adalah suatu pembanding dalam pengukuran atau membandingkan besaran dengan yang lain yang dipakai oleh patokan. Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan suatu besaran dengan suatu besaran yang sudah distandar. Pengukuran panjang dilakukan dengan menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran berat menggunakan neraca dengan berbagai ketelitian, mengukur kuat arus listrik menggunakan ampermeter, mengukur waktu dengan stopwatch, mengukur suhu dengan termometer, dan lain sebagainya. Hukum-hukum Newton adalah hukum yang mengatur tentang gerak. Hukum I Newton berbunyi “Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol maka benda diam akan tetap diam dan benda bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak lurus beraturan”. Di mana F = 0. Hukum II Newton berbunyi “Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada suatu benda berbanding lurus dengan besar gaya itu dan berbanding terbalik dengan massa benda itu “, Dimana : F = ma. Hukum III Newton berbunyi “bila suatu benda melakukan gaya pada benda lainnya, maka akan menimbulkan gaya yang besarnya sama dengan arah yang berlawanan”, Dimana : F aksi = F reaksi.

Related Documents

Chapter
May 2020 60
Chapter
November 2019 76
Chapter
October 2019 79
Chapter 1 - Chapter 2
June 2020 62

More Documents from ""