BAB II STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM
A. Definisi Struktur Organisasi Laboratorium Berdasarkan istilah yang diberikan oleh ISO 9000, organisasi adalah orang atau sekelompok orang yang memiliki fungsi masing-masing dengan tanggung jawab, wewenang, dan hubungan, untuk mencapai sasarannya. Sedangkan struktur organisasi adalah pengaturan tanggung jawab, hubungan-hubungan, dan wewenang antar orang (Hadi, 2018). Dengan demikian, pembentukan struktur organisasi harus didasarkan pada “siapa mengerjakan apa, dengan sumber daya apa, dan bagaimana hubungan dengan personel lain”. “siapa” dalam hal ini adalah jabatan atau posisi tertentu dalam struktur organisasi sistem manajemen mutu laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025, yaitu manajer puncak, manajer mutu, manajer teknisi, manajer penunjang, penyedia, atau analisis/petugas kalibrasi (Hadi, 2018). Struktur organisasi laboratorium yang diterapkan harus menunjukkan kedudukannya di dalam organisasi induk, garis kewenangan, ruang lingkup tanggung jawab, uraian kerja, dan hubungan timbal balik semua personel baik antara sistem manajemen mutu, kegiatan teknis, maupun pelayanan penunjang. Selain itu, laboratorium harus menjamin bahwa setiap personel menyadari relevansi dan pentingnya kegiatan mereka dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam pencapaian tujuan sistem manajemen mutu. Bentuk struktur organisasi harus disesuaikan dengan tujuan utama laboratorium dengan mempertimbangkan ruang lingkup, jenis atau komoditi, serta volume/beban kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi. Hal ini menyebabkan organisasi pada setiap laboratorium tidak sama namun bentuk struktur organisasi yang sederhana dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.1 di bawah ini.
Manager Puncak
Manager Mutu
Manager Teknis
Penyelia Laboratorium
Manager Administrasi
Penyelia Pengambil Sampel
Analisis/Operator
Petugas Pengambil Sampel
Gambar 2.1 Struktur organisasi sistem manajemen mutu laboratorium berdasarkan ISO/IEC 17025:2005
Struktur organisasi laboratorium yang mengacu ISO/IEC 17025:2005 didasarkan pada kompetensi, karena itu sangat mudah diterapkan untuk laboratorium swasta yang profesional. Namun demikian, bukan berarti laboratorium pemerintah tidak dapat menerapkannya. Kendala utama bagi laboratorium pemerintah yang menerapkan struktur ISO/IEC 17025:2005 adalah bahwa
di
dalam
organisasi
struktural
laboratorium,
pemerintah
tidak
dimungkinkan hanya mempunyai uraian tugas sebagaimana disyaratkan oleh standar tersebut. Struktur organisasi laboratorium dibentuk untuk mendukung fungsi organisasi induknya. Apabila laboratorium tersebut membentuk organisasi sistem manajemen mutu maka terkesan membuat organisasi bayangan dalam organisasi struktural yang ada. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, organisasi struktural laboratorium ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sedangkan organisasi sistem manajemen mutu disahkan melalui surat keputusan kepala laboratorium.
Apabila organisasi sistem manajemen mutu telah terbentuk dalam laboratorium pemerintah, muncul masalah lain seperti penempatan seseorang untuk menduduki jabatan fungsional organisasi tersebut. Tidak semua pejabat struktural yang ada memenuhi persyaratan kualifikasi yang diisyaratkan oleh ISO/IEC 17025:2005, yaitu mempunyai pendidikan yang sesuai, pelatihan yang memadai dan kemampuan mendemonstrasikan keterampilan maupun keahliannya. Jika hal ini terjadi, akan timbul dampak psikologis bagi yang bersangkutan. Secara struktural yang bersangkutan telah menduduki jabatan berdasarkan surat keputusan yang ada, namun tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya dalam organisasi sistem manajemen mutu di laboratorium tersebut. Idealnya, pejabat struktural dalam laboratorium pemerintah harus mempunyai kualifikasi yang diisyaratkan oleh ISO/IEC 17025:2005. Apabila yang bersangkutan belum memenuhi persyaratan, dia harus mengikuti pelatihan yang memadai sehingga mampu mendemonstrasikan keterampilan maupun keahliannya. (Hadi, 2007) Laboratorium merupakan tempat pengamatan, percobaan, latihan dan pengujian konsep pengetahuan dan teknologi. Laboratorium diharapkan dapat menunjang proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran, sehingga upaya meningkatkan prestasi siswa semakin meningkat, namun kenyataannya masih banyak sekolah yang belum memanfaatkan laboratorium sebagai media belajar yang efektif. Materi yang seharusnya menggunakan metode eksperimen menjadi pilihan utama bagi guru IPA untuk menjelaskan suatu materi, sehingga siswa lebih memahami materi tersebut. Penggunaan laboratorium agar efektif diperlukan pengelolaan yang sebaik-baiknya. Keberadaan dari kelangsungan suatu laboratorium sangat tergantung pada pengelolaannya. Pengelolaan adalah proses merencanakan, mengorganisasikan melaksanakan serta melakukan evaluasi bagi suatu sekolah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan siswa. Dengan adanya laboratorium, diharapkan siswa bisa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Laboratorium IPA merupakan suatu tempat menggali ilmu pengetahuan yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan bagaimnana manusia bekerja secara sistematis, untuk mencapai
tujuan dan membuat sistem kerja sama lebih bermanfaat. Namun saat ini banyak laboratorium IPA yang ada di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan kurangnya minat, pengetahuan pengelolaan dan penggunaan dalam pemanfaatan sumber daya manusia yang ada di laboratorium tersebut. Laboratorium IPA dikelola untuk para pengguna yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunaannya. Untuk memanfaatkan laboratorium sebagai sarana pendukung proses balajar mengajar di sekolah seharusnya dapat dikelola dengan baik. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 27 tentang fungsi laboratorium yaitu: bahwa laboratorium merupakan sarana penunjang jurusan dalam pembelajaran IPTEK tertentu sesuai program studi yang bersangkutan. Laboratorium merupakan tempat pengamatan percobaan, latihan dan pengujian konsep pengetahuan dan teknologi. Efektif tidaknya laboratorium berkaitan dengan, fasilitas administrasi laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen IPA), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa bertanggung jawab untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Koordinator laboratorium adalah
unsur
pelaksana
dan
pengembang
akademik
laboratorium,
mengkoordinasikan, dan mengembangkan fungsi laboratorium untuk kegiatan pembelajaran dan penelitian serta mengkoordinasikan guru-guru IPA dalam penggunaan laboratorium, mengusulkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk pengadaan alat dan bahan praktik. Koordinator laboratorium akan semakin baik kinerjanya jika ada tenaga laboran. Tugas laboran adalah membantu koordinator laboratorium dalam mengkoordinasikan dan mengembangkan fungsi laboratorium untuk kegiatan pembelajaran dan penelitian, mengerjakan tugas-tugas administrasi laboratorium, menyimpan semua alat dan bahan secara rapi sesuai dengan jenisnya, mempersiapkan, dan menyimpan kembali alat dan bahan yang telah digunakan, merawat semua alat/bahan/fasilitas laboratorium, bertanggung jawab atas
kebersihan alat dan ruang laboratorium beserta perlengkapan lainnya. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, specimen IPA), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas, tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan. Pengelola laboratorium di sekolah secara umum sebagai berikut: (1) Kepala sekolah (2) wakil kepala sekolah; (3) koordinator laboratorium; (4) penanggung jawab laboratorium; (5) laboran. Para pengelola tersebut mempunyai tugas dan kewenangan yang berbeda, namun tetap sinergi dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan. (Elseria, 2016)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. SD/MI sekurang-kurangnya memiliki laboratorium IPA. Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas yang dilengkapi dengan berbagai sarana yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan. 2. SMP/MTs
sekurang-kurangnya
memiliki
laboratorium
IPA.
Ruang
laboratorium IPA paling tidak dapat menampung minimum satu rombongan belajar dan dilengkapi fasilitas dan sarana yang memadai sesuai dengan standar. 3. SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki laboratorium biologi, fisika, kimia, komputer, dan bahasa. Tiap-tiap ruang laboratorium paling tidak dapat menampung minimum satu rombongan belajar dan dilengkapi fasilitas dan sarana yang memadai sesuai dengan standar. 4. SMK/MAK sekurang-kurangnya memiliki laboratorium sesuai dengan program produktif yang ada di sekolah/madrasah. Kepala Sekolah/Madrasah Kepala Laboratorium Sekolah/Madrasah Laboran Teknisi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, tenaga laboratorium merupakan tenaga kependidikan pada SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain yang sederajat. Struktur organisasi laboratorium sekolah/madrasah terdiri atas kepala sekolah/madrasah, kepala laboratorium, teknisi, dan laboran. Ada banyak struktur organisasi laboratorium, tergantung dari jenis laboratorium nya. Struktur organisasi laboratorium tingkat universitas sedikit berbeda dengan tingkat sekolah. Berikut beberapa skema struktur organisasi laboratorium.
Ketua Jurusan Ketua Program
Kepala Laboratorium
Administrasi Non Akademik
Ka Su Bag Laboratorium IPA Dasar
Ka Su Bag Laboratorium IPBA
Umum Ka Sek Biologi
Asisten
Ka Sek Kimia
Asisten
Ka Sek Fisika
Ka Sek “Earth Sciense”
Ka Sek “Space Sciense”
Asisten
Asisten
Asisten
Teknisi
Administrasi Akademik
Laboran
KHUSUS
Pembantu Umum
Kebersihan Keamanan
(amien, 1997)
(Hadi, 2018).
B. Tujuan Struktur Organisasi Laboratorium Fungsi laboratorium sekolah/madrasah adalah untuk mendukung kegiatan praktikum suatu proses pembelajaran sehingga dapat menumbuhkan budaya sikap ilmiah serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan keterampilan peserta didik. Melalui kegiatan laboratorium, peserta didik akan diberi kesempatan untuk mendorong rasa keingintahuan dan keinginan untuk
mencoba.
Fungsi
laboratorium diatas merupakan tujuan yang akan dicapai dari adanya organisasi laboratorium. Organisasi laboratorium yang baik sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tetapi tidak akan berjalan sebuah organisasi jika yang berperan di dalam struktur tersebut tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya (Adriani, 2016). Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan menyusun semua sumber daya manusia, sedemikian rupa sehingga kegiatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien. Tujuan utama pengorganisasian adalah membantu orang-orang untuk bekerja sama secara efektif
dalam wadah organisasi atau lembaga (Rasyid, 2016). Orang – orang yang dimaksud dalam tujuan pengorganisasian diatas ialah sesuai dengan gambar struktur organisasi yang telah di jelaskan dalam bagian definisi struktur organisasi laboratorium diatas. Manajemen laboratorium di sekolah terwujud dan terlaksana dengan baik jika memenuhi 4 kriteria yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan (Adriani, 2016). Salah satu dari empat kriteria tersebut adalah pengorgaisasian, hal ini menunjukkan betapa pentingnya organisasi laboratorium dalam mewujudkan manajemen laboratorium yang baik.
C. Kualifikasi dan Tugas Pengelola Laboratorium Laboratorium
sekolah/madrasah
sebagai
perangkat
pendidikan
di
sekolah/madrasah merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar (Adriani, 2016). Laboratorium yang baik pasti memiliki struktur organisasi yang baik pula. Dalam struktur organisasi terdapat orang – orang yang saling bekerja sama dan memiliki tugas dan tanggung jawab tersendiri. Berikut ialah tugas dari pengelola laboratorium: 1. Kepala laboratorium Kualifikasi : -
Guru besar atau lektor kepala yang ahli dalam bidang pendidikan IPA
-
Memiliki
kemampuan
unutk
mengelola
laboratorium
sehingga
laboratorium sebagai sarana penunjang program pendidikan dapat berfungsi secara optimal. Ada dua jalur yang dapat ditempuh untuk menjadi kepala laboratorium (Rasyid, 2016) yaitu: a. Jalur guru -
Pendidikan minimal sarjana (S1).
-
Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum.
-
Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah .
b. Jalur laboran atau teknisi -
Pendidikan minimal diploma 3 (D3).
-
Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi.
-
Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah. Berikut Tugas kepala laboratorium adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan dan mengadakan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum, penelitian
dan
pengabdian
kepada
masyarakat
sesuai
usulan
dari
penanggungjawab laboratorium, laboran dan teknisi. b. Mengatur dan melaporkan administrasi keuangan penggunaan dana untuk kelancaran kegiatan praktikum, penelitian pemeliharaan dan pengembangan laboratorium. c. Menginventariskan alat dan bahan di laboratorium d. Mengembangkan tim layanan masyarakat untuk kemajuan laboratorium dan kesejahteraan staf laboratorium. e. Memfasilitasi pengembangan KBK dan mengembangkan kerjasama dengan pihak luar untuk pemanfaatan dan peningkatan fasilitas laboratorium (Nurdin dan Marlina, 2015).
2. Penanggujawab laboratorium a. Membantu kalab dalam hal merencanakan program kerja laboratorium. b. Merencanakan dan mengelola kebutuhan dan penggunaan bahan dan alat untuk kegiatan praktikum dan penelitian. c. Merencanakan dan mengelola kegiatan praktikum dan penelitian mahasiswa, termasuk merekrut asisten laboratorium. d. Mendata kebutuhan alat dan bahan untuk kegiatan praktikum dan penelitian. e. Mengusulkan kebutuhan alat dan bahan. f. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan praktikum dan penelitian mahasiswa. g. Melaporkan kondisi laboratorium kepada kepala laboratorium. Demikianlah beberapa tugas penangung jawab laboratorium menurut (Nurdin dan Marlina, 2015)
3. Dosen praktikum a. Melakukan pretes praktikum bersama asisten.
b. Memantau dan mengevaluasi kegiatan praktikum. c. Melaksanakan kegiatan responsi praktikum d. Memantau kerja asisten laboratorium
4. Tenaga Teknisi Kualifikasi teknisi laboratorium sekolah/madrasah telah ditetapkan dalam peraturan menteri pendidikan (Rasyid, 2016) sebagai berikut: -
Minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.
-
Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah Fungsi memberikan pelayanan terhadap setiap jenis kegiatan laboratorium
dengan jalan antara lain: a. Mengkontruksi rangakain alat yang akan digunakan untuk praktikum. b. Memodifikasi alat atau unit alat, rangkaian alat atau rangkaian unit alat tanpa mengurangi fungsi alat sebagai media intruksional. c. Mereparasi alat atau rangkaian alat yang rusak ringan. d. Memberi pengertian mengenai kesalahan penggunaan alat yang tidak sesuai dengan prinsip mekanisme kerja alat. e. Menjaga kebersihan dan keamanan laboratorium yang menjadi tanggung jawabnya. f. Mencatat kebutuhan yang belum tersedia di laboratorium yang akan digunakan karena perkembangan selanjutnya. g. Menangani limbah laboratorium sesuai dengan prosedur yang berlaku Kegiatan ini dilaksanakan oleh teknisi berupa serangkaian kegiatan untuk menangani limbah berupa mengumpulkan, memilah, dan menyimpan secara benar sehingga bahan tersebut tidak membahayakan ( Surapranata, 2017).
5. Tenaga Laboran Kualifikasi laboran telah ditetapkan pada peraturan menteri pendidikan Nasional nomor 26 tahun 2008 (Rasyid, 2016) sebagai berikut:
-
Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.
-
Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah. Adapun tugas dan fungsi laboran ialah :
a. Melayani peminjaman alat atau unit alat sehubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan. b. Melayani pengembalian alat dalam keadaan bersih , c. Membuat catatan mengenai nama praktikan yang merusakkan alat/unit alat, kemudian melaporkan kepada bagian administrasi non akademik (umum). d. Menempatkan kembali atau menyimpan kembali alat/unit alat yang telah selesai digunakan pada tempat penyimpanannya semula dalam keadaan rapi dan aman. e. Membuat daftar bahan yang telah atau hampir habis dan kemudian melaporkan kepada bagian administrasi non akademik (umum). f. Mengontrol kesiapan alat-alat yang bersifat umum seperti limbah gas dan air serta memelihara dan merawatnya. g. Membantu penyediaan.
6. Tenaga pembantu umum a. Membantu menata ruang, penerangan, air, gas, gelap terang ruang laboratorium, pengembalian bahan dari dan alat dari gudang b. Membantu pengambilan alat yang berat atau alat di tempat yang tinggi dan sebagainya c. Membantu pengambilan bahan/alat yang bersifat sementara d. Membantu hubungan keluar, di dalam lembaga atau dengan lembaga lain e. Membantu bagian administrasi non akademik, dan bagian administrasi akademik bila dibutuhkan
7. Tenaga Kebersihan/Keamanan a. Menyelamatkan laboratorium dari gangguan yang dapat menyebabkan kerusakan laboratorium. b. Menyelamatkan laboratorium gangguan yang dapat menyebabkan hilangnya alat atau barang laboratorium.
REFRENSI Adriani, Nina. 2016. Analisis Manajemen Laboratorium Kimia Sma Negeri Dic Kota Tanjungpinang Guna Meningkatkan Kompetensi Guru Dan Peserta Didik. Riau: Jurnal Zarah Amien, Moh. 1997. Pedomana Laboratorium dan Petunjuk praktikum Pneidikan IPA Umum (General Science). Jakarta : Depdikbud Bukit, N,. Ginting, E.M. 2015. Profil Laboratorium. Medan: Unimed Pres Hadi Anwar. 2018. Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pegujian dan Laboratorium Kalibbbrasi ISO/IEC 17025:2017. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Meita, N., M. 2018. Standardisasi Laboratorium IPA SMPN 3 Sumenep.
Madura : Journal of Science Education Neolaka Amos, Putri Senta. 2014. Pengelolaan Laboratorium IPA Studi Di SMP Negeri 80 Jakarta Timur. Jakarta. Jurnal Universitas Kristen Indonesia. Rasyid, H. 2016. Perencanaan dan Pengorganisasian Laboratorium IPA di SMA Negeri 8 Kupang Nusa Tenggara Timur. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Fisika Surapranata, S. 2017. Panduan Kerja Tenag Laboratorium Sekolah / Madrasah. Jakarta : Depdikbud Hadi, Anwar. 2007. Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025:2005 Laboratotium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Elseria.
2016.
EFEKTIFITAS
Kepahiang: Jurnal UNIB
PENGELOLAAN
LABORATORIUM
IPA.