Cbr Psikologi Pendidikan.docx

  • Uploaded by: ruth dewi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cbr Psikologi Pendidikan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,097
  • Pages: 41
CRITICAL BOOK REVIEW MK. PSIKOLOGI PENDIDIKAN PRODI S1 PTIK - FT Skor nilai :

PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Sri Milfayetty, dkk, 2018 )

NAMA MAHASIWA

: ESTER SIMANJUNTAK

NIM

: 5183151030

DOSEN PENGAMPU

: FAUZI KURNIAWAN, S.Psi, M.Psi

MATA KULIAH

: PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN FEBRUARI 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga saya dapat menyelasaikan tugas Critical Book Review ini dengan baik untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Psikologi Pendidikan”. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah membantu saya menyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini berisi ulasan-ulasan dari buku yang berjudul “Psikologi Pendidikan” mulai dari identitas buku, keunggulan dan kelemahan, serta kesimpulan dan saran dari buku tersebut. Harapan saya semoga Critical Book Review ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya yakin masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar dapat didiskusikan dan dipelajari demi kemajuan wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2019 Penyusun,

Ester Simanjuntak

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................................

i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

ii

BAB I. 1.1 1.2 1.3 1.4 BAB II. 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8

PENDAHULUAN Rasionalisasi pentingnya CBR..................................................................... Tujuan........................................................................................................... Manfaat......................................................................................................... Identitas Buku...............................................................................................

1 1 1 1

RINGKASAN ISI BUKU UTAMA Bab 1 Psikologi Pendidikan......................................................................... Bab 2 Belajar............................................................................................... Bab 3 Karakteristik Belajar......................................................................... Bab 4 Pendekatan dan Teknik Belajar........................................................ Bab 5 Model Pembelajaran......................................................................... Bab 6 Motivasi Belajar................................................................................ Bab 7 Disain Pembelajaran.......................................................................... Bab 8 Penilaian.............................................................................................

3 5 9 11 13 15 17 19

BAB III. RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING 3.1 3.2 3.3

Bab 1 Latar Belakang Pentingnya Psikologi Pendidikan............................. 22 Bab 2 Pengertian dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan....................... 24 Bab 3 Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia yang Perlu Diketahui oleh Guru dan Calon Guru............................................................................................ 25 3.4 Bab 4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan Remaja sebagai Peserta Didik..................................................................................................... ....... 28 3.5 Bab 5 Belajar dan Permasalahannya............................................................ 29 3.6 Bab 6 Teori-Teori Belajar dalam Pendidikan Peserta Didik....................... 31 3.7 Bab 7 Interaksi Belajar Mengajar di Kelas dan Permasalahannya.............. 32 3.8 Bab 8 Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan.................... 33 3.9 Bab 9 Mengajar dan Belajar yang Efektif dan Permasalahannya................ 34 3.10 Bab 10 Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar sebagai Fokus Psikologi Pendidikan ................................................................................................... 35 BAB IV.

PEMBAHASAN

4.1

Pembahasan Isi Buku...................................................................................

36

4.2

Kelebihan dan Kekurangan Buku................................................................

36

BAB V. 5.1 5.2

PENUTUP Kesimpulan................................................................................................. Saran...........................................................................................................

37 37

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................

38

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

RASIONALISASI PENTINGNYA CBR Sering kali kita kebingungan memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami. Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita. Misalnya dari segi analisis bahasa,pembahasan tentang kepemimpinan.Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasa tentang Psikologi Pendidikan.

1.2

TUJUAN PENULISAN CBR Tujuan CBR ini dibuat adalah untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan, menambah pengetahuan tentang Psikologi Pendidikan, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan lai

1.3

MANFAAT CBR 1. Untuk menambah wawasan tentang Profesi Kependidikan 2. Untuk mengetahui perbandingan antara buku Psikologi Pendidikan dengan buku pembanding Psikologi dalam Pendidikan. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku Psikologi Pendidikan dengan buku pembanding Psikologi dalam Pendidikan.

1.4

IDENTITAS BUKU a. Identitas buku utama 1. Judul Buku

: Psikologi Pendidikan

2.

Pengarang

: Sri Milfayetty, dkk

3.

Penerbit

: PPs Unimed

4.

Kota terbit

: Medan

5. Tahun Terbit

: 2018

6. Cetakan

: VII (revisi 3)

7. ISBN

: 978-602-8207-18-8

1

b. Identitas buku pembanding 1. Judul Buku 2.

Pengarang

: Psikologi dalam Pendidikan : Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.Pd & Prof. Dr. Hj. Nurhayati, M.Pd

3.

Penerbit

: Alfabeta CV

4.

Kota terbit

: Bandung

5. Tahun Terbit

: 2014

6. Cetakan

: IV

7. ISBN

: 978-8433-61-6

2

BAB II RINGKASAN ISI BUKU UTAMA 2.1 BAB 1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Konsep Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku. Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Namun defenisi psikologi pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Proses pembelajaran diartikan sebagai pengalaman interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan memberi dampak terhadap perolehan sesuatu yang baru melalui alat indra pada kognitif atau perilaku. Psikologi pendidikan menjelaskan karakterisitik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat usia. Dalam psikologi pendidikan, pendidik akan efektif melaksanakan pembelajaran jika berpedoman juga pada prinsip : 1. Memberi perhatian pada “bagaimana cara belajar” bukan pada “untuk apa belajar”. 2. Mengajari peserta didik tentang cara membaca untuk mendapatkan pemahaman, cara menyusun gagasan, cara mengatasi pelajaran yang sulit dan cara menuangkan pikiran secara jelas melalui tulisan. 3. Melibatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar. 4. Peserta didik perlu dilatih untuk mau berpikir sendiri. 5. Pendidik mempunyai potensi untuk menjadi guru yang hebat. Tujuan akhir pendidikan adalah terbentuknya karakter (The End oe Ducation is Character), yaitu mengenai benar, melakukan dengan tepat dan bertindak mulia. Dengan demikian pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat membangun karakter. Tujuan psikologi adalah untuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan pembelajaran. Defenisis lain mengatakan bahwa psikologi pendidikan mengembangkan pengetahuan dan metode unutk mempelajari proses belajar mengajar pada situasi keseharian. Santrok (2007) mendefenisikan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan pertama dikemukakan oleh William James. Tak lama setelah meluncurkan buku ajar psikologinya yang pertama, Principles o Psychology (1980), Wllliam James (1842-1910), memberikan serangkain kuliah yang bertajuk “Talk to Teacher” (James, 1899/1993). Dalam kulaih ini dia mesdiskusikan aplkiasi psikologi untuk mendidik anak. 3

Tokoh kedua yang berperan besar dalam membentuk psikologi pendidikan adalah John Dewey (1859-1952). Dia menjadi motor penggerak untuk mengaplikasikan psikologi pertama di AS, di Universitas Chicago, pada tahun 1894. Kemudian di Colombia University, dia melanjutkan inovatifnya tersebut. Kita banyak mendapat ide penting John Dewey (Glassman, 2001,2002) yaitu : 1. Pandangannya tentang anak sebagai pelajar aktif (active learn) 2. Pendidikan seharusnya difokuskan pada anak secara keseluruhan dan memperkuat kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya. 3. Semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya Perinits ketiga adalah E.L Thorndike (1874-1949), yang memberi banyak perhatian pada penilaian dan pengukuran dan perbaikan dasar-dasar belajar secara ilmiah. Thorndike berpendapat bahwa salah satu tugas pendidikan di sekolah yang paling penting adalah menanamkan keahlian penalaran anak. Penelitian dalam psikologi pendidikan dilakukan unutk meningkatkan pengetahuan dan dan pemahaman tentang praktik pendidikan secara umum. Selain itu dapat juga diterakan untuk riset yang bertujuan lebih spesifik, seperti mengetahui seberapa baik strategi atau program pendidikan tertentu (Graziano & Raulin.2002). Dalam hal ini sering dipakai riset evaluasi program, riset aksi dan guru sebagai riset. Penelitian evaluasi program, penelitian ini dideasin untuk membuat keputusan tentang efektivitas suatu program (McMilan, 2002). Riset ini seringkali difokuskan pada lokasi atau tipe program tertentu. Penelitian tindakan, penelitian ini dipakai untuk memecahkan problem kelas atau sekolah spesifik, memperbaiki strategi mengajar dan atau membuat keputusan unutk lokasi tertentu (Azhar, Holly & Kasten, 2001). Guru sebagai peneliti, pada penelitan ini para pendidik dapat melakukan studi sendiri untuk meningkatkan praktik mengajar mereka. Beberapa pakar pendidikan percaya bahwa penekanan pada guru sebagai peneliti akan memperluas peran pendidik, mengembangkan sekolah, dan menigkatkan proses belajar mengajar dan belajar murid (Cochran-Smith &Lyte, 1990; Flake,dkk, 1995; Gill, 1997).

4

2.2 BAB 2 BELAJAR Konsep Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan mengahasilkan perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Sebelum belajar seseorang mungkin tidak memiliki pengetahuan tertentu akan tetapi setelah belajar ia akan memilikinya. a. Belajar vs kematangan Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya. Namun tidak semua perubahn ini disebabkan proses belajar melainkan ada juga yang disebabkan kematangan (maturation). Proses belajar akan mehasilkan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Ilustrasi tentang adanya hubungan antara kematangan dengan proses belajar dari pengalaman ataupun belajar pada institusi pendidikan menunjukkan adanya hubungan yang erat antar belajar dan perkembangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perkembanagan dan belajar merupakan proses yang saling mendukung (mutual) dalam kehidupan manusia. b. Otak belajar Kendali seluruh saraf yang ada dalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar juga mengembangkan otak. Perbedaan yang paling esensial antara manusia dengan makhluk Tuhan yang lain adalah otaknya. Manusia dinugerahi otak lebih sempurna dari otak hewan. Potensi yang dimiliki manusia sangatlah besar, setiap sel otak memiliki kemungkinan koneksi mulai dari 1 hingga 20.000 koneksi. Koneksi anatar sel otak terjadi jika sering digunakan dan dialtih untuk berpikir. Paul Maclean mengemukakan konsep otak triun dalam satu kepala, yaitu: 1. Otak reptil Terdapat di dasar batang otak yang terhubung dengan tulang belakang. Bagian otak ini berfungsi untuk kordinasi sensori motorik tubuh. Kelenturan fisik seseorang dan stroke yang mungkin dialami seseorang berhubungan dengan fungsi otak ini. Disisi lain otak ini juga terhubung dengan insting, seperti rasa takut, stres, terancam, marah, kurang tidur atau kondisi tubuh dan pikiran lelah. 2. Otak mamalia Adalah pintu gerbang menerima informasi. Bagian otak ini berperan penting pada proses pembelajaran karena berkaitan dengan emosi dan memori jangka panjang. Pada bagian otak ini terdapat amyglada yang berfungsi sebagai memori semua perasaan baik yang positif dan negatif yang pernah dialami seseorang. Bagian otak ini juga menyediakan memori pengetahuan. Semua pengetahuan yang dimiliki 5

seseorang tersimpan di hipokampus yang terhubung dengan bagian otak korteks. Sehingga dalam proses belajar hubungan hipokampus dan korteks sangat menentukan. Otak ini juga mengendalikan kekebalan tubuh dan hormon. 3. Neo cortex Merupakan 80% dari total otak manusia. Otak ini merupakan topi yang menutupi otak mamalia dan otak reptil, dan berfungsi ketika seseorang dalam keadaan tenang, bahagia, dan relaks. Bila dalam keadaan tegang, stres, takut atau marah maka informasi akan dilanjutkan ke otak reptil. Hal inilha yang terjai ketika seseorang terlalu tegang saat mengerjakan ujian, sehingga pikirannya kosong dan tidak dapat mengingat apa yang telah dipelajari. Fakta lain tentang otak adalah otak terdiri dari otak kiri dan kanan. Otak kiri mempunyai fungsi dan cara belajar yang khusus yaitu menyukai hal-hal yang berurutan, belajar maksimal dari hal-hal yang bersifat detail, baru kemudian ke global, menyukai sistem membaca yang fonetik, menyukai kata-kata, simbol dan huruf, menyukai sesuatu yang terstruktur dan dapat diprediksi, mengalami banyak fokus internal dan ingin mengumpulkan informasi yang faktual. Sedangkan otak kanan lebih menyukai hal-hal yang bersifat acak, belajar dari global ke detail, menyukai sistem membaca secara menyeluruh, menyukai gambar dan grafik, lebih suka melihat dulu atau mengalami sesuatu, lingkungan belajar spontan alamiah, fokus eksternal, ingin pendekatan yang bersifat terbuka, baru dan memberikan kejutan yang menantang. Kedua belahan otak ini dapat difungsikan sekaligus unutk menciptakan sesuatu. Konsentrasi belajar juga ditentukan oleh kedua belahan otak ini.

c. Perkembangan dan belajar 1. Perkembangan kognitif dan belajar Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berpikir. Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan kognitif adalah Piaget. Perkembangan kognitif di dalam teori kognitif Piaget mencakup prosesproses yaitu skema, assimilasi, akomodasi, organisasi, dan equilibrasi. Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berlangsung dalam urutan empat tahapan mengikuti perkembangan usia anak. Berdasarkan ini maka kemampuan belajar individu juga akan mengikuti perkembanagn kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir ini. Tahapan perkembangan tersebut adalah :

6

1. Tahap sensori motorik Tahapan ini berlangsung dari sejak lahir hingga usia dua tahun. Bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman indrawi dengan gerakan dan mendapatkan pemahaman akan object permenance. 2. Tahap praoperasional Tahap ini mulai dari dua tahun hingga tujuh tahun. Tahap ini dibagi atas dua tahap yaitu sub tahap fungsi simbol dan pemikiran intuitif. 3. Tahap operasinal konkret Tahapan perkembangan ini terjadi pada usia tujuh sampai sebelas tahun. Pada tahap ini dapat menggantikan pemikiran intuitif menjadi kongkrit dan spesifik. 4. Tahap operasional formal Tahap perkembangan ini berlangsung pada usia antara sebelas tahun sampai dengan lima belas tahun. Pada tahap ini remaja lebih bersifat abstrak, idealis, dan logis. Teori perkembangan kognitif dikembangkan juga oleh Vigotsky, yang menekankan bahwa keahlian kognitif perlu diinterpresentasikan secara perkembangan dan dimediasi oleh bahasa, relasi sosial dan kultur. Konsep yang paling populer dari Vigotsky adalah Zone of Proximal Develpoment yaitu serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Batas bawah Zone of Proximal Develpoment adalah tingkat problem yang dapat dipecahkan anak, batas atasnya adalah yang dapat dipecahkan orang dewasa. Hal ini ditegaskannya sebagai keyakinan akan arti penting pengaruh sosial, terutama pengaruh instruksi atau pengajaran terhadap perkembangan kognitif. 1. Perkembangan bahasa dan belajar Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan, atau simbol. Semua bahasa manusia mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaks, dan pragmatis. Noam Chomsky (1957) mengemukakan bahwa manusia cenderung mempelajari bahasa pada waktu tertentu dengan cara tertentu. Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh faktor biologi dan sosial pada saat mereka berinteraksi. Anak-anak mengembangkan bahasa selama mereka membangun berbagai kemampuan kognitif dengan secara aktif memahami apa yang mereka dengar, mencari pola-pola dan menyusun aturan-aturan. 2. Perkembangan sosial dan belajar Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Lingkungan yang 7

memepengaruhi perkembangan sosial dapat dijelaskan melaui teori ekologi yang dikembangkan Bronfrenbenner (1917-2000). Faktor utama teori ini adalah konteks sosial dimana anak tinggal dan orang-orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Pada teori dikemukakan lima sistem lingkungan yang merentang interaksi interpersonal sampai kepada kultur yang lebih luas yaitu, mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Pada tahap berikutnya teori ekologi Bronfrenbenner dikembangkan Eric Ericson menjadi teori psikososial. Teori menekankan konteks sosial di sekolah pada perubahan konsep diri (self concept) dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik. Ericson mengemukakan di dalam teorinya delapan tahapan yang harus dilalui sesorang dalam rentang kehidupannya. Masing-masing tahap terdidi dari tugas perkembangan yang dihadapi individu yang mengalami krisis. Masing-masing tahap memiliki sisi positif dan negatif yaitu : epercayaan versus ketidakpercayaan, otonomi versus malu dan ragu, inisiatif versus rasa bersalah, upaya versus inferioritas, identitas versus kebingungan, intimasi versus isolasi, generativitas versus stagnasi, integritas versus putus asa. 3. Perkembangan diri Pada pembahasan tentang teori psikososial tampak perlunya keseimbangan antara perkembangan diri dengan perkembangan sosial dalam belajar. Konsep yang sering dihubungkan dengan perkembangan diri adalah konsep diri (self concept). Konsep diri adalah upaya membangun sebuah skema yang mengorganisasikan perasaan dan sikp tentang diri. Konsep diri berkembang melalui evaluasi diri yang konstan pada berbagai macam situasi. 4. Perkembangan moral Perkembangan moral adalah perkembangan yang berhubungan dengan aturan dan konvensi dari interaksi yang adil antar orang. Perkembangan moral dapat dikaji melalui domain kognitif, behavioral, dan emosional. Pada doamin kognitif kuncinya adalah bagaimana siswa menalar atau memikirkan aturan untuk perilaku etis. Dalam domain behavioral kuncinya bagaimana murid berperilaku secara aktual, bukan pada moralitas dari pemikiran dan dalam domain emosional penekanannya pada bagaimana siswa merasakan secara normal.

8

2.3 BAB 3 KARAKTERISTIK BELAJAR Konsep Karakteristik adalah ciri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ciri fisik serta emosional yang berpengaruh terhadap keefektifan pembelajaran. a. Inteligensi Alfred Binet (1857-1911) bersma Theodore Simon mendefenisikan intelegensi sebagai kemapuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan unutk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksnakan dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Dari berbagai pendapat para ahli tentang inteligensi dapat diambil suatu pemahaman yang sama bahwa inteligensi adalah kemampuan menunjukkan pikiran dengan jernih, pengetahuan mengenai masalh yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan tepat, kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal. Pemahaman tentang penggolongan IQ akan membantu guru dalam menerapkannya dalam pendidikan. Karakteristik individu yang digolongkan gifted secara akademis adalah : 1. Kemampuan untuk belajar tinggi 2. Kekuatan dan kepekaan pikiran 3. Keinginan tahu dan dorongan Karakteristik individu yang tergolong retardasi yaitu : 1. Borderline (IQ 68-83) 2. Retardasi mental ringan 3. Retardasi mental menengah (IQ 36-51) 4. Retardasi mental berat (IQ 20-35) 5. Retardasi mental parah (IQ dibawah 20) b. Gaya belajar Gaya belajar dapat dikelompokkan atas dua elemen yang mempengaruhinya. Pertama gaya belajar independen yaitu membutuhkan suasana yang terang dan tidak mau diganggu suara sedikitpun. Yang kedua gaya tergantung yaitu perlu ditemani radio atau lagu-lagu ketika belajar. Gaya belajar ini mengacu ke cara siswa dalam belajar. Menurut Woolfolk cara yang konsisten yang dilakukan seseorang mencakup informasi, cara mengingat, berfikir, mengolah informasi dan memecahkan persoalannya.

9

c. Gaya berpikir Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif, mendalam dan dangkal. Gaya yang reflektif dan impulsif disebut sebagai tempo konseptual. Maksudnya, kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam memberi respon dan merenungkan akurasi jawaban. Gaya impulsif cenderung spontan, cepat dan lebih banyak menggunakan waktu untuk merespon dan mengakurasi suatu jawaban. Sedangkan individu yang reflektif lebih memungkinkan mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterpretasi teks dan memecahkan problema dan membuat keputusan. Gaya mendalam dan dangkal berhubungan dengan kemampuan dan kemauan individu mempelajari materi pelajaran dengan suatu cara yang membantu mereka memahami makna materi (gaya mendalam) atau sekedar mencari apaapa yang perlu dipelajari (gaya dangkal). d. Gaya perilaku Tempramen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan. Berdasarkan gaya perilaku ini, individu dapat dikategorikan atas : 1. Gaya perilaku yang mudah Pada umumnya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 2. Gaya perilaku sulit Cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri dan lamban dalam menerima pengalaman baru. 3. Gaya perilaku lamban tapi cenderung hangat Biasanya beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkan kelambanan dalam beraktifitas dan intensitas mood yang rendah. Strategi yang dapat dipilih pendidik dalam berhubungan dengan tempramen murid (Sanson & Rothbard, 1995) 1. Beri perhatian dan penghargaan pada individualitas 2. Perhatikan struktur lingkungan peserta didik 3. Waspadailah problem yang dapat muncul apabila memberi cap “sulit” bagi seorang peserta didik dan menyusun paket program untuk “anak sulit”.

10

2.4 BAB 4 PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR Konsep Belajar dapat didefenisikan sebagai proses menciptakan hubungan sesuatu yang sudah ada dengan sesuatu yang baru. Sebagaimana dikemukakan oleh Romberg (1999) bahwa belajar adalah proses aktif siswa dalam mengkonstruk (membangun) pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya. a. Pendekatan behaviour Belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relatif relevan permanen di dalam diri individu yang tampak dari tampilan individu (overt behaviour). Defenisi ini menekankan hasil belajar pada perilaku yang dapat diobservasi dan diukur. b. Pendekatan kognitif Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha individu untuk mengerti dunia. Caranya adalah dengan menggunakan semua alat mental yang dimiliki. Dalam pendekatan kognitif, belajar dianggap sebagai sesuatu yang aktif. Individu berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali dan mengorganisasi apa yang mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Meskipun secara pasif dipengaruhi lingkungan, orang

akan

aktif

memilih,

memutuskan,

mempraktikkan,

memperhatikan,

mengabaikan dan membuat respon. Pada pendekatan ini yang paling penting adalah bagaimana individu belajar, menerima informasi dan mengingat. c. Teknik belajar Teknik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh unutk belajar efektif. Beberapa bentuk teknik belajar yang diterapkan adalah : 1. Sikap mental Yang terpenting dalam belajar adalah mental. Ketika seseorang merasa dirinya mampu maka hal ini akan menjadi komputer mental yang mendorong seseorang untuk meraih impiannya. 2. Rencana belajar Membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian, mingguan,. Tentukan waktu penyelesaian tugas-tugas secara rinci untuk setiap harinya. 3. Berkonsentrasi Teknologi belajar yang ketiga adalah berkonsentrasi, hal ini dapat dilakukan dengan senam otak, relaksasi, meditasi dan sebagainya. 11

4. Mengikuti pelajaran Kemampuan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas seperti mendengar, menyimak, dan memberi respon. 5. Tujuan belajar Memahami tujuan belajar, belajar pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai tujuan hidup. 6. Teknik mengingat Kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk, teknik asosiasi. Misalnya, untuk mengingat faktor-faktor yang membuat sukses dengan membuat perkalian AxBxCxD = sukses. Hal ini diasosiasikan dengan : A= menyiapkan alat, B= belajar, C= menetapkan cita-cita, D=doa. Kemampuan mencatat dapat dilatih dengan membuat bagan, peta pikiran (mind maping) selain mencatat dengan simbol-simbol. Mencatat di kelas dari apa yang didengar dapat dilakukan dengan mencatat kesimpulan dan kata-kata kunci. Teknik membaca, membaca dilakukan dengan mempersiapkan diri, meminimalkan gangguan, duduk dengan sikap tegak, meluangkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran, menggunakan jari jika diperlukan dan melihat sekilas bacaan sebelum membaca. Teknik mengikuti ujian, sebelum ujian anggaplah pertandingan lawan, penguji, coba membuat pertanyaan dan menjawabnya, pelajari kembali catatan, usahakan untuk mengetahui yang tidak jelas, tidur segera setelah belajar. Selama ujian tenang, santai, dan lupakan orang lain, baca petunjuk hati-hati, baca ujian dulu untuk mengira-ngira waktu, membaca setiap pertanyaan dua kali sebelum menjawab. Jawab semua yang ditanya, bukan yang tidak ditanyakan, pikirkan sebelum menulis, sisakan waktu untuk mencek kertas jawaban sebelum dikumpulkan. Teknik memecahkan masalah, hal ini dapat dilakukan dengan prosedur: menetapkan masalah, mencari penyebab, menemukan beberapa alternatif solusi dengan cara menetapkan cara satu, dua dan tiga, melaksanakannnya dan jika belum berhasil menggunakan cara kedua atau tiga.

12

2.5 BAB 5 MODEL PEMBELAJARAN Konsep Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan dalm pembelajaran. a. Model pengajaran langsung Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses, belajar siswa, yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti : menghapal rumus, informasi faktual) dan pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap. b. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar ini menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota mencapai tujuan dan penguasaan materi (Slavin,1995). c. Pengajaran berdasarkan masalah (problem based intruction) Pengajaran

berdasarkan

masalah

dikembangkan

untuk

membantu

siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagi peran orang dewasa memalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lainnya. d. Pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh kompoonen utama pembeljaran kontekstual yakni konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan penilaian autentik. Pembelajaran memiliki 5 elemen belajar yang konstuktivistik yaitu : 1. Pengaktifan pengetahuan yang suadaha ada 2. Pemerolehan pengetahuan baru 3. Pemahaman pengetahuan baru 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman 5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut 13

e. Pembelajaran diskusi kelas Diskusi kelas digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semangat siswa terlibat di dalam pelajaran. Tujuan pembelajaran diskusi di kelas adalah untuk meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan memabantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Untuk menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siwa dan untuk membantu sisiwa memiliki keterampilan komunikasi dan proses berpikir. f. Strategi- strategi belajar Tujuan utama pengajaran strategi belajar adalah mengajarkan siswa unutk belajar atas kemauan dan kemampuan sendiri (mandiri). Strategi- strategi ini dilakukan dengan cara : 1. Strategi mengulang (reherseal strategies) Strategi dapat dikelompokkan atas yang sederhana dan kompleks. Strategi sederhana dilakukan untuk mengahapal sesuatu dalam jangka waktu pendek, misalnya mengingat nomor telepon. Untuk strategi kompleks dapa dilakukan dengan cara membuat catatan pinggi pada buku yang dibaca, menggaris bawahi kata atau kalimat yang penting. 2. Strategi elaborasi Elaborasi merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Caranya adalah membuat catatan singkat, dengan analogi yaitu membandingkan kesamaan antara ciri-ciri pokok, PQ4R digunakan siswa unutk mengingat apa yang dibacanya. 3. Strategi orgnisasi Hal ini dilakukan dengan pengelompokan ide-ide yang lebih kecil. 4. Strategi meta kognitif Strategi ini berhubungan dengan penegtahuan siswa tentang dirinya sendiri dan kemampuan mereka menggunakan strategi belajar dengan tepat. g. Strategi PQ4R Strategi ini adalah membaca yang dimulai dengan P (preview) membaca selintas dengan cepat, Q (question) bertanya, 4R adalah (read) membaca, (refleksi) seflecty, (recite) tanya jawab, (review) mengulang secara meyeluruh. h. Strategi belajar peta konsep Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan bagaimana seluruh konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. 14

2.6 BAB 6 MOTIVASI BELAJAR Konsep Motivasi dalam bahasa latin disebut motivatum. Artinya, alasan yang

menyebabkan

sesuatu bergerak. Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan internal yang dapat membangkitkan semngat, mengarahkan dan memelihara suatu perilaku. Motivasi pada dasarnya bermakna kontekstual, mempunyai intensitas dan arah. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan dari luar diri. a. Motivasi belajar Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar. Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah unutk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi belajar di sekolah dipengaruhi oleh rekayasa pedagodis guru di sekolah. Dimyati (2002) menggambarkan hal ini ke dalam bagan sebagai berikut : 1. Guru adalah pendidik yang berperan dalam rekayasa pedagodis. 2. Siswa adalah pembelajar yang memiliki kepentingan dalam menghayati proses belajar. 3. Guru melaksanakan kegiatan mendidik dengan memberi penguatan seperti hadiah, teguran, penghargaan atau nasihat di dalam pembelajaran. 4. Dengan belajar yang bermotivasi, siswa memperoleh hasil belajar. 5. Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam nilai raport atau ijazah. 6. Dampak pengiringan adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan transfer hasil belajar di sekolah. 7. Setelah siswa lulus sekolah, maka siswa diharapkan dapat mengembangkan diri lebih lanjut secara mandiri atau melalui jalur pendidikan formal. 8. Dengan memprogram belajar sendiri secara berkesinambungan, maka akan diperoleh hasil belajar atas tanggung jawab siswa sendiri. b. Komponen-komponen motivasi belajar Keller dalam Suciati (2001) mengemukakan 4 komponen motivasi belajar yang disebutnya sebagai model ARCS, yaitu : 1. Attention (perhatian) siswa terhadap pelajaran di sekolah muncul didorong oleh rasa ingin tahu. 2. Relevansi, menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kondisi siswa. 3. Confidence (percaya diri) yaitu perasaan mampu dalam diri siswa yang merupakan potensi unutk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. 15

4. Satisfaction (kepuasan) usaha belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi konsekuensi

yang diterimanya. Konsekuensi

yang sesuai harapan akan

memberikan kepuasan. c. Pentingnya motivasi belajar Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru (Dimyati, 2002). Bagi siswa motivasi belajar ini penting sebagai upaya untuk memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya pada awal kegiatan belajar, pada proses dan hasil akhir belajar. Motivasi belajar juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam membangkitkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. d. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyanti (2002) adalah : 1. Cita-cita atau aspirasi siswa unutk menjadi seseorang (misalnya untuk jadi guru) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. 2. Kemampuan siswa, keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kecakapan atau kemampuan untuk mencapainya. 3. Kondisi siswa yang meliputi keadaan jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. 4. Kondisi lingkungan siswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan, organisasi intra sekolah serta organisasi kemasyarakatan yang diikuti siswa juga mempengaruhi motivasi belajar siswa. 5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran merupakan unsur dinamis di dalam diri siswa yang akan mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. 6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa di skolah maupun di luar sekolah akan memberi pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. e. Penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran 1. Pendekatan behavioral 2. Pendekatan humanistis 3. Pendekatan kognitif 4. Teori atribusi 5. Teori ekspektansi x nilai 6. Pandangan sosiokultural 7. Teori self determination 8. Goal setting theory (toeri tujuan) 16

2.7 BAB 7 DESAIN PEMBELAJARAN Konsep 1. Perencanaan pembelajaran Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistematik dan tertata unutk melaksanakan pemebelajaran. Prosedur penyusunan rencana pemebelajaran diawali dengan aktivitas menetapkan sasaran perilaku, menganalisis tugas dan menyusun taksonomi instruksional. Taksonomi bloom terdiri dari tiga domain yaitu kognitif, efektif dan psikomotor. Domain kognitif mengandung enam sasaran, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis serta evaluasi. Domain efektif terdiri dari taksonomi : penerimaan, respons, menghargai, pengorganisasian dan menghargai karakterisitk. Domain psikomotor yaitu gerak refleks, kemampuan perceptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih dan perilaku nondiskusif. Pemebelajaran terintegrasi karakter memasukkan nilai-nilai ke dalam pembelajaran. Berikut ini disampaikan beberapa contoh “klarifikasi nilai” yang dapat dilakukan melalui pembelajaran : bahasa dan sastra, kosa kata (bahasa inggris), sejarah, ilmu sosial, matematika, biologi, kimia, fisika, ekonomi rumah tangga. 2. Pembelajaran berpusat pada guru Pada pendekatan berpusat pada guru, pembelajaran didesain dalam pengejaran secara langsung guru kepada siswa. Pembelajaran pada pendekatan ini terstruktur, dikendalikan dan dikontrol guru, ekspektasi guru yang tinggi atas kemajuan siswa, maksimalisasi waktu yang dihabiskan siswa untuk tugas-tugas akademik dan usaha meminimalkan pengaruh negatif terhadap siswa. Pendekatan berpusat pada guru ini dilakukan dalam aktivitas beberapa aktivitas seperti : 1. Orientasi materi baru 2. Advance organizer 3. Pengajaran, penjelasan dan demonstrasi 4. Bertanya dan diskusi 5. Mastery learning 6. Pekerjaan ruma (PR) 3. Pembelajaran berpusat pada siswa Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Pendidikan akan baik jika berpusat pada orang yang belajar. Pendekatan ini memfokuskan pada empat faktor yaitu faktor kognitif, metakognitif, motivasional, dn sosial emosional dan perbedaan individual. 17

Beberapa strategi intruksional yang dapat diterapkan di dalam pendekatan ini adalah : 1. Pembelajarn berbasis problem (program base learning) 2. Pertanyaan esensial (essential question) 3. Discovery learning 4. Teknologi dn pendidikan 4. Manajemen kelas Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan siswa unutk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif dalam pembelajaran. Dua dimensi manajemen kelas yaitu penegelolaan fisik tempat belajar dan pengelolaan interaksi edukatif dalam pembelajaran. Dimensi fisik kelas yang efektif adalah : 1. Menata ruang belajar 2. Menciptakan suasana positif untuk pembelajaran 3. Memastikan guru dapat melihat semua siswa dengan mudah 4. Memastikan agar semua siswa dapat melihat presentasi kelas 5. Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran 1. Gaya otoratif, strategi manajemen kelas ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. 2. Gaya otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. 3. Gaya permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan unutk pengembangan keahlian pemebelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. 6. Mengelola aktivitas kelas secara efektif 7. Membuat, mengajarkan dan memepertahankan aturan dan prosedur 8. Mengajak murid unutk berbagi dan mengembangkan tanggungjawab 9. Memberi hadiah terhadap perilaku yang tepat 10. Menjadi komunikator yang baik 11. Mengahadapi perilaku bermasalahan 12. Menghadapi agresi 13. Pembangkangan atau permusushabn terhadap guru

18

2.8 BAB 8 PENILAIAN Konsep a. Pengertian penilaian Berdasarkan defenisi menurut para ahli dapa dikemukana bahwa kata penilaian sebagai evaluasi mengandung makna : 1. Proses pengumpulan data 2. Data dianalisis dalam rangka pemberian nilai atas sesuatu atai individu 3. Di dalam pembelajaran nilai terdapat pada proses pembuatan keputusan 4. Pembuatan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu berdasarkan interpretasi dan judgement atas informasi yang dimilikinya yang dilakukan dengan berhati-hati, bertanggungjawab dan dapat dipertanggungjawabkan penilai. b. Keterkaiatan

penilaian

(evaluation),

penilaian

(assement),

pengukuran

(measurement) dan pengujian (test) Ada beberapa kata yang terkait dengan penilaian, dua diantaranya paling sering muncul yaitu pengukuran (measurement) dan pengujian (test). Kata assesmen yang sering diartikan sebagai penilaian belakangan ini juga banyak digunakan. Dalam pembelajaran keempatnya sering diartikan sama. Sebenarnya keempatnya memiliki arti yang berbeda, tetapi keempat kata saling berkaitan terutama bila diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan asesmen, tes, dan pengukuran. Namun pelaksanaan asesmen, tes, pengukuran mungkin sja tidak berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi. Ada data dari asesmen, tes, pengukuran yang tidak digunakan sebagai bahan evaluasi. c. Pentingnya penilaian dalam pembelajaran Penilaian memiliki peran yang sangat besar dan tidak kalah penting dibandingkan dengan komponen lain dalam pembelajaran. Penilaian dilakukan sejak awal pembelajaran. Bahkan penilaian perlu dilakukan saat guru merancang pembelajaran. Pada saat guru merumuskan tujuan pembelajaran, pada saat itu pula guru sudah mulai melakukan penilaian. Komponen penilaian dalam pembelajaran antara lain berfungsi unutk memberikan informasi teatang rancangan pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian digunakan sebagai patokan untuk pengambilan keputusan. Keputusan tersebut berkaitan dengan individu atau anak, program atau kurikulum dan sekolah secara keseluruhan. 19

1. Tes Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan unutk memeproleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan atau gambaran psikolog dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes didefenisikan oleh Nitco (1991) sebagai sejumlah pertanyaan atau tugas yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes terdiri dari butir-butir pertanyaan untuk menguji suatu tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. 2. Bentuk tes Tes dapat dikelompokkan berdasarkan bentuknya. Asmawi dan noehi (1997) mengelompokkan tes berdasarkan bentuk, tipe, dan ragam. Berdasarkan bentuknya ada tes uraian (essay test), dan objektif (objective test). Bila dilihat dari tipe tes, tes uraian terdidi dari tes uraian terbatas (restricted test), dan tes uraian bebas (extended test). Bentuk teks objektif menurut tipenya terdiri dari tes benar-salah (true-false), tes menjodohkan (matching), dan tes pilihan ganda (multiple choice). 3. Pengembangan tes hasil belajar Seperangkat tes dihasilkan melalui tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini diamksudkan agar

informasi

yang

diperoleh

dari

pengguanaan

tes

benar-benar

dapat

menggambarkan tingkat kemampuan dari orang yang di tes. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes yaitu : 1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir 2. Aspek yang akan diuji 3. Tipe tes yang digunakan 4. Jumlah butir 5. Distribusi tingkat kesukaran 4. Penentuan nilai Ada dua pendekatan yang dapat digunakna dalam penetuan nilai hasil belajar yaitu: 1. Penilaian acuan norma disingkat PAN (Norm-Referenced Instruments) Yaitu kriteria yang disusun berdasrkan proses standarisasi instrumen melalui sekumpulan data yang diperoleh dari sampel sasaran instrumen dengan menggunakan instrumen itu sendiri. 2. Penilaian acuan patokan disingkat PAP (Criterion-Referenced Instruments) Yaitu digunakan berdasrkan patokan yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penialain. 20

5. Non tes Pendekatan nontes digunakan juga dalam evaluasi dan asesmen pembelajaran. Ada beberapa metode nontes yang sering digunakan guru yaitu : 1. Pengertian observasi Observasi merupakan proses perolehan informasi tentang sesuatu yang atau objek menggunkaan alat indra dan akal pikiran (sense) 2. Catatan observasi Pencatatan pada saat melakukan observasi dapa dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu : a. Catatan anekdot (tulisan naratif singkat) b. Catatan cepat dan menyeluruh c. Catatan specimen (mirip dengan catatan cepat dan menyeluruh namun lebih terinci) d. Time sampling (catatan perilaku didik yang dilakukan dalam rentan waktu tertentu) e. Even sampling (metode memberikan kesempatan kepada pengamat unutk menunggu kemudian mencatat perilaku khusus yang sudah dipilih) f. Daftar cek g. Angket h. Wawancara 6. Portofolio Adalah tempat memajang contoh karya yang dihasilkan oleh seseorang (Salvia &ysseldyke). Prtujuan portofolio sebagai upaya penyajian aktivitas dan hasil/karya (work) sebagai bahan unutk menggambarkan sesuatu yang dimiliki yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap atau kepercayaan. 7. Portofolio penialain Moore yang mengemukakan bahwa portofolio sebagai alat penialian meruapakan teknik darii penialain autentuk yang banyak digunakan untuk mengungkap berbagai bentuk hasil belajar. Portofolio penilaian merupakan dokumen yang digunakan unutk memeperoleh informasi perkembangan kemajuan belajar peserta didik dalam rentang waktu yang ditentukan. Penggunaan portofolio sebagai penilaian pembelajaran dilakuakn dengan langkah yaitu, tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian. 21

BAB III RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING

3.1 BAB 1 LATAR BELAKANG PENTINGNYA PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN A. Psikologi Dalam Masalah Pendidikan Psikologi sebagai suatu disiplin ilmu sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik di industri pendidikan formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta secara integral. Pengetahuan tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan mengahadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minta, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir, intelegensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya. Perbedaan karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil. Banyak masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam proses pendidikan di kelas. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah psikologis peserta didik yang sangat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, sehingga perlu diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru yang telah mengajar dan mendidik di kelas. B. Kontribusi Psikologi Terhadap Pendidikan Dan Pengajaran Abimanyu (1996) mengemukakan bahwa peranan psikologi dalam pendidikan dan pengajaran adalah bertujuan untuk memberikan orientasi mengenai laporan studi, menelusuri masalah-masalah di lapangan dengan pendekatan psikologi serta meneliti faktor-faktor manusia dalam proses pendidikan dan di dalam suatu proses belajar mengajar. Psikologi dalam pendidikan dan pengajaran banyak mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, perumusan kurikulum maupun prosedur dan metodemetode belajar mengajar. Psikologi ini memberikan jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut : 1. Perubahan yang terjadi pada anak didik selama dalam proses pendidikan. 2. Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar. 22

3. Teori dan proses belajar 4. Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar 5. Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu 6. Pengaruh kondisi sosial anak didik di atas pendidikan yang diterimanya 7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan 8. Pengaruh interaksi antara guru dan murid dan antar murid dengan murid 9. Hambatan, kesulitan, ketegangan, dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan 10. Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu lain dalam batas kemampuan belajar (Abimanyu, 1996) C. Kontribusi Psikologi Pendidikan Kepada Guru Dan Calon Guru Psikologi pendidikan sebagai mata kuliah dasas kependidikan (MKDK) sangat penting dan wajib diikuti oleh para mahasiswa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena berkontribusi besar dalam membekali pengetahuan dan pemahaman kepada calon guru dan guru tentang aktivitas umum jiwa peserta didik dalam proses pendidikan di kelas. Melalui penerapan pengetahuan tentang psikologi pendidikan, para guru diharapkan dapat menemukan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pendidikan di kelas. Adapun kontribusi penting psikologi pendidikan kepada guru dan calon guru ialah memberikan bekal pengetahuan kepada guru atau calon guru tentang gejala-gejala kejiawaan anak di dalam situasi pendidikan, sehingga para guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan keadaan peserta didik (Suardiman, 1988). Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya proses pendidikan dan pemebeljaran di suatu tempat, yaitu ada guru sebagai pendidik dan pengajar yang telah dewasa, ada peserta didik yang belum dewasa yang membutuhkan pendewasaan melalui proses pendidikan dan pengajaran, adanya pemebrian pengaruh yang disengaja dari guru ke peserta didik, dan pengaruh yang diberikan oleh guru tersebut memiliki nilai normatif (positif) dan tujuan positif mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

23

3.2 BAB 2 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN A. Pengertian Psikologi Pendidikan Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi. Secara harfiah atau etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia. Psikologi dapat dibedakan berdasarkan tujuannya yaitu, psikologi teoritis yang memilik tujuan utama yaitu memahami secara ilmiah murni untuk menyusun suatu teori, sperti psikologi kepribadian atau teori kepribadian, psikologi belajar dengan berbagai teori belajar. Yang kedua yaitu psikologi praktis yang dikembangkan karena kebutuhan tertentu seperti psikologi medis, psikologi kriminil, psikologi pendidikan dan sebagainya. Psikologi pendidikan sebagai bagian integral dan disiplin ilmu psikologi berupaya menggunakan konsep atau prinsip-prinsip psilogis dalam memecahkan masalahmasalah yang terjadi dalam dunia pendidikan. Kajian psikologi pendidikan lebih berfokus pada kajian psikologis dalam memahami gejala-gejala peserta didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Berbagai kajian tersebut misalnya kajian tentang psikologi belajar, psikologi mengajar, psikologi bimbingan dan penyuluhan dan sebagainya. B. Ruang Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan Soerjabrata (1974) mengemukakan ruang lingkup kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situasi dan proses pendidikan dengan anak didik sebagai pusatnya, yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajian hal-hal lain yang erat kaitannnya dengan situasi dan proses pendidikan di kelas. Selain itu ruang lingkup kajian psikologi pendidikan juga mencakup kajain-kajian tentang hal-hal lain dalam yang erat kaitannya dengan sitausi dan proses pendidikan, yaitu kajian tentang bimbingan dan konseling, kajian psikologis terhadap individu yang mengalami penyimpangan psikis (jiwa), sosial, fisik, kajian tentang implikasi dari prinsip pendidikan seumur hidup yang menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada sistem persekolahan tetapi pendidikan dapat dilakukan di luar sistem persekolahan.

24

3.3 BAB 3 GEJALA AKTIVITAS UMUM JIWA MANUSIA YANG PERLU DIKETAHUI OLEH CALON GURU DAN GURU A. Perlunya Calon Guru Dan Guru Mengetahui Dan Memahami Gejala Aktivitas Jiwa Peserta Didik Sebagaimana diketahui bahwa secara psikologis (ilmu jiwa) dan secara anatomis dan fisiologis-bilogis dan sosiologis, peserta didik sebagai bagian integral dari manusia pada umumnya, memiliki karakteristik yang unik dan perlu dipahami oleh para calon guru dan guru. Pengetahuan tentang karakteristik psikologis yang berkaitan dengan gejala aktivitas umum jiwa peserta didik sangat penting bagi para calon guru dan para guru dalam memahami peserta didik secara individual guru menyukseskan proses pembelajaran di kelas. B. Jenis-Jenis Gejala Aktivitas Umum Jiwa Manusia Yang Perlu Diketahui Oleh Calon Guru Dan Guru 1. Perhatian peserta didik Perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas diartikan sebagai pemusatan tenaga jiwa peserta didik yang tertuju kepada sajian materi yang dijelaskan oleh guru pada saat proses pembelajaran di kelas. Seorang siswa dianggap memiliki perhatian belajar terhadap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di kelas, jika siswa tersebut memusatkan perhatiannya dengan cara memfokuskan pandangannya ke depan unutk memperhatikan materi yang disajikan oleh guru dengan memusatkan kesadaran dan daya jiwanya unutk mengetahui dan memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru di kelas. 2. Motivasi belajar Faktor motivasi secara umum dan motivasi belajar secara khusus merupakan gejala aktivitas jiwa manusia yang sangat diperlukan oleh manusia dan peserta didik khusunya dalam mengarungi kehidupan yang sarat dengan persaingan. Guru dan peserta didik harus memiliki motvasi yang tinggi dalam mengajar untuk guru dan dalam belajar bagi peserta didik. Motivasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor-faktor yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas. 3. Pikiran peserta didk Berpikir merupakan kegiatan mental atau psikis yang dilakukan oleh setiap orang pada saat mereka mengahadapi suatu maalah yang harus dipecahkan. Ada dua jenis proses berpikir yang dapat dilakukan individu yaitu berpikir divergen dan kovergen. Jenis berpikir kovergen yaitu cara berpikir yang umum dilakukan oleh 25

individu pada umumnya dan bersifat rutin. Sedangkan berpikir divergen yaitu berpikir inovatif, kreatif, dan produktif yang selalu pemecahan masalah dari berbagai alternatif pemecahan masalah (La Sulo, 1990). 4. Perasaan peserta didik Perasaan adalah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan fungsi mengenal dan dialami dalam kaualitas senang dan tidak senang dalam berbagai taraf. Faktor perasaan perasaan peserta didik perlu diperhatikan oleh guru di kelas. Dengan memahami perasaan peserta didik sebagai gejala mental siswa, seorang guru akan menghindari berbagai sikap dan perilaku dan uacapan atau tutur kata yang dapat membunuh aktivitas dan kreativitas peserta didik di kelas. 5. Sikap belajar peserta didik Sikap diartikan sebagai kecenderungan seseorang unutk bereaksi terhadap suatu objek atau rangsangan tertentu (Gerungan, 1987). Para guru dan calon guru akan mengajar dan mendidik di kelas, harus dapat menumbuhkembangkan sikap belajar positif pada peserta didik. Hanya dengan sikap belajar yang baik yang terbentuk pada diri peserta didki, proses mengajar di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal. 6. Ingatan peserta didik Proses dalam ingatan adalah mencakup proses penyimpanan, proses mencamkan dan reproduksi. Peserta didk yang berintlegensi tinggi, berpengetahuan dan berpengalaman dalam melakukan aktivitas belajar cenderung memiliki kemapauan reproduksi yang cepat. Aktivitas reproduksi (mengingat kembali) dipengaruhi oleh faktor kemampuan mencamkan dan menyimpan pesan atau materi yang telah dipelajari. 7. Fantasi peserta didik Fantasi adalah kesanggupan manusia unutk membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-tanggapan yang sudah ada dan tanggapan baru itu tidak harus sesuai dengan benda-benda yang ada (Manrihu, 1989). Fantasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam merenung dan menghayal secara positif untuk menemukan ide-ide baru yang inovatif. 8. Tanggapan peserta didik Tanggapan atau persepsi peserta didik dipengaruhi oleh indera yang mendasari terjadinya tanggapan itu. Karena itu, persepsi peserta didik digolongkan ke dalam beberapa tipe yaitu tipe tanggapan yang visual, auditif, gustatoris, dan alfaktoris. 26

9. Minat belajar peserta didik Minat secara umum dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh individu kepada suatu objek, baik obejk itu berupa benda hidup maupun benda tidak hidup. Sedangkan minat belajar dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. 10. Pengamatan belajar peserta didik Sebagain besar pesan dan kesan belajar yang diperoleh oleh peserta didik di kelas adalah diproses melalui pengamatan terhadap apa yang dilihat mata. Faktor pengamatan belajar peserta didik merupakan faktor yang amat penting diperhatikan oleh para guru dan calon guru. Proses pengamatan pada peserta didik terjadi melalui proses penangkapan pesan dan kesan oleh pancaindera peserta didik. 11. Kepribadian peserta didik Kepribadian didefenisikan sebagai keseluruhan kualitas dan perilaku individu yang nampak dalam karakteristik kebiasaan berekspresi, berpikir, minat, sikap, cara-cara bereaksi, dan pandangan hidup individu (Woodworthh & Marquis, 1974). Faktor kepribadian peserta didik perlu mendapat perhatian dari pihak guru karena dengan mengetahui dan memahami kepribadian setiap peserta didik maka guru dapat menyesuaikan proses pembelajarannya di kelas sesuai dengan karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik 12. Intelegensi dan bakat Intelegensi dan bakat merupakan faktor psikologis yang turut mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil pendidikan di sekolah. Intelegensi secara sederhana dapat diartikan sebagai kecerdasan. Namun intelegensi ini pada hakikatnya adalah kemampuan manusia untuk berpikir. Bakat didefenisikan sebagai potensi bawaan seseorang sejak lahir dan perekmbangannnya dipengaruhi oleh lingkungan. Para guru dan calon guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang intelgensi dan bakat peserta didik agar dapat membelajarkan peserta didik sesuai intelgensi dan bakat yang dimliki oleh para peserta didik.

27

3.4 BAB 4 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK DAN REMAJA SEBAGAI PESERTA DIDIK A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sebagai Peserta Didik Pertumbuhan dapa diartikan sebagai suatu proses perubahan secara fisik yang menunjuk pada kuantitas. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai suatu proses perubahan secara psikis yang mengarah pada kualitas. Masalah pertumbuhan dan perkembanagn anak yang dikaji dalam psikologi perkembangan harus diketahui dan dipahami oleh para calon guru dan para guru di sekolah. Batasan tentang anak-anak dalam kajian ini adalah usia anak sekolah di jenjang Taman Kanak-kanak (TK) dan usia anak sekolah di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Masalah pertumbuhan dan perkembangan anak TK dan SD perlu diketahui oleh para calon guru dan guru di TK dan SD, karena dengan mengetahui seluk beluk pertumbuhan fisik yang dialami oleh anak TK dan SD yang diajar, para guru dapat menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dan aktivitas manajemen kelas sesuai dengan pertumbuhan peserta didik di TK dan SD. B. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Sebagai Peserta Didik Seperti halnya pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai peserta didik, pada remaja sebagai salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui manusia juga makna pertumbuhan dan perkembangan menunjuk kepada proses perubahan secara fisik dan psikis yang dialami oleh remaja yang bersekolah pada jenajang pendidkan SLTP/SMP dan SLTA/SMA dan jenjang pendidikan tinggi khusunya mahasiswa baru. Kebutuhan belajar remaja sebagai peserta didik akan difokuskan kepada pembahsan tentang kebutuhan belajar remaja secara psikologis yang menbutuhkan proses pembelajaran atau pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis mereka. Mengingat masa remaja adalah masa yang penuh gejolak dan goncangan maka para calon guru atau guru harus memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang remaja dan permaslahannya dan maslah psikologis remaja. Para calon guru dan guru dan dosen di lembaga pendidikan, juga perlu memilki wawasan pengetahuan dan pemahaman tentang tugas-tugas perkembangan remaja, perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan sosial, dan perkembangan moral remaja (Philip, 1987).

28

3.5 BAB 5 BELAJAR DAN PERMASLAHANNYA A. Pengertian Belajar Aktivitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unusur proses pendidikan di sekolah. Sedangkan mengajar merupakan alat utama bagi guru sebagai pendidik dan pengajar dalam menacapai tujuan pembelajaran sebagai proses pendidikan di kelas. Tujuan pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada interaksi belajar mengajar antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. B. Jenis-Jenis Belajar Belajar sebagai suatu aktivitas mencakup beberapa jenis-jenis belajar yaitu : 1. Belajar bagian, yaitu peserta didik belajar dengan membagi-bagi materi pelajaran ke dalam bagian-bagian agar lebih mudah dipelajari unutk dipahami. 2. Belajar dengan wawasan menurut Kohler adalah belajar yang berdasar pada teori wawasan 3. Belajar deskriminatif diartikan sebagai suatu usaha unutk memilih beberapa sifat situasi rangsangan dan kemudian menjadiknannya sebagai pedoman dalam berperilaku. 4. Belajar secara global atau keseluruhan, yaitu individu mempelajari keseluruhan bahan pelajaran lalu dipelajari secara berulang untuk dikuasai. 5. Belajar insidental, yaitu proses yang terjadi secara sewaktu-waktu tanpa ada petunjuk yang diberikan oleh guru sebelumnya. 6. Belajar instrumental, yaitu proses belajar yang terjadi karena adanya hukuman dan hadiah dari guru sebagai alat unutk menyukseskan aktivitas belajar peserta didik. 7. Belajar intensional adalah belajar yang memiliki arah, tujuan, dan petunjuk yang dijelaskan oleh guru. 8. Belajar laten, yaitu belajar yang ditandai dengan perubahan-perubahan perilaku yang terlihat tidak terjadi dengan segera. 9. Belajar mental, yaitu perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi pada individu tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan roses kognitif dari bahan yang dipelajari. 10. Belajar produktif, yaitu belajar dengan transfer maksimum. 11. Belajar secara verbal adalah belajar dengan materi verbal dengan melalui proses ingatan. 29

C. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Belajar Belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis dipemgaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktro yang mempengaruhi proses dan hasil belajar terbut menurut Slameto (1988) dan Suryabrata (1986) dibagia atsa dua faktor utama yaitu : 1. Faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, faktor ini disebut faktor intern. Yang termasuk faktor intern : a. faktor jasmaniah, misalnya faktor kesehatan dan catat tubuh b.

faktor kelelahan

c.

faktor psikologis, misalnya faktor intelegensi, minat, perhatian, bakat, motvasi, kematangan, dan kesiapan.

2. Faktor yang bersumber dari luar diri peserta didik, faktor ini disebut sebagai faktor ekstern, yang termasuk faktor ekstern adalah : a. Faktor keluarga b. Faktor masyarakat c. Faktor sekolah

30

3.6 BAB 6 TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PENDIDIKAN PESERTA DIDIK A. Teori Belajar Behaviorisme Menurut teori behaviorisme bahwa belajar terjadi bila perubahan dalam bentuk tingkah laku dapat diamati bila kebiasaan berperilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau karena pengaruh peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Teori ini berpandangan bahwa belajar terjadi memalui operant conditing. Ada dua penerapan penting teori behaviorisme dari Skinner dalam dunia pendidikan yaitu, modifikasi perilaku, dan pengajaran yang terprogram. B. Teori Psikologi Kognitif Brunner sebagai ahli teori belajar psikologi kognitif memandang proses belajar itu sebagai 3 proses yang berlangsung serempak yaitu : 1. Proses perolehan informasi baru 2. Proses trnsformasi pengetahuan 3. Proses pengecekan ketepatan dan memadainya pengetahuan tersebut Teori belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. C. Teori Belajar Humanisme Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai berikut : 1. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadapa belajar 2. Membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memebrikan kebebasan kepada siswa unutk belajar 3. Membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar 4. Menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa 5. Menerima pertanyaan dan pendapat serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya D. Teori Belajar Sosial Konsep-konsep utama dari teori belajar sosial adalah sebagai berikut : 1. Pemodelan (modeling, yaitu bahwa peserta didik atau individu melakukan aktivitas belajar dengan cara meniru perilaku orang lain dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang lain.. 2. Fase belajar, menurut Bandura ada empat fase belajar yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, fase motivasi lalu muncul dalam bentuk penampilan. 31

3.7 BAB 7 INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS DAN PERMASALAHAN A. Pengertian Mengajar Pengertian mengajar pada hakikatnya ialah usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar (Sadarmin, 1990). Mengajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer IPTEKS kepada peserta didik (Nasution, 1987). Mengajar juga berarti menyampaikan pengetahuan kepada anak didik. Mengajar secara luas dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. B. Perbedaan Antara Mengajar dan Mendidik Mengajar lebiih cenderung mengandung makna, yaitu aktivitas mentransfer pengetahuan atau IPTEKS yang dimiliki oleh duru kepada peserta didik agar peserta mengetahui, memahami, dan menguasai IPTEKS sesuai kemampuan yang dimiliki. Sedangkan mendidik adalah aktivitas mentransfer nilai, norma, adat istiadat, dan etika kepada anak didik agar mereka menjadi manusia yang mematuhi nilai, norma, dan etika yang berlaku di masyarakat, sehingga menjadi peserta didik yang berpengetahuan dan memiliki sikap yang baik. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Mengajar dan Mendidik dan Permasalahannya Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruihi proses dan hasil belajar mengajar, terdapat dua faktor yang sangat menetukan yaitu : 1. Faktor guru sebagai subjek pembelajaran 2. Faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran Tanpa ada faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki, tidak mungkin proses interaksi belajar-mengajar di kelas atau di tempat lain dapat berlangsung dengan baik. Namun pengaruh beberapa faktor lain tidak boleh diabaiakan misalnya faktor media dan instrumen pemblajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, meode dan strategi pembelajaran dan sebagainya (Arief, 1989).

32

3.8 BAB 8 MANAJEMEN KELAS YANG BERBASIS PSIKOLOGI PENDIDIKAN A. Manajemen Kelas untuk Pembinaan Disiplin Kelas Manajemen kelas menagandung pengertian, yaitu proses pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif (Rachman, 1999). Manajemen kelas bertujuan untuk : 1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik secara lingkungan belajar maupun sebagai

kelompok

belajar

yang

memungkinkan

peserta

didik

untuk

mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. 2. Menghilangkan berbagai macam hambatan yang dapat mengahalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas belajar serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya . B. Prinsip-Prinsip Disiplin Kelas Sebagai Wujud Manajemen Kelas yang Berbasis Psikologi Pendidikan Sikap disiplin yang dilakukan oleh seseorang atau peserta didik, pada hakekeatnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan oleh para guru adalah menanamkan prinsip-prinsip disiplin kelas yang mengaju kepada nilai-niali keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan, nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat, nilai-nilai kekuasaan yang dimiliki oleh para guru, dan nilai rasional yang selalu berbasis pada akal yang cerdas dan sehat. Nilai-nilai tersebut biasanya tersurat dalam peraturan tata tertib suatu sekolah yang harus dipedomani oleh para warga sekolah. C. Pemeliharaan Budaya Disiplin dan Usaha Kuratif terhadap Pelanggaran Disiplin dengan Pendekatan Psikologi Pendidikan Dalam upaya unutk memelihara budaya disiplin kelas telah tumbuh dan berkembang, para guru di kelas hendaknya selalu konsisten dan berkesinambungan menunjukkan sikap dan perilaku selalu disiplin datang ke kelas, disiplin dalam mengajar, dan kegaiatan disiplin lainnya yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan pendidikan di kelas. Adapun aplikasi dan teori psikologi pendidikan, khusunya yang berkaitan dengan teori behavioristik ialah bahwa peserta didik yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku disiplin di kelas harus diberikan penguatan belajar, agar perilaku disiplin tetap menajdi budaya bagi para siswa tersebut. 33

3.9 BAB

9

MENGAJAR

DAN

BELAJAR

YANG

EFEKTIF

DAN

PERMASALAHANNYA Santrock dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan edisi kedua mentakan bahwa unutk dapat mengajar secara efektif para guru harus menganggap aktiviitas mengajar sebagai aktivitas yang kompleks dan memandang murid-murid sebagai objek yang varatif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus bisa menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus bisa mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membtuhkan dua hal utama yaitu : 1. Pengetahuan dan keahlian profesional Dari segi ini guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian serta keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode penetapan tujuan, rancangan pengajaran, dan manajemen kelas. 2. Komitmen dan motivasi Untuk menjadi guru yang efektif juga dibuthkan komitmen dan motivasi mengajar yang tinggi. Kedua aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Dengan komitmen dan motivasi mengajar yang tinggi dimiliki oleh guru yang efektif dapat memabntu masa-masa sulit dalam mengatasi masalah-masalah yang melelahkan dalam mengajar. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh peserta didik sebagai pebelajar untuk dapat belajar secara efektif , yaitu dengan prinsip dan strategi sebagai berikut : 1. Terapkanlah hukum jost dalam belajar, yaitu belajar dengan 3 x 1 lebih efektif daripada belajar dengan 1 x 3 2. Belajarlah sedikit demi sedikit setiap harinya tetapi berkesinambungan 3. Belajarlah dari garis-garis besar materi atau rangkuman materi pelajaran yang telah dibuat secara terus menerus 4. Hindari prinsip belajar yang jelek, yaitu nanti mau belajar saat akan ujian dengan prinsip tiba masa tiba akal 5. Ulanglah sesering mungkin mempelajari rangkuman materi pelajaran yang telah dibuat agar materi pelajaran tersebut mudah dikuasai sebelum ujian dimulai

34

3.10 BAB 10 MUTU PROSES DAN HASIL BELAJAR MENGAJAR SEBAGAI FOKUS PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN A. Pengertian Mutu dan Hasil Belajar Mengajar Menurut para ahli pendidikan, mutu proses belajar diartikan sebagai mutu dari aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di kelas. Sedangkan mutu hasil belajar mengajar ialah mutu dari aktivitas mengajar yang dilakuakn oleh guru dan mutu aktivitas belajar yang dilakukan oleh peserta didik di kelas. B. Indikator-Indikator Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar di Kelas 1. Guru membuka pelajaran dengan ucapan salam 2. Guru melakukan presensi siwa 3. Guru melakukan pengelolaan kelas 4. Guru menjelaskan materi pelajaran di kelas 5. Guru ,meberikan kesempatan kepada siswa unutk bertanya 6. Guru menjawab pertanyaan siswa 7. Guru memberikan penguatan 8. Guru mengajukan pertayaan dasar dan lanjutan 9. Guru mengadakan variasi dalam teknik mengajar 10. Guru menggunakan stimulus unutk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa 11. Guru mengadakan pengajaran di kelompok kecil 12. Guru memimpin diskusi kelompok 13. Guru mengajar atas perbedaan individu 14. Guru mengajar melalui penemuan siswa 15. Guru mengembangkan kreatifitas siwa, dsb Sedangakn indikator mutu hasil belajar ialah nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Proses dan Hasil Belajar Mengajar Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi mutu proses dan hasil belajar mengajar di kelas yaitu : 1. Faktor internal ialah berupa faktor psikologis, sosiologis, dan fisiologis yang ada pada diri siswa dan guru sebagai pebelajar dan pembelajar. 2. Faktor eksternal ialah semua faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar mengajar di kelas selain faktor yang bersumber dari faktor guru dan siswa. Faktor-faktor eksternal tersebut berupa masukan lingkungan, masukan peralatan, dan masukan eksternal lainnya. 35

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pembahasan Isi Buku Dalam hal ini ada dua buku dimana buku utama (buku Psikologi Pendidikan karangan Sri Milfayetty, Rahmulyani, Anita Yus Edidon Hutasuhut, Nur’aini) dan buku pembanding (buku Psikologi dalam Pendidikan karangan Prof. Dr. H. Abdul Hadis, M.Pd dan Prof. Dr. Hj. Nurhayati B, M.Pd). Kedua buku membahas tentang bagaimana proses guru memahami perkembangan psikologi peserta didik dan bagaimana peran guru dalam membantu mengatasi permasalahan psikologi peserta didik. Berdasrkan isi kedua buku lebih banyak menggunkan pendapat para ahli. Perbedaan kedua isi buku terletak pada materi yang dijabarkan dan bagaimana caranya menjabarkan isi materi tersebut dimana, pada buku utama dijelaskan mulai dari pengertian psikologi pendidikan, belajar, karakterisitk belajar, pendekatan dan teknik belajar, model pembelajaran, motivasi belajar, desain pembelajaran dan penilaian belajar. Pada buku pembanding dijelaskan mulai dari pentingnya psikologi dalam pendidikan, pengertian dan ruang lingkup psikologi pendidikan, gejala aktivitas umum jiwa manusia yang perlu diketahui oleh para guru dan calon guru, pertumbuhan dan perkembangan anak dan remaja sebagai peserta didik, belajar dan permasalahannya, teori-teori belajar dalam pendidikan peserta didik, interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya, manajemen kelas yang berbasis

psikologi

pendidikan, mengajar dan belajar

yang efektif dan

permaslahannya, lalu mutu proses dan hasil belajar mengajar sebagai fokus psikologi dalam pendidikan. 4.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku 1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face value), buku yang direview yaitu buku utama dan pembanding adalah buku yang menarik untuk dibaca. 2. Dari aspek isi buku, buku yang utama sangat bagus karena materinya lengkap dan banyak menggunakan pendapat para ahli sedangkan buku pembanding materinya kurang lengkap. 3. Dari aspek tata bahasa, buku yang direview yaitu buku utama dan pembanding cukup bagus karena bahasanya cukup mudah dipahami. 4. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font pada buku utama lebih bagus darpada buku pembanding. 5. Dari aspek penulisan kedua buku ini sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). 36

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari ringkasan diatas mengenai pembahasan buku Psikologi Pendidikan dari dua buku dapat disimpulkan mengenai pengertian psikologi pendidikan yaitu cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Pengetahuan tentang teori-teori psikologi belajar akan sangat bermanfaat bagi guru dalam membantu anak didik dalam menemukan cara yang terbaik bagi dirinya untuk melakukan pembelajaran yang lebih baik. Bidang dalam psikologi pendidikan meliputi studi tentang memori, proses konseptual, dan perbedaan individu (melalui psikologi kognitif) dalam mengonseptualisasikan strategi baru mengenai proses belajar pada manusia. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini sangat tergantung oleh faktro-faktor yang mempengaruhinya. Pada dasarnya anak didik sering mengalami kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan belajar antara yang satu dengan yang lain tidak sama. Hal ini sangat tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik dan optimal, guru harus membantu anak didik keluar dari masalahnya dan bahkan dapat mengatasi masalahnya sendiri jika terjadi kembali. Dengan pengetahuan psikologi, guru harus memberikan bantuan yang terbaik bagi mereka melalui metode yang tepat dan penuh dengan cinta. 5.2 Saran Kedua buku yang diringkas ini sangat baik dimiliki oleh calon guru unutk memberikan pengetahuan dan pemahaman yang jelas mengenai pentingnya psikologi pendidikan dalam upaya membantu siswa unutk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dari seluruh aspek psikologi. Dengan mempelajari buku ini kita akan dapat memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar psikologi dalam pendidikan.

37

DAFTAR PUSTAKA Milfayetty Sri, dkk. 2018. Psikologi Pendidikan. Medan: PPs Unimed Hadis Abdul dan Nurhayati. 2014. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta CV

38

Related Documents

Cbr
October 2019 51
Cbr
November 2019 47
Cbr
August 2019 56

More Documents from "Kristian Nainggolan"

December 2019 60
April 2020 68
Bible Notes
August 2019 61
Manuel De Hojas
October 2019 49
Daftar Riwayat Hidup
October 2019 44