Cbr Psikologi Pendidikan.docx

  • Uploaded by: Nopa Budiah
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cbr Psikologi Pendidikan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,367
  • Pages: 34
CRITICAL BOOK REVIEW MK.PSIKOLOGI PENDIDIKAN PRODI S1 PGSD FIP

Skor Nilai :

PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Prof.Dr.Sri Milfayetty,S.Psi.,MS.Kons,Dkk,2018)

NAMA

: NOPA BUDIAH

NIM

: 1183311040

DOSEN PENGAMPU

: Nindy Ayu Pristianti,S.Pd,M.Pd

MATA KULIAH

: PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya saya masih dapat menyusun laporan “Critical Book Report” (CBR) ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi pendidikan. Saya telah mengkritik buku dengan cara meresensi buku , mengambil kesimpulan dari setiap bab pada buku. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang berkontribusi,, membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini. Dalam penulisan laporan ini, saya menyadari masih banyak kesalahan yang menyebabkan ketidaksempurnaan pada laporan ini. Dari itu, saya harap, dosen pengampu dapat memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan ini. Dan semoga laporan ini dapat diterima dan dinilai dengan objektif oleh dosen pengampu.

Medan,3 Maret 2019

Penyusun Nopa Budiah NIM. 1183311040

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .....................................................................................

1

DAFTAR ISI ....................................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

3

1.1 Latar Belakang ......................................................................................

3

1.2 Tujuan Pembahasan ..............................................................................

3

1.3 Manfaat .................................................................................................

4

BAB II RESENSI BUKU ................................................................................

5

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 3.1 Ringkasan pada setiap Bab...................................................................

6

3.2 Kelebihan dan kekurangan pada Buku .................................................

29

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 4.1 Kesimpulan .........................................................................................

32

4.2 Saran....................................................................................................

32

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan adalah: “ usaha dasar dan terencana untk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidikan profesional; yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah, serta dosen di perguruan-perguruan tinggi sebagaimana yang tersirat dalam Bab XI Pasal 39 (2) UU Sisdiknas tersebut. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan dan keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan tuntunan zaman dan kemajuan sains dan teknologi. Di antara pengetahuan-pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan baru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan dengan pendekatan baru itulah, makalah Psikologi Pendidikan ini disusun, dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang berarti dan memantapkan kualitas kompetensi calon guru dan guru serta dosen profesional yang bertugas pada jenjang masing-masing 1.2 TUJUAN 1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan” 2. Untuk memahami isi ringkasan pada buku 3. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mata kuliah “Psikologi Pendidikan” 1.3 MANFAAT 1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang luas, khususnya tentang Psikologi pendidikan. 2. Dapat lebih berfikir kritis.

3

3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku. 4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kependidikan.

4

BAB II RESENSI BUKU 2.1 IDENSTITAS BUKU Judul Buku

: PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Penulis

: Prof.Dr.Sri Milfayetty,S.Psi.,MS.Kons

Penerbit

: PPs Unimed 2018

Cetakan

: ketujuh

Kota Terbit

: Medan

Tahun terbit

: 2018

Jumlah halaman

: 204 halaman

No. ISBN

: 978-602- 8207-18-8

BUKTI COVER BUKU

5

BAB III PEMBAHASAN KESIMPULAN PADA SETIAP BAB DI BUKU UTAMA

2.1 BAB I PENDAHULUAN Generasi saat ini adalah generasi yang telah bergeser dari Generasi X (1980-2000) ke generasi C atau Gen - C mulai tahun 2000 hingga sekarang. Perubahan generasi ini memaksa pendidikan untuk memahami dengan terbuka potensi keunikan generasi C ini. Oleh karena itu pendidik perlu fokus pada kekuatan dan keterbatasan dan menyiasatinya dengan hal-hal yang tidak produktif yang menjadi kelemahannya. Para pendidik perlu menerapkan kepemimpinan transparan, tidak anti kritik dan membangun hubungan yang setara. Perkembangan kebutuhan belajar peserta didik ini sudah jauh berbeda sehingga tidak mencukupi lagi jika dilaksanakan dengan pembelajaran yang konvensional. Saat ini diharapkan penyidik mampu melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan untuk menumbukan kegemaran peserta didik belajar. Selain itu mendidih diharapkan terampil menggunakan teknologi agar proses pembelajaran menjadi efektif. 2.2 BAB II PSIKOLOGI PENDIDIKAN Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku. Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang mempelajari nilai - nilai karakter dan cara menanamkan nya. Namun definisi psikologi pendidikan sebagai Terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni, ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.

6

Psikologi pendidikan menjelaskan karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat usia. Misalnya, jika ingin mengajarkan sesuatu pada seseorang, maka perhatikan lah perkembangan kognitif nya. Selain itu pada orientasi baru psikologi pendidikan pembelajaran perlu dilaksanakan berbasis gelombang otak. Karena gelombang otak ini memberi pengaruh pada gaya belajar dan gaya berpikir seseorang. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas perlu diperhatikan agar pembelajaran mengakomodasi semua gaya belajar untuk mencegah peserta didik kehilangan informasi yang penting akibat gaya belajar yang dimilikinya Tujuan psikologi pendidikan adalah untuk memahami dan meningkatkan proses belajar dan pembelajaran. Definisi lain mengatakan bahwa psikologi pendidikan mengembangkan pengetahuan dan Methode untuk mempelajari proses belajar mengajar pada situasi keseharian. Santrok (2007) Mendefinisikan bahwa pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada Pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Seorang Pendidik dan profesional akan mendasari semua perilaku ngajarnya dengan landasan teori dan riset sehingga pengetahuan dan ketrampilan nya menjadi lebih pandangan orang awam. 2.3 BAB III BELAJAR Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut dapat berupa pengetahuan yang baru. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu sangat dangkal akan tetapi setelah belajar Berubah menjadi lebih nyaman. Belajar seseorang dapat menyetujui sesuatu tetapi setelah belajar menjadi setuju. Pembelajaran diibaratkan sebagai bantuan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi proses belajar. Jika ingin membantu peserta didik untuk menguasai keterampilan tertentu maka guru dapat memfasilitasi nya dengan strategi

7

modelling. Peserta didik akan berlatih terus menerus hingga keterampilan tersebut dikuasainya. Peserta didik dapat diberikan reinforcemen untuk memperkuat perubahan perilaku atau keterampilan tersebut. Pembelajaran dapat dilaksanakan melalui model kognitif jika ingin membantu meningkatkan Pemahaman siswa terhadap suatu konsep. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut peserta didik diharapkan akan berminat untuk mengulang - ulanginya sampai pemahamannya terhadap hal tersebut menjadi lebih dalam. a. Belajar vs Kematangan Berbagai

perubahan

terjadi

pada diri

individu

selama Rentang

kehidupannya. Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Misalnya, pada umumnya anak sudah mampu berjalan pada usia dua tahun. Kondisi motorik yang diperlukan anak untuk berjalan sudah matang pada usia tersebut. Akan tetapi seorang anak tidak akan otomatis mampu membaca pada usia enam tahun, jika tidak mempelajari cara membaca meskipun kematangan kognitif ini sudah tercapai pada tahap tersebut kemudian, dalam proses perkembangan ada masa peka yang memerlukan pengalaman belajar, jika masa itu Terlewatkan maka kemampuan yang didukung masa peka tersebut akan terganggu pada usia selanjutnya. b. Otak Belajar Kendali seluruh saraf yang ada didalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam belajar otak adalah penentuan Tama nya. Selain itu belajar berarti juga mengembangkan otak. Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100 200 milyar sel. Setiap sel siap dikembangkan untuk memproses berbagai informasi. Perkembangan sel otak ini mengikuti sistem yang kompleks. Jumlah dan ukuran saraf otak tersebut bertambah setidaknya sampai usia remaja. Hal ini berimplikasi bahwa anak anak sulit untuk mempertahankan perhatian pada jangka waktu yang lama. Perhatian mereka akan meningkat sejalan

8

dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu di dalam belajar anak memerlukan segmen istirahat di antara mata pelajaran di sekolah untuk membantu menjaga energi dan motivasi anak untuk belajar. Belajar pada hakikatnya adalah untuk menstimulasi perkembangan otak. Stimulasi otak dilakukan dengan menggunakan Panca Indra. Semakin lengkap dan terpadu stimulasi yang dilakukan maka semakin baik perkembangan jaringan pengetahuan di otak. Oleh sebab itu kegiatan belajar perlu dilakukan dengan melihat, mendengar, menyentuh, melakukan, mengecap dan merefleksi. c. Perkembangan belajar dan Belajar 1. Perkembangan Kognitif dan Belajar Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berfikir. Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan kognitif adalah Piaget. Piaget Mengemukakan bahwa perkembangan kognitif apaan mengikuti perkembangan usia anak. Berdasarkan ini maka kemampuan belajar individu juga akan mengikuti perkembangan kemampuan kognitif atau kemampuan berfikir ini. Tahapan perkembangan tersebut adalah : a. Tahap sensori motorik Tahapan ini berlangsung dari sejak lahir hingga usia dua tahun. b. Tahap praoperasional Tahap mulai dari dua tahun hingga tujuh tahun. c. Tahap operasional konkret Tahapan Perkembangan ini terjadi pada usia tujuh sampai 11 tahun. d. Tahap operasional formal Tahap perkembangan ini berlangsung pada usia antara 11 tahun sampai dengan 15 tahun.

9

2. Perkembangan Bahasa dan Belajar Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan atau simbol. Semua bahasa manusia mengikuti aturan fonologis, Morfologi, dan pragmatis. Penguasaan bahasa berkembang melalui beberapa tahap. Pada umur satu tahun anak anak mulai menyebut satu sampai dua kata, mengenali nama dan menirukan union dan memahami perintah sederhana. Kemampuan ini bertambah yaitu menggunakan lima sampai 20 kata antara satu sampai dua tahun. Pada tahun ketiga anak sudah mulai dapat mengidentifikasi bagian bagian tubuh, menyebut diri sebagai aku bukan namanya, pada usia empat tahun mulai bercerita tiga kata sampai perbendaharaan kata mencapai sekitar 1.000, sedangkan pada usia lima sampai enam tahun perbendaharaan kata sudah mencapai 10.000 kata, dapat mendefinisikan object menurut kegunaan, tahu relasi Spasial, lawan kata dan sebagainya. 3. Perkembangan Sosial dan Belajar Perkembangan sosial mengacu kepada perubahan jangka panjang di dalam konteks membina hubungan, interaksi pribadi, teman sebaya dan keluarga. Termasuk di dalamnya cara membina persahabatan dan perubahan yang negatif seperti agressifitas dan kekerasan. Lingkungan yang mempengaruhi perkembangan sosial dapat dijelaskan melalui teori Ekologi yang dikembangkan Bronfenbrenner (1917-2000). Fokus utama ini adalah konteks Sosial di mana anak tinggal dan orang orang yang mempengaruhi perkembangan anak. Ada teori ini dikemukakan lima sistem lingkungan yang merentang interaksi personal sampai ada yang lebih luas. Sistem tersebut adalah Microsystem, mesosistem, ekosoistem, makrosistem dan kronosistem.

10

Kelima sistem ini menurut Bronfenbrenner memberi pengaruh terhadap perkembangan individu. Oleh karena dalam belajar peserta didik perlu menyadari dirinya sebagai sosok yang terlibat di dalam sistem sekolah dan masyarakat. 4. Perkembangan diri Pada pembahasan tentang teori psikososial tampak perlunya keseimbangan antara perkembangan diri dengan perkembangan sosial dalam belajar. Pada penjelasan tentang pengaruh otak dalam belajar dikemukakan bahwa proses belajar baru akan berlangsung jika anak merasa dirinya aman selama proses tersebut. Konsep diri merupakan upaya membangun sebuah tema yang mengorganisasikan perasaan dan sikap tentang diri. Pada usia remaja konsep diri sering dihubungkandengan penampilan fisik dan penerimaan sosial maupun prestasi sekolah. Konsep diri dianggap sebagai dasarperkembangan sosial maupun emosional. Konsep diri berhubungan dengan pemilihan jurusan. Pada umumnya peserta didik yang memiliki konsep diri positif ada pelajaran IPA cenderung memilih jurusan Eksakta. 5. Perkembangan Moral Bagi anak-anak usia lima tahun distribusi yang adil didasarkan pada persamaan jumlah pembagian. Mereka akan merasa diperlakukan tidak adil jika kau hanya mendapat lebih banyak dari yang didapatkannya. Pada perkembangan berikutnya baru mereka mampu mengenali bawa sebagian orang mestinya mendapatkan lebih banyak berdasarkan kepantasan, misalnya orang bekerja lebih keras atau tampil lebih baik sehingga pantas mendapat lebih banyak. Sekitar umur delapan

tahun

anak-anak

mampu

melihat

perlunya

mempertimbangkan

berdasarkan kebajikan. Mereka dapat memahami bahwa sebagian siswa pantas mendapatkan lebih banyak uang dan perhatian guru karena mereka berkebutuhan. Perilaku moral dipengaruhi pengasuhan dan pendidikan yang dialaminya. Orang-orang dewasa mula-mula mengendalikan perilaku anak-anak melalui instruksi, supervisi, hadiah dan hukuman serta koreksi langsung. Pengaruh lainnya

11

adalah Modelling. Anak/anak yang secara konsisten diperlakukan dengan perhatian, Kemurahan hati akan cenderung lebih peduli pada hak-hak dan perasaan orang lain. Perkembangan moral siswa dapat Diupayakan melalui pendidikan karakter yaitu pendekatan yang langsung dengan memberikan pelajaran kepada siswa tentang pengetahuan dasar untuk menjaga melakukan perilaku tidak bermoral atau membahayakan diri sendiri dan orang lain. Selain pendidikan moral dapat juga dilakukan dengan membantu siswa untuk mengklarifikasi untuk apa mereka hidup, apa yang layak dan tidak layak untuk dikerjakan. Pada pendekatan ini siswa didorong untuk mendefinisikan nilai mereka sendiri dan memahami nilai orang lain. 2.4 BAB IV KARAKTERISTIK BELAJAR Karakteristik adalah ciri-ciri perseorangan yang bersumber dari latar belakang pengalaman yang dimiliki peserta didik termasuk lainnya yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ciri fisik emosi yang berpengaruh terhadap keefektifan pembelajaran. Karakteristik ini dapat membedakan yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini perlu dipahami guru untuk mengetahui perbedaan dan kebutuhan belajarnya agar guru dapat memberikan pelayanan yang sesuai. Beberapa karakteristik yang perlu dipahami guru dikemukakan berikut ini: a. Inteligensi Alfred

Binet

pada

tahun

1857-1911

bersama

Theodore

Simon

mendefinisikan inteligensi Sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Dari rendahnya tingkat Inteligensi dinyatakan dengan menterjemahkan hasil tes Inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai

12

kedudukan tingkat kecerdasan seseorang dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Angka normatif tes inteligensi dinyatakan dalam bentuk rasio dan dinamai dengan inteligence quotient (IQ). b. Gaya Belajar Berikut ini konsep belajar yang dibahas adalah proses belajar internal yang berlangsung pada diri individu sebagai hasil proses pembelajaran. Pembahasan ini di awali dengan memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam ber aktivitas termasuk belajar. Yaitu, perhatian, pengamatan, pendengaran, perabaan dan penciuman. Gaya belajar dapat dikelompokkan atas dua elemen yang mempengaruhi nya. Pertama adalah gaya belajar independen dan kedua gaya belajar tergantung. Gaya independen membutuhkan suasana yang terang dan tidak mau diganggu suara sedikitpun sedangkan gaya tergantung perlu ditemani radio atau lagu-lagu ketika belajar. Gaya belajar ini mengacu ke cara siswa dalam belajar. c. Gaya Berpikir Gaya berpikir dapat digolongkan atas gaya impulsif, reflektif, mendalam dan dangkal. Gaya yang reflektif dan implusif disebut sebagai tempo konseptual. Maksudnya, kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam memberi respon dan merenungkan akurasi jawaban. Sedangkan individu yang reflektif lebih memungkinkan mengingat informasi yang terstruktur, membaca dengan memahami dan menginterprestasi teks dan memecahkan problema dan membuat keputusan. Guru dapat membantu peserta didik yang bergaya belajar dang kalo agar belajar secara mendalam dengan cara memberitahu mereka bahwa ada yang lebih penting daripada sekedar mengingat materi pelajaran. Ajukan pertanyaan yang mensyaratkan untuk menyesuaikan informasi dengan kerangka materi yang lebih luas, guru perlu menjadi model yang memproses informasi secara mendalam,

13

bukan sekedar memberi informasi, hindari menggunakan pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak. d. Gaya Perilaku (tempramen) Temperamen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan. Berdasarkan gaya perilaku ini, individu dapat dikategorikan atas: 1. Gaya perilaku yang mudah Pada umumnya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 2. Gaya perilaku sulit Yaitu yang cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri dan lamban dalam menerima pengalaman baru. 3. Gaya perilaku lamban tapi cenderung hangat Yaitu yang biasanya beraktivitas lamban, agak negatif menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi dan intensitas mood yang rendah. 2.5 BAB V PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR Belajar dapat di definisikan sebagai proses menciptakan sesuatu yang sudah ada dengan sesuatu yang baru. Beberapa pendekatan belajar menurut para ahli dikemukakan sebagai berikut : a. Pendekatan Behavior Belajar adalah perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang relatif permanen didalam diri individu yang tampak dari tampilan individu ( overt behavior ). Definisi ini menekankan hasil belajar pada perilaku yang dapat

14

diobservasi dan diukur. Beberapa teori belajar memfokuskan perhatiannya terhadap pembentukan perilaku dimaksud. Misalnya dalam meningkatkan minat siswa membaca novel berbahasa inggris. Guru dapat menunjukkan dan menceritakan pada siswa betapa senangnya ia dapat menikmati cerita dalam novel tersebut dengan sesekali membacakannya sedikit kepada mereka, sehingga pada akhirnya siswa meniru guru kebiasaan guru tersebut. b. Pendekatan kognitif Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha individu untuk mengerti dunia. Caranya adalah dengan menggunakan semua alat mental yang dimiliki. Seseorang dapat memahami dunia dari caranya memaknai dunia tersebut. Didalam pendekatan kognitif reinforcement berfungsi sebagai umpan balik. Pada pendekatan ini yang paling penting adalah bagaimana individu belajar, menerima informasi dan mengingat. Penjelasan tentang teori kognitif dalam belajar sudah dilakukan pada bab 3 tentang perkembangan dan belajar. c. Teknik Belajar Teknik belajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efektif. Beberapa bentuk teknik belajar yang diterapkan adalah : 1. Sikap mental Yang terpenting dalam belajar adalah sikap mental. Oleh karena itu yang pertama-tama perlu dibangun adalah konsep diri dan pikiran positif. Ketika seseorang merasa dirinta mampu maka hal ini akan menjadi komputer mental yang mendorong seseorang untuk meraih impiannya. 2. Rencana Belajar

15

Membuat rencana belajar secara tertulis baik rencana harian, mingguan. Tentukan waktu penyelesaian tugas-tugas secara rinci untuk setiap harinya. 3. Berkonsentrasi Teknologi belajar yang ketiga adalah berkonsentrasi, hal ini dapat dilakukan dengan senam otak, relaksasi, meditasi dan sebagainya. 4. Mengikuti pelajaran Kemampuan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas seperti mendengar, menyimak dan memberi respon. Posisi duduk ketika mengikuti pelajaran perlu diperhatikan. 5. Tujuan Belajar Memahami tujuan belajar. Belajar pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai tujuan hidup. Makin banyak yang diketahui, maka makin banyak yang dapat diperbuat. 6. Teknik Mengingat Kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk, teknik asosiasi. 2.6 BAB VI MODEL PEMBELAJARAN Penggunaan kata pembelajaran sering dihubungkan dengan istilah-istilah sebagai berikut : a. Pendekatan pembelajaran b. Strategi pembelajaran c. Metode pembelajaran d. Teknik pembelajaran

16

e. Taktik pembelajaran f. Model pembelajaran Beberapa model pembelajaran yang diimplementasikan didalam kelas adalah model pengajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan strategi-strategi belajar. 1. Model pengajaran langsung Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosesural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap. Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan dan praktik serta kerja kelompok. Pada pengajaran langsung ini dapat dilakukan belajar dengan pemodelan tingkah laku. 2. Pembelajaran kooperatif ( cooperative Learning ) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar ini menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua anggota mencapai tujuan dan penguasaan materi (Slavin,1995). 3. Pengajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction ) Pengajaran

berbasis

masalah

dikembangkan

untuk

membantu

siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan lain. 4. Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara materi pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat

17

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual yakni : a. Konstruktivisme b. Bertanya c. Inkuiri d. Masyarakat belajar e. Pemodelan f. Penilaian autentik 5. Pembelajaran diskusi kelas Diskusi

kelas digunakan

untuk

memperbaiki

cara berpikir dan

keterampilan berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semangat siswa terlibat di dalam pelajaran. Keuntungan pembelajaran diskusi dikelas antara lain : melibatkan siswa langsung dalam proses pembelajaran, dapat menguji tingkat penguasaan bahan pelajaran masing-masing. Kelemahannya antara lain adalah tergantung pada kepemimpinan dan partisipasi anggota, memerlukan keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. 6. Strategi-strategi Belajar Tujuan utama pengajaran belajar adalah mengajarkan siswa untuk belajar atas kemauan dan kemampuan sendiri. Strategi-strategi ini dilakukan dan digunakan yaitu: a. Strategi mengulang ( rehearsal strategies ) b. Strategi elaborasi c. Strategi organisasi

18

d. Strategi meta kognitif 7. Strategi Belajar Peta Konsep Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama. Konsep-konsep dihubungkan oleh proposisi sebagai bentuk hubungan antar konsep. 2.7 BAB VII MOTIVASI BELAJAR Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang menyebabkan sesuatu bergerak. Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suaru keadaan internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu perilaku. Karena itu motivasi dapat dipahami dari motif yang mendasarinya. Motivasi dapat bersumber dari dalam diri dan yang bersumber dari luar diri. Motivasu intrinsik muncul karena individu senang melakukannya. 1. Motivasi belajar Motovasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar. Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan ketahanan perilaku siswa dalam belajar. Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan ketidakseimbangan antara yang dimiliki dan yang diharapkan. 2. Komponen-komponen motivasi belajar Keller dalam Suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang disebutnya sebagai model ARCS yaitu :

19

a. Attetntion ( perhatian ) b. Relevensi c. Confidence ( percaya diri ) d. Satisfaction ( kepuasaan ) 3. Pentingnya Motivasi Belajar Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar memberikan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam membangkitkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil 4. Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar Motivasi

belajar

merupakan

faktor

psikologis

yang

mengalami

perkembangan, dipengaruhi kondisi fisiologis serta kematangan psikologis siswa. Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyanti (2002) adalah : a. Cita-cita atau aspirasi siswa b. Kemampuan siswa c. Kondisi siswa d. Kondisi lingkungan siswa e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa 5. Penerapan teori motivasi siswa dalam pembelajaran Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Perilaku termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan

20

bertahan lama. Beberapa pendekatan tentang motivasi yang dapat diterapkan didalam lingkungan sekolah : a. Pendekatan Behavioral b. Pendekatan Humanistis c. Pendekatan Kognitif d. Teori atribusi e. Teori Ekspektansi x Nilai f. Pandangan Sosiokultural g. Teori Self Determination h. Goal Setting Theory ( teori tujuan ) 2.8 BAB VIII DISAIN PEMBELAJARAN 1. Perencanaan pembelajaran Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistematik dan tertata untuk melakasanakan pembelajaran. Prosedur penyusunan rencana pembelajaran diawali dengan aktivitas menetapkan sasaran perilaku, menganalisis tugas dan menyusun taksonomi instruksional. Analisis ini dilaksanakan melalui tiga langkah yaitu menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan siswa untuk mempelajari tugas, mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan mendaftar semua komponen. 2. Pembelajaran berpusat pada guru Para pendekatan berpusat pada guru, pembelajaran didisain dalam pengajaran secara langsung guru kepada siswa. Pembelajaran pada pendekatan ini terstruktur, dikendalikan dan dikontrol guru, ekspentasi guru yang tinggi atas

21

kemajuan siswa, maksimalisasi waktu yang dihabiskan siswa untuk tugas-tugas akademik dan usaha meminimalkan pengaruh negatif terhadap siswa. Pendekatan berpusat pada guru ini dilakukan dalam aktivitas beberapa aktivitas seperti : a. Orientasi Materi Baru b. Advance Organizer c. Pengajaran, penjelasan dan Demonstrasi d. Bertanya dan Diskusi e. Mastery learning f. Pekerjaan Rumah (PR) Pembelajaran berpusat pada guru dianggap tepat untuk mengajarkan keahlian dasar seperti bahasa, membaca, sains dan matematika. 3. Pembelajaran berpusat pada siswa Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Pendidikan akan baik jika berpusat pada orang yang belajar. Pendekatan ini memfokuskan perhatian pada empat faktor yaitu kognitif, metakognitif, motivasional dan sosial emosional dan perbedaan individual. Empat prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan ini yaitu : a. Faktor kognitif dan metakognitif b. Strategi Instruksional c. Discovery learning d. Teknologi dan pendidikan 4. Manajemen kelas

22

Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan siswa untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif dalam pembelajaran. Dimensi kelas yang efektif adalah : a. Menata ruang belajar Mendesain kelas perlu dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain kelas, membuat rancangan denah susunan mobiler dan perlengkapannya sebelum menata kelas, libatkan siswa dalam perencanaan tata ruang dan hiasan kelas, mencoba rancangan yang telah disusun dan dapat mengubahnya sesuai dengan keperluan. b. Menciptakan suasana positif untuk pembelajaran Suasana yang dimaksud dalam hal ini adalah gaya yang digunakan guru dalam manajemen aktivitas kelas secara efektif. Suasana kelas yang positif dapat diciptakan dengan menerapkan gaya otoratif. 5. Menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran Gaya otoritatif, gaya manajemen kelas otoritatif berasal dari gaya parenting ( Dian Baumrind 1971, 1996 ). Strategi manajemen kelas otoritatif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Gaya otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Gaya permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. 6. Mengelola aktivitas kelas secara efektif

23

Jacob Kounin (1970) menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru yang tidak efektif bukan dalam cara mereka merespons perilku menyimpang murid, tetapi berbeda dalam cara mereka mengelola aktivitas kelompok secara kompeten. 7. Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan atau prosedur Membedakan aturan dan prosedur, baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku (Everston, Emmer & Worsham,2003) Mengajarkan aturan dan prosedur, melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan ini akan mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri (Emmer, Everston, & Worsham,2003) 8. Mengajak murid untuk berbagi dan mengembangkan tanggung jawab Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid untuk membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu (Eggleton, 2001; Lewis, 2001; Risley & Walter 1995) 9. Memberi hadiah terhadap perilaku yang tepat Beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelola kelas : a. Memilih penguatan yang efektif b. Gunakan promts dan shoping secara efektif c. Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk mengontrol perilaku murid. 10. Menjadi komunikator yang baik Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan komunikasi nonverbal. 11. Menghadapi agresi

24

Perkelahian, pakar manajemen kelas Carolyn Everston dan rekan-rekannya memberi rekomendasi untuk mengatasi murid yang berkelahi. Bullying, banyak murid menjadi korban penghinaan atau perploncoan (bullies). Dalam sebuah survei nasional terhadap lebih dari 15.000 murid dari grade satu hingga sepuluh, hampir satu sampai tiga murid mengatakan bahwa mereka pernah menjadi korban dalam tindal bullying (Narsel dkk, 2001). 2.9 BAB IX PENILAIAN A. Pengertian Penilaian Penilaian saat ini dimaknai dalam dua konsep, yaitu asesmen dan evaluasi. Ada ahli yang menyamakan pengertian keduanya, tetapi sebagian ahli membedakan keduanya. Kata penilaian sebagai evaluasi mengandung makna : 1. Proses pengumpulan data 2. Data dianalisis dalam rangka pemberian yang lain sesuatu atau individu 3. Didalam pemberian nilai terdapat proses pembuatan keputusan 4. Pembuatan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu berdasarkan interpretasi dan jugdment atas informasi yang dimilikinya yang dilakukan

dengan

berhati-hati,

bertanggung

jawab

dan

dapat

dipertanggungjawabkan menilai. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil evaluasi adalah nilai. Kalau penilaian berkaitan dengan belajar peserta didik maka nilai yang diberikan adalah nilai tentang belajar peserta didik. B. Keterkaitan Penilaian (Evaluation), Penilaian (Assement), Pengukuran (Measurement), dan Pengujian (Test) Istilah penilaian yang berasal dari kata Assessment Banyak digunakan dalam pembelajaran saat ini. Ingin memiliki tiga fungsi, yaitu asesmen untuk belajar, asesmen sebagai proses belajar dan asesmen belajar. Asesmen untuk

25

belajar dimaksudkan sebagai upaya guru memperoleh informasi tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa atau anak. Asesmen sebagai proses belajar dilakukan dengan melibatkan siswa untuk memonitor kemajuan belajar yang telah dilakukan dan akan dilakukan. Asesmen ini dikenal dengan penilaian diri sendiri. Asesmen belajar dilakukan guru untuk menentukan keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Asesmen inilah yang banyak dilakukan guru selama ini. Asesmen memiliki karakteristik yang memungkinkan guru dan siswa dapat mengungkap hasil belajar yang sebenarnya dan menyeluruh melalui berbagai cara. Disamping itu, asesmen sebagai upaya guru untuk mengetahui tingkat perkembangan dan belajar anak, dan dapat meningkatkan kesadaran diri anak serta apresiasi terhadap dirinya. C. Pentingnya Penilaian dalam Pembelajaran Beberapa guru sering beranggapan bahwa penilaian hanya dilakukan di akhir pembelajaran. Penilaian memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan bagian bagian lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang melaksanakan pembelajaran perlu memiliki Pemahaman yang benar tentang penilaian. Penilaian dilakukan sejak awal pembelajaran. Bahkan penilaian perlu dilakukan saat guru merancang pembelajaran. Pada saat guru merumuskan tujuan pembelajaran, pada saat itu pula guru sudah mulai melakukan penilaian. Guru harus sudah mempertanyakan apakah tujuan yang telah dirumuskan tersebut sesuai dengan karakteristik peserta didik. Apakah tujuan tersebut dapat dicapai peserta didik. Apakah peserta didik telah memiliki prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut. Apakah tujuan tersebut dapat diukur ketercapaiannya. Banyak lagi yang harus diketahui pada saat merumuskan tujuan pembelajaran. D. Tes Kata tes berfungsi sebagai kata kerja dan juga kata benda. Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan

26

untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan atau gambaran psikologi yang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah. Tes terdiri dari butir butir pertanyaan untuk menguji suatu tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Tujuan pembelajaran yang di rumuskan menggambarkan kemampuan seseorang yang meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Dimensi tersebut dijabarkan dalam bentuk indikator kemampuan yang terukur. E. Bentuk Tes Tes dapat dikelompokkan berdasarkan bentuknya. Asmawi dan Noehi (1997) Mengelompokkan tes berdasarkan bentuk, Tifa, dan ragam. Berdasarkan bentuknya, ada tes uraian dan objektif. Bila dilihat dari tipe tes, tes uraian terdiri daru tes uraian terbatas, dan tes uraian bebas. Bentuk tes objektif menurut tipenya terdiri dari tes benar salah, tes menjodohkan dan tes pilihan ganda. F. Pengembangan Tes Hasil Belajar Seperangkat tes dihasilkan melalui tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar informasi yang diperoleh dari penggunaan tes benar-benar dapat menggambarkan tingkat kemampuan dari orang yang dites.

Tanpa

memenuhi tahapan yang dipersyaratkan bagi suatu tes, informasi yang diberikan juga akan meragukan bahkan akan sia-sia karena informasi yang diberikan tidak sesuai dan tidak menggambarkan sebenarnya orang yang dites. Tes berkaitan dengan hasil belajar. Oleh karena itu pengembangan tes berkaitan dengan hasil belajar. Perencanaan tes menduduki posisi penting dalam rangka menghasilkan tes yang dapat dipertanggungjawabkan. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes, yaitu: 1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir 2. Tipe tes yang digunakan 3. Aspek yang akan diuji

27

4. Jumlah butir 5. Distribusi tingkat kesukaran G. Penentuan Nilai Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam. Dua pendekatan yang dimaksud terdiri dari penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan. Penilaian acuan norma adalah kriteria yang disusun berdasarkan proses standarisasi instrumen melalui sekumpulan data yang diperoleh dari sampel sasaran instrumen dengan menggunakan instrumen itu sendiri. Pendekatan penilaian acuan patokan digunakan berdasarkan patokan yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan penilaian. H. Non Tes Pendekatan non tes digunakan juga dalam evaluasi dan asesmen pembelajaran. Ada beberapa metode non tes yang sering digunakan guru, yaitu metode observasi dengan menggunakan berbagai pencatatan, angket dan wawancara. I. Portopolio Penggunaan Portofolio adalah untuk merekam berbagai aktivitas dan situasi tertentu. Bagi seorang fotografer, portofolio digunakan sebagai media untuk menunjukkan perkembangan kemampuan nya dalam membuat foto Portofolio terdiri dari beberapa bentuk. Bullock dan Hawk mengidentifikasi dalam tiga bentuk, yaitu Portofolio proses, Portofolio produk dan Portofolio pameran. Pengumpulan fakta tidak perlu menambah waktu atau kegiatan khusus, tetapi dari kegiatan pembelajaran yang dirancang dapat diperoleh fakta-fakta yang dimaksudkan. J. Portofolio Penilaian

28

Moore yang mengemukakan bahwa Portofolio sebagai alat penilaian merupakan teknik dari penilaian autentik Yang banyak digunakan untuk mengungkap berbagai bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penggunaan Portofolio dalam pembelajaran sebagai instrumen penilaian dimungkinkan dan bahkan dapat mengungkap beberapa aspek kemampuan sebagai hasil belajar. Penggunaan penilaian Portofolio dalam pembelajaran menurut Ross menggunakan asumsi teori belajar fleksibilitas kognitif dari Shapio yang memfokuskan pada hakikat belajar yang kompleks dan tidak Terstruktur. Portofolio sebagai fakta yang menunjukkan terjadinya proses belajar pada diri anak. Selain itu, Portofolio juga sebagai fakta dari berbagai proses dan aktivitas belajar yang dilakukan anak dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Portofolio sebagai pembelajaran berfungsi sebagai pengarah munculnya berbagai bentuk kegiatan pembelajaran. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU JUDUL BUKU

KRITERIA

KELEBIHAN

KEKURANGAN

BUKU

BUKU Warna dasar pada kulit buku

Kulit buku terbuat

seharusnya jangan

dari bahan yang

berwarna hitam

tebal dan kedap air

karena membuat

PSIKOLOGI

sehingga tidak

buku tersebut

PENDIDIKAN

mudah robek.

membuat minat

Kulit Buku

pembaca kurang tertarik Ilustrasi Gambar

kulit buku cukup menarik,karena pada cover depan

29

buku terdapat gambar otak manusia, gambar tersebut cukup sesuai dengan mata kuliah psikologi pendidikan Lembaran pada buku sudah sesuai dengan tata letak yang sebenarnya, Tata Letak

dimulai dari cover, identitas buku, kata pengantar, -daftar isi, pembahasan

Dibagian identitas buku kurang lengkap letak penerbitnya dan agak sulit dicari

hingga daftar pustaka Terdapat beberapa

Penggunaan Bahasa

Bahasa yang digunakan mudah dimengerti

istilah yang kurang dimengerti. Akan lebih baik jika buku ini dilengkapi dengan glosarium

Buku ini merupakan buku pengantar,seluruh Pembahasan

isinya membahas ruang lingkup psilkologi pendidikan,

30

-

dimulai dari apa itu psikologi pendidikan, belajar,karakteristi k belajar, pendekatan dan teknik belajar,model pembelajaran, motivasi belajar,disain pembelajaran dan penilaian Prof.Dr.Sri Pengarang

Milfayetty,S.Psi.,M S.Kons,Dkk

31

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama

yang mempengaruhi

proses

dan

keberhasilan belajar. b. Saran Disarankan kepada penulis buku, agar kedepannya dapat lebih memperhatikan komponen-komponen yang harus dimiliki buku, agar buku tersebut lebih menarik untuk dibaca. Disarankan kepada mahasiswa atau siapapun untuk membaca buku “Psikologi Pendidikan” karena dengan membaca buku tersebut, kita jadi memiliki pengetahuan, dan wawasan.

32

DAFTAR PUSTAKA Milfayetty Sri,2018,Psikologi Pendidikan,Medan: PPs Unimed,

33

Related Documents

Cbr
October 2019 51
Cbr
November 2019 47
Cbr
August 2019 56

More Documents from "Kristian Nainggolan"