HUBUNGAN PERILAKU PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS NGALIYAN
BAB I PENDAHULUAN
Gastroenteritis merupakan istilah penyakit yang biasa dikenal dengan diare adalah buang air besar (defekasi) yang frekuensinya melebihi dari biasanya 200 ml/24 jam dengan konsistensi lembek atau cair dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Depkes, 2011). Penyakit diare terbagi atas diare akut dan diare kronis. Diare akut biasanya berlangsung dalam beberapa hari dan disebabkan oleh bakteri, sedangkan diare kronis biasanya lebih dari empat minggu disebabkan adanya gangguan yang serius pada pencernaan. Tubuh yang mengalami diare secara cepat akan kehilangan cairan dan keseimbangan elektrolit sehingga kemampuan usus menyerap cairan dan elektrolit akan menurun (Triosah, 2017). Proses penyerapan belum terganggu apabila diare dalam keadaan ringan. Penyakit diare merupakan masalah terbesar di negara berkembang seperti di Indonesia. (Depkes, 2011). Prevalensi tertinggi kejadian diare ditemukan di NAD dengan insiden 18,9 %, kejadian lebih banyak terjadi di pedesaan (10%) dibandingkan perkotaan (7,4%). Diare cenderung lebih tinggi pada kelompok tingkat pendidikan rendah dan pererjaan seperti buruh, petani, nelayan (Riskesdas, 2011). Patogen penyebab penting diare pada daerah negara berkembang yaitu Rotavirus, Eschericia Coli, Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium (Riskesdas, 2013). Faktor lain yang berkaitan dengan kejadian diare yaitu perilaku hidup masyarakat yang kurang baik dan sanitasi lingkungan yang buruk seperti tidak memadainya air bersih, air tercemar oleh tinja, kebersihan perorangan, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya (Sander, 2005).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diare Gastroenteritis merupakan istilah penyakit yang biasa dikenal dengan diare adalah buang air besar (defekasi) yang frekuensinya melebihi dari biasanya 200 ml/24 jam dengan konsistensi lembek atau cair dapat atau tanpa disertai lendir dan darah (Depkes, 2011). Pengertian diare secara operasional adalah buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya lebih 3 kali sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Depkes RI, 2011). 2.2 Faktor-faktor Penyebab Diare Permasalahan kesehatan muncul dapat digambarkan melalui konsep segitiga epidemiologi, yaitu adanya agen, host dan lingkungan. Segitiga epidemiologi tersebut dapat dijabarkan sebagai : 1) Agen Lebih dari 90% kasus Gastroenteritis akut adalah disebabkan oleh agent infeksius. Gastroenteritis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterrovirus (coxsackie, poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain; infeksi bakteri seperti vibrio, E. Coli, Salmonella, shigella, campylobacter, yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (ascaris, trichiuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (candida albicans) (Suharyono, 2008). 2) Host
Host merupakan manusia yang rentan terhadap infeksi virus atau bakteri penyebab diare. Menurut Nelson dalam Ratna (2015) faktor penyebab diare : a. Malabsorbsi karbohidrat b. Faktor Makanan c. Faktor psikologis d.
Immunodefisiensi
e.
Personal hygiene
3) Lingkungan Lingkungan merupakan keadaan tempat tinggal atau lingkungan sekitar manusia yang dapat mempengaruhi kejadian diare (kemenkes, 2011). Lingkungan yang sehat tergantung dari perilaku manusia itu sendiri. Teori yang membahas mengenai hubungan perilaku dengan kesehatan antara lain teori Lawrence Green yang dipengaruhi oleh 3 faktor a. Faktor Predisposisi Pengetahuan sikap, kepercayaan, traadisi, kebiasaan nilai budaya atau norma yang diyakini seseorang b. Faktor pendukung Faktor pendukung merupakan faktor yang memfasilitasi perilaku seseorang. Misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban, air bersih dan sebagainya. c.
Faktor pendorong atau penguat Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak.Faktor ini akan terwujud dalam sikap dan perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat, tokoh agama, guru,
orang tua, petugas kesehatan, keluarga, pemegang kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku. 2.3 Patofisiologi Diare Diare infeksi akut diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare noninflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lendir dan/ atau darah, mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri setidaknya ada dua mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses 2-4 Pada dasarnya, mekanisme diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu jenis bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus. 2.4 Cara Penularan Cara penularan gastroenteritis melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung melalui lalat (melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger). 2.5 Klasifikasi Diare
Menurut Suharyono (2008), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, Diare dapat dibagi menjadi: a. Diare tanpa dehidrasi Pada tingkat diareini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi Gastroenteritis masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi, masih bisa beraktifitas seperti biasa. b. Diare dengan dehidrasi ringan (%-5%). Pada tingkat Diare ini penderita mengalami diare kali atau lebih, kadangkadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. c. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%). Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardia, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat. d. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%). Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan tubuh dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan
urine, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaan mulai apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ detik) dengan kulit yang dingin dan pucat. 2.6 Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi ini sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan kosep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjainya penyakit. Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ke tiganya. a. Agent yang disebabkan oleh berbagai unsur seperti unsur biologis yang dikarenakan oleh mikro organisme (virus, bakteri, jamur, parasit, protzoa, metazoa, dll), unsur nutrisi karena bahan makanan yang tidak memenuhi standar gizi yang ditentukan, unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh
maupun dari dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll), unsur fisika yang disebabkan oleh panas, benturan, dll, serta unsur psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturun. Demikian juga dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.
b. Host Host atau pejamu ialah keadaan manusia yangsedemikan rupa sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya suatu penyakit. Faktor ini di sebabkan oleh faktor intrinsik. Factor pejamu yang biasanya menjkadi factor untuk timbulnya suatu penyakit sebagai berikut 1. Umur. Misalnya, usia lanjut lebih rentang unutk terkena penyakit karsinoma, jantung dan lain-lain daripada yang usia muda. 2. Jenis kelamin (seks). Misalnya , penyakit kelenjar gondok, kolesistitis, diabetes melitus cenderung terjadi pada wanita serta kanker serviks yang hanya terjadi pada wanita atau penyakit kanker prostat yang hanya terjadi pada laki-laki atau yang cenderung terjadi pada laki-laki seperti hipertensi, jantung, dll. 3. Ras, suku (etnik). Misalnya pada ras kulit putih dengan ras kulit hitam yang beda kerentangannay terhadapa suatu penyakit.
4. Genetik (hubungan keluarga). Misalnya penyakit yang menurun seperti hemofilia, buta warna, sickle cell anemia, dll. 5. Status kesehatan umum termasuk status gizi, dll 6. Bentuk anatomis tubuh 7. Fungsi fisiologis atau faal tubuh 8. Keadaan imunitas dan respons imunitas 9. Kemampuan interaksi antara host dengan agent 10. Penyakit yang diderita sebelumnya 11. Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri c. Environment Faktor lingkungan adalah faktor yang ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit, hali ini Karen faktor ini datangnya dair luar atau bisas disebut dengan faktor ekstrinsik. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi: 1. Lingkungan Biologis (flora & fauna) Mikro organisme penyebab penyakit Reservoar, penyakit infeksi (binatang, tumbuhan). Vektor pembawa penyakit umbuhan & binatang sebagai sumber bahan makanan, obat dan lainnya
2. Lingkungan Fisik Yang dimaksud dengan lingkunganfisik adalah yang berwujud geogarfik dan musiman. Lingkungan fisik ini dapat bersumber dari udara, keadaan tanah, geografis, air sebagai sumber hidup dan sebagai sumber penyakit, Zat kimia atau polusi, radiasi, dll. 3. Lingkungan Sosial Ekonomi Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Selain itu juga yang menjadi masalah yang cukup besar adalah terjadinya urbanisasi yang berdampak pada masalah keadaan kepadatan penduduk rumah tangga, sistem pelayanan kesehatan setempat, kebiasaan hidup masyarakat, bentuk organisasi masyarakat yang kesemuanya dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan terutama munculnya bebagai penyakit.
BAB III ANALISA SITUASI Pengambilan kasus Diare pada pasien dilakukan berdasarkan data pasien di puskesmas Ngaliyan. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien di puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2011. Bulletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. vol 2. Triwulan 2: Jakarta. Depkes RI. 2011. Buku Pedoman Pemberantas Program Pemberantasan Penyakit Diare. Ditjen PPM dan PL : Jakarta Depkes RI. 2010. Pemberantas Penyakit Diare. Jakarta. World Health Organanization. 2011. Global Health. http://www.who.int/healthinfo/globalHealthRisk-report-full-pdf (diakses 11 November 2018)