CASE STUDY I PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN KONSEP DIRI
Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes Disusun Oleh: Kelompok II Nurfiqri Ilham Zulfikar
1610913110012
Surya Anggi Pratama
1610913110016
Muhammad Hasan
1610913310024
Rika Divianty
1610913220017
Rismayanti Maimunah
1610913220018
Laila Rahmaniah
1610913120007
Ni Luh Eviana Charenina
1610913120009
Shanisa Mairestika
1610913320037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2018
LEMBAR PENGESAHAN Dosen Pengampu
: Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes
Kelompok
: II (Dua)
Nama Anggota
: Nurfiqri Ilham Zulfikar
1610913110012
Surya Anggi Pratama
1610913110016
Muhammad Hasan
1610913310024
Rika Divianty
1610913220017
Rismayanti Maimunah
1610913220018
Laila Rahmaniah
1610913120007
Ni Luh Eviana Charenina
1610913120009
Shanisa Mairestika
1610913320037
Banjarbaru, 19 Februari 2018
Endang Pertiwiwati, Ns., M.Kes
BAB I KASUS Case Study Topik : Konsep Diri Andri, 20 tahun, mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Banjarmasin mengalami kecelakaan lalu lintas 3 hari yang lalu. Akibat kecelakaan tersebut Andri harus menjalani amputasi pada kaki kirinya. Ibu Andri terus menemaninya selama berada di rumah sakit dan selalu memberikan dukungan . Ayah Andri jarang berada di rumah sakit karena belum percaya dengan kejadian yang menimpa putranya. Andri adalah seorang mahasiswa yang berprestasi, ia adalah kapten tim basket di Fakultasnya dan bulan depan Andri dijadwalkan untuk mengikuti kompetisi basket tingkat nasional yang selama ini ia impikan. Kondisi Andri saat ini sudah mulai stabil dan ia direncanakan menjalani program rehabilitasi. Dokter juga merencanakan akan memasang kaki prostetik pada Andri. Anda adalah seorang perawat yang merawat Andri dan hari ini Anda melakukan tindakan perawatan luka amputasi. Selama tindakan, Andri tidak mau melihat bagian kakinya yang terluka dan menolak untuk mendiskusikan program rehabilitasi yang akan ia jalani. Ibu Andri juga mengatakan kepada Anda bahwa putranya menjadi pemurung dan tidak banyak bicara. Diskusikan mengenai : 1. Pengertian konsep diri 2. Komponen konsep diri dan berdasarkan kasus komponen konsep dii mana yang terganggu pada Andri? 3. Perkembangan konsep diri 4. Faktor yang memengaruhi konsep diri. Berdasarkan kasus faktor mana yang menjadikan Andri mengalami perubahan pada konsep dirinya. 5. Proses keperawatan dan konsep diri yang meliputi : a.
Pengkajian, yaitu :
1) Aspek penting yang harus dikaji oleh perawat 2) Hal-hal yang harus diperhatikan perawat pada saat melakukan pengakajian konsep diri klien 3) Cara perawat membina hubungan saling percaya ketika melakukan pegkajian dan tindakan keperawatan b.
Diagnosa keperawatan
c.
Intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri
d.
Implementasi
e.
Evaluasi
BAB II LAPORAN HASIL STUDI KASUS 1.
Pengertian Konsep Diri Berpikir mengenai dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang tidak apat
dihindari. Pada umunya, secara harfiah orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga self (diri) adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. Dengan mengamati diri, yang sampailah pada gambaran dan penilaian diri, ini disebut konsep diri. Konsep diri merupakan suatu penelitian terhadap identitas pada masa remaja, khususnya perhatian terhadap cara individu dalam memersepsikan dirinya. Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah significant others atau orangorang yang dianggap penting oleh individu (Novia Dwi Rahmaningsih, 2014) Para ahli lain berpendapat bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual (Stuart dan Sudeen, 1998). Setelah dijabarkan beberapa defenisi oleh beberpa ahli, konsep diri pada diri andre mempunyai dua persepsi tentang dirinya. Persepsi yang pertama adalah sebelum dia mengalami kecelakaan dan yang kedua adalah persepsi diri setelah kecelakaan. Andri akan memikirkan bagaimana bentuk tubuhnya sekarang yang mengalami perubahan setelah kecelakaan. Hal ini akan membuat perbandingan sehinggu menimbulkan gangguan konsep diri andre. Akibat yang ditimbulkan adalah perasaan yang tidak percaya diri, murung, dan menolak untuk berinteraksi sosial.
2.
Komponen konsep diri dan berdasarkan kasus komponen konsep diri mana yang terganggu pada Andri? Komponen Konsep Diri Terdapat lima komponen konsep diri menurut Stuart dan Sundeen (1991)
yaitu gambaran diri (body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan identitas diri (self identity). a.
Gambaran diri/ citra tubuh (body image) Stuart dan Sundeen (1991) menyatakan bahwa gambaran diri merupakan sikap individu terhadap tubuhnya mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh saat ini, masa lalu, dan masa mendatang secara berkelanjutan dan dipengaruhi dengan pengalaman baru individu. Gambaran diri merupakan persepsi, perasaan, sikap, dan pengalaman tentang tubuh individu termasuk pandangan tentang maskulinitas, dan feminimitas, kegagahan fisik, daya tahan, dan kapabilitas. Gambaran diri merupakan hal pokok dan dinamis karena tubuh individu sering berubah seiring dengan usia, persepsi, dan pengalamanpengalaman baru yang diterima oleh individu dan dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu, atau bulan, bergantung pada stimulus eksternal pada tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, struktur, dan fungsi (Potter dan Perry, 2005). Tanda dan Gejala Gangguan Citra Tubuh : 1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah 2. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi 3. Menolak penjelasan perubahan tubuh 4. Preakupasi dengan bagain tubuh yang hilang 5. Persepsi negatif terhadap tubuh 6. Mengungkapkan keputusasaan 7. Mengungkapkan ketakutan Permasalahan yang dihadapi oleh Andre pada komponen ini adalah perubahan bentuk tubuh pada bagian ektremitas bagian bawah. Hal ini akan
membuat perubahan yang sangat berbeda untuk gambaran atau citra tubuh andre. Gangguan gambaran atau citra tubuh andre akan mempengaruhi dari konsep diri Andri sendiri. Seperti yang dijelaskan ada beberapa tanda gangguan gambaran diri atau citra tubuh yang terlihat pada diri Andri yaitu pertama menolak untuk melihat dan membecirakan seputar bagian tubuh yang berubah, yang kedua menolak penjelasan mengenai mengapa terjadi perubahan, dan yang terakhir adalah murung berfokus memikirkan bagian tubuh yang berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri menurut Potter dan Perry (2005), yaitu : 1. Faktor internal Pandangan pribadi tentang karakteristik mengenai kemampuan fisik, pertumbuhan kognitif, perkembangan hormonal, dan usia.
2. Faktor eksternal Pandangan dan persepsi orang lain terhadap individu serta nilai kultural dan sosial. Perubahan gambaran diri juga dipengaruhi oleh stresor yang dialami individu. Stresor yang mempengaruhi gambaran diri menurut Potter dan Perry (2005), yaitu: 1. Perubahan penampilan, struktur, atau fungsi bagian tubuh Amputasi, perubahan penampilan wajah karena kecelakaan, mastektomi, kolostomi, ileostomi, hemiplegia, paraplegia, kelumpuhan, operasi plastik dan lain-lain dapat mengakibatkan stresor pada gambaran diri. 2.
Penyakit kronis Penyakit jantung, stroke, ginjal, kanker, dan lain-lain yang mencakup perubahan fungsi yang mengakibatkan tubuh tidak lagi pada tingkat yang optimal dan mengakibatkan efek yang signifikan pada gambaran diri individu.
3. Perubahan hormonal dan perkembangan fisik
Kehamilan, penuaan, dan menopause merupakan hal yang normal dialami individu. Namun, hal ini dapat mengakibatkan perubahan pada gambaran diri individu yang bergantung pada penerimaan individu. 4. Efek pengobatan dan terapi Kemoterapi, terapi radiasi, dan hemodialisa yang pada umumnya menyebabkan perubahan pada penampilan seperti mengalami kerontokan rambut, kulit kusam, dan timbul bintik kehitaman dikulit mejadi stresor bagi gambaran diri individu. Stuart dan Sundeen (1991) menjelaskan gambaran diri positif menunjukkan sikap bersyukur dengan perubahan fisik yang terjadi, tetap menyukai, dan tidak menyalahkan Tuhan atas kondisi yang dialami. Individu dengan gambaran diri negatif menunjukkan penolakan untuk menyentuh bagian tubuh yang berubah, ketidak nyamanan yang terus menerus dirasakan akibat perubahan fisik yang terjadi, merasa tidak menarik akibat perubahan tubuh, sering mengeluh dan mengkritik diri sendiri, memiliki pandangan negatif, depersonalisasi, serta menolak menerima penjelasan perubahan tubuh. Faktor-faktor yang telah dijelasakan, faktor yang mempengaruhi gambaran atau citra tubuh Andri adalah faktor eksternal. Hal ini dikaitkan dengan perubahan penampilan, struktur, atau fungsi bagian tubuh yaitu amputasi kaki kiri diakibatkan kecelakaan. b. Ideal diri (self ideal) Stuart dan Sundeen (1991) menjelaskan ideal diri merupakan persepsi individu tentang perilaku individu berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu yang dipengaruhi oleh norma, kebudayaan, keluarga, dan ambisi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri antara lain faktor spiritualitas, kecenderungan individu dalam
menetapkan ideal pada batas kemampuannya, faktor sosial, kultural, dan budaya yang mempengaruhi, ambisi dan keinginan yang kuat untuk bisa lebih dan mencapai keberhasilan yang menyangkut harga diri individu, serta perasaan cemas, kebutuhan yang realistis, dan keinginan untuk menghindari kegagalan. Ideal diri mempermudah individu dan berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu saat mengahadapi konflik atau kondisi yang mengancam sehingga, tercapailah keseimbangan fisik dan mental. Ciri-ciri individu yang mempunyai ideal diri yang realistis menurut Stuart dan Sundeen (1991), antara lain: 1) Semangat untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga mengakibatkan individu memiliki perasaan berharga. 2) Tidak ingin bergantung terhadap orang lain dan tidak menyalahkan orang lain maupun Tuhan terhadap perubahan yang terjadi walaupun tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3) Giat dalam bekerja dan berusaha, serta tidak mudah menyerah. Penetapan ideal diri sebaiknya harus cukup tinggi tetapi realistis agar memacu individu untuk menggapainya. Namun, individu yang tidak dapat memenuhi ideal diri sesuai standar dan kriteria yang ditetapkan (tidak realistis) mengakibatkan harga diri rendah, merasa lebih buruk dari yang lain, dan menyebabkan individu tidak berdaya (Keliat, 2000). Pada ideal diri seorang Andri mengalami gangguan, hal ini dikarenakan hilanganya angota tubuh yang diamputasi. Andri sebelumnya percaya diri terhadap tubuh yang dimilikinya sehingga menimbulkan kontrol diri yang baik. Sekarang setelah hilangnya angggota tubuh, Andri mengalami gangguan terhadap ideal dirinya, dia mempunyai persepsi
negative terhadap dirinya. Hal ini diakibatkan kurang kontrol atau ideal diriya. c. Harga diri (self esteem), Stuart dan Sundeen (1991) menjelaskan bahwa harga diri adalah bentuk penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan mempertimbangkan dan menganalisa seberapa jauh perilaku individu sesuai dengan ideal diri. Apabila ideal diri berupa cita-cita harapan keinginan tercapai, akan langsung menghasilkan perasaan berharga didalam diri. Jika individu berhasil maka memiliki harga diri yang tinggi, namun apabila individu selalu gagal mengakibatkan individu memiliki harga diri yang rendah. Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri (Sunaryo, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Poter dan Perry (2005) yaitu: 1. Harga diri dipengaruhi oleh ideal diri. Ideal diri yang dibentuk dari aspirasi, tujuan, nilai-nilai, dan budaya serta standar perilaku individu. Individu yang hampir memenuhi ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi, sementara individu yang mempunyai variasi yang luas terhadap ideal diri dan sulit untuk dicapai individu menyebabkan harga diri yang rendah. 2. Evaluasi diri. Evaluasi diri pribadi maupun evaluasi dari orang lain mempengaruhi harga diri individu. Evaluasi diri yang baik mengakibatkan
peningkatan
harga
diri
dan
individu
akan
mempertahankannya, namun evaluasi diri yang buruk menyebabkan penurunan harga diri. 3. Harga diri dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam hidup.
Banyak stresor yang mempengaruhi harga diri, yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua atau orang dicintai, kritik yang tajam, hukuman yang tidak konsisten, persaingan antar saudara, kekalahan berulang, ketidak berhasilan dalam
pekerjaan,
pembedahan,
kegagalan
kecelakaan,
dama
perubahan
berhubungan,
penyakit,
lain
kesehatan
dalam
mempengaruhi harga diri individu. Semakin besar kejadian yang menganggu individu semakin besar pula penurunan harga diri yang terjadi (Potter dan Perry, 2005). Stuart dan Sundeen (1991) menjelakan beberapa perilaku individu dengan harga diri rendah, yaitu mengkritik diri sendiri dan orang lain, putus asa, kecewa, malu, menarik diri dari interaksi sosial, tertekan dan merasa tidak berguna, penurunan produktivitas, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, merasa bersalah, mudah tersinggung, pandangan yang pesimis, dan memiliki rasa khawatir berlebihan. Individu dengan harga diri tinggi mempunyai keyakinan yang tinggi, berserah pada Tuhan, dan timbul kepercayaan diri yang kuat. Harga diri dari seorang Andri terbilang rendah, hal dikarenkan ideal diri Andri mengalami gangguan. Stresor yang mempengaruhi harga diri Andri adalah ketidakmampuan untuk mengikuti lomba basket yang sudah dijadwalkan dikarenakan hilangnya kaki kiri yang diamputasi. Stresor yang besar atas kejadian ini membuat harga diri Andri mengalami penurunan harga diri yang cukup besar. d. Peran diri (Self role) Menurut Stuart dan Sundeen (1991) peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran dibagi menjadi 2 yaitu peran yang telah ditetapkan dan peran yang
diterima. Peran yang ditetapkan seperti peran menjadi orangtua, anak, ibu, ayah dan lain-lain, sementara itu, peran yang diterima (dipilih individu) seperti peran menjadi pelajar, peran menjadi pekerja swasta, atau pekerja negeri, dan lain-lain. Potter dan Perry (2005) menjelaskan Peran diri yaitu mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kebiasaan yang didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi. Peran diri merupakan label individu yang mempunyai berbagai peranan didalam kehidupan yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
individu
dalam
menyesuaikan diri dengan peran yang dilakukan menurut Stuart dan Sundeen (1991) yaitu: 1) Kejelasan perilaku dan penghargaan yang sesuai dengan peran. 2) Respon yang tetap dan konsisten terhadap peran yang dilakukan. 3) Kesesuaian dan keseimbangan antar semua peran. 4) Keselarasan budaya dan harapa terhadap peran. 5) Dukungan orang terdekat terhadap peran yang dilakukan. 6) Pemisahan situasi yang menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran. Setiap individu memiliki lebih dari satu peran dan memungkinkan untuk mengalami gangguan peran diri. Gangguan peran diri atau stres peran terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran yang tidak sesuai dengan nilai dan keinginan individu, dan peran berlebih. Perilaku individu dengan gangguan peran atau peran yang tidak memuaskan menunjukkan ketidakpuasan individu terhadap peran yang sedang dilakukannya,
mengingkari
ketidakmampuan
menjalankan
peran,
kegagalan menjalankan peran yang baru, ketegangan menjalankan peran yang baru (Potter dan Perry, 2005). Stuart dan Sundeen (1991) menambahkan perilaku yang timbul apabila individu mengalami peran diri yang tidak memuaskan seperti
perasaan tidak mampu, gagal, putus asa, apatis, dan kurang bertanggung jawab. Sementara itu, individu yang dapat beradaptasi dengan berbagai peran dan puas terhadap peran yang dilakukan akan lebih meningkatkan perasaan berharga, dihormati, mempunyai ambisi, semangat yang kuat, dan ingin terus meningkatkan kualitas dalam peran yang sedang dilakukan. Peran Andri yang sebagai kapten Basket di fakultasnya, membuat Andri merasa gagal membawa timnya untuk mengikuti lomba yang sudah dijadwakan. Hal ini membuat terganggunya peran diri dari seorang Andri. e. Identitas diri (self identity) Identitas
diri
merupakan
perasaan
internal
mengenai
individualitas keutuhan, dan konsistensi dari individu sepanjang waktu dan dalam
berbagai hal, yang menunjukkan individu berbeda dan
terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik (Potter dan Perry, 2005).
Rasa identitas terjadi secara kontinu timbul dan
dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Individu dengan rasa identitas yang kuat akan merasa terintegrasi bukan terbelah. Menurut Sunaryo (2004) Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Stuart dan Sundeen (1991) menjelaskan bahwa individu dengan identitas diri yang jelas dilihat dari perilaku dan karakteristik seperti individu mengenal dirinya secara terpisah dan berbeda dengan orang lain, dan menyadari keunikan masing masing, tetap bangga menjadi diri sendiri,
mengenali dan menyadari jenis seksualnya, sadar akan
hubungannya masa lalu, saat ini, dan masa mendatang, tetap berkarya, mempunyai tujuan yang dapat dicapaidan direalisasikan, mengaku dan menghargai diri
sendiri sesuai dengan penghargaan lingkungan
sosialnya, menghargai,
mengakui, dan tetap percaya diri terhadap
berbagai aspek tentang dirinya,
peran, nilai, dan perilaku secara
harmonis. Identitas diri dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup, stresor tersebut adalah stresor kultural, stresor sosial, dan stresor personal. Individu yang tidak dapat mengatasi dan tidak mampu beradaptasi dengan stresor yang terjadi akan membuat individu mengalami gangguan identitas diri.
Gangguan identitas diri atau individu yang memiliki
identitas diri yang tidak jelas ditunjukkan dengan perilaku ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh keraguan, menunjukkan individu tidak mampu untuk mengambil keputusan, perilaku tidak percaya diri, menganggap diri tidak sempurna, ketergantungan, kepribadian yang bertentangan, masalah interpersonal, mempunyai perasaan yang hampa (mengambang), kerancuan gender, tingkat ansietas yang tinggi, dan ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991). Komponen Konsep Diri yang Terganggu pada Andri Komponen konsep diri yang terganggu pada Andri adalah body image/citra tubuh, dimana tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh adalah menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah. Seperti yang terlihat pada kasus bahwa saat perawat melakukan perawatan luka ia enggan melihat bagian kakinya yang terluka dan menolak mendiskusikan program rehabilitasi yang akan dijalaninya. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Potter and Perry (2005), dimana dijelaskan bahwa salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap citra tubuh seseorang adalah perubahan penampilan, struktur, atau fungsi bagian tubuh termasuk di dalamnya amputasi (kasus yang terjadi pada Andri). Adapun komponen lain yang menurut kami terganggu pada Andri adalah peran diri/self role yang perupakan suatu peran atau harapan dari individu itu sendiri. Seperti terlihat pada kasus, Andri merupakan kapten dari tim basket di Fakultasnya, dan dijadwalkan untuk mengikuti kompetisi basket tingkat nasional namun karena kondisinya saat ini ia terancam tidak dapat mengikuti kompetisi
tersebut. Ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara peran yang Andri harapkan dari dirinya dengan realita yang saat ini ia jalani. 3.
Perkembangan Konsep Diri Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang
positif. Sehingga konsep diri merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif, yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Perkembangan konsep diri : Usia 0 – 3 bulan
Tugas Perkembangan 1. Dapat mengenal ASI 2. Dapat memasukkan tangan ke mulut 3. Meminum ASI secara eksklusif lebih kurang 6 bulan
3 – 6 bulan
1.
Mulai mengenal makanan pendamping ASI dengan satu rasa
2.
Menarik makanan dari sendok dengan lidah
3.
Pada saat kenyang akan menutup mulut jika disodori makanan
4.
Dapat pemberian makanan seimbang yang lunak (MP-ASI) dengan jadwal yang teratur
6 – 9 bulan
1.
Belajar mengunyah makanan lunak (nasi tim)
2.
Dapat makan biskuit sendiri
3.
Dapat mengunyah dan menelan makanan lunak
4.
Dapat minum dari botol minuman bertelinga dengan bantuan orang dewasa
9 – 12 bulan
1.
Mengunyah dan menelan makanan padat
2.
Minum dari botol yang ada pegangannya
3.
Mulai untuk mempercayai.
4. 1 – 3 tahun
Membedakan diri dari lingkungan
1. Mempunyai kontrol terhadap beberapa bahasa 2. Mulai menjadi otonom dalam pikiran dan tindakan 3. Menyukai tubuhnya 4. Menyukai dirinya 5. Dapat mengambil gelas dari meja 6. Dapat minum dari gelas yang dipegangnya sendiri 7. Dapat menggunakan sendok untuk menyendok makanan
3 – 6 tahun
8.
Dapat menggunakan sedotan
9.
Dapat menggunakan garpu untuk makan
10.
Dapat makana dengan sendok tanpa tumpah
11.
Dapat melepas berbagai jenis pakaian dengan bantuan
12.
Dapat melepas celana atau rok dengan cara menarik ke bawah
1. Mengambil inisiatif 2. Mengidentifikasi gender 3. Meningkatkan kewaspadaan diri 4. Keterampilan berbahsa meningkat 5. Dapat menggunakan serbet 6.
Dapat menggunakan rok
7.
Dapat mengenakan pakaian yang ditarik ke atas
8.
Dapat mengenakan celana atu rok yang menggunakan karet
pinggang 9.
Dapat memegang garpu dengan jari-jari
10. Dapat menggunakan pisau untuk mengoles 11. Dapat membuka retsleting 12. Dapat mengikat taki sepatu 13. Dapat mandi sendiri tanpa pengawasan 14. Dapat menggunakan pisau untuk memotong
15. Dapat menutup mulut dan hidung kalu bersin atau batuk 16. Dapat berpakaian sendiri dengan lengkap
6 – 12 tahun
1. Dapat mengatur diri sendiri 2. Berinteraksi dengan teman sebaya 3. Harga diri meningkat dengan penguasaaan keterampilan baru 4. Menyadari kekuatan dan keterbatasan
12 – 20 tahun
1. Menerima perubahan tubuh 2. Menggali tujuan untuk masa depan 3. Merasakan positif tentang diri 4. Berinteraksi dengan orang yang mereka anggap menarik secara seksual
Pertengahan 20
1. Mempunyai hubungan intim dengan keluarga dan teman dekat.
tahunan –
2. Menpunyai perasaan stabil, positif tentang diri
pertengahan 40 tahunan Pertengahan 40
1. Dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan
tahunan –
2. Mengkaji kembali tujuan hidup
pertengahan 60
3. Menunjukan perhatian dengan penuaan
tahunan Akhir usia 60 tahun
1. Merasa positif tentang kehidupan dan maknanya 2. Tertarik dalam memberikan legalitas bagi generasi berikutnya
4.
Faktor yang memengaruhi konsep diri. Berdasarkan kasus faktor mana yang menjadikan Andri mengalami perubahan pada konsep dirinya. Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori
perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri). a. Teori Perkembangan. Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata. b. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat) Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi. c. Self Perception ( persepsi diri sendiri) Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu. Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:
5. Proses keperawatan dan konsep diri yang meliputi : a. Pengkajian, yaitu : 1) Aspek penting yang harus dikaji oleh perawat a) Citra diri tanyakan tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai. b) Identitas diri, tanyakan tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien thd status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien sbg laki-laki/ perempuan. c) Peran diri, tanyakan tentang peran/ tugas yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut.
d) Ideal diri, tanyakan tentang harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/ peran.harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat). e) Harga diri, tanyakan tentang hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi citra diri, identitas diri, ideal diri, peran diri serta penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
Perawat juga harus mengkaji keadaan psikologis pasien dan menilai apakah pasien menerima keadaannya sekarang atau tidak, jika pasien tidak dapat menerima keadaannya maka tugas perawat yang utama harus
melakukan
pendekatan
dan
mendengarkan
,namun
mendengarkan yang dimaksud adalah tidak ikut terjerumus dalam perasaan
pasien. Sehingga
dengan
adanya
pendekatan
dan
mendengarkan, seseorang yang terganggu psikologisnya akan merasa dihargai dan dapat menumbuhkan tingkat percaya dirinya.
2) Hal-hal yang harus diperhatikan perawat pada saat melakukan pengakajian konsep diri klien
Perawat harus mengumpulkan data objektif dan subjektif yang berfokus pada stresor konsep diri baik yang aktual maupun potensial dan pada perilaku yang berkaitan dengan perubahan konsep diriMendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
Perawat harus menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
Perawat harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
Perawat dapat memberikan entuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkina
Perawat harus memperhatikan respon verbal dan nonverbal pasiendankeluarga
3) Cara perawat membina hubungan saling percaya ketika melakukan pegkajian dan tindakan keperawatan
Bersikap empati yaitu suatu kecenderungan
yang dirasakan
seseorang untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikan ia berada dalam situasi orang lain.
Melakukan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara
sadar,
bertujuan
dan
kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994). Sedangkan menurut Stuart & Sundeen (1995) komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain. Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier et.al, 2000)
d. Diagnosa keperawatan 1. Harga diri rendah situasional (00!20) berhubngan dengan gangguan 2. citra tubuh (perubahan fungsi tubuh/amputasi) DO : Pasien terlihat tidak mau melihat bagian tubuh yang sakit (menghindari melihat tubuh) Pasien menolak mendiskusikan program rehabilitasi yang akan dijalani DS : 3. Hambatan interaksi sosial (00052) berhubungan dengan gangguan konsep diri DO :
Pasien menolak mendiskusikan program rehabilitasi yang akan dijalani
DS :
Ibu Andri mengatakan bahwa putranya menjadi pemurung dan tidak banyak bicara
4. Gangguan proses keluarga (00060) berhubungan dengan pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga DO :
Ayah Andri jarang berada di rumah sakit karena belum percaya dengan kejadian yang menimpa putranya
5. Kesiapan meningkatkan konsep diri (00121) DO :
Kondisi Andri saat ini sudah mulai stabil dan ia direncanakan menjalani program rehabilitasi
6. Ansietas DO : Pasien terlihat tidak mau melihat bagian tubuh yang sakit DS : Ibu Andri mengatakan bahwa putranya menjadi pemurung dan tidak banyak bicara e. Intervensi keperawatan untuk meningkatkan konsep diri 1.
NDx : Harga diri rendah situasional (00!20) berhubngan dengan gangguan citra tubuh (perubahan fungsi tubuh/amputasi) Label NOC : Harga diri Kriteria hasil : a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan penerimaan terhadap keterbatasan diri yang semula tidak pernah positif menjadi sering positif
b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan komunikasi pasien menjadi lebih terbuka dari yang semuala jarang positif menjadi sering positif Label NIC : Peningkatan citra tubuh dan peningkatan harga diri Intervensi keperawatan : a. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat. b. Bantu pasien menetukan keberlanjutan dari perubahan-perubahan aktual dari tubuh. 2.
NDx : Hambatan interaksi sosial (00052) berhubungan dengan gangguan konsep diri Label NOC : Keterampilan interaksi sosial Kriteria hasil : a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan pasien dapat menunjukkan penerimaan dari yang semula tidak pernah menunjukkan menjadi kadang-kadang menunjukkan b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan pasien dapat menunjukkan sensitivitas kepada orang lain dari yang semula jarang menjadi sering menunjukkan Label NIC : Modifikasi perilaku : Keterampilan-keterampilan sosial Intervensi Keperawatan : a. Dukung pasien untuk verbalisasi perasaannya berkaitan dengan masalah interpersonal. b. Bantu pasien untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya dan menguatkannya.
3.
NDx : Gangguan proses keluarga (00060) berhubungan dengan pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga Label NOC : Fungsi keluarga
Kriteria hasil : a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan anggota keluarga khususnya ayah bisa saling mendukung (mendukung pasien) dari yang semula jarang menunjukkan menjadi sering menunjukkan b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan tercipta lingkungan dimana keluarga dapat saling terbuka mengungkapkan perasaan Label NIC : Dukungan keluarga Intervensi Keperawatan : a. Nilailah reaksi emosi keluarga terhadap kondisi pasien b. Dengarkan kekhawatiran, perasaan dan pernyataan dari keluarga c. Fasilitasi komunikasi akan kekhawatiran atau perasaan antara pasien dan keluarga d. Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga 4.
NDx : Kesiapan meningkatkan konsep diri (00121) Label NOC: Citra Tubuh Kriteria Hasil: a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan sikap terhadap menyentuh atau melihat bagian tubuh yang terkena (dampak) dari yang semula jarang menunjukkan menjadi sering b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan sikap terhadap penggunaan strategi untuk meningkatkan penampilan dari yang semula jarang menunjukkan menjadi sering c. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan dapat menyesuaikan terhadap perubahan tampilan fisik Label NIC : Peningkatan Citra Tubuh Intervensi Keperawatan :
a. Bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat. 5. NDx: Ansietas Label NOC: Adaptasi terhadap desabilitas fisik Kriteria Hasil: a. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan dapat menyampaikan secara lisan kemampuan untuk menyseuaikan terhadap desabilitas dari yang semula jarang dilakukan menunjukkan menjadi sering dilakukan b. Setelah dilakukan intervensi berkesinambungan diharapkan dapat beradaptasi terhadap keterbatasan secara fungsional yang semula jarang dilakukan menunjukkan menjadi sering dilakukan Label NIC : Pengurangan kecemasan dan Peningkatan koping Intervensi Keperawatan : a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan b. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat c. Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif dan antu pasien mengidentifikasi yang dia paling tertarik untuk didapatkan d. Implementasi 1) Harga diri rendah situasional (00!20) berhubngan dengan gangguan citra tubuh (perubahan fungsi tubuh/amputasi) a. Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat. Mendiskusikan terkait perubahan pada bagian tubuh pasien (kaki yang diamputasi)
b. Membantu pasien menetukan keberlanjutan dari perubahanperubahan aktual dari tubuh (mendiskusikan terkait kelanjutan dari rehabilitasi dan rencana pemasangan kaki prostetik. 2) Hambatan interaksi sosial (00052) berhubungan dengan gangguan konsep diri a. Mendukung pasien untuk verbalisasi perasaannya berkaitan dengan masalah interpersonal. b. Membantu pasien untuk dapat mengidentifikasi kekuatan dirinya dan menguatkannya. 3) Gangguan proses keluarga (00060) berhubungan dengan pergeseran pada status kesehatan anggota keluarga a. Melakukan penilaian terhadap reaksi emosi keluarga terhadap kondisi pasien b. Mendengarkan kekhawatiran, perasaan dan pernyataan dari keluarga c. Memfasilitasi komunikasi akan kekhawatiran atau perasaan antara pasien dan keluarga d. Meningkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga 4) Kesiapan meningkatkan konsep diri (00121) a. Membantu pasien untuk mendiskusikan perubahan-perubahan (bagian tubuh) disebabkan adanya penyakit atau pembedahan dengan cara yang tepat
5) Ansietas a.
Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat c.
Membantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif
d. Membantu pasien mengidentifikasi yang dia paling tertarik untuk didapatkan e. Evaluasi Dalam jurnal yang berjudul “Respondan Koping Pasien DM Post Amputasi” di tulis oleh Candra Kusuma N, Yati Afianti, dan Yuliani Budiarti dijelaskan partisipan yang mengalami amputasi merupakan babak baru di dalam hidupnya, berbagai proses tahapan yang dilaluinya sampai dapat menerima kondisi barunya. Di dalam tahapan tersebut terdapat proses atau cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalahnya yaitu : 1. Lebih banyak beribadah kepada tuhan. Beberapa partisipan berikut ini mengungkapkan respon banyak berdoa kepada tuhan atas kejadian yang menimpanya. Menjalankan ibadah ditunjukan dengan perilaku seperti waktu untuk berdoa lebih banyak, mencari petunjuk mengenai kebenaran dan mendekatkan diri pada tuhan menjadi lebih intensif dibandingkan dengan sebelum mereka amputasi. Hal ini diungkapkan melalui peryataan ‘Salah satunya dengan mendekatkan diri kepada Allah kepercayaan diri saya semakin hari semakain bertambah… (P1). …Berdoa aja (saja) yang terbaik,
minta
yang
terbaik
jarku
(kata
saya)
kaya
itu
nah
(sepertiitu)…(P2). 2. Menerima keadaan. Berbagai tahapan proses yang dilalui partisipan sampai dengan tahap penerimaan kondisi barunya tidaklah mudah. Memperoleh banyak dukungan dan menerima simpati dari orang lain merupakan salah satu bentuk proses penerimaaan menghadapi kondisi barunya. Hal tersebut diungkapkan oleh partisipan melalui pernyataan berikut ini:…Pas kekantor, disemangatikawan, pas kemarian dirawat di RS banyak yang dating maelangi, mudahan lakas baik jer…( Saat di kantor, disemangati teman, pas kemarin di rawat di RS banyak yang dating membesuk, mudahan cepat sembuh katanya) (P2). 3. Motivasi yang kuat. Setiap orang selalu menggunakan koping, baik yang adaptif ataupun maladaptif untuk dapat beradaptasi. Motivasi untuk
sembuh dan motivasi kembali ke kondisi normal merupakan beberapa bentuk motivasi yang diungkapkan beberapa partisipan berikut ini :Penyakit ada obatnya mudah-mudahan sembuh kaya itu, sudahai, kadaai, sampai sekarang… (Penyakit ada obatnya mudahan cepat sembuh, ya sampai
sekarang)
(P2).
Partisipan
memiliki
kemampuan
untuk
menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru, menunjukan respon yang baik dengan mengungkapkan harapan yang realistis terhadap keadaanya dengan bentuk harapan kembali ke kondisi normal. 4. Mencari dukungan social. Selain kebutuhan untuk merasa aman, pasien yang mengalami amputasi mengidentifikasikan kebutuhan akan informasi sebagai prioritas yang tinggi. Kebutuhan akan apa langkah proses yang akan dijalani kedepannya pada saat itu. Mereka juga perlu mengetahui bagaimana proses kedepannya. Hal tersebut diungkapkan partisipan melalui ungkapan sebagai berikut ini: …Semangat lawan tanya-tanya lawan kekawanan… (Semangat dan bertanya-tanya kepada temanteman)(P2).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam peningkatan koping atau harga diri pasien yang mengalami amputasi baik itu diakibatkan oleh kecelakaan ataupun penyakit tertentu akan sangat membutuhkan dukungan yang sangat besar baik itu dari keluarga ataupun dari teman-teman pasien. Seperti yang disebutkan dalam jurnal di atas keluarga dan lingungan sekitar yang memberikan motivasi dan dukungan yang kuatakan mampu meningkatkan mekanisme koping pasien sehingga pasien dapat mengurangi tingkat kecemasan dan mampu menerima keadaan. Respon menerima kondisi amputasi akan dialami pada pasien yang sudah melewat tahapan amputasi, sebagai proses yang dilalui seperti kemampuan menyesuaikan/ adaptasi diri terhadap kondisi yang baru dan dukungan yang diterima. Proses yang dialaminya sangat mempengaruhi hasil terhadap penerimaan kondisi barunya, hal ini juga menentukan koping yang terbentuk pada pasien tersebut, apakah koping adaptif atau maladaptif.
Pada jurnal ini kaitannya seseorang yang kehilangan atau diamputasi pada bagian tubuh, akan mempengaruhi kondisi fisiknya seperti kelemahan tubuh dan juga mempengaruhi aktifitas atau daily activity seseorang, sehingga perlu dukungan dari keluarga atau terdekat korban untuk membantu dalam beraktifitas dan meningkatkan kepercayaaan diri pasien. Setiap orang berbeda-beda dalam menerima kenyataan terkait amputasi sehingga kaitannya dengan kasus Andri diatas, peran keluarga harus ditingkatkan dan peran keluarga inilah yang nantinya membawa pengaruh postif padaAndri yang mengalami masalah terkait psikologisnya dan kondisi fisiknya. Dengan adanya dukugan atau dorongan dari keluarga, akan memberikan pengaruh positif dalam melakukan aktifitas nantinya sehinga
rasa percaya diri pada andri akan tumbuh. Perasaan sedihpun akan
muncul pada parsitipan, karena partisipan merupakan tulang punggung keluargannya dan otomatis tidak dapat mencari nafkah untuk keluarganya, sama halnya dengan kasus Andri, ia adalah seorang Tim basket dan harus mengalami amputasi, akan sulit bagian dari untuk menerima keadaannya karena ada perasaan khawatirakan kondisinya. Sehingga perlu adanya koping yang adaftif atau maladaptive untuk dapat beradaptasi ,dan perlu waktu untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru.
Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Balaipustaka Kusuma N, Candra., Yati Afianti., Yuliani Budiarti. 2017. Respon dan Koping Pasien DM post Amputasi Vol 1 no 2. Caring Nursing Journal Novia Dwi Rahmaningsih, Wisjnu Martani. Dinamika Konsep Diri Pada Remaja Perempuan Pembaca Teenlit. Jurnal Psikologi Volume 41, No. 2, Desember 2014: 179 – 189 Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, Dkk. Jakarta : EGC.2005 Stuart And Sundeen, 1991. Principles And Practice Of Psychiatric Nursing Ed 4. St Louis : The CV Mosby Year Book. Stuart Dan Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Alih Bahasa Achir Yani. S. Jakarta: EGC. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC