CASE REPORT KONJUNGTIVITIS BAKTERI
Pembimbing: dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M Disusun Oleh: Laura Cintyadevi Widana 406172023
KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA PERIODE 4 FEBRUARI 2019 – 10 Maret 2019 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA 1
LEMBAR PENGESAHAN Nama
: Laura Cintyadevi Widana
NIM
: 406172023
Fakultas
: Kedokteran Umum
Universitas
: Universitas Tarumanagara
Bidang Pendidikan
: Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : 4 Februari 2019 – 10 Maret 2019 Judul
: Case Report Konjungtiva Bakteri
Diajukan
: 27 Februari 2019
Pembimbing
: dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M
Telah diperiksa dan disahkan : 27 Februari 2019
Mengetahui,
Ketua SMF Mata
dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M
Pembimbing
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M 2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA Jl. Taman S. Parman No. 1 - Jakarta Barat KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA SMF ILMU MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI – BOGOR Nama
: Laura Cintyadevi Widana
Tanda Tangan
NIM
: 406172023
........................
Dr Pembimbing :
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M
I.
II.
........................................
IDENTITAS Nama
: Ny. S
Umur
: 59 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Alamat
: KP SENTUL
Tanggal pemeriksaan
:25 Februari 2019
Pemeriksa
: Laura Cintyadevi Widana
ANAMNESIS Autoanamnesis pada tanggal 25 Februari 2019 Keluhan Utama 3
Pasien mengeluh mata merah pada sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu
Keluhan Tambahan Pasien mengatakan awalnya mata merah pada sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu kemudian 3 hari yang lalu mata merah terjadi pada mata sebelah kanan. Keluhan diserta mata berair, rasa gatal yang mengganjal, perih dan pada malam hari biasanua timbul belekan sehingga paginya mata sulit dibuka
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien menyatakan pernah berobat untuk keluhan ini dan diberikan beberapa obat seperti kloramfenikol dan 2 obatn lainnya tidak diingat, namun tetap tidak ada perubahan.
Riwayat Penyakit Dahulu Pasien menyangkal adanya keluhan serupa sebelumnya. Pasien mengatakan adanya riwayat hipertensi sejak beberapa tahun yang lalu dengan terkontrol obat Pasien menyangkal adanya riwayat kencing manis, asam urat, asma, operasi dan penyakit kronis lainnya.
Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluhan serupa di keluarga. Tidak ada riwayat darah tinggi maupun DM.
Riwayat kebiasaan BAB dan BAK lancar. Makan sehari 3x dengan porsi yang cukup dan seimbang.
Riwayat Alergi Pasien tidak memiliki riwayat alergi
4
III. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS 15)
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36,7
Nadi
: 88x/menit Reguler, isi cukup
Nafas
: 20x/menit torakoabdominal
Kepala
: Normocephali, tidak ada pembesaran KGB
Mulut
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax, Jantung
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Paru
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
: Dalam batas normal
Status Ophtalmologi KETERANGAN 1. VISUS - Visus - Koreksi - Addisi - Distansia pupil 2. KEDUDUKAN BOLA MATA - Ukuran - Eksoftalmus - Endoftalmus - Deviasi
OD
OS
6/6 ccks 58
6/6 58
normal -
normsl 5
3. 4. 5. 6. -
Segala arah Gerakan Bola Mata SUPERSILIA Hitam Warna Normal Simetris PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR Edema Nyeri tekan Ekteropion Entropion Blefarospasme Trikiasis Sikatriks Punctum lakrimal Fissure palpebral Tidak dilakukan Tes anel KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR Hiperemis + Folikel
Papil Sikatriks Hordeolum Kalazion KONJUNGTIVA BULBI Sekret Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar Injeksi Episklera Perdarahan Subkonjungtiva/kemosis - Pterigium - Pinguekula - Flikten - Nevus Pigmentosus - Kista Dermoid 7. SKLERA - Warna - Ikterik - Nyeri Tekan
segala arah Hitam Normal Tidak dilakukan + -
-
-
+ + -
+ + -
-
-
Putih -
Putih 6
8. KORNEA - Kejernihan -
Permukaan
- Ukuran - Sensibilitas - Infiltrat - Keratik Presipitat - Sikatriks - Ulkus - Perforasi - Arcus senilis - Edema - Test Placido 9. BILIK MATA DEPAN - Kedalaman - Kejernihan - Hifema - Hipopion - Efek Tyndall 10. IRIS - Warna - Kripta - Sinekia - Koloboma 11. PUPIL - Letak - Bentuk - Ukuran - Refleks Cahaya Langsung - Refleks Cahaya Tidak Langsung 12. LENSA - Kejernihan - Letak - Test Shadow 13. BADAN KACA - Kejernihan 14. FUNDUS OCCULI
Jernih
Keruh
Rata
Rata
11 mm + Tidak dilakukan
11 mm + Tidak dilakukan
sedang jernih Tidak dilakukan
sedang Jernih Tidak dilakukan
coklat -
Coklat -
Tengah Bulat
Tengah Bulat
3 mm + +
3 mm + +
keruh Tengah -
Keruh Tengah +
Jernih
Jernih
7
-
Batas
-
Warna
-
Ekskavasio
-
Rasio arteri : vena
-
C/D rasio
-
Eksudat
-
Perdarahan
-
Sikatriks
-
Ablasio
15. PALPASI - Nyeri tekan - Masa tumor - Tensi Occuli - Tonometry non contact 16. KAMPUS VISI IV.
Tes Konfrontasi
-
-
Normal per palpasi -
N perpalpasi -
Sesuai Pemeriksa
Sesuai Pemeriksa
PEMERIKSAAN PENUNJANG Pewarnaan gram atau giemsa Cek darah rutin
V.
RESUME Telah diperiksa seorang wanita berusia 58 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi pada tanggal 25 Februari 2019. Pasien mengeluh Pasien mengeluh mata merah pada sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu SMRS. Pasien mengatakan awalnya mata merah pada sebelah kiri sejak 1 minggu yang lalu kemudian 3 hari yang lalu mata merah terjadi pada mata sebelah kanan. Keluhan diserta mata berair, rasa gatal yang mengganjal, perih dan pada malam hari biasanua timbul belekan sehingga paginya mata sulit dibuka. Pasien menyatakan pernah berobat untuk keluhan ini dan diberikan beberapa obat seperti kloramfenikol dan 2 obatn lainnya tidak diingat, namun tetap tidak ada perubahan. Tidak 8
ada keluhan serupa di keluarga. Tidak ada riwayat darah tinggi maupun DM. Pada pemeriksaan status ophtalmologi: OD
VI.
OS
CCKS 6/6 f1
Visus
CCKS 6/6
N per palpasi
TIO
N perpalpasi
Hiperemis (+)
Cts
Hiperemis (+)
Hiperemis (+)
Cti
Hiperemis (+)
Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)
Cb
Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+)
Jernih
C
Jernih
Sedang
CoA
sedang
Bulat, isokor, RC (+)
P
Bulat, isokor, RC (+)
Sinekia (-)
I
Sinekia (-)
Keruh
L
Keruh, shadow test (+)
Tidak dilakukan
F
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS KERJA Konjungtivitis bakteri ODS + Katarak Senilis Imatur OS
VII.
DIAGNOSIS BANDING Keratitis Bakteri ODS + katarak Senilis imatur OS
VIII. PENATALAKSANAAN Levofloksasin 0,5 % ED S 6 dd gtt 1 ODS Karboksimetil selulose 0,5 % ED S 6 gtt 1 ODS
9
IX.
PROGNOSIS OD
OS
Ad Vitam
Bonam
Bonam
Ad Fungsionam
malam
Dubia ad malam
Ad Sanationam
malam
Dubia ad malam
10
LAMPIRAN Daftar Foto OD
OS
11
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva adalah selaput mukosa transparan tipis yang menutupi permukaan posterior kelopak (konjungtiva palpebra) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbar).1 Garis konjungtiva palpebra pada permukaan posterior kelopak dan melekat kuat pada tarsus. Pada tepi superior dan inferior dari tarsus, konjungtiva terletak di posterior (di forniks superior dan inferior) dan mencakup jaringan episkleral menjadi konjungtiva bulbar. Konjungtiva bulbar melekat secara longgar pada septum orbital dalam forniks. Hal ini memungkinkan mata untuk bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Saluran dari kelenjar lakrimal terbuka ke forniks temporal superior.) Kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sedalam 3 mm), konjungtiva bulbar melekat secara longgar pada kapsul Tenon dan dasar sklera.1
2. Definisi Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata
12
3. Epidemologi Konjungtivitis bakteri terjadi pada semua ras dengan perbedaan frekuensi dapat tercermin dari variasi geografis prevalensi bakteri patogen. Prevalensi konjungtivitis bakteri pada laki-laki dan perempuan sama. Perbedaan tingkat infeksi terjadi pada pola lingkungan dan perilaku. Usia merupakan faktor yang berhubungan dengan konjungtivitis bakteri.1,3 Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Diperkirakan 10% dari jumlah penduduk Indonesia seluruh golongan umur pernah menderita konjungtivitis. Data lain menunjukkan bahwa dari 10 penyakit mata utama, konjungtivitis menduduki tempat kedua (9,7%) setelah kelainan refraksi (25,35%).5
4. Etiologi dan Patofisiologi Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab konjungtivitis pada orang dewasa. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella lacunate lebih sering menyerang pada anak-anak. Penularan melalui kontak dengan sekret atau permukaan yang terkontaminasi seperti seprei. Pseudomonas jarang menyebabkan konjungtivitis. Spesies Gonococcus dan Chlamydia, yang dapat menyebabkan bentuk serius konjungtivitis, cenderung menyebar secara seksual atau vertikal (dari ibu ke anak). Dokter harus mempertimbangkan organisme pada dalam setiap bayi yang baru lahir dengan peradangan mata.1,4 Konjungtiva merupakan organ yang terpapar banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari pelpebra secara tetap menghanyutkan 13
air mata ke duktus lakrimalis dan air mata mengandung substansi antimikroba termaskl lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.1 Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluhpembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. 1,2,3 5. Manifestasi Klinis Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Adanya nyeri menandakan inflamasi pada kornea.3,6,7 Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, produksi cairan eksudat, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel
14
(hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.3, Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata. Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.5
Gambar 2. Injeksi konjungtiva1
Konjungtivitis bacterial yang ditandai dengan eksudat purulen disebabkan oleh N.gonorroeae, N. kochii dan N. meningitidis. Konjungtivitis menigococcus kadangkadang terjadi pada anak-anak. Konjungtivitis mukopurulen sering terdapat dalam bentuk epidemik dan disebut “mata merah” oleh orangawam. Penyakit ini ditandai dengan hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang.1 15
6. Pemeriksaan Laboratorium Penegakan diagnosa konjungtivitis bakterial dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengan pewarnaan gram atau giemsa. Pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakandi sarankan untuk semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau pseudomembran. Tes sensitivitas antibiotika juga dilakukan untuk pemberian terapi spesifik.3
Gambar 4. Kerokan konjungtiva2 7. Diagnosa Banding a. Keratitits Keratitis merupakan peradangan kornea yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap terapi topikal dan konjungtivitis menahun.. Gejala-gejala yang timbul pada keratitis memberikan gejala mata merah, rasa silau, merasa kelilipan serta mengalami penurunan tajaman penglihatan. Pada pemerikasaan fisik dijumpai injeksi siliar dan infiltrat pada kornea.5
16
Gambar 5. Injeksi siliaris (keratitis)1
b. Uveitis Uveitis merupakan peradangan pada uvea yang dapat mengenai jaringan iris atau badan siliar dan korois. Iritis dan iridosiklitis merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologikterlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Bakteremia atau viremia dapat menimbulkan iritis ringan, yang bila kemudian terdpat antigen yang sama dalam tubuh dapat menimbulkan kekambuhan. Keluhan pasien dengan uveitis mata sakit, merah, fotofobia, penurunan tajam penglihatan dengan mata berair serta sukar melihat dekat akibat peradangan otot-otot akomodasi.5
Gambar 6. Injeksi siliaris (iritis akut)1 17
c.
Glaukoma akut Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup akut. Pada glaukoma sudut tertutup akut tekanan intraokuler meningkat mendadak. cairan mata di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupilsehingga mendorong iris ke depan. serangan glaukoma akut terjadi tiba-tiba dengan rasa sakit hebat di mata dan kepala, perasaan mual dengan muntah, mata menunjukan peradangan (kongestif) dengan kelopak mata bengkak, matah merah, dilatasi pupil, kornea suram dan edem, papil saraf optik hiperemis dan penyempitan lapangan pandang.5
8. Komplikasi Pembentukan jaringan parut di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan penyumbatan duktus lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen humour aquor prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Jaringan parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea. Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N.gonorroeae, N. kochii N. meningitidis, H. aegyptius, S. aureus dan M. catarralis. Jika produk toksik dari N. gonorroeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritistoksik.1,3 9. Penatalaksanaan a. Non Farmakologi Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat 18
memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. b. Farmakologi Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen mikrobiologinya. Sebelum mendapatkan hasil kultur bakteri penyebab konjugtivitis dilakukan penatalaksanaan terapi empirik.3 •
Terapi sistemik diberikan pada pasien dengan infeksi N. gonorrhoeae and N. meningitidis. Norfloxacin 1.2 gm sehari selama 5 hari, Cefoxitim 1.0 gm or cefotaxime 500 mg. IV atau ceftriaxone 1.0 gm IM perhari selama 5 hari, atau Spectinomycin 2.0 gm IM selama 3 hari.1 Antibiotik topikal seperti tetes mata chloramphenicol (1%), gentamycin (0.3%) atau framycetin 3-4 kali sehari. bila tidak merepon dapat diberikan antibiotik topikal seperti ciprofloxacin (0.3%), ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%).1,10
•
Irigasi conjunctival dengan larutan garam fisiologis dua kali suatu sehari membantu dengan pemindahan material yang mengganggu. pemberian AntiInflammatory dan obat penghilang sakit seperti ibuprofen dan paracetamol dapat diberi selama 2-3 hari untuk mengurangi keluhan yang dialami pasien. Pemberian steroids tidak direkomendasikankarena dapat memperberat infeksi ke jaringan kornea.1
19
10. Prognosis Konjungtivitis bakterial umumnya baik dan dapat sembuh sendiri tanpa penobatan yang berlangsung 10-14 hari dan jika diobati berlangsung 1-3 hari. Penyulit konjungtivitis yang disebabkan oleh golongan gonokokus karena dapat masuk ke dalam darahyang menyebabkan septikemia dan meningitis. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.1
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Disease of the Conjunctiva. Dalam : Khurana AK. Author. Comprehensive Opthalmology. Ed. 4th. New Delhi : New Age International. 2007. hal.51-87 2. Ilyas S. Mata Merah dengan Penglihatan Normal. Dalam : Ilyas S. Author. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3th. 2010 3. Lang GK, Lang GE. Bacterial Conjunctivitis. Dalam : Lang GK. Author. Ophthalmology : A Short Textbook. Stuttgar-New York : Thieme. hal.82-3 4. Garcia FJ, Schwab IR. Conjunctivitis. Dalam Eva PR, Whitcher JP. Editors. General Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill. 2007 5. 4. Cavuoto K, et al. Update on Bacterial Conjunctivitis in South Florida. American Academy of Ophthalmology. 2008. vol.115. hal 51-6
21