Case Report Amira.docx

  • Uploaded by: Nur Amira Amalina
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Case Report Amira.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,619
  • Pages: 4
Penegakan Diagnosis dan Tatalaksana pada Pasien Chronic Kidney Disease dengan Keluhan Dispepsia Nur Amira Amalina*, Suzanna Ndraha** *Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana **Divisi Gastroenterohepatologi, Departement Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta, Indonesia Abstrak Dispepsia merupakan suatu sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) adalah suatu bentuk progresivitas dari kegagalan fungsi ataupun struktur ginjal dengan (manifestasi klinik mual, muntah, lemas, dan pusing kepala yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Pada laporan kasus ini ditemukan perempuan, 80 tahun mengeluh nyeri ulu hati yang semakin hari semakin memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien lemas dan nafsu makan berkurang. Pasien mual dan muntah setiap kali makan. Muntah berisi makanan sekitar 1-2 sendok makan dan tidak disertai darah, Perut terasa penuh dan cepat kenyang. Pasien sebelumnya sering memakan makanan pedas dan asam. Pasien mudah lelah dan tidak bertenaga sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien sering BAK baik siang maupun malam dan warna urin kuning keruh, Pasien memiliki riwayat asam urat tinggi dan sering mengkonsumsi obat NSAID. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11,8 g/dL, Ht 36,7 %, ureum 69,9 mg/dL, kreatinin 1,84 mg/dL dan asam urat 8,7 mg/dL. Pada pemeriksaan ultrasonograhy (USG) tampak kedua ginjal mengecil dengan kesan Chronic Kidney Disease. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dispepsia dan Chronic Kidney Disease. Pasien diberikan pengobatan diet makanan lunak, injeksi Granisetron 1x3 mg, injeksi Omeprazol 2x40 mg dan Injeksi Furosemid 1x40mg. Kata kunci: dispepsia, Chronic Kidney Disease, NSAID Abstract Dyspepsia is a syndrome (a collection of symptoms or complaints) consisting of pain or discomfort in the pit of the liver (stomach area), bloating, nausea, vomiting, belching, full satiety, and full stomach. Chronic Kidney Disease (Chronic Kidney Disease) is a form of progression from failure of function or renal structure with (clinical manifestation of nausea, vomiting, weakness, and headache lasting more than 3 months.) In this case report found women, 80 years complaining of ulcers liver is getting more and more heavy since 1 week before entering the hospital Patient weakness and appetite decrease Patient nausea and vomiting every meal Vomiting contains food about 1-2 tablespoon and not accompanied by blood, stomach feels full and fast full. Patients are often tired of spicy and acidic foods Patients are tired and unsteady since 1 month before hospitalization Patients often BAK both day and night and yellow cloudy urine color, Patients have a history of high uric acid and often take NSAID drugs. Physical found epigastrium tenderness. In the investigation found Hb 11.8 g/dL, Ht 36.7%, ureum 69.9 mg/dL, creatinine is 1.84 mg/dL and uric acid is 8.7 mg/dL. On ultrasonograhy (ultrasound) examination appears both kidneys to shrink with the impression of Chronic Kidney Disease. Based on the results of the history, physical examination and investigation of the patient were diagnosed with dyspepsia and Chronic Kidney

Disease. Patients were given a diet soft food treatment, 1x3mg Granisetron injections, 2x40mg Omeprazole injection and 1x40mg Furosemide Injection. Keyword: dyspepsia, Chronic Kidney Disease, NSAID

Pendahuluan

Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap penderita. Bahkan pada seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan.1 Di Indonesia diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologis merupakan kasus sindrom dispepsia. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian sindrom dispepsia cukup tinggi. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2011, sindrom dispepsia berada di urutan keenam dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 33.500.2 Penyakit ginjal kronik adalah adanya kelainan struktural atau fungsional pada ginjal yang berlangsung minimal 3 bulan, dapat berupa kelainan struktural yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium (albuminuria, sedimen urin, kelainan elektrolit akibat ginjal), pemeriksaan histologi, pencitraan, atau riwayat transplantasi ginjal, atau gangguan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerolus (LFG) < 60 mL/menit/1.73m2 dengan atau tanpa kerusakan ginjal. Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yaitu dihitung dengan mempergunakan rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut.3, 4 LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140 – Umur) x Berat Badan * 72 x Kreatinin Plasma (mg/dl) * pada perempuan dikalikan 0,85 Tabel 1. Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Derajat Penyakit2 Derajat

Penjelasan

LFG (ml/mnt/1,73m2)

I

Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑

≥ 90

II

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan

60-89

III

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang

30-59

IV

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat

15-29

V

Gagal ginjal

< 15 atau dialisis

Ilustrasi Kasus Perempuan, usia 80 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Koja dengan keluhan nyeri ulu hati yang semakin hari semakin memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku lemas dan nafsu makan berkurang. Pasien mengalami mual dan muntah setiap kali mengkonsumsi makanan. Muntah berisi makanan sekitar 1-2 sendok makan dan tidak disertai darah, Pasien mengaku perut terasa penuh dan cepat kenyang. Pasien sebelumnya sering memakan makanan pedas dan asam. Pasien merasa mudah lelah dan tidak bertenaga sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku sering BAK baik siang maupun malam dan warna urin kuning keruh, Pasien memiliki riwayat asam urat tinggi dan sering mengkonsumsi obat NSAID. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan epigastrium. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11,8 g/dL, Ht 36,7 %, ureum 69,9 mg/dL, kreatinin 1,84 mg/dL dan asam urat 8,7 mg/dL. Pada pemeriksaan ultrasonograhy (USG) ditemukan ukuran ginjal kanan dan kiri mengecil dengan kesan Chronic Kidney Disease. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis dispepsia dan Chronic Kidney Disease. Pasien diberikan pengobatan diet makanan lunak, injeksi Granisetron 1x3 mg, injeksi Omeprazol 2x40 mg dan Injeksi Furosemid 1x40 mg. Diskusi Dispepsia merupakan suatu sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap penderita. Bahkan pada seorang penderita, keluhan tersebut dapat berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan.1 Penyebab dari sirosis hati sangat beraneka ragam, mulai dari gangguan pergerakan, menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah, obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID), menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu, infeksi Helicobacter pylory, pola makan tidak teratur, kebiasaan merokok, pengaruh stress dan kecemasan.5 Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik harus didukung dengan temuan hasil pemeriksaan penunjang. Pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan adalah endoskopi. Pemeriksaan endoskopi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan dan melihat kondisi lambung apakah terdapat tukak atau lesi mukosa lainnya akibat NSAID dan jika ditemui tanda alarm. Selain endoskopi, dapat dilakukan pemeriksaan USG yang bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis pankreatitis akut. Penatalaksanaan dispepsia meliputi diet yaitu makan sedikit tapi sering, makanan yang mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan asam lambung, dan bisa menetralisir asam HCL disertai obat-obatan untuk mengatasi dispepsia adalah antasida, antagonis reseptor H2, penghambat pompa asam (proton pump inhibitor= PPI), sitoprotektif dan prokinetik.6,7 Pada pasien ini diberikan pengobatan diet makanan lunak, injeksi Granisetron 1x3mg dan injeksi Omeprazol 2x40mg untuk keluhan dispepsianya.

Pada pasien ini dipikirkan juga CKD karena berdasarkan anamnesis pasien mengeluh mual, muntah dan lemas. Pasien juga merasa mudah lelah dan tidak bertenaga sejak 1 bulan terakhir. Pasien mengaku sering BAK baik siang maupun malam dan warna urin kuning keruh, Pasien memiliki riwayat asam urat tinggi dan sering mengkonsumsi obat NSAID. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb 11,8 g/dL, Ht 36,7 %, ureum 69,9 mg/dL, kreatinin 1,84 mg/dL dan asam urat 8,7 mg/dL. Pada pemeriksaan ultrasonograhy (USG) ditemukan ukuran ginjal kanan dan kiri mengecil dengan kesan Chronic Kidney Disease. Manifestasi klinis pada pasien ini sesuai dengan kriteria CKD dimana nilai LFG = 21.74 ml/menit/1,73m2 yang termasuk derajat IV dan terdapat tanda anemia ringan dari pemeriksaan laboratorium, serta diagnosis diperkuat dengan adanya hasil pemeriksaan USG menunjukkan kesan CKD. Pasien ini diberikan injeksi Furosemid 1x40mg bagi mengatasi keluhan kedua kaki bengkak. Rencana pengobatan pada pasien ini adalah penghambat ACE atau antagonis reseptor angiotensin II namun belum dilakukan persiapan untuk terapi pengganti ginjal. Kesimpulan Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan keluhan mual, muntah, lemas dan nyeri ulu hati serta pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan penunjang juga menguatkan lagi penegakan diagnosis dan menentukan indikasi pengobatan pada pasien. Setiap dokter haruslah melakukan persiapan yang rapi dan tepat dalam menyelamatkan nyawa pasien khususnya pada pasien lanjut usia. Daftar Pustaka 1. Djojoningrat D. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai penerbit FKUI: 2014; hal.

1805-10. 2. Kementerian Kesehatan RI: Profil kesehatan indonesia tahun 2011. Profil Kesehatan Indonesia: 20 Februari 2018. Diunduh dari : http://doi.org/10.1073/pnas.0703993104. 3. Davey P. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga; 2006.h.243. 4. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.1035-41. 5. Mapel D, Roberts M, Overhiser A, dan Mason, A. The epidemiology, diagnosis, and cost

of dyspepsia and Helicobater pylori. United States: Analysis in the Southwestern: 2012; 18(1):54– 65. 6. Hu WHC, Wong WM, , Lam CLK, Lam KF, Hui WM, Lai KC. Anxiety but not depression determines health care-seeking behaviour in patients with dypepsia and irritable bowel syndrome. United States: Analysis in the Southwestern : 2002; 16(12): 2081–8. 7. Ghoshal UC, Singh R, Chang FY, Hou X, Wong BCY, & Kachingtorn U. Uninvestigated and functional dyspepsia in asia: facts and fiction. JNM: 2011; 17(3): 235-44.

Related Documents

Case Report
May 2020 25
Case Report
June 2020 29
Case Report
April 2020 24
Case Report Amira.docx
April 2020 11
Case Report Myelopathy.docx
October 2019 22

More Documents from "Nurul Hasanah Surury"