Cara Penyajian dan Pemberian Susu Formula 1. Mempersiapkan Dot dan Botol Susu Dot botol dapat dengan mudah terkontaminasi. Harus terbuat dari bahan yang bermutu tinggi dan tahan terhadap proses pendidihan. Lubang pada dot hat-us dapat mengeluarkan air susu dengan kecepatan yang tetap (konstan) bila botol dibalikkan. Bila memungkinkan, ibu harus mempunyai persediaaan dot, agar yang telah usang atau rusak segera diganti. Penggunaan sendok membawa sedikit kemungkinan terkontaminasi. Penggunaan mangkuk dengan alat penghisap hanya direkomendasikan bila dapat dengan mudah dibersihkan (terutama pada bagian penghisapan). Penggunaan cangkir hanya dianjurkan bila bayi telah dapat minum (sekitar urnur 4-5 bulan). Semua alat minum bayi dicuci segera setelah digunakan, menggunakan air dingin dan sabun atau detergen dengan memakai sikat botol. Dot botol dilumuri dengan garam untuk menghilangkan gumpalan susu. Lalu semuanya dicuci dengan baik. Setelah itu disterilisasi dengan air mendidih. Letakkan peralatan termasuk dot botol dalam satu wadah yang berisi air sepertiganya, kemudian penuhi dengan air. Didihkan selama 5-10 menit. Tiriskan dan keringkan, dan simpan dalam keadaan tertutup sampai saatnya digunakan. Apabila dirasakan tidak peraktis untuk mendidihkannya setiap habis digunakan, didihkanlah sedikiffiya satu atau dua kali sehari. Apabila mempunyai dua atau tiga buah dot, frekuensi pendidihan dapat dikurangi. Bila sterilisasi dengan cara pendidihan tidak mungkin dilakukan, cucilah alat seperti diatas tetapi menggunakan air panas, lalu bilas dengan air minum (air matang yang telah dingin). Setelah itu ditiriskan dan dikeringkan, taruh peralatan dalam keadaan tertutup. Usahakan untuk melakukan pendidihan paling tidak sekali dalam sehari. 2. Cara Memberi Minum Susu Formula Cara memberi minum susu formula kepada bayi dapat dilakukan sebagai berikut. Bayi dipangku posisi seperti menyusui bayi. Dagu bayi ditarik ke bawah perlahan-lahan, dan setelah mulut terbuka dot dimasukkan. Dot jangan dipegang karena akan terkontaminasi dan bayi akan mudah diare. Perlu pula diperhatikan, bahwa pada waktu minum susu, dot dan bagian botol
sebelah atas harus penuh berisi susu untuk menghindarkan bayi menelan udara, sehingga muntah dapat dicegah. Lebih baik apabila ibunya sendiri yang memberikan susu formula, dengan cara mendekap bayi tmtuk mempercepat perkembangan hubungan yang erat diantara keduanya. Setiap kali menyiapkan air susu harus segera diberikan kepada bayi. Air susu yang tersisa hanya dapat tahan 1-2 jam dalam keadaan tertutup pada suhu ruang, kecuali bila disimpan dalam lemari es. Kesabaran yang tinggi diperlukan bila bayi harus diberi susu dengan menggunakan sendok, karena gerakan bibir bayi akan menyebabkan air susu keluar lagi. Sendok yang berlengan panjang lebih baik digunakan daripada yang berukuran normal. Cangkir dapat digunakan untuk memberi susu kepada bayi yang telah berumur 4-5 bulan. Bila memberikan susu formula dalam botol, perhatikan bahwa air susu dan bukan udara yang dihisap Oleh bayi. Seorang bayi tidak boleh ditinggalkan sendirian menghisap botol susunya. la akan mudah tersedak, dan dan ia membutuhkan hubungan dengan orang Iain. Pemberian susu harus berdasarkan "permintaan" bayi. Untuk bulan-bulan pertama biasanya bayi menunjukkan keinginan menyusu setiap 2-3 jam. Kemudian bayi biasanya cukup diberi susu setiap 4 jam, yang dapat diatur waktunya menurut kernudahan ibunya. Bila susu diperlukan pada malam hari, air susu harus dipersiapkan segar atau bila ada lemari es dapat dibuat pada sore hari dan ditaruh dalam lemari es tersebut dalam keadaan tertutup. Susu formula yang tersisa harus dibuang keesokan harinya, kecuali bila disimpan dalam lemari es. Beberapa sendok air matang diperlukan oleh bayi untuk mengencerkan air susu formula yang diminumnya. Air ini diberikan dengan menggunakan sendok, setiap kali sehabis menyusu- Air matang tambahan diperlukan bila suhu udara terlalu panas atau bila bayi menderita diare atau terkena penyakit kuning. Biasanya bayi yang diberi susu botol/formula, selain menghisap susu ia juga menghisap udara sehingga perlu dikeluarkan lagi dari perutnya setiap kali menyusu. Caranya adalah dengan meletakkan bayi tegak pada bahu selama beberapa menit. Bayi diangkat agak ke atas perut, rapat. ke dada kiri ibu, dagu menempel pada pundak ibu, dan punggung ditepuk pelan-pelan Sampai bayi bersendawa. Kemudian tidurkan miring kekanan dan sering-sering dilihat kalau-kalau bayri muntah.
Alergi susu sapi (ASS) Definisi Alergi susu sapi (ASS) adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi. Alergi susu sapi biasanya dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang diperantai oleh IgE. Namun demikian ASS dapat diakibatkan oleh reaksi imunologis yang tidak diperantarai oleh IgE ataupun proses gabungan antara keduanya. Klasifikasi Alergi susu sapi dapat dibagi menjadi: 1. IgE mediated, yaitu alergi susu sapi yang diperantarai oleh IgE. Gejala klinis timbul dalam waktu 30 menit sampai 1 jam setelah mengonsumsi protein susu sapi. Manifestasi klinis yang dapat timbul adalah urtikaria, angioedema, ruam kulit, dermatitis atopik, muntah, nyeri perut, diare, rinokonjungtivitis, bronkospasme, dan anafilaksis. Alergi susu sapi tipe ini dapat didukung dengan kadar IgE susu sapi yang positif (uji tusuk kulit atau pemeriksaan IgE spesifik/IgE RAST). 2. Non-IgE mediated, yaitu alergi susu sapi yang tidak diperantarai oleh IgE, tetapi diperantarai oleh IgG. Gejala klinis timbul lebih lambat (> 1 jam) setelah mengonsumsi protein susu sapi. Manifestasi klinis yang dapat timbul antara lain adalah allergic eosinophilic gastroenteropathy, kolik, enterokolitis, proktokolitis, anemia, dan gagal tumbuh. Diagnosis dan diagnosis banding Tidak ada gejala yang patognomonik untuk alergi susu sapi. Gejala akibat alergi susu sapi antara lain pada gastrointestinal (50-60%), kulit (50- 60%) dan sistem pernapasan (20-30%). Gejala alergi susu sapi biasanya timbul sebelum usia satu bulan dan muncul dalam satu minggu setelah mengkomsumsi protein susu sapi. Gejala klinis akan muncul dalam satu jam (reaksi cepat) atau setelah satu jam (reaksi lambat) setelah mengkomsumsi protein susu sapi. Pendekatan diagnosis untuk alergi susu sapi tipe IgE–mediated adalah dengan melihat gejala klinis dan dilakukan uji IgE spesifik (uji tusuk kulit atau uji RAST).
• Jika hasil positif maka dilakukan eliminasi (penghindaran) makanan yang mengandung protein susu sapi • Jika hasil negatif maka dapat diberikan kembali makanan yang mengandung protein susu sapi. • Untuk diagnosis pasti dapat dilakukan uji eliminasi dan provokasi. Pendekatan diagnosis untuk alergi susu sapi yang diperantarai non IgE– mediated adalah dengan adanya riwayat alergi terhadap protein susu sapi, diet eliminasi, uji provokasi makanan, dan kadang-kadang dibutuhkan pemeriksaan tambahan seperti endoskopi dan biopsi. Beberapa diagnosis banding yang perlu disingkirkan adalah kelainan metabolism bawaan, kelainan anatomi, coeliac disease, insufisiensi enzim pankreas (cystic fibrosis), intoleransi laktosa, keganasan dan infeksi. Keadaan yang menyulitkan adalah bila terdapat 2 keadaan/penyakit yang terjadi bersamaan. Anak dengan penyakit refluks gastroesofageal juga alergi terhadap susu sapi sebesar 15-20%.
TUGAS TAMBAHAN Pembimbing : dr. Devi Emawati, Sp.A
Disusun oleh : Indra Mukti Pratama 17710036
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RST. TK. II DR. SOEPRAOEN MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2018