Cara Mengatasi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Desa Tanjung Burung.docx

  • Uploaded by: Riyan Listents
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cara Mengatasi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Desa Tanjung Burung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,603
  • Pages: 8
SMAN 12 KAB. TANGERANG Jl. KH Mushonif Kampung Besar Teluknaga Kabupaten Tangerang Kode Pos 15510

“Cara Mengatasi Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Desa Tanjung Burung” a. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara sungai yang dibutuhkan oleh pasang surut air laut. Mangrove ini sering juga disebut dengan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Dikawasan mangrove terjadi interaksi kompleks antara sifat fisika dan sifat biologi. Karena sifat fisiknya, mangrove mampu berperan sebagai penahan ombak serta penahan intrusi dan abrasi laut. Proses dekomposisi mangrove yang terjadi mampu menunjang kehidupan makhluk hidup didalamnya. Keunikan lainnya adalah fungsi serbaguna hutan mangrove sebagai penghasilan masyarakat desa didaerah pesisir, tempat berkembangnya biota laut tertentu dan flora-fauna pesisir, serta dapat juga dikembangkan sebagai wahana wisata untuk kepentingan pendidikan dan observasi/penelitian. Ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi yang terdiri dari komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik maupun abiotik didalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi atau rusak yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh aktivitas manusia dalam penyalahgunaan sumber daya alam diwilayah pantai tidak memperhatikan kelestarian, seperti : penebangan untuk keperluan kayu bakar yang berlebihan, tambak, permukiman, industry dan pertambangan. Kualitas lingkungan pesisir saat ini terus mengalami penurunan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di kawasan pesisir. Kenaikan jumlah penduduk di kawasan pesisir secara otomatis meningkat kebutuhan terhadap sandang, pangan, papan, air bersih dan energi, hal ini mengakibatkan eksploitasi terhadap sumber daya pesisir semakin meningkat. Dalam pengeksploitasinya masyarak cenderung mengabaikan aspek-aspek lingkungan dan bersifat merusak. Salah satu sumber daya pesisir yang saat ini mulai terancam adalah ekosistem mangrove yang mempunyai fungsi sebagai penyeimbang kawasan pesisir. Ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem penting dikawasan pesisir, saat ini diseluruh dunia terus mengalami tekanan. Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah 1

terjadinya abrasi dan intrusi laut, serta sebagai perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular, kera, kelelawar dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan. Ekosistem hutan mangrove yang mengalami kerusakan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh faktor manusia berupa aktivitas ekonomi penduduk yang memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat didalam ekosistem hutan mangrove tersebut. Aktivitas ekonomi penduduk yang menyebabkan kerusakan ekosistem hutan mangrove, yaitu pengalih fungsian kawasan ekosistem hutan mangrove menjadi lahan pertambakan, pertanian, perumahan, permukiman, dan raklamasi pantai untuk kawasan rekreasi atau pariwisata. Selain itu, pohon mangrove dimanfaatkan sebagai bahan bakar, bahan bangunan dan bahan industtri.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kerusakan ekosistem hutan mangrove yang ada di Desa Tanjung Burung? 2. Faktor-faktor apa yang mengakibatkan kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Tanjung Burung? 3. Hama jenis apa yang membuat kerusakan pohon mangrove? 4. Bagaimana cara mengatasi hama tersebut? 5. Bagaimana cara mencegah kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Tanjung Burung?

C. Tujuan Penelitian 1. Kerusakan hutan mangrove yang ada di Desa Tanjung Burung disebabkan oleh adanya sampah yang berlebihan. 2. Disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup serta tidak sesuainya faktor alam dengan kondisi fisik yang dibutuhkan hutan mangrove, maka dari itu disarankan agar dilakukan penyuluhan terhadap penduduk dan dilakukan rehabilitasi hutan mangrove yang mengalami kerusakan. 3. Yang terdapat di hutan mangrove Desa Tanjung Burung ada beberapa hama yang bervariasi yaitu: a. di Pohon Pidana ada hama berjenis kumbang-kumbang yang besarnya seperti jari jempol manusia dewasa, lalu ada taringnya yang dapat merusak pohon pidana tersebut b. di Pohon Kangkung ada hama yang berjenis kekeboan dan ulat bulu yang dapat merusak pohon mangrove yang berjenis pohon kangkung 4. Hama itu biasanya dilihat dari siklus, oleh karena itu belum ada cara ampuh mengatasi hama tersebut dia datang dengan sendirinya dan hilang pun dengan sendirinya 5. Cara mencegah kerusakan ekosistem hutan mangrove yaitu: a. Jangan buang sampah Sembarangan b. Jangan buang sampah di sungai karna dapat menyebabkan kebanjiran “Kesadaran diri, dimulai dari diri sendiri”. 2

D. Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para siswa SMA Negeri 12 Kabupaten Tangerang dalam menambah wawasan bagi penulis dan menulis karya ilmiah berbentuk skripsi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi perencanaan pengembangan wilayah pesisir yang berbasis pengelolaan sumber daya alam yang lestari dan sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk yang berdomisili di Desa Tanjung Burung. Hasil pendeskripsian kerusakan ekosistem hutan mangrove ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk meneliti masalah yang sama pada waktu dan daerah yang berbeda.

E. Definisi Operasional Kerusakan ekosistem hutan mangrove adalah perubahan fisik biotik maupun abiotik didalam ekosistem hutan mangrove menjadi tidak utuh lagi atau yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia.

F. Tinjauan Pustaka Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata ‘Mangue’ (bahasa portugis) yang berarti tumbuhan dan kata ‘Grove’ (bahasa inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil. Ada yang menyatakan mangrove dengan kata ‘Mangal’ yang menunjukan komunitas suatu tumbuhan atau mangrove yang berasal dari kata ‘Mangro’ yaitu nama umum untuk ‘Rhizophora mangle’ disuriname. Diprancis padanan yang digunakan untuk mangrove adalah kata ‘manglier’ (Phurnomobasuki dalam Ghufran : 2012) untuk lebih jelas lagi mengenai definisi hutan mangrove dapat kita lihat menurut pendapat para ahli sebagai berikut: a. Mangrove menurut Ghufran (2012). Hutan mangrove sering disebut sebagai hutan bakau atau hutan payau (mangrove forest atau mangrove swanp forest) sebuah ekosistem yang terus menerus mengalami tekanan pembangunan b. Mangrove menurut Suprihariyono dalam Ghufran (2012), kata mangrove memiliki dua arti , pertama sebagai komunikasi, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang terdapat garam/salintas dan pasang surut air laut, dan kedua sebagai individu spesies c. Mangrove menurut Arief dalam Ghufran (2012), Hutan mangrove dienal dengan istilah ‘Vloedbosh’ kemudian dikenal dengan istilah ‘Payau’ karena sifat habitatnya yang payau yaitu daerah dengan kadar garam antara 0,5 ppt dan 30 ppt. disebut juga ekosistem hutan pasang surut karena terdapat didaerah yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, berdasarkan jenis

G. Metode Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan, maka metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kuantitatif, yang bertujuan mengungkap atau mendeskripsikan gejala yang telah ada atu sedang berlangsung. Karakteristik penelitian deskritif kuantitatif yaitu dilakukan pada kondisi yang alamiah serta langsung ke sumber data, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka, lebih menekankan pada proses dari produk atau ‘outcome’, melakukan analisis data secara induktif dan lebih menekankan kata (data dibalik yang teramati). 3

Adapun yang akan dideskripsikan ini adalah kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Tanjung Burung. Untuk mendukung pendeskripsian objek dalam penelitian ini maka akan dijabarkan tentan faktor-faktor pendorong kerusakan ekosistem mangrove, penyebab kerusakan hutan bakau diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dekomuntasi.

H. Jadwal pelaksanaan No. 1. 2. 3. 4.

Nama Kegiatan Persiapan: Penerimaan tema, Penyusunan proposal Pelaksanaan penelitian Penyusunan laporan Penyerahan laporan

Bulan 23 januari – 3 februari 16 februari 18 februari – 26 februari 27 februari

I. Rencana Anggaran Secara rinci, kebutuhan anggaran penelitian ini dirancangkan sebagai berikut: No. Nama Keperluan Anggaran Biaya 1. Pembuatan Proposal (print, jilid) Rp. 25.0000.00 2. Transport Perahu Rp. 20.0000,00 3. a. Minggu pertama Transport Motor (bensin) Rp.15.000,00 b. Minggu Kedua Transport Motor (bensin) Rp.15.000,00 4. Membeli Bibit Mangrove Rp.5.000.OO 5. JUMLAH Rp. 80.000,00

4

DAFTAR PUSTAKA http://syamriadhinata3.blogspot.com/2016/06/proposal-skripsi-kerusakanekosistem.html?m=1 http://www.akademia.edu/31258029/laporan_RISET_MINI_EKOSISTEM_MANGROVE. docx

5

LAMPIRAN

6

BAB II HASIL PENELITIAN

Pohon Mangrove ada 3 macam: 1. Phon merambat (eceng gondok dan kangkung) 2. Pohon biasa 3. Semak (alang alang dan penumpung) Karena waktu posisi sungai cisadane ini belum terecemar sampah belum tercemar limbah warga yanjung burung ini buat masak,buat minum,mandi dan mencuci pakaian itu menggunakan sungai cisadane dan yang kedua pohon pohon yang berada dibantaran sungai cisadane itu bias dikonsumsi salah satunya eceng gondok dean kangkung yang merambat Untuk jenis Mangrove: 1. Pohon mangrove yang berada dipesisir sungai cisadane 2. Muara cisadane 3. Disepanjang pantai laut Ada macam pohon Mangroveyang berada di air Adem: 1. pohon Mangrove yang berada dipesisir air nya asin 2. Pohon mangrove yang berada dimuara cisadane tidak terlalu asin 3. Pohon mangrove yang berada disepanjang pantai laut itu air nya asin Pohon yang membutuhkan air asin dulunyu pohon mangrove seperti pohon tembakau,arapi,pidada dan lain lain tidak semua mangrove hidup di air yang ada kadar gamar nya karna disepanjang bantaran sungaipun sedang tidak membutuhkan nya juga

7

PENUTUP Kesimpulan Hutan Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove(English). Hutan Mangrove dikenal juhga dengan istilah tidal forest,coastal woodland,vloedosschen,atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat juga didefisinikan sebagai tipe ekosistem hutan yang tuimbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain dihutan pendalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan dipinggir laut dengan dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Akar nya yang selalu tergenang oleh air,dapat berteloransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik disbanding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan dimana hutan mangrove tumbuh, mempunyai factor-faktor yang ekstrim sperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun hutan mangrove teloran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative dari pada bersifat obligative karna dapat tumbuh dengan baik di air tawar.

8

Related Documents


More Documents from "Budi Setiawan"