Candi Borobudur

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Candi Borobudur as PDF for free.

More details

  • Words: 2,578
  • Pages: 15
MAKALAH SEJARAH CANDI BOROBUDUR

Disusun Oleh : 1. Citra Supriarti

X.4 / 07

2. Galih Febrianto

X.4 / 14

3. Nur Choeriyah

X.4 / 22

4. Sukron Masruri

X.4 / 34

5. Wasingal Ngulum

X.4 / 38

SMA NEGERI I KUTOWINANGUN 2005 / 2006

MOTTO

 Bertemu jadi sahabat itu mudah, tapi bersatu dan damai itu adalah hal yang sulit.  Kegagalan merupakan awal dari keberhasilan.  Jadikanlah masa lalumu untuk melangkah lebih bijak.  Belajar tanpa berdoa bagaikan pohon tak berakar.  Belajar tanpa berfikir itu sia-sia, berfikir tanpa belajar itu berbaya.  Jadikanlah pengalaman sebagai cambuk pengembangan bakat dan kreatifitasmu.  Perpisahan memang menyakitkan tapi dengan perpisahan kita tahu arti persahabatan.  Experience is the best teacher.  Mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap manusia.  Manusia tanpa ilmu bagaikan binatang jalan.  Jangan katakan menyerah sebelum mencoba.  Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.

PERSEMBAHAN

Makalah ini kami persembahkan kepada : 1. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kutowinangun yang kami hormati. 2. Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri 1 Kutowinangun yang kami hormati. 3. Bapak dan Ibu yang kami sayangi. 4. Teman-teman kelas X.4 SMA Negeri 1 Kutowinangun yang kami banggakan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sesuai waktunya. Adapun penyusunan makalah ini dengan tujuan melengkapi salah satu mata pelajaran sejarah. Mengingat penyusun sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan, maka apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, penyusun mohon dengan hormat atas kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini, sebab tidak ada gading yang tidak retak. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kutowinangun,

Maret 2006

Penyusun,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………….…………….

i

MOTTO………………………………………………………………..…

ii

PERSEMBAHAN………………………………………………………..

iii

KATA PENGANTAR……………………………………………………

iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………..

v

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………

1

A. Latar Belakang…………………………………………….

1

B. Tujuan……………………………………………………..

1

C. Manfaat ……………………………………………………

1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………...

2

A. Asal Mula Terjadinya Candi Borobudur…………………..

2

B. Arti dari Nama Borobudur………………………………...

2

C. Letak Candi Borobudur……………………………………

3

D. Pemugaran Candi Borobudur……………………………...

3

E. Bentuk Bangunan Candi Borobudur…………………..…..

4

F. Patung Budha……………………………………………...

6

G. Usaha Penyelamatan Candi Borobudur……………………

7

BAB III PENUTUP………………………………………………………

8

A. Simpulan…………………………………………………..

8

B. Saran……………………………………………………….

9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….

10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penyusunan makalah ini untuk melengkapi tugas sejarah dan menambah pengetahuan siswa tentang Candi Borobudur. Kelompok kami dalam menyusun makalah ini memilih tema “Wisata Candi Borobudur”. Kelompok kami memilih “Wisata Candi Borobudur” karena adanya suatu alasan yaitu kami ingin mengetahui lebih rinci tentang wisata Candi Borobudur, kami tidak perlu berkunjung ke Candi Borobudur tapi kami dapat mencari semua itu dibuku, media massa dan media elektronik yang menceritakan secara rinci tentang Candi Borobudur. B. Tujuan Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah : 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada siswa mengenai Candi Borobudur. 2. Untuk mengetahui lebih rinci tentang Candi Borobudur, seperti : asal usul terjadinya, waktu didirikannya, dan masih banyak lagi. 3. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk melestarikan keindahan Candi Borobudur. A. Manfaat Adapun manfaat yang diharapkan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : 4. Sebagai tambahan pengetahuan dan pemahaman bagi penyusun tentang seluk beluk Candi Borobudur. 5. Sebagai bahan informasi dan pembanding bagi penyusun-penyusun makalah selanjutnya di masa-masa yang akan datang.

BAB II PEMBAHASAN A. Asal Mula Terjadinya Candi Borobudur Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat Candi ini berada masih berupa hutan belukar yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama Borobudur diketahui dari naskah Negara Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi, disebutkan tentang biara di budur. Kemudian pada naskah Babad Tanah Jawi (1709 – 1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja Paku Buwono I, yang tetangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta, yakni Pangeran Monconagoro yang berminat melihat 1000 arca seorang ksatria yang terkurung dalam sangkar. Kemudian pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang adanya bukit yang dipenuhi dengan baru-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah untuk membersihkan bukit itu. Tampak di atas bukit itu batu Candi berserakan dengan bantuan penduduk desa yang berjumlah 200 orang, HC. Cornelius segera melakukan pembersihan dan menyingkirkan tanah yang menutupi Candi Borobudur pada tahun 1835 atas usaha Residen Kedu, bentuk candi dapat ditampakkan seluruhnya seperti dahulunya. B. Arti dari Nama Borobudur Candi Borobudur sendiri sulitlah ditentukan, apa nama Borobudur mengambil nama desa, ataukah nama desa yang mengambil dari nama bangunan tersebut. Dalam kitab sejarah Jawa dari abad ke 18 tersebut “Bukit Borobudur” sedang keterangan yang disampaikan kepada Raffles (Letnan Gubernur Jendral Inggris) dalam tahun 1914 di Bumi Segoro menyatakan adanya sebuah penemuan peninggalan purbakala bernama “Borobudur”. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa nama Borobudur adalah nama asli dari bangunan candinya. Penafsiran Borobudur telah pula dilakukan oleh Raffles, berdasarkan keterangan yang ia kumpulkan dari masyarakat luas, Budur merupakan bentuk lain dari Budo, yang dalam bahasa Jawa berarti kuno. Raffles juga menampilkan keterangan yang lain yakni Budo berarti Agung, dan Budur berarti Budha. Jadi

Borobudur berarti Sang Budha Yang Agung. Namun, karena Boro dalam bahasa Jawa kuno dapat diartikan banyak, maka Borobudur dapat pula berarti Budha yang banyak. Para ahli mengatakan bahwa nama Borobudur berasal dari gabungan kata Bara dan Budur. Bara berasal dari kata Sansekerta yaitu “VIHARA” yang berarti kompleks Candi dan bihara berarti asrama. Seorang ahli yang mengemukakan pendapat ini bernama Prof. Dr. Poerbotjoroko. Pendapat Prof. Dr. Poerbotjoroko juga dikuatkan oleh pendapat Prof. Dr. WF. Stutterhelm yang berpendapat bahwa Borobudur berarti Bihara di atas sebuah bukit. Sedangkan Prof. JG. De Casparis mendasarkan pada Prasasti Karang Tengah yang menyebutkan tahun pendirian bangunan ini, yaitu Tahun Sangkala “Rasa Sagara Kstidhara”, atau Tahun Caka 146

(824

mengangungkan

Masehi), Dewa

atau pada Indra.

Masa Wangsa

Dalam

prasasti

Syailendra yang didapatlah

nama

Bhumisambharabhudhara yang berarti tempat pemujaan para nenek moyang bagi arwah-arwah leluhurnya. C. Letak Candi Borobudur Candi Borobudur terletak di sebelah selatan Gunung Tidar kira-kira jarak lurus 15 Km, atau sekitar 40 Km sebelah utara Yogyakarta tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur terletak di dataran kedu yang dialiri oleh dua sungai besar yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo yang mengalir ke selatan menuju Samudra Hindia Candi Borobudur yang terletak di Dataran Kedu, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan, seperti Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi serta Pegunungan Menoreh. Candi Borobudur juga dikelilingi beberapa dusun anata lain ; Bumi Segoro, Sabrang Rowo, Gopatan, Jawahan, Barepan, Ngaran, Kelon, Janan dan Gendingan. D. Pemugaran Candi Borobudur Dalam pelajaran sejarah, disebutkan bahwa Candi Borobudur dibuat pada masa Wangsa Syailendra yang Buddhis di bawah kepemimpinan Raja Samaratthungga. Sedangkan yang menciptakan candi, berdasarkan tuturan masyarakat bernama Guna Dharma. Pembangunan Candi itu selesai pada tahun 846 M. Menurut Prasasti Kulrak (784 M) pembuatan candi ini dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya sebagai

penasihat yang ahli dalam ajaran Buddhis Tantra Vajrayama. Pembangunan candi

ini

dimulai

pada

masa

Maha

Raja

Dananjaya

yang

bergeral

Sri Sanggramadananjaya, dilanjutkan oleh putranya, Samaratthungga, dan oleh cucu perempuannya, Dyah Ayu Pramodhawardhani. Sebelum dipugar, Candi Borobudur berupa reruntuhan seperti halnya artefak-artefak candi yang baru ditemukan sekarang ini. Ketika kita mengunjungi Borobudur dan menikmati keindahan alam sekitarnya dari atas puncak candi, kadang kita tidak pernah berpikir tentang siapa yang berjasa membangun kembali Candi Borobudur menjadi bangunan yang megah dan menjadi kekayaan Bangsa Indonesia ini. Pemugaran selanjutnya, setelah oleh Cornelius pada masa Raffles maupun Residen Hatmann, dilakukan pada 1907 – 1911 oleh Theodorus Van Erp yang membangun kembali susunan bentuk candi dari reruntuhan karena dimakan zaman sampai kepada bentuk sekarang. Van Erp sebetulnya seorang ahli teknik bangunan Genle Militer dengan pangkat Letnan Satu, tetapi kemudian tertarik untuk meneliti dan mempelajari seluk beluk Candi Borobudur, mulai falsafahnya sampai kepada ajaran-ajaran yang dikandungnya. Untuk itu dia mencoba melakukan studi banding selama beberapa tahun di India. Ia juga pergi

ke

Srilangka untuk melihat susunan bangunan puncak stupa Sanchi di Kandy, sampai akhirnya Van Erp menemukan bentuk Candi Borobudur. Sedangkan mengenai falsafah dan agamanya ditemukan oleh Stutterheim dan Nj. Krom, yakni tentang ajaran Budha Dharma dengan alian Mahayana – Yogacara dan ada kecenderungan pula bercampur dengan alitan Tantrayana – Vajrayama. Oleh sebab itu, para pemugar harus memiliki sekelumit sejarah agama ini di Indonesia. Penelitian terhadap susunan bangunan candi dan falsafah yang dibawahnya tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau dihubung-hubungkan dengan bangunan-bangunan candi lainnya yang masih satu rumpun. Seperti halnya Candi Borobudur dengan Candi Pawon dan Candi Mendut yang secara geografis berada pada satu jalur. E. Bentuk Bangunan Candi Borobudur Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Cani Ankor Wat di Kamboja. Borobudur mirip banguan Piramid Cheops di Gizeh Mesir. Candi Borobudur tidak mempunyai bilik atau ruangan di dalamnya, sehingga bangunan Candi Borobudur dianggap sebagai bangunan ziarah.

Candi Borobudur terbuat dari batu alam sangat keras. Batu dipotong dengan berbagai macam ukuran dan dalam bentuk beraneka ragam. Batu alam disusun rapi tanpa bahan perekat. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25cmx10cmx15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang tersusun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi, kalau rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh, tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7 – 10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Sedangkan, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir. Candi Borobudur tersusun atas tiga buah tingkatan. Adapun tingkatantingkatan itu pada dasarnya dapat pula diterapkan pembagian alam semesta menjadi 3 dunia : 1. Dunia Paling Bawah : KAMADHATU (Dunia Hasrat) Dalam tingkatan ini manusia masih terikat oleh hasrat. Relief ini terdapat pada kaki candi. 2. Dunia yang lebih tinggi : RUPADHATU (Dunia Rupa) Dalam tingkatan ini manusia telah meninggalkan segala hasratnya tetapi masih terikat kepada nama dan rupa. Bagian ini terdapat pada langkah 1-5. 3. Dunia tertinggi : ARUPADHATU (Dunia Tanpa Rupa) Pada tingkatan ini manusia sudah tidak ada sama sekali nama maupun rupa. Manusia telah bebas sama sekali dan memutuskan untuk selama-lamanya segala ikatan kepada dunia fana. Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak. Apabila dilihat dari atas berbentuk bujur sangkar. Bangunan ini terdiri atas 10 tingkat. Tiga tingkat yang paling atas berbentuk lingkaran dengan 3 teras dan 72 stupa berlubang. Teras-teras tersebut adalah : 1. Teras pertama terdapat 32 stupa berlubang 2. Teras kedua terdapat 24 stupa berlubang 3. Teras ketiga terdapat 16 stupa berlubang

Pada bagian tengah stupa terdapat stupa induk yang merupakan mahkota dari bangunan Candi Borobudur. Stupa induk bergaris tengah 9,90 m tinggi sampai bawah pinakel 7 m, dan tertutup rapat sehingga orang tidak dapat melihat bagian dalamnya. F. Patung Budha Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief-relief cerita ukiran hias, tetapi juga dapat dibanggakan karena patung-patungnya yang sangat tinggi mutu seninya. Patung-patung itu semuanya menggambarkan Dhyani – Budha, terdapat pada bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Tingkatan bangunan Candi Borobudur makin ke atas semakin kecil ukurannya. Susunan patung Budha pada setiap langkan (serambi) adalah sebagai berikut : a. Langkan pertama

= 104 Patung Budha

b. Langkan kedua

= 104 Patung Budha

c. Langkan ketiga

= 88 Patung Budha

d. Langkan keempat

= 72 Patung Budha

e. Langkan kelima

= 64 Patung Budha

f. Teras bundar pertama

= 32 Patung Budha

g. Teras bundar kedua

= 24 Patung Budha

h. Teras bundah ketiga

= 16 Patung Budha

Jumlah

= 504 Patung Budha

Sekilas patung-patung Budha itu serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan-perbedaannya. Yang membedakan antara Patung Budha yang satu dengan yang lain adalah sikap tangan (Mudra) yang merupakan ciri khas setiap patung. Jumlah sikap tangan (Mudra) yang pokok ada 5 yaitu sebagai berikut : a. Bhumispara – Mudra Sikap tangan ini melambangkan saat Budha memanggil Dewi Bumi sebagai saksi ketika ia menangkis semua serangan Iblis Mara. b. Wara – Mudra Sikap tangan ini melambangkan pemberian amal, memberi anugrah atau berkah. Mudra ini adalah khas Dhyani Budha Ratna Sambawa. Patungpatungnya menghadap ke selatan.

c. Dhyana – Mudra Melambangkan sedang semedi/mengheningkan cipta yang merupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amitabha d. Abhaya – Mudra Melambangkan sedang menenangkan merupakan tanda khusus Dhyani Budha Armogashidi e. Dharma Cakra – Mudra Melambangkan gerak memutar roda dharma. Mudra ini menjadi ciri khusus Dhyani Budha Wairocana, daerah kekuasaannya terletak di pusat khusus di Candi Borobudur Wairocana. G. Usaha Penyelamatan Candi Borobudur Untuk melestarikan Candi Borobudur dilakukan beberapa usaha, antara lain : 1.

Tahun 1934 Residen Kedu melakukan pembersihan di sekitar Candi, sehingga tampak bangunan candi seluruhnya.

2.

Tahun 1907 – 1911 Pemerintah Belanda membantu menyelamatkan Candi Borobudur yang dilaksanakan Van Erp.

3.

Tahun 1948 dua orang ahli purbakala dari India diundang untuk menelaah kerusakan Candi Borobudur.

4.

Tahun 1955 – 1965 Pemerintah RI bekerjasama dengan UNESCO menyelamatkan Candi Borobudur.

5.

Tahun 1973 diresmikan permulaan pemugaran Candi Borobudur.

6.

Tanggal 23 Februari 1983 peresmian selesainya pemugaran Candi Borobudur.

BAB III PENUTUP A. Simpulan Untuk pertama kalinya Candi Borobudur diketahui dari naskah negara kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M, disebutkan tentang Biara di Budur. Setelah kian lama tidak terawat Candi Borobudur tertutup tanah dan bebatuan dari Gunung Merapi. Atas berkat Raffles dan Cornelius Candi Borobudur tersebut ditampakkan seperti dahulunya. Banyak para ahli yang menafsirkan nama Candi Borobudur, namun sebagian besar mengatakan bahwa Borobudur berasal dari kata Boro dan Budur. Bhara berarti Vihara dan Budur merujuk pada nama tempat. Candi Borobudur teletak di sebelah selatan Gunung Tidar tepatnya di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Pemugaran Candi Borobudur dilakukan pada massa pemerintahan Raffles maupun Residen Hartman juga dilakukan oleh Theodarus Van Erp. Bangunan Candi Borobudur berbentuk limas berundak. Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Luas bangunan Candi Borobudur 15.129 m2, tersusun dari 55.000 m3 dan terdiri dari 2 juta potongan batu alam. Ukuran batunya rata-rata 25 cm x 10 cm x 15 cm. Berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Sedangkan tinggi Candi Borobudur dahulunya 42 m dari permukaan tanah sampai ujung stupa. Namun sekarang tinggal 34,5 m, setelah tersambar petir. Candi Borobudur terdiri atas 3 tingkatan yaitu : 1. Dunia paling bawah (KAMADHATU) 2. Dunia yang lebih tinggi (RUPADHATU) 3. Dunia tertinggi (ARUPADHATU) Di dalam Candi Borobudur terdapat 504 patung Budha. Yang membedakan antara patung Budha yang satu dengan patung Budha yang lain adalah sikap tangan (Mudra) yang merupakan ciri khas setiap patung. Jumlah sikap tangan yang pokok ada 5 yaitu sebagai berikut : a. Bhumispara Mudra b. Wara Mudra c. Dhyana Mudra d. Abhaya Mudra

e. Dharma Cakra Mudra B. Saran Kita haus membangkitkan kembali gairah menghargai benda-benda cagar budaya yang bukan hanya menjadi kekayaan masyarakat dan bangsa, melainkan juga menjadi kekayaan ilmu pengetahuan yang akan terus mengangkat fakta-fakta sejarah itu. Menikmati keindahan dan menjaga kelestariannya merupakan salah satu bentuk kepedulian yang sangat berarti. Tentunya peran lembaga yang berkaitan dengan perlindungan benda-benda cagar budaya perlu diitngkatkan dengan memberikan pemahaman, pengertian dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga dan melestarikan benda-benda tersebut. Perlindungan hukumpun harus ditegakkan secara konsistensi sehingga tidak terjadi lagi kepincangankepincangan hukum yang menyisakan ketidakadilan bagi masyarakat, seperti halnya kasus peledakan Candi Borobudur pada tahun 1983.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. R. Soetarno. 1998. Aneka Candi Kuno di Indonesia. Solo : Dharma Prize. Dwi Hendri W. Rif’an Faidah dan Rismayanti. 2003. Laporan Karyawisata. Kebumen : SLTP Negeri 4 Kebumen www.google.com/jateng/history borobudur

Related Documents

Candi Borobudur
May 2020 7
Borobudur
May 2020 6
Borobudur Book
November 2019 7
Borobudur Temple
June 2020 3