Cahaya

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Cahaya as PDF for free.

More details

  • Words: 2,409
  • Pages: 9
58

5 PEMBAHASAN

5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area.

Penggunaan cahaya

buatan yang berkapasitas besar (sekitar 20 kW) memungkinkan bagan rambo dapat dioperasikan pada saat bulan terang.

Daya tembus dari cahaya mercuri

pada kedalaman 25 m iluminasi cahaya mencapai 0,0585 lux dan secara horizontal pada jarak 50 m iluminasi cahaya mencapai 0,5 lux.

Pengoperasian

bagan rambo pada saat bulan terang memungkinkan karena kekuatan cahaya yang digunakan besar sehingga penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan secara vertikal akan lebih dalam dan secara horisontal masih dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh. Dengan demikian bagan rambo terogolong alat yang efektif karena dapat digunakan walaupun pada saat bulan terang. Fishing ground bagan rambo hubungannya dengan topografi dan dasar perairan sebaiknya berada di belakang karang atau batu untuk menghindari arus dan gelombang yang besar. Penempatan ini memungkinkan bagan rammbo dapat dioperasikan pada saat Musim Barat. Dasar perairan yang berlumpur merupakan fishing ground yang ideal bagi bagan rambo (Lampiran 2 dan 3). Fishing ground bagan rambo yang berada di belakang batu atau karang serta dasar perairan yang berlumpur diindikasikan memberikan hasil tangkapan yang baik. Faktor oseanografi mempengaruhi operasi penangkapan bagan rambo. Arus adalah salah satu faktor oseanografi yang mempengaruhi proses pengoperasian bagan rambo. Arus yang kuat akan menyebabkan proses hauling terganggu. Pengaruh arus akan menyebabkan posisi bingkai dan waring bagan tidak tepat berada di bawah bingkai bagan, hal ini akan mengakibatkan ikan dapat meloloskan diri pada saat hauling. Pengaruh arus yang kuat oleh nelayan setempat diatasi dengan menggunakan tali penahan arus yang ditempatkan pada setiap sudut bagan. Tali arus ini diikatkan pada sebuah roller dan ujung yang lainnya diikatkan sebuah

59

batu sebagai pemberat. Penggunaan tali penahan ini dimaksudkan untuk menahan bingkai bagan agar tepat berada di bawah rangka bagan. Pada kecepatan arus permukaan lebih besar 0,34 m/detik, nelayan bagan rambo tidak menurunkan waring (Sudirman, 2003). Oleh karena itu kecepatan arus merupakan salah satu pembatas dalam mengoperasikan bagan rambo. Jika dibandingkan dengan set net, kecepatan arus yang bisa di tolerir adalah 0,25 m/detik dan pada kecepatan lebih dari 0,75 m/detik akan merusak jaring (Martasuganda 2002),

dengan kata lain set net lebih kuat menahan arus dari

bagan rambo. Suhu berkisar 26-27 °C, salinitas berkisar 33-35 per mil dan kecerahan 13 – 14,5 % di Selat Makassar selama penelitian. Kondisi suhu, salinitas dan kecerahan ini baik untuk tujuan penangkapan ikan.

Ben-Yami (1987)

mengemukakan bahwa kecerahan air di atas 10 m tergolong baik untuk mengoperasikan alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya.

5.2 Analisis Tingkah Laku Ikan pada Bagan Rambo 5.2.1 Proses tertangkapnya ikan pada bagan rambo

Reaksi ikan

terhadap cahaya berbeda-beda, seperti fototaksis positif,

preferensi untuk intensitas optimum, investigatory reflex, mengelompok dan mencari makan di bawah cahaya serta disorientasi akibat kondisi buatan dari gradient intensitas di bawah air (Ben-Yami 1987).

Reaksi ikan inilah yang

dimanfaatkan untuk menangkap ikan dengan mengunakan alat bantu cahaya. Pergerakan ikan yang berbeda-beda terhadap sumber cahaya merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui untuk meningkatkan hasil tangkapan. Pergerakan ikan yang mendekati sumber cahaya

di konsentasikan dengan

mengurangi intensitas cahaya dengan cara menggunakan lampu fokus untuk mengkonsentrasikan

ikan

di

catchable

area.

Pengkonsentrasian

ikan

hubungannnya dengan pergerakan ikan yang berbeda terhadap sumber cahaya mengakibatkan perlakuan dalam mengkonsentrasikan ikan juga berbeda. Ikan teri, kembung dan tembang merupakan ikan yang menyenangi cahaya yang terang sehingga peredupan lampu tidak perlu maksimal.

Sebaliknya ikan layang

60

merupakan ikan yang menyenangi daerah pencahayaan yang tidak terlalu terang, sehingga dalam mengkonsentrasikannya haruslah seredup mungkin dan peredupan lampu dilakukan sehalus mungkin agar ikan tidak terkejut. Penarikan jaring dilakukan setelah ikan telah terkonsentrasi di sekitar lampus fokus dimana ikan telah teradaptasi sempurna oleh cahaya. Ikan yang telah beradaptasi sempurna dengan cahaya mengakibatkan ikan tidak terlalu terpengaruh oleh proses penagangkatan bingkai jaring pada saat hauling. Ikan yang tetap berada dalam lingkup bingkai bagan akan tertangkap dan ikan yang berada di luar lingkup bingkai bagan akan lolos dari proses penangkapan bagan rambo. 5.2.2

Pola kedatangan ikan di catchable area

Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan. Pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang berada di perairan, namun pergerakan kawanan ikan yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawanan ikan

berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang

berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula yang berenang pada kisaran kedalam 5- 10 m, hal ini sesuai dengan yang kemukakan oleh Gambang (2003) bahwa ikan pelagis kecil terdistribusi dikedalaman 15 – 60 m. Perbedaan ini diindikasikan karena jenis ikan yang berbeda dan kedalaman renang ikan yang berbeda tergantung dari kondisi yang optimum ikan tersebut. Demikian pula respon ikan berbeda terhadap cahaya mengakibatkan pola pergerakan ikan mendekati cahaya juga berbeda. Pola kedatangan ikan di sekitar pencahayaan ada yang langsung menuju sumber cahaya dan ada juga yang masih berada di sekitar sumber pencahayaan. Hal ini terjadi karena ketertarikan ikan berbeda-beda terhadap cahaya. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk ke dalam sumber cahaya diindikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari makan. Pola kedatangan ikan hubungannya dengan arah memperlihatkan bahwa ikan cenderung mendatangi sumber pencahayaan dari arah kiri dan kanan bagan. Hal ini dikarenakan ikan yang mendatangi sumber cahaya membutuhkan adaptasi

61

dari suatu daerah yang baru, sehingga ikan mendatangi cahaya dengan arah memotong arah arus. Pergerakan arah memotong arus ini diindikasikan untuk menjaga jika di daerah tersebut terdapat predator dapat segera berbalik arah searah dengan arus agar cepat meloloskan diri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada setting II dan III ikan telah ada di sekitar pencahayaan. Keberadaan ikan ini di sebabkan ikan yang berhasil meloloskan tidak meninggalkan lokasi bagan. Ikan-ikan ini diindikasikan adalah ikan yang berfototaksis positif dan telah beradaptasi dengan cahaya masih terus bergerak mendekati dan menjauhi sumber cahaya dikarenakan adanya predator. 5.2.3 Pola penyebaran ikan di sekitar pencahayaan

Hasil side scan sonar colour memperlihatkan penyebaran kawanan ikan di sekitar pencahayaan ada yang berada di sumber cehaya dan ada yang terus bergerak di sekitar sumber pencahayaan. Penyebaran ikan belum memperlihatkan pola yang tetap. Penyebaran ikan pada saat lampu merkury masih dinyalakan semua memperlihatkan bahwa kawanan ikan masih cenderung berada di luar catchable area. Pada saat ini kawanan ikan masih terus mendatangi sumber pencahayaan. Penyebaran kawanan ikan pada saat lampu luar bagan telah dimatikan terlihat semakin mendekati cathcable area. Pada saat ini pola pergerakan ikan cenderung membentuk pola pergerakan yang teratur memutar (melingkari) sumber pencahayaan dimana ikan masih kadang-kadang bergerak agak menjauhi sumber pencahayaan kemudian mendekati lagi. Pada saat lampu yang berada di bawah bingkai bagan akan dipadamkan terlihat ikan semakin terkonsentrasi di sekitar catchable area, walaupun pada saat ini masih ada kawanan ikan yang terlihat meninggalkan lokasi pencahayaan dan ada pula yang mendekati sumber pencahayaan. Penyebaran kawanan ikan di kedalaman perairan berada di sekitar waring bagan dan sekitar permukaan perairan. Ikan-ikan yang berada di sekitar waring bagan dan kolom perairan diindikasikan adalah ikan kembung, tembang dan layang. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh GodØ et al (2004) bahwa sekitar 65 % ikan mackerel berada diantara permukaan sampai kedalaman

62

40 m, sedangkan ikan yang berada di sekitar permukaan adalah ikan teri yang merupakan ikan berfototaksis positif. 5.2.4 Pola penyebaran ikan pada saat hauling

Pada saat hauling dimana hanya lampu fokus yang menyala, pola penyebaran ikan di perairan sudah memiliki pola yang teratur. Pola penyebaran ikan berada di sekitar waring bagan dan tepat berada di bawah rangka bagan. Pola penyebaran seperti ini diindikasikan adalah pola penyebaran ikan teri yang berada di bawah rangka bagan, ikan kembung dan tembang yang berada di sekitar bingkai bagan. Pola distribusi ikan ini membentuk pola spherical (bola) seperti yang dikemukakan oleh Misund et al (2003). Pola pergerakan ikan yang berada sedikit di luar daerah pencahayaan dan membentuk pola gerobolan yang tersusun secara vertikal seperti pita (ribbon) (Misund et al, 2003). Pola ini diindikasikan adalah pola ikan layang, dimana pada proses penangkapan ikan layang lampu bagan harus sangat redup dan peredupannya berlangsung sangat perlahan. Peredupan lampu yang cepat dapat membuat ikan layang terkejut dan menjauhi sumber pencahayaan, demikian pula halnya jika lampu tidak redup, ikan layang akan bergerombol di luar catchable area. Pada saat hauling telah selesai, masih terlihat kawanan ikan di sekitar bagan.

Kawanan ikan ini diindikasikan adalah kawanan ikan yang dapat

meloloskan diri dari cakupan bingkai jaring bagan dan ikan-ikan yang berada di luar catchable area tetapi tidak meninggalkan daerah bagan pada saat hauling dilaksanakan. Ikan-ikan yang tidak tertangkap ada yang menjauhi bagan dan ada yang tetap berada di sekitar bagan. Diduga ikan yang tetap berada di daerah bagan adalah ikan-ikan yang menyenangi cahaya atau dengan kata lain berfototaksis positif.

Kemungkinan kedua adalah ikan predator yang datang

memangsa ikan-ikan kecil yang stres akibat proses hauling sehingga dapat dengan mudah dimangsa. 5.2.5

Pola pergerakan ikan di sekitar pencahayaan

Pola Pergerakan kawanan ikan yang mendekati bagan mempunyai kecepatan yang berbeda pada saat akan mendekati bagan dan pada saat berada di

63

sekitar bagan.

Ikan-ikan yang mempunyai kawanan yang kecil cenderung

mempunyai pergerakan yang cepat, sehingga kecepatan pergerakan kawanan ikan akan menurun di sekitar pencahayaan akibat dari semakin padatnya kawanan ikan dan aktivitas makan. Pergerakan kawanan ikan selama penelitian berkisar 0,57 m/detik pada saat mendekati lokasi pencahayaan dan kecepatan pergerakan kawanan ikan sekitar 0,21 m/detik di sekitar pencahayaan. Hal ini mirip dengan apa yang dikemukakan oleh GodØ et al (2004) bahwa untuk ikan mackerel mempunyai kecepatan pergerakan kawanan sampai 6 m/detik jika kawanan kecil dan sekitar 1m/detik jika kawanannya sangat besar.

Demikian pula yang

dikatakan oleh Misund et al (2003), bahwa kecepatan pergerakan kawanan ikan sardine (Sardinops sagax) sekitar 0,6 – 1,59 m/detik, lama ikan sardine memecah kawanannya sekitar 2 menit dan membutuhkan waktu untuk menyatu dengan kawanan lainnya sekitar 5 menit. Pola pergerakan kawanan ikan teri di sekitar lampu fokus bergerak berputar (melingkar) secara teratur, demikian pula halnya dengan ikan layang. Pola pergerakan ikan teri dan layang sama dengan pola pergerakan kawanan ikan tembang dan selar yang ada di teluk Pelabuhanratu (Tupamahu, 2003) Pola pergerakan memutar secara teratur diindikasikan sangat dipengaruhi oleh pola pergerakan arus. Pola pergerakan kawanan ikan yang bergerak memutar secara teratur lebih mudah ditangkap jika dibandingkan ikan bergerak dengan pola pergerakan yang tidak teratur. 5.3 Analisis Hasil Tangkapan

Komposisi jenis hasil tangkapan menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap (81%) pada bagan rambo adalah jenis ikan kembung, teri, layang, tembang dan cumu-cumi. Jenis ikan ini adalah jenis ikan small pelagic schooling. Kedatangan jenis ikan ini diduga karena tertarik secara langsung oleh cahaya dan mencari makan. Kelompok ikan lainnya umumnya adalah ikan predator. Kedatangan jenis ikan diduga karena beberapa faktor antara lain tujuan makan, seperti ikan barakuda, cendro, dan layur. Faktor lain karena pada malam hari ikan-ikan tersebut akan naik pada kedalaman tertentu atau termasuk kedalam ikan nokturnal.

64

Hasil tangkapan bagan rambo sebelum tengah malam memperlihatkan bahwa ikan yang dominan tertangkap adalah ikan kembung lelaki. Ikan kembung lelaki adalah ikan berfototaksis positif dan termasuk jenis ikan pertama yang datang ke sumber pencahayaan. Ikan ini menyenangi cahaya yang terang dan diduga pada waktu ini merupakan puncak fototaksis dari jenis ikan yang dominan tertangkap, karena pada umumnya nelayan yang memancing di bagan rambo pada jam 19.00 sampai 21.00 adalah nelayan yang memancing ikan kembung. Hasil tangkapan pada saat tengah malam di dominasi oleh ikan lainnya, ini berarti bahwa pada saat tengah malam terjadi keragaman jenis, dimana banyak jenis ikan tertangkap tetapi tidak dominan. Dominannya ikan lainnya disebabkan akumulasi berat jenis ikan yang banyak jenisnya dijumlahkan sehingga nampak dominan pada komposisi jenis hasil tangkapan di tengah malam. Kehadiran predator merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberadaan ikan di bawah sumber cahaya. Jika predator masuk zona iluminasi, tingkah laku ikan di sumber pencahayaan akan berubah. Ikan yang telah terakumulasi di sekitar sumber pencahayaan

akan menjauh jika predator datang dan terakumulasi

kembali di sekitar pencahayaan jika predator telah pergi. Komposisi jenis hasil tangkapan setelah tengah malam menunjukkan bahwa keragaman jenis hasil tangkapan sedikit, dimana hasil tangkapan yang besar cenderung didominasi oleh jenis ikan tertentu. Tingginya rata-rata hasil tangkapan setelah tengah malam dan sebelum tengah malam diduga berhubungan dengan feeding behaviour dan sifat fototaksis.

Diduga pada waktu tersebut

merupakan kebiasaan makan dan puncak fototaksis dari jenis ikan yang dominan tertangkap, dimana ikan yang dominan tertangkap adalah ikan layang.

Ikan

layang teradaptasi sempurna dengan cahaya setelah tengah malam (Sudirman, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi jenis hasil tangkapan lebih beragam pada waktu tengah malam dan sebelum tengah malam, tetapi setelah tengah malam lebih didominasi oleh jenis tertentu. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di dapatkan oleh Baskoro (1999) bahwa keragaman jenis pada saat tengah malam lebih tinggi dibandingkan sebelum tengah malam dan pada saat setelah tengah malam keragaman jenis sedikit.

65

5.4 Perbaikan Teknik dan Metode pada Bagan Rambo yang Ada Saat Ini

Pengetahuan tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan perbaikan teknik dan metode penangkapan ikan merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan upaya pengembangan operasi penangkapan ikan yang lebih efisien dan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbaikan teknik dan metode penangkapan pada bagan rambo saat ini adalah : 1. Kedalaman bingkai jaring perlu diperhatikan agar tepat berada di bawah kawanan ikan. Penentuan kedalaman jaring sangat tergantung jenis ikan, musim dan waktu hauling, sehingga sangat dibutuhkan pengalaman dan alat bantu untuk mendeteksi keberadaan ikan diperairan seperti peralatan akustik. Kedalaman bingkai jaring jika pada musim ikan teri dan kembung sebaiknya pada kedalaman 15 meter dikarenakan jenis ikan ini adalah ikan yang bergerombol dekat permukan air, tidak seperti halnya kawanan ikan layang yang tersusun seperti pita dan berada sampai kedalaman 30 meter. 2. Teknik pemadaman lampu juga perlu diperhatikan agar kawanan ikan tetap berada di atas bingkai jaring. Penggunaan intensitas yang tinggi digunakan jika kawanan ikan adalah ikan teri dan kembung karena jenis ikan ini menyenangi intensitas cahaya yang tinggi, sedangkan kawanan ikan layang menyenangi intensitas cahaya yang rendah. 3. Waktu hauling sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah tengah malam karena sebelum tengah malam merupakan waktu dimana ikan yang menyenangi cahaya terang sudah teradaptasi sempurna, sedangkan setelah tengah malam merupakan waktu dimana ikan yang tidak menyenangi cahaya terang teradaptasi sempurna. 4. Peningkatan jumlah hasil tangkapan juga dapat dilakukan dengan memadukan dengan alat tangkap lainnya untuk menangkap ikan yang masih dapat meloloskan diri pada saat hauling, seperti memadukan antara bagan rambo dengan purse seine atau gill net. 5. Modifikasi alat juga dapat dilakukan agar hasil tangkapan dapat meningkat. Modifikasi tersebut seperti penambahan selubung yang dapat bergerak cepat menutup pelolosan ikan pada saat hauling (Gambar 34 ).

66

C. PELEPASAN SELUBUNG

C. PELEPASAN SELUBUNG SELESAI

Gambar 34 Modifikasi bagan rambo dengan menggunakan selubung apung

Related Documents

Cahaya
November 2019 46
Cahaya
May 2020 41
Cahaya: Ethernet
December 2019 35
Pemantulan Cahaya
May 2020 18
Interferensi Cahaya
August 2019 35
Cahaya Kehidupan
May 2020 25