Buku Panduan Diii Kep Sem 4 Keperawatan Anak 13 April.docx

  • Uploaded by: Novy Kumalasari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Buku Panduan Diii Kep Sem 4 Keperawatan Anak 13 April.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 32,868
  • Pages: 181
BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH : TIM

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JL.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP.0291-437218

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak. Buku Panduan Laboratorium ini merupakan salah satu bagian dari panduan pembelajaran sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi lulusan DIII Keperawatan. Mata Kuliah Keperawatan Anak I membahas tentang konsep dasar keperawatan anak maupun perspektif keperawatan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Mata ajaran ini juga membahas mengenai penerapan proses keperawatan dalam memenuhi kesehatan anak / bayi dalam kondisi sehat, sakit dan resiko tinggi dengan penekanan pada pengkajian, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan kesehatan. Kami berharap pedoman pembelajaran ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik baiknya. Kami juga merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan pedoman pembelajaran ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini sangat kami harapkan. Semoga Buku Panduan Laboratorium ini dapat mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat profesional.

Kudus, Maret 2017 Tim Penyusun

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI .......................................................................................................................3 - 4 BAB I

: PENDAHULUAN a. Visi Misi STIKES Muhammadiyah.......................................................... 5 b. Visi Misi S1 Keperawatan........................................................................ 6 c. Profil Lulusan ........................................................................................... 6

BAB II

BAB III

: RANCANGAN PEMBELAJARAN 1.

Deskripsi Mata Kuliah ............................................................................ 7

2.

Evaluasi ................................................................................................... 7

: MATERI PEMBELAJARAN 1. Pemberiksaan Neonatus Esensial...................................................... 8 - 14 2. Vit K dan Saleb Mata...................................................................... 15 - 18 3. Pemeriksaan Fisik Anak.................................................................. 19 - 25 4. Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP ) ...................................... 26 - 31 5. Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST )...................................... 32 - 38 6. Pengukuran Antropometri............................................................... 39 - 43 7. Terapi Bermain................................................................................ 44 - 52 8. Nutrisi/Cairan Oral, Modisco.......................................................... 53 - 58 9. Managemen Laktasi ........................................................................ 59 - 68 10. Nutrisi / cairan parenteral ( Pemasangan Infus Umbilikal )............ 69 - 76 11. Teknik Imunisasi........................................................................... 77 - 95 12. MTBS ......................................................................................... 96 - 102 13. Photo Therapy.............................................................................. 103 - 105 14. Kangaroo Mother Care ( KMC )................................................. 106 - 109 15. Persiapan Transfusi Tukar ( Change Transfution )...................... 111 - 115 16. Restrain........................................................................................ 116 - 120 17. Persiapan Lumbal Puntie............................................................. 121 - 124 18. Persiapan Bone Morro Puntie...................................................... 125 - 129 19. Teknik penurunan suhu tubuh ( Kompres Hangat, Tepid Water Sponge ).................................. 130 - 134 20. Pertolongan Bayi Tersedak…...................................................... 135 - 137

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 3

21. Titrasi ( Perhitungan Dosis Obat )............................................... 138 - 144 22. Mantoex Test............................................................................... 145- 149 23. Perawatan Inkubator ................................................................... 150 - 154 24. Pemeriksaan Rumpleed Test ....................................................... 155 - 157 25. Penanganan Kejang .................................................................... 158- 160 26. Mandi Minyak ............................................................................ 161 - 163 27. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Anak ......................... 164 - 175

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 4

BAB I PENDAHULUAN A. VISI DAN MISI STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS VISI Menjadi sekolah tinggi kesehatan yang unggul, menghasilkan lulusan dengan penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan dan Seni (IPTEKS), di tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai nilai luhur bangsa dan keislaman pada tahun 2020. MISI 1. Menyelenggarakan

pendidikan

yang berkualitas dengan

cara

mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara berkesinambungan, terpadu, dan mampu memenuhi kebutuhan serta tuntutan ketenagaan kesehatan pada tingkat regional dan nasional. 2. Mengembangkan kegiatan yang mendorong terwujudnya pendidikan berbasis research bagi pendidikan melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat 3. Merealisasikan pendidikan dengan menerapkan nilai-nilai Keislaman untuk menghasilkan

lulusan

kesehatan

yang

islami

dengan

keteladanan

Kemuhammadiyahan dan berwawasan kebangsaan 4. Mengembangkan organisasi sekolah tinggi yang sesuai dengan perkembangan zaman dan meningkatkan manajemen yang transparan, berkualitas serta bertanggungjawab 5. Menjalin kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan dengan stakeholders, instansi pemerintah maupun swasta.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 5

B. VISI DAN MISI PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN VISI Menjadi program studi D-3 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus yang unggul, menghasilkan lulusan dengan penguasaan IPTEKS keperawatan di tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai – nilai luhur bangsa dan keislaman pada tahun 2020. MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan D-3 keperawatan yang berkualitas dengan mengikuti

perkembangan

ilmu

pengetahuan

yang

dilaksanakan

secara

berkesinambungan, terpadu dan memenuhi kebutuhan serta tuntutan tenaga keperawatan pada tingkat regional dan nasional 2. Mengembangkan

kegiatan

pembelajaran

yang

mendorong

terwujudnya

pendidikan melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat. 3. Merealisasikan pendidikan D-3 Keperawatan dengan menerapkan nilai – nilai keislaman untuk menghasilkan lulusan yang islami dengan keteladanan kemuhammadiyahan dan berwawasan kebangsaan 4. Mengembangkan organisasi di D-3 Keperawatan dengan meningkatkan managemen yang transparan, berkualitas dan bertanggungjawab. 5. Menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholder untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada instansi pemerintah maupun swasta

C. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 1. Care Provider (perawat pelaksana) 2. Middle manager 3. Enterpreuner 4. Communicator

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 6

BAB II RANCANGAN PEMBELAJARAN

Materi kuliah

: KEPERAWATAN ANAK

Kode Mata Kuliah

: 1E1402

SKS

: 3 SKS (2T, 1P)

Penempatan

: Semester IV

PenanggungJawab

: Indanah.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An

Koordinator

: Indanah.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An

Pengajar Lab

: 1. Indanah.,M.Kep.Ns.Sp.Kep.An 2. PriAstuti,A.Kep

A. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata Kuliah Keperawatan Anak I menguraikan konsep dasar keperawatan anak maupun perspektif keperawatan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses pembelajaran menekankan pada dicapainya pemahaman mahasiswa tentang masalah kesehatan yang lazim terjadi pada anak dan bayi dalam kondisi sehat, sakit dan resiko tinggi dan hubungannya dengan kesehatan keluarga. Mata ajaran ini juga membahas mengenai penerapan proses keperawatan dalam memenuhi kesehatan anak dengan penekanan pada pengkajian, pemeliharaan kesehatan dan pemulihan kesehatan. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah utama dengan bobot 5 sks, dengan rincian 2 sks teori dan 3 sks praktik laboratorium, penempatan pada semester IV.

B. EVALUASI Praktik a. Ujian kompetensi

= 70 %

b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 % Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 7

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 8

INSTRUKSIONAL KERJA PEMBERIKSAAN NEONATUS ESENSIAL IKP.PNE

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Pemeriksaan Neonatus Esensial

Disetujui oleh:

IK.PNE.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Pemeriksaan Neonatus Esensial

Halaman 1 dari 5 No. Dokumen: …..IK.PNE.STIKESM/2018 Berlaku:

1) DEFINISI Pemeriksaan fisik Neonatus adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di lakukan pembersihan jalan nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang dari rumah sakit.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 9

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Neonatus Esensial

Ketua

Halaman 2 dari 5 No. Dokumen: …..IK.PNE.STIKESM/2018 Berlaku:

2) TUJUAN Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. 3) INDIKASI Bayi lahir di fasilitas kesehatan

Bayi lahir di rumah

Baru lahir, setelah IMD, pemberian

Baru lahir, setelah IMD, pemberian vitamin

vitamin K1dan salep/tetes mata

K1 dan salep/tetes mata

antibiotika

antibiotika

Usia 6-12 jam

Sebelum bidan meninggalkan bayi

Dalam 1 minggu pascalahir, dianjurkan

Dalam 1 minggu pascalahir, dianjurkan

dalam 2-3 hari

dalam 2-3 hari Selanjutnya mengikuti Buku KIA

4) PERSIAPAN ALAT Alat yang digunakan untuk memeriksa : Air bersih, sabun dan handuk kering, Sarung tangan bersih, Kain bersih, Stetoskop, Jam dengan jarum detik, Termometer, Timbangan bayi, Pengukur panjang bayi, Pengukur lingkar kepala.Tempat : Pemeriksaan dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang 5) PERSIAPAN PASIEN 1) Pra orientasi 1) Melakukan pengecekan riwayat pasien dan buku catatan pengobatan pasien 2) Melakukan kontrak dengan keluarga. 2) Fase Orientasi 1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien 2) Memperkenalkan diri Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 10

3) Menjelaska tujuan pelaksanaan STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Neonatus Esensial

Ketua

Halaman 3 dari 5 No. Dokumen: …...IK.PNE.STIKESM/2018 Berlaku:

4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien. 5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 6) Memberikan kesempatan klien untuk bertanya 7) Mencuci tangan 6) INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat seluruh hasil pemeriksaan. 2. Lakukan rujukan jika ditemukan abnormalitas. 3. Anamnesis: a) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga : (a) Keluhan tentang bayinya (b) Masalah kesehatan pada ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat). (c) Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada. (d) Warna air ketuban (e) Riwayat bayi buang air kecil dan besar (f) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 11

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Neonatus Esensial

Ketua

Halaman 4 dari 5 No. Dokumen: …….IK.PNE.STIKESM/2018 Berlaku:

b) Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Fisis Yang Dilakukan 1

Lihat postur, tonus dan aktivitas

2

Lihat kulit

3

Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika bayi sedang tidak menangis. Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi apeks kordis. Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer. Lihat dan raba bagian kepala

4

5 6

Keadaan Normal Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi sehat akan bergerak aktif. Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul. Frekuensi napas normal 40-60 kali per menit. Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang Dalam Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit. o

Suhu normal adalah 36,5 - 37,5º C

o

Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit membonjol saat bayi menangis. Tidak ada kotoran/sekret Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang terbelah. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa.

o 7 8

9

Lihat mata Lihat bagian dalam mulut. Masukkan satu jari yang menggunakan sarung tangan ke dalam mulut, raba langit-langit. Lihat dan raba perut. Lihat tali pusat

o o o

Perut bayi datar, teraba lemas. Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat 10 Lihat punggung dan raba tulang o Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan belakang. benjolan pada tulang belakang 11 Lihat lubang anus. o Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium sudah keluar. Hindari memasukkan alat atau o Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah jari dalam memeriksa anus lahir. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar. 12 Lihat dan raba alat kelamin luar. o Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih atau kemerahan. Tanyakan pada ibu apakah bayi o Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 12

sudah buang air kecil o 13 Timbang bayi. Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil dikurangi selimut 14 Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi 15 Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya

o o

o o o o o

penis. Teraba testis di skrotum. Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir. Berat lahir 2,5-4 kg. Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu baru kemudian naik kembali. Panjang lahir normal 48-52 cm. Lingkar kepala normal 33-37 cm. Kepala dan badan dalam garis lurus; wajah bayi menghadap payudara; ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya Bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar areola berada di dalam mulut bayi Menghisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti sesaat

b. Fase Terminasi 1) Rapikan alat dan Evaluasi tindakan 2) Rencana tindak lanjut 3) Berpamitan dan Dokumentasi 6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, antara lain : 1) Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa. 2) Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen. Tabel Penilaian Apgar Score TANDA

0

1

2

Warna Kulit / appearane

Seluruh tubuh biru / pucat

Tubuh Kemerahan, Ekstermitas Biru

Seluruh tubuh kemerahan

Frekuensi jantung / pulse

Tidak ada / tidak teraba

≤100x / mnt

≥100x / mnt

Refleks / grimace

Tidak bereaksi / tidak ada

Gerakan sedikit

Menangis

Tonus otot / activity

Lumpuh

Ekstermitas fleksi sedikit/fleksi lemah

Gerakan Aktif

Usaha bernafas / respiratory

Tidak ada

Lemah, merintih, lambat

Menangis kuat

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 13

Keterangan : 1) Adaptasi baik / normal / vigorour baby : skor 7-10 2) Asfiksia ringan-sedang

: skor 4-6

3) Asfiksia berat

: skor 0-3

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 14

Pemeriksaan Refleks Bayi Berkedip (corneal)

Tanda babinski

Moro’s

Cara Pengukuran

Kondisi Normal

Kondisi Patologis

Sorotkan cahaya ke mata Dijumpai pada tahun pertama

Jika tidak di jumpai menunjukkan

bayi.

kebutaan.

Gores telapak kaki

Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, di

Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi

sepanjang tepi luar, di

jumpai sampai umur 2 tahun.

setelah umur 2 tahun adanya tanda lesi

ulai dari tumit

ekstrapiramidal.

Ubah posisi dengan tiba- Lengan Ekstensi, jari-jari mengembang kepala

Refleks yang menetap lebih 4 bulan

tiba atau pukul

terlempar ke belakang, tungkai sedikit ekstensi, lengan adanya kerusakan otak, respon tidak

meja/tempat tidur.

kembali ke tengah dengan tangan menggenggam

simetris adanya hemiparesis, fraktur

tulang belakang dan ekstermitas bawah ekstens. Lebih

klavikula, atau cidera fleksus brachialis.

kuat selama 2 bulan menghilang pada umur 3-4 bulan.

Tidak ada respons ekstermitas bawah adanya dislokasi pinggul atau cidera medulla spinalis.

Mengenggam (palmar grap’s)

Letakkan jari di telapak

Jari-jari bayi melengkung di sekitar jari yang di

Fleksi yang tidak simetris menunjukkan

tangan bayi dari sisi

letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, refleks

adanya paralysis, refleks menggenggam

ulnar, jika refleks lemah

ini menghilang dari umur 3-4 bulan.

yang menetap menunjukkan gangguan

atau tidak ada berikan

serebral

bayi botol atau dot, karena mengjisap akan mengeluarkan refleks.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 15

Mencari(Rooting)

Gores sudut mulut bayi

Bayi memutar kea rah pipi yang di gores, refleks ini

Tidak adanya reflek menunjukkan adanya

garis tengah bibir.

menghilang pada umur 3-4 bulan. Tetapi bias menetap

gangguan neurology berat

sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur. Kaget (startle)

Bertepuk tangan dengan

Bayi mengekstensi dan memfleksi lengan dalam

Tidak adanya refleks menunjkkan adanya

keras.

berespon terhadap suara yang keras tangan tetap rapat,

gangguan pendengaran

refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan. Menghisap(sucking) Berikan bayi botol dan dot.

Bayi menghisap dengan kuat dalam berespons

Reflek yang lemah atau tidak ada

terhadap stimulasi, reflek ini menetap selama masa

menunjukkan kelambatan perkembangan

bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi

atau keadaan neurologi yang abnormal

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 16

INSTRUKSIONAL KERJA PEMBERIAN VIT K DAN SALEP MATA IKP.PVDSM

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Pemberian Vit K Dan Salep Mata

IK.PNE.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Vit K Dan Salep Mata

Disetujui oleh:

Ketua

Halaman 1 dari 4 No. Dokumen: …..IK. PVDSM.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Injeksi Vit K adalah adalah suatu tindakan pemberian obat melalui intra muscular ke dalam tubuh bayi baru lahir. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%. 2. TUJUAN

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 17

Injeksi vit K pada bayi untuk mencegah terjadi perdarahan dan salep mata untuk mencegah infeksi pada mata. STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Vit K Dan Salep Mata

Ketua

Halaman 2 dari 4 No. Dokumen: …..IK.PVDSM.STIKESM/2018 Berlaku:

3. INDIKASI Bayi baru lahir 4. PERSIAPAN ALAT a. Bak Intrumen kecil b. Spuit 1 ml dan needle c. Kapas Alkohol d. Kassa steril e. Vit K f. Salep mata ; tetrasiklin 1% 5. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Mengecek riwayat pasien/ buku catatan pengobatan pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Menyapa dan memberi salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Menjelaskan prosedur tindakan 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 6. Mencuci tangan 6. INSTRUKSIONAL KERJA a.

Fase Kerja Pemberian vit K 1. Letakan bayi di tempat tidur. 2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan intramuskular (IM).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 18

3. Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus). STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Vit K Dan Salep Mata

Ketua

Halaman 3 dari 4 No. Dokumen: …..IK.PVDSM.STIKESM/2018 Berlaku:

4. Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular a) Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi suntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan. b) Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering. c) Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat. d) Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya e) Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. f) Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit. g) Tarik plunger semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum tidak menusuk dalam vena. b. Fase Kerja Pemberian salep mata, Cara pemberian salep mata antibiotik: a) Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah. b) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes mata. c) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi. d) Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat-obat tersebut. c. Fase Terminasi 1. Rapikan alat 2. Evaluasi tindakan 3. Jelaskan Rencana tindak lanjut 4. Berpamitan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 19

5. Mencuci tangan 6. Dokumentasi tindakan STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Vit K Dan Salep Mata

Ketua

Halaman 4 dari 4 No. Dokumen: …….IK.PVDSM.STIKESM/2018 Berlaku:

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Terapkan komunikasi terapeutik selama tindakan b. Jaga keamanan dan kenyamanan pasien c. Tenang dalam melakukan tindakan d. Ketelitian selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 20

INSTRUKSIONAL KERJA PEMERIKSAAN FISIK ANAK IK.PFA

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Disetujui oleh:

IK.PNE.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Halaman 1 dari 7 No. Dokumen: …...IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1.

DEFINISI Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi keefektivan intervensiterapeutik ( Wong,2003).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 21

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Ketua 2.

Halaman 2 dari 7 No. Dokumen: …..IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

TUJUAN Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak.

3.

PERSIAPAN ALAT Stetoskop, Manset anak (Tensimeter), Timbangan anak, Termometer, Meteran tinggi badan, Midline, Bak intrumen sedang kasa steril dan tongue spatel, senter, otoskop, reflek hammaer spekulum hidung, tissue.

4.

PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Cek riwayat / buku catatan pengobatan pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Memberikan salam, menanyakan nama pasien 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaska tujuan pelaksanaan 4. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien. 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan 6. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya 7. Mencuci tangan

5. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1. Lakukan pemeriksaan Umum 1) Keadaan Umum ; Kesan sakit, Kesadaran, Kesan status gizi 2) Tanda Vital Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 22

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Ketua

Halaman 3 dari 7 No. Dokumen: …...IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

a) Tekanan Darah ; Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak, yang ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 – 90 mmHg sistolik, dan 20 – 60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2 – 3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan darah dewasa. b) Nadi ; Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama, isi/kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas c) Nafas ; Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan. d) Suhu ; Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1) Rectal ; Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan kiri memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu. 2) Oral ; Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak > 6 tahun. 3) Aksiler ; Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit. Umumnya suhu yang diperoleh 0,5 lebih rendah dari suhu rektal. 2. Data Antropometrik a. Berat Badan b. Tinggi Badan c. Lingkar Kepala d. Lingkar Dada Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 23

e. Lingkar Lengan

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Ketua

Halaman 4 dari 7 No. Dokumen: …...IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

3. Kulit : Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria. 4. Kelenjar Limfe : Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak. 5. Kepala : Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior. 6. Muka : Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada sinus. 7. Mata : Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan. 8. Hidung : Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus. 9. Mulut : Pada pemeriksaan mulut, perhatikan : 

Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.



Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.



Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.



Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan, tepi hiperemis/tidak.



Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 24

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Ketua

Halaman 5 dari 7 No. Dokumen: …….IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

10. Tenggorok : Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan, eksudat, kripte) 11. Telinga : Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga, nyeri/tidak liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan menggunakan heat lamp dan spekulum telinga. 12. Leher : Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher. 13. Thorax : Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan : 

Inspeksi : Pada anak < 2 tahun : lingkar dada < lingkar kepala Pada anak > 2 tahun : lingkar dada > lingkar kepala. Perhatikan: a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot d. Ictus cordis



Palpasi , Perhatikan : a. Pengembangan dada : simetri/tidak b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak c. Sela iga : retraksi/tidak d. Perabaan iktus cordis



Perkusi : Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari lain, atau secara tidak langsung dengan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 25

menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil. Tentukan : a. Batas paru-jantung b. Batas paru-hati : iga VI depan STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Ketua

Halaman 6 dari 7 No. Dokumen: …..IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

c. Batas diafragma : iga VIII – X belakang. Bedakan antara suara sonor dan redup. 

Auskultasi : Tentukan suara dasar dan suara tambahan : Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing breath sound. Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing Suara jantung normal, bising, gallop.

14. Abdomen a. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan b.

Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika

c. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya 15. Ekstremitas : Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan pembengkakan tulang.. Persendian. Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan. Otot. Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus. 16. Alat Kelamin, Perhatikan : Untuk anak perempuan : a. Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak. b. Labia mayor : perlengketan / tidak c. Himen : atresia / tidak d. Klitoris : membesar / tidak. Untuk anak laki-laki : a. Orifisium uretra : b. hipospadi = di ventral / bawah penis Epsipadia = di dorsal / atas penis. c. Penis : membesar / tidak Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 26

d. Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak. e. Testis : normal sampai puber sebesar kelereng. f. Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Fisik Anak

Ketua

Halaman 7 dari 7 No. Dokumen: …..IK.PFA.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Terminasi 1) Rapikan alat dan Evaluasi tindakan 2) Rencana tindak lanjut 3) Berpamitan dan dokumentasikan.

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Secara umum pertumbuhan pada anak dapat diperkirakan dalam masa tumbuh kembang sebagai berikut : Berat badan : 1) Lahir

: kurang lebih 3,25 kg

2) 3-12 bulan : umur ( bulan ) ditambah 9 dibagi 2 3) 1-6 tahun

: umur ( tahun ) dikali 2 ditambah 8

4) 6-12 tahun : umur ( tahun ) dikali 7 dikurangi 5 dibagi 2 Tinggi badan : 1) Lahir

: 50 cm

2) Umur 1 tahun

: 75 cm

3) 2-12 tahun

: umur ( tahun ) dikali 6 ditambah 77

Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah : 1) Terapkan komunikasi terapeutik selama tindakan 2) Jaga keamanan dan kenyamanan pasien 3) Tenang dalam melakukan tindakan 4) Ketelitian selama tindakan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 27

INSTRUKSIONAL KERJA DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ( KPSP / KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN ) IK.KPSP

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Disetujui oleh:

Ketua

IK.PNE.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Halaman 1 dari 6 No. Dokumen: …...IK.KPSP.STIKESM/2018 Berlaku:

1) DEFINISI Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui perkembangan anak normal ada penyimpangan. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih (Depkes, 2006). Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3,6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali padaumur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 28

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Halaman 2 dari 6 No. Dokumen: …...IK.KPSP.STIKESM/2018 Berlaku:

Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9 bulan.Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuhkembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.

2) TUJUAN Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

3) INDIKASI Anak pada umur 3,6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan.

4) PERSIAPAN ALAT Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus berukran 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit kecil ukuran 0,5-1 cm. 5) PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi a. Mengecek status kesehatan pasien/riwayat catatan pengobatan pasien b. KOntrak waktu dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi a. Memberi salam dan menyapa nama pasien b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan tindakan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 29

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Ketua

Halaman 3 dari 6 No. Dokumen: …..IK.KPSP.STIKESM/2018 Berlaku:

d. Menjelaskan langkah prosedur e. Menempatkan alat ke dekat pasien f. Mencuci tangan

6) INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1. Menanyakan nama dan tanggal lahir anak ( Pada waktu skrining atau pemeriksaan anak harus dibawa ) 2. Menghitung usia perkembangan anak ( Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak lahir, Bila umur anak lebih dari 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari, maka dibulatkan menjadi 3 bulan ). 3. Memilih format KPSP sesuai dengan usia perkembangan anak 4. Menuliskan nama pemeriksa, nama pasien, tanggal lahir & tanggal Pemeriksaan 5. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak dimulai dari tugas yang mudah baru tugas yang sulit. ( KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, contoh: “dapatkah bayi makan kue sendiri ?”. Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu atau pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya ). 6. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak (personal sosial, motorik kasar, motorik halus, bahasa), Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 30

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Ketua

Halaman 4 dari 6 No. Dokumen: …...IK.KPSP.STIKESM/2018 Berlaku:

( Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir ). 7. Memberikan penilaian terhadap masing masing tugas perkembangan yang telah di lakukan pemeriksaan pada anak 8. Memberikan skor hasil penilaian perkembangan 9. Melakukan Interpretasi Interpretasi Hasil Dalam KPSP Meliputi : 1) Hitunglah berapa jumlah jawaban YA a. Jawaban Ya, bila ibu atau pengasuh anak menjawab : anak bisa atau sering atau kadang-kadang melakukannya. b. Jawaban Tidak, bila ibu atau pengasuh anak menjawab : anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengasuh anak tidak tahu. 2) Jumlah jawaban “Ya‟ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahapannya (S). 3) Jumlah jawaban “Ya‟ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). 4) Jumlah jawaban “Ya‟ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). 5) Untuk jawaban “Tidak‟, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak‟ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara danbahasa, sosialisasi dan kemandirian). 10. Menyampaikan hasil interpretasi kepada keluarga b. Fase Terminasi 1. Merapikan pasien& alat 2. Melakukan evaluasi hasil tindakan 3. Berpamitan 4. Mencuci tangan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 31

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Ketua

Halaman 5 dari 6 No. Dokumen: …...IK.KPSP.STIKESM/2018 Berlaku:

7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Intervensi dalam KPSP meliputi : 1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikutini: a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya denganbaik. b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahapan perkembangananak. c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,sesuai dengan umur dan kesiapan anak. d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanankesehatan di Posyandu secara rutin sebulan sekali dan setiap adakegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasukiusia pra sekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan padakegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), KelompokBermain dan Taman Kanak-Kanak. e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulanpada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan padaanak berumur 24-72 bulan. 2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikutini: a) Beri petunjuk pada ibu untuk melakukan stimulasi pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin. b) Ajarkan cara ibu melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau mengejar ketinggalannya. c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya. d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. e) Jika hasil KPSP ulang jawabannya “Ya‟ tetap 7 atau 8 makakemungkinan ada penyimpangan (P). 3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukantindakan berikut : Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 32

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP / Kuesioner Pra Skrining Perkembangan )

Ketua

Halaman 6 dari 6 No. Dokumen: …...IK.KPSP.STIKESM/2018 Berlaku:

perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara danbahasa, serta sosialisasi dan kemandirian). 4. Penampilan selama tindakan : a) Ketenangan selama melakukan tindakan b) Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan c) Ketelitian selama tindakan d) Menjaga Keamanan selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 33

INSTRUKSIONAL KERJA DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ( DDST/ DENVER DEVELOPMENT SKRINING TEST ) IK.DDST

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Disetujui oleh:

Ketua IK.PNE.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Halaman 1 dari 7 No. Dokumen: ….IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI DDST adalaah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. DDST bukan test diagnostic atau test IQ. 2. TUJUAN a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses dan tahap perkembangan anak. b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan c. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin. d. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha e. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 34

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Halaman 2 dari 7 No. Dokumen: …...IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

3. INDIKASI Anak usia 4. PERSIAPAN ALAT a. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm) b. Kismis/manik-manik c. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm d. Kerincing dengan gagang yang kecil e. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm f. Bel/lonceng kecil g. Bola tennis h. Pensil merah i. Boneka kecil dengan botol susu j. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan k. Kertas kosong l. Lembar Denver 5. PERSIAPAN PASIEN a) Pra orientasi 1. Melihat identitas pasien / riwayat pasien 2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b) Fase Orientasi a. Memberi salam& menyapa nama pasien b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan tindakan d. Menjelaskan langkah prosedur e. Menempatkan alat kedekat pasien f. Mencuci tangan 6. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 35

1. Menuliskan Nama pemeriksa, Nama pasien, tangga lahir & tanggal Pemeriksaan 2. Menghitung usia perkembangan anak STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Halaman 3 dari 7 No. Dokumen: ……..IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

3. Menentukan usia perkembangan anak dengan membuat garis usia perkembangan pada formast Denver II 4. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak dimulai dari tugas yang mudah baru tugas yang sulit. 5. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak mulai di sebelah kiri garis usia, teruskan ke kanan sampai tugas yang berada di sebelah kanan garis usia. a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yan ditembus garis umur. b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah i (gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” 3 tugas perkembangan. c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i, lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak :gagal” pada 3 tugas perkembangan. 6. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada aspek personal sosial sesuai usia perkembangan. (Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan). 7. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada aspek motorik halus sesuai usia perkembangan. (Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 36

Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil). 8. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada aspek bahasa sesuai usia perkembangan STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Halaman 4 dari 7 No. Dokumen: ……IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

(Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan). 9. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada aspek motorik kasar sesuai usia perkembangan. (Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya duduk, melompat, berjalan, dll). 10. Mengusahakan agar semua tugas yang dipotong garis usia diusahakan / di test 11. Skoring pada format Denver II a) Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya). b) Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik. c) refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan). d) By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R. 12. Interpretasi Denver II

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 37

1) Lebih (advanced) : Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Halaman 5 dari 7 No. Dokumen: …….IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

2) Normal : Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan disebelah kanan garis umur dikategorikan sebagai normal.

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75, makadikategorokan sebagai normal.

3) Caution / peringatanl : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak ® tugas perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75 dan 90.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 38

4) Delay / keterlambatan : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yangterletak lengkap disebelah kiri garis umur.

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 6 dari 7

Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

No. Dokumen: …...IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

5) No opportunity / tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.

13. Menyampaikan hasil interpretasi kepada keluarga Langkah Mengambil Kesimpulan

:

1) Normal a.

Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.

b.

Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.

2) Suspect / di duga a.

Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan.

b.

Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.

3) Untestable / tidak dapat diuji a. Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75–90%. b. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu. b. Fase Terminasi 1. Merapikanpasien & alat Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 39

2. Melakukanevaluasihasiltindakan 3. Berpamitan 4. Mencuci tangan

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST/ Denver Development Skrining Test )

Ketua

Halaman 7 dari 7 No. Dokumen: …....IK.DDST.STIKESM/2018 Berlaku:

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Cara menghitung Umur Anak : Rumus : Umur = Tanggal pada waktu test dikurangi tanggal lahir Contoh : Tanggal Test 1990

3

13

Tanggal lahir 1989

1

5

Umur =

2

8

1

Kesimpilan : umur anak adalah 1 tahun 2 bulan 8 hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : a. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas, dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua / pengasuh anak, apakah perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut. b. bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku yang mengahambat test. c. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua. d. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan. e. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban. f. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil normal atau abnormal. g. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 40

h. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakankemampuan atau perilaku pada waktu lain. i. Penampilan selama tindakan : Ketenangan dalam melakukan tindakan, Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan, ketelitian selam tindakan, menjaga keamanan selama tindakan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 41

INSTRUKSIONAL KERJA PENGUKURAN ANTROPOMETRI IK.PA

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pengukuran Antropometri

Disetujui oleh:

IK.PA.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Pengukuran Antropometri

Halaman 1 dari 5 No. Dokumen: ……..IK.PA.STIKESM/2018 Berlaku :

Ketua 1. DEFINISI Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Antropometri artinya ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran).

2. TUJUAN Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bayi / Balita. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 42

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pengukuran Antropometri

Ketua

Halaman 2 dari 5 No. Dokumen: …...IK.PA.STIKESM/2018 Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT a.

Alat pencatat

b.

Timbangan berat badan ( timbangan bayi untuk anak sampai 2 tahun, timbangan injak untuk anak > 2 tahun)

c.

Alat pengukur panjang/tinggi badan, Mitlen, LILA

4. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Melihat identitas pasien / riwayat pengobatan pasien 2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan tindakan 4. Menjelaskan langkah prosedur pelaksanaan 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 6. Mencuci tangan 5. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1. Melepaskan pakaian anak 2. Menimbang BB anak (Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini). a. Menimbang BB dengan timbangan bayi :

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 43

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pengukuran Antropometri

Ketua

Halaman 3 dari 5 No. Dokumen: …...IK. .PA .STIKESM/2018 Berlaku:

1) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah goyang 2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0 3) Lepaskan baju bayi, tanpa topi, kaus kaki atau sarung tangan 4) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan 5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti 6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri. b. Menimbang BB dengan timbangan injak : 1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak 2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0 3) Anjurkan anak memakai baju yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu 4) Berdirikan anak di atas timbangan tanpa dipegangi 5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti 6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri. 3. Mengukur panjang/tinggi badan anak dengan posisi lutut tidak menekuk. a. Pengukuran Pb/Tb Dengan Cara Berbaring (sebaiknya oleh 2 orang petugas) : 1. Letakkan bayi berbaring terlentang pada alas yang datar 2. Tempelkan kepala bayi pada pembatas angka 0 3. ( petugas 1)Pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala) 4. Petugas 2 : tekan lutut bayi dengan tangan kiri

dan dengan

menggunakan tangan kapan tekan batas kaki ke telapak kaki bayi Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 44

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pengukuran Antropometri

Ketua

Halaman 4 dari 5 No. Dokumen: …..IK.PA.STIKESM/2018 Berlaku:

5. Petugas 2 : Baca angka di tepi luar pengukur b. Pengukuran Pb/Tb Dengan Cara Berdiri 1. Lepas sandal atau sepatu anak 2. Berdirikan anak tegak menghadap ke depan 3. Tempelkan punggung, pantat dan tumit anak pada tiang pengukur 4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun 5. Baca angka pada batas tersebut 6. Interpretasikan hasi pemeriksaan TB/PB dan BB 4. Mengukur lingkar kepala anak 1) Lingkarkan pita ukur pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang 2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0 3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak 4) Catat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin 5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang 5. Mengukur lingkar dada anak 1) Lingkarkan pita ukur pada lengan atas (pada titik tengah lengan atas) 2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0 3) Catat hasil pengukuran 6. Mengukur lingkar lengan atas anak 1) Lingkarkan pita ukur pada lengan atas (pada titik tengah lengan atas) 2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0 3) Catat hasil pengukuran 7. Memakaikan pakaian anak kembali 8. Melaporkan interpretasi kondisi pertumbuhan anak ke orang tua. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 45

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pengukuran Antropometri

Ketua

Halaman 5 dari 5 No. Dokumen: ....IK.PA.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Terminasi 1. Rapikan pasien dan alat 2. Melakukan evaluasi tindakan 3. Berpamitan 4. Cuci tangan 6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan pengukuran antropometri adalah : a. Ketenangan selama tindakan dan Melakukan komunikasi therapeutic b. Ketelitian selama tindakan dan Keamanaan klien selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 46

INSTRUKSIONAL KERJA TERAPI BERMAIN IK.TB

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Terapi Bermain

Disetujui oleh:

IK.TB.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 1 dari 6

Terapi Bermain

No. Dokumen: …...IK.TB.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).

2. TUJUAN a. Perkembanga sensoris-motori, intelektual, social, kreativitas, kesadaran diri b. Perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 47

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 2 dari 6

Terapi Bermain

No. Dokumen: …...IK.TB.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 3. PERSIAPAN ALAT Alat

Permainan

Edukatif

(APE)

adalah

alat

permainan

yang

dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll. Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll. b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll. c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk. Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dll. d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll 4. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Melihat identitas pasien/ riwayat pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Menjelaskan prosedur 5. Menanyakan kesiapan pasien 6. Mencuci tangan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 48

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Terapi Bermain

Ketua 5.

Halaman 3 dari 6 No. Dokumen: …….IK.TB.STIKESM/2018 Berlaku:

INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja sesuai dengan terapi bermain yang dipilih. 1) Pembukaan 2) Pelaksanaan 3) Evaluasi b. Fase Terminasi 1. Memberikan motivasi dan pujian kepada seluruh anak yang telah mengikuti program terapi bermain 2. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua 3. Mengucapkan salam penutup.

6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam terapi bermain : 1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak. 3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk. 4. Jaangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. 5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit. b. Karakteristik Permainan Sesuai Dengan Tumbuh Kembangnya : 1. Usia 0 – 12 bulan, Tujuannya adalah : 1) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap, menggenggam. 2) Melatih kerjasama mata dan tangan. 3) Melatih kerjasama mata dan telinga. 4) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan. 5) Melatih mengenal sumber asal suara. 6) Melatih kepekaan perabaan. 7) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 49

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Terapi Bermain

Ketua

Halaman 4 dari 6 No. Dokumen: …...IK.TB.STIKESM/2018 Berlaku:

Alat permainan yang dianjurkan : 1) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang. 2) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka. 3) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang. 4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara. 5) Alat permainan berupa selimut dan boneka. 2. Usia 13 – 24 bulan, Tujuannya adalah : 1) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara. 2) Memperkenalkan sumber suara. 3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik. 4) Melatih imajinasinya. 5) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik Alat permainan yang dianjurkan: 1) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya. 2) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik. 3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna. 3. Usia 25 – 36 bulan, Tujuannya adalah ; 1) Menyalurkan emosi atau perasaan anak. 2) Mengembangkan keterampilan berbahasa. 3) Melatih motorik halus dan kasar. 4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan membedakan warna). 5) Melatih kerjasama mata dan tangan. 6) Melatih daya imajinansi. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 50

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Terapi Bermain

Ketua

Halaman 5 dari 6 No. Dokumen: …...IK.TB.STIKESM/2018 Berlaku:

7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Alat permainan yang dianjurkan : 1) Alat-alat untuk menggambar. 2) Lilin yang dapat dibentuk 3) Pasel (puzzel) sederhana. 4) Manik-manik ukuran besar. 5) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda. 6) Bola. 4. Usia 32 – 72 bulan, Tujuannya adalah : 1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan. 2) Mengembangkan kemampuan berbahasa. 3) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi. 4) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara). 5) Membedakan benda dengan permukaan. 6) Menumbuhkan sportivitas. 7) Mengembangkan kepercayaan diri. 8) Mengembangkan kreativitas. 9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll). 10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar. 11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya. 12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam. 13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong. Alat permainan yang dianjurkan : 1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 51

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Terima Bermain

Ketua

Halaman 6 dari 6 No. Dokumen: …...IK.TB.STIKESM/2018 Berlaku:

2) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah. 5. Usia Prasekolah Alat permainan yang dianjurkan : Alat olah raga, Alat masak, Alat menghitung , Sepeda roda tiga, Benda berbagai macam ukuran, Boneka tangan, Mobil, Kapal terbang, Kapal laut dsb 6. Usia sekolah Jenis permainan yang dianjurkan : 1) Pada anak laki-laki : mekanik. 2) Pada anak perempuan : dengan peran ibu. 7. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok) Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah. 8. Usia remaja Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 52

TERAPI BERMAIN SATUAN ACARA KEGIATAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR : Terapi bermain “mewarnai gambar”

Judul

Tanggal pelaksanaan : 27 Maret 2017 Waktu

: 10.00 WIB

Tempat

: Di Ruang Anggrek

SASARAN 1. Anak usia toddler (1-3 tahun) 2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek 3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi proses terapi bermain 4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai 5. Anak yang dapat memegang crayon 6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar MEDIA 1. Crayon dan Tissue 2. Karpet 3. Kertas bergambar 4. Lembar penilaian

SETTING TEMPAT

Keterangan: : Peserta

MEJA

: Fasilitator

: Observer : Leader Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 53

STRATEGI PELAKSANAAN No 1.

Waktu 5 menit

2.

20 menit

3.

10 menit

4.

5 menit

Kegiatan

Peserta

Pembukaan : 1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam mengucapkan salam. Mendengarkan 2. Memperkenalkan diri Memperhatikan 3. Menjelaskan tujuan dari terapi Memperhatikan bermain 4. Kontrak waktu anak dan orang tua Pelaksanaan : 1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan Memperhatikan terapi bermain mewarnai kepada anak 2. Memberikan kesempatan kepada anak Bertanya untuk bertanya jika belum jelas 3. Membagikan kertas bergambar dan Antusias saat crayon menerima peralatan 4. Fasilitator mendampingi anak dan Memulai untuk memberikan motivasi kepada anak mewarnai gambar 5. Menanyakan kepada anak apakah Menjawab telah selesai mewarnai gambar pertanyaan 6. Memberitahu anak bahwa waktu yang Mendengarkan diberikan telah selesai Memperhatikan 7. Memberikan pujian terhadap anak yang mampu mewarnai gambar sampai selesai Evaluasi : 1. Memotivasi anak untuk menyebutkan Menceritakan apa yang diwarnai 2. Mengumumkan nama anak yang dapat Gembira mewarnai dengan contoh 3. Membagikan reward kepada seluruh Gembira peserta Terminasi: 1. Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan kepada seluruh anak yang telah Gembira mengikuti program terapi bermain Mendengarkan 2. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua Menjawab salam 3. Mengucapkan salam penutup

KRITERIA EVALUASI 1. Evalusi Struktur a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang. b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi BONA lantai 2. c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 54

2. Evaluasi Proses a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar 3. Kriteria Hasil a. Anak terlihat senang dan gembira b. Kecemasan anak berkurang c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

PENGORGANISASIAN 1. Pembimbing Pendidikan

:

2. Pembimbing Ruangan

:

3. Leader

:

4. Co Leader

:

5. Fasilitator

:

6. Observer

:

7. Anak

: anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang Anggrek

TUGAS MASING-MASING 1. Leader

: Memimpin jalannya program terapi

2. Fasilitator

: Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi

3. Observer

: Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

4. Anak

: Mengikuti jalannya terapi bermain

PERKIRAAN HAMBATAN : 1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan) 2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH 1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 55

2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program terapi.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 56

INSTRUKSIONAL KERJA PEMBERIAN NUTRISI/ CAIRAN ORAL ; MODISCO IK.PNO

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Disetujui oleh:

IK.PNO.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Ketua

Halaman 1 dari 6 No. Dokumen: …...IK.PNO.STIKESM/2017 Berlaku:

1. DEFINISI MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk Coconut Oil, suatu makanan atau minuman bergizi tinggi yang ditemukan pada tahun 1973 oleh Maydan Whitehead. MODISCO dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan.

2. TUJUAN Mengobati gangguan gizi berat atau Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak (Ir. Annis Catur Adi).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 57

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Ketua

Halaman 2 dari 6 No. Dokumen: …...IK.PNO.STIKESM/2018 Berlaku:

3. INDIKASI a.

Anak sehat dan kurus (MODISCO sebagai makanan tambahan).

b.

Penderita penyakit infeksi menahun.

c.

Orang yang baru sembuh dari penyakit berat.

d.

Mereka yang sulit makan karena adanya kelainan bawaan

4. KONTRAINDIKASI MODISCO tidak boleh diberikan pada : Anak gemuk, Bayi dibawah usia 6 bulan, Penderita penyakit ginjal, hati, dan jantung. 5. PERSIAPAN ALAT Susu, Gula pasir, Minyak goring/margarine, Air masak, Timbangan bahan, Gelas, Sendok 6. PERSIAPAN PASIEN 1) Pra orientasi a. Cek riwayat / buku catatan pengobatan pasien b. Kontrak dengan keluarga pasien 2) Fase Orientasi a. Memberikan salam b. Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga c. Menjelaskan tujuan tindakan d. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan e. Menempatkan alat ke dekat pasien f. Mencuci tangan 7. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja MODISCO I : Susu skim 20 gram (4 sendok makan) Gula pasir 10 gram ( 1 sendok makan ) Minyak goreng 9,2 cc, Air masak 200 cc

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 58

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Ketua

Halaman 3 dari 6 No. Dokumen: ……IK.PNO.STIKESM/2018 Berlaku:

MODISCO II : Susu skim 20 gram (4 sendok makan) Gula pasir 10 gram (1 sendok makan) Margarine 11,2 gram (1 sendok makan) Air masak 200 cc MODISCO III : Susu segar 200 cc Gula pasir 14 gram Margarine 11 gram

PROSEDUR PEMBUATAN : Cara membuat MODISCO : Bahan : 10 gram susu skim 5 gram gula pasir 4,6 gram minyak kelapa atau 5,5 gram margarine. 100 cc air. Cara membuat : 1) Mencampur susu bubuk, gula dan minyak/ margarin 2) Menyeduh bahan dengan air hangat/panas 3) Menambahkan air sambil terus di aduk sampai dengan 200 cc 4) Menyaring semua bahan yang sudah dicampur 5) Minumkan kepada anak hangat-hangat Atau : 1) Susu bubuk dan gula dicampur, sementara minyak kelapa atau margarine dipanaskan/dicairkan. 2) Tuangkan cairan minyak kedalam susu, sedikit demi sedikit sampai tercampur rata. Kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit. Adonan ini di tim selama 15 menit. 3) Bila anda mempunyai mixer atau blender, semua bahan (susu, gula pasir, minyak kelapa atau margarine cair dan sebagian air), diblender sampai tercampur rata. Kemudian tambahkan sisa air, lalu di tim sekitar 15 menit.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 59

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Ketua

Halaman 4 dari 6 No. Dokumen: …...IK.PNO.STIKESM/2018 Berlaku:

KUE PISANG MODISCO : Bahan : Tepung hunkwee 1 bungkus. 5 buah pisang. 2 gelas susu MODISCO. 1 gelas santan kental Gula secukupnya. Daun pisang secukupnya. Cara membuat : 1) 2 gelas susu dan 1 gelas santan dimasak. 2) Cairkan tepung hunkwee dengan air sedikit, lalu masukkan kedalam susu dan tambahkan gula secukupnya. 3) Pisang dipotong bundar bundar, lalu masukan dalam bubur hunkwee yang sudah dimasak. 4) Bungkus dengan daun pisang, lalu kukus sampai daun layu. PUDING KENTANG MODISCO : Bahan : Satu bungkus agar-agar warna putih. 1/2 buah kelapa untuk diambil santannya (1 liter). 50 gram gula pasir. 40 gram susu bubuk. 40 gram margarine 5 buah kentang ukuran sedang Vanili Garam secukupnya Cara membuat : 1) Kentang dikupas, direbus, dan dihaluskan. 2) Semua bahan ditambah 1/2 bagian margarin, kemudian diaduk dan dimasak sampai mendidih. 3) Setengah bagian margarine yang tersisa dipanaskan, lalu dicampur dalam adonan yang sudah mendidih. 4) Dicetak dalam cetakan lalu didinginkan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 60

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Ketua

Halaman 5 dari 6 No. Dokumen: …..IK.PNO.STIKESM/2018 Berlaku:

BUBUR KACANG HIJAU MODISCO : Bahan : Kacang Hijau 20 gram (2 sendok makan) Susu MODISCO I, 100 cc. Cara membuat : 1) Buat susu MODISCO 2) Rebus Kacang Hijau sampai masak. 3) Campurkan kacang hijau yang sudah masak kedalam susu.

PUDING AGAR-AGAR MODISCO: Bahan : MODISCO III, 600 cc 1 bungkus Agar-agar bubuk Cara membuat : 1) Buat susu Modisco III 2) Masukkan agar-agar kedalam susu tersebut, lalu masak sampai matang sambil diaduk. 3) Cetak dalam cetakan.

b. Fase Terminasi 1) Rapikan alat 2) Evaluasi tindakan 3) Rencana tindak lanjut 4) Berpamitan 5) Dokumentasi

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Pada Modisco 1 1) Diberikan kepada KEP (Kekurangan Energi Protein) berat dengan Edema 2) Diberikan : 100kkal/kgBB/hari Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 61

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco

Ketua

Halaman 6 dari 6 No. Dokumen: …..IK.PNO.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Pada Modisco II 1) Diberikan pada KEP tanpa Edema 2) Diberikan : 125kkal/kgBB/hari c. Pada Modisco III 1) Diberikan setelah Modisco I dan II 2) Diberikan : 150kkal/kgBB/hari 3) Pemberian makanan sesuai umur, selera, daya cerna, di samping pemberian Modisco.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 62

INSTRUKSIONAL KERJA PROSEDUR MANAGEMEN LAKTASI IK.PML

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2017 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Managemen Laktasi

Disetujui oleh:

IK.PML.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Prosedur Managemen Laktasi

Halaman 1 dari 10 No. Dokumen: …..IK.PML.STIKESM/2017 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Manajemen laktasi adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi dan penggunaan ASI, yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan bayinya.Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI. 2. TUJUAN 1) Memelihara kebersihan payudara 2) Memperbanyak dan memperlancar produksi ASI 3) Membantu cara menyusui yang benar Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 63

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 2 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …….IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

3. INDIKASI Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. 4. KONTRAINDIKASI a. Sudah mendapat menstruasi setelah persalinan b. Tidak menyusui secara ekslusif c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam 5. PERSIAPAN ALAT Phantom payudara/ ASI, Phantom bayi, Baju ganti ibu, Kom berisi kassa, Baby oil, Bantal, Bengkok 6. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1. Cek riwayat pasien/ Buku catatan pengobatan pasien 2. Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah 2. Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga 3. Menjelaskan tujuan tindakan 4. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan 5. Mendekatkan alat kedekat klien 6. Mencuci tangan 7. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Tutup privacy 2) Atur posisi Klien duduk dengan santai dan nyaman 3) Membantu klien membuka pakaian untuk menyusui 4) Mengoleskan Asi sedikit pada putting susu dan areola sekitarnya Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 64

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 3 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …...IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

5) Bayi diletakkan pada perut ibu/ payudara 6) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan 7) Satu lengan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satunya didepan Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 8) Ibu menatap bayi dengan kasih saying 9) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan putting susu / areolanya saja 10) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut: Menyentuh pipi bayi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi 11) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting dan areola dimasukan ke mulut bayi 12) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi 13) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang/disangga lagi 14) Pasca menyusui: Melepas isapan bayi: Jari kelingking dimasukkan kemulut bayi melaluisudut mulut atau dengan cara dagu bayi ditekan kebawah 15) Setelah selesai menyusui,Asi dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pdputting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya 16) Menyendawakan bayi: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahuibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan b. Fase Terminasi 1) Rapikan alat dan klien 2) Melakukan evaluasi 3) Berpamitan dan Dokumentasikan hasil pemeriksaan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 65

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 4 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …...IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Konseling ASI Ekslusif ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja (tanpa makanan/minuman pendamping termasuk air putih maupun susu formula) selama 6 bulan, untuk kemudian diteruskan hingga 2 tahun atau lebih, dan setelah 6 bulan baru didampingi dengan makanan/ minuman pendamping ASI (MPASI) sesuai perkembangan pencernaan anak. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat atau dikenal juga dengan istilah MPASI (Makanan Pendamping ASI), sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. 1. Jenis Macam ASI Ada beberapa jenis-jenis air susu ibu yaitu : a) Kolostrum Cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ke-3. Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi karena banyak mengandung protein untuk daya tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah tinggi. Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur. b) Susu Transisi Adalah air susu ibu yang di produksi setelah kolostrum antara hari ke-4 sampai

dengan

hari

ke-10.

Dalam

susu

transisi

ini

terdapat

Immunoglobulin, protein dan laktosa dengan konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum tetapi konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi, vitamin larut lemak berkurang, vitamin larut air meningkat. Bentuk atau warna susu lebih putih dari kolostrum.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 66

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 5 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …...IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua

c) Susu Matur Yang dimaksud dengan air susu matur adalah susu yang keluar setelah hari ke-10. Berwarna putih kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapanisapan pertama (foremilk) mengandung lemak dan karbohidratnya lebih banyak dibandingkan hindmilk (ASI yang keluar pada isapan-isapan terakhir), maka jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum habis. 2. Tujuan Pemberian ASI Eksklusif a. Bayi 1)

Membantu memulai kehidupannya dengan baik

2)

mengandung antibodi sehingga terhindar dari alergi

3)

memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi 4)

Asi meningkatkan kecerdasan bayi

5)

Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi

karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara sang ibu. b. Ibu 1) Sebagai kontrasepsi 2) Meningkatkan aspek kesehatan ibu, 3) Dalam aspek psikologi yang akan memberikan dampak positif kepada para ibu yang menyusui air susu ibu itu sendiri. 3. Teknik Menyusui a. Teknik Menyusui Bayi Tunggal Pengertian : teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Segera setelah lahir sebaiknya ibu segera menyusui bayinya karena refleks hisap bayi paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada puting susu ibu akan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 67

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 6 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …….IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon oksitosi untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu. Persiapan  Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.  Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.  Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu b. Macam-macam Posisi Menyusui Bayi yang Benar Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 68

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 7 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …...IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah dengan tiduran c. Teknik Menyusui bayi kembar

d. Menyendawakan bayi : Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atauBayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan secara bergantian pada kedua bayi.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 69

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 8 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …….IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

e. Lama dan frekuensi menyusui  Menganjurkan ibu untuk melakukan praktek menyusui dengan bergantian payudara untuk kedua bayi setiap kali menyusui  Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi secara terjadwal  Menjelaskan pada ibu bahwa bayi sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit.  Menjelaskan pada ibu bahwa ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam 2 jam, menjadi lapar.  Menjelaskan pada ibu bahwa pada awalnya bayi menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian f. Akibat tidak menyusui dengan benar 1) Puting susu menjadi lecet 2) ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI 3) Bayi enggan menyusu 4) Bayi menjadi kembung

g. Tanda bayi menyusu dengan benar 1. Bayi tampak tenang 2. Badan bayi menempel pada perut ib 3. Mulut bayi terbuka lebar 4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu 5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih banyak 6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 7. Puting susu tidak terasa nyeri 8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9. Kepala bayi agak menengadah Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 70

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 9 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: …....IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

Cara Yang Benar

Cara Yang Salah

Cara Menyusui Yang Benar

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 71

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 10 dari 10

Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen: ….IK.PML.STIKESM/2018 Berlaku:

h. Hal-hal yang dilakukan untuk memperbanyak ASI : 1) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum 2) Makan makanan yang bergizi 3) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan. 4) Susukan bayinya sesering mungkin. 5) Pemeriksaan payudara untuk meningkatkan produksi ASI juga dapat direncanakan dari jauh-jauh hari. 6) Penggunaan BH yang terlalu sempit akan mempengaruhi produksi ASI. 7) Segera sehabis melahirkan maka sang bayi langsung diperkenalkan dengan payudara ibu atau lebih dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini IMD. 8) Untuk mengatasi keterbatasan ASI perbanyaklah makan daun katuk, bayam, daun turi (sayuran hijau lainnya) yang banyak mengandung zat untuk memperbanyak produksi ASI Tabel Petunjuk Penyimpanan ASI Tempat penyimpanan

Suhu

Dalam ruangan (ASIP segar) 190 – 260 C Dalam ruangan (ASIP beku 190 – 260 C yang telah dicairkan) Kulkas (ASIP segar) < 40 C Kulkas (ASIP beku yang telah < 40 C dicairkan) Freezer (lemari es 1 pintu 00 sampai -180 Freezer (lemari es 2 pintu) -180 sampai -200C Suhu stabil di -200C Deep Freezer atau kurang

Lama Penyimpanan 6 – 8 jam di ruangan ber AC atau 4 jam di ruangan tanpa AC 4 jam 2 – 3 hari 24 jam 2 minggu 3 – 4 bulan 6 – 12 bulan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 72

INSTRUKSIONAL KERJA PEMBERIAN NUTRISI / CAIRAN PARENTERAL (PEMASANGAN INFUS UMBILIKAL) IK.PIU

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Disetujui oleh:

Ketua

IK.PIU.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 1 dari 8 No. Dokumen: ……IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Kateterisasi umbilikal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: a. Kateterisasi arteri umbilical (UAC) Arteri umbilikalis merupakan cabang dari arteri iliaka interna dengan diameter 2-3 mm. Pada bayi cukup bulan, masing-masing arteri mempunyai panjang ± 7 cm b. Kateterisasi vena umbilical (UVC)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 73

Vena umbilikalis merupakan satu-satunya vena di umbilikius, relative besar dengan diameter 4-5 mm, panjang 2-3 cm dan berdinding tipis. Dari umbilicus, vena STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 2 dari 8 No. Dokumen: …….IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua berjalan ke arah kepala, sedikit kekanan dan memasuki cabang sinistra vena portal setelah memberikan beberapa cabang kecil di dalam hepar. 2. TUJUAN a. Primer 1) BBL sakit berat yang memburtuhkan pengambilan darah berulang, atau perlu monitoring gas darah dan saturasi O2 invasif, seperti pada keadaan gagal nafas, syok, PPHN serta extreme prematury. 2) Pengukuran tekanan darah arterial secara langsung 3) Angiografi b.Sekunder ; Transfusi tukar 3. INDIKASI Kateterisasi Arteri Umbilikal (UAC) : 1) BBL sakit berat yang memburtuhkan pengambilan darah berulang, atau perlu monitoring gas darah dan saturasi O2 invasif, seperti pada keadaan gagal nafas, syok, PPHN serta extreme prematury. 2) Transfusi tukar Kateterisasi Vena Umbilikal (UVC) : 1) Transfusi tukar 2) Monitoring tekanan vena sentral (Central Venous Pressure/CVP) 3) Pemberian cairan intravena, akses cepat pada keadaan darurat (saat resusitasi), pemberian produk darah atau obat-obatan. 4. KONTRAINDIKASI a. Terdapat gangguan vaskuler di daerah panggul atau ekstremitas bawah b. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat dan akses lain tidak memungkinkan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 74

c. Peritonitis , Perdarahan atau kecenderungan thrombosis merupakan kontra indikasi relative

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 3 dari 8 No. Dokumen: …...IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 5. PERSIAPAN ALAT a. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan bawah b. Gaun operasi dan sarung tangan c. Duk lubang di tengah (sebaiknya transparan, sehingga bias terlihat kalau ada komplikasi, seperti pucat pada daerah panggul dan ekstrimitas) d. Kateter umbilikal single lumen, radio opak, diameter kecil (Fr 3,5 untuk berat badan <1200gr dan Fr 5 untuk berat badan >1200gr) untuk meminimalkan jumlah darah yang harus dikeluarkan saat membersihkan kateter sebelum pengambilan sampel. Ujung kateter harus lembut dan membulat, dan bahan yang tidak trombogenik e. Three way stop cock dengan luer lock f. Spuit g. Cairan NaCl 0,9% - heparin 1 Ui/cc (0,5 N saline) h. Kom untuk antiseptic (betadin) i. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari : 1 buah duk klem, 2 buah pinset anatomis dengan ujung runcing (pinset iris), 1 buah gunting benang, 2 buah klem arteri bengkok, 1 buah needle holder dan 1 buah scalpel no 11 dengan gagang. j. Tali katun dan Benang silk no 2/0 at 3/0 dengan jarum round body k. Plester l. Kasa 6. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi a) Mengecek status riwayat kesehatan pasien b) Melakukan kontrak dengan keluarga Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 75

b. Fase Orientasi a) Memberikan salam b) Memperkenalkan diri c) Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 4 dari 8 No. Dokumen: ……..IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua d) Mempersiapkan alat 7. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja Kateterisasi Arteri Umbilikal (UAC) 1. Pilih posisi pemasangan a) Letak rendah (low position) setinggi lumbal 3-4. Ujung kateter di bawah arteri renalis dan a. mesentrika, sehingga ujung kateter terletak di bifurkatio aorta atau di bagian atas lumbal 4. b) Letak tinggi (high position) setinggi torakal 6-9. Ujung kateter di tempatkan di atas aksis celiac. Letak tinggi lebih di sukai karena tidak akan menyebabkan oklusi a. renalis dan mesentrika, di samping itu insiden pucat (blanching) dan sianosis pada ekstrimitas bawah lebih rendah, tetapi pada posisi ini hipertensi renovaskuler lebih sering di temukan. 2. Ukur panjang kateter yang akan di masukan. Terdapat beberapa cara pengukuran panjang kateter arteri umbilikal, antara lain: a) Mengukur jarak antara bahu bayi ke umbilicus, dan ditambahkan dengan panjang sisa umbilikal. b) Untuk UAC letak tinggi, panjang kateter bisa di ukur dengan menggunakan rumus : (berat badan x 3) + 9cm. c) Untuk UAC letak rendah, perkiraan panjang kateter di dasarkan pada berat badan bayi: (a) 1000 gram : 7 cm (b) 1500 gram : 8 cm (c) 2000 gram : 9 cm Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 76

(d) 2500 gram : 10 cm

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 5 dari 8 No. Dokumen: ……IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua a) Lakukan persiapan: (1) Persiapan penolong Cuci tangan steril kemudian pasang sarung tangan steril. (2) Persiapan alat Susun semua alat yang di perlukan di atas meja steril. Siapka cairan NaCl-heparin dalam spuit 10 cc. pasang three way stopcock ke kateter umbilikal,sambungkan dengan spuit dan isi dengan NaCl-heparin, kemudian putar stopcock ke posisi off kea rah kateter. Hati-hati jangan sampai ada udara. (3) Persiapan pasien Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian plester ke tempat tidur atau tahan dengan menggunakan bantal pasir. Tutup alat kelamin bayi dengan kain untuk menghindari kencing bayi mengotori lapangan tindakan. Pegang umbilikal dengan kasa betadin atau klem (ingat umbilikal belum steril) dan tarik lembut secara vertical. Lakukan desinfeksi dengan cairan antiseptic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian tengah dan teruskan dengan gerakan melingkar ke bagian luar (minimal radius 5 cm dari umbilikal) setelah itu bersihkan umbilikal, dan pasang duk lobang di atas umbilikal. b) Pasang tali katun di sekeliling umbilikal dan ikat secukupnya sehingga perdarahan dapat di cegah, tetapi kateter umbilikal masih bias masuk. c) Potong umbilikal secara horizontal dengan scalpel ± 1,5 cm dari kulit d) Stabilisasi umbilikal dengan hemostat, dan identifikasi pembuluh darah. Vena berukuran lebih besar, oval dengan dinding tipis. Sedangkan ke dua arteri Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 77

terlihat lebih kecil, membulat/lonjong dan berdinding tebal. Arteri biasanya konstriksi sehingga lumennya terlihat sangat kecil (pinpoint). e) Pegang pangkal umbilikal, masukkan salah satu ujung runcing pinset iris ke dalam lumen arteri

± 0,5 cm, sampai lumen membuka dan kemudian

lebarkan dengan pelan-pelan dengan kedua ujung pinset. Pegang kateter arteri dengan STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 6 dari 8 No. Dokumen: …….IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua pinset dan masukkan kedalam arteri dengan lembut. Biasanaya akan terdapat tahanan di didinding anterior abdomen, tahanan ini bias dihilangkan dengan mendorong kateter dengan lembut. Tekanan kuat atau mengelur masukkan kateter akan membuat arteri semakin spasme. Jika tahanan belum bias diatasi, tunggu selama 2-3 menit sampai vasospasme membaik atau bias di coba di arteri sebelahnya. f)

Setelah kateter berada di tempat sesuai ukuran, darah akan mengalir dengan mudah, kadang bias naik sendiri dan terlihat adanya pulsasi. Lakukan foto Rontgen untuk konfirmasi posisi (AP-lateral). Harus diingat bahwa setelah lapangan steril di tutup, kateter hanya bias ditarik, tidak boleh didorong ke dalam arteri. Jangan lupa ambil sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium sebelum disambungkan denga cairan.

g) Perhatikan adanya warna pucat, mottling atau kebiruan di kaki. Hal ini bias disebabkan oleh vasospasme, jika tidak membaik dalam waktu beberapa menit, kateter harus ditarik keluar pelan-pelan. h) Setelah posisi tepat, jahit ikatan (purse-string suture) kateter ke jelly Wharton dengan benang silk 3/0, hati-hati jangan sampai menembus kateter. Simpulkan benang di kateter dan tarik sisanya ke atas. Pasang plester mengikat benang dan kateter seperti bendera, kemudian jahit lagi di bagian atas plester. Ini akan memberikan fiksasi yang cukup sehingga kateter tidak akan berubah posisi. Selanjutnya hubungkan dengan three way ke NaCl-

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 78

heparin 1Ui/ml 0,5-1 cc/jam. Jangan memasang klem atau melakukan jahitan di kulit perut bayi. i)

Bersihkan lagi umbilikal, tidak perlu ditutup sehingga terlihat bila ada komplikasi. Kateter harus di cabut bila ada tanda-tanda infeksi di umbilikal seperti kemerahan, bau atau bernanah.

j)

Jika tidak di perlukan lagi, kateter umbilikal bisa dilepas. Bersihkan umbilikal dengan alcohol, matikan pompa infuse dan klem kateter. Tarik kateter pelanpelan sampai 3-4 cm dari kulit dan tempelkan ke kulit perut dengan plester.

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 7 dari 8 No. Dokumen: …….IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua Tunggu sampai pulsasi arteri berhenti (biasanya 10-20 menit), cabut kateter dengan lembut dan lakukan penekanan selama 5-10 menit sampai perdarahan berhenti. Jangan telungkupkan bayi, minimal 4 jam observasi adanya perdarahan. 2) Kateterisasi Vena Umbilikal (UVC) a) Teknik Pemasangan Ukur panjang kateter yang akan di masukkan, terdapat beberapa cara yaitu: (1) Mengukur jarak antara umbilicus ke prosesus xyphoideus, ditambah dengan panjang sisa umbilikal.Mengukur dengan rumus : (1,5 x BB) + 5,5cm atau 1/2 {(BB x 3) + 9 cm} +1 (2) Lakukan persiapan (sama dengan persiapan pemasangan UAC). (3) Ikat umbilikal dan potong datar dengan scalpel. (4) Identifikasi vena umbilical. Buang semua bekuan darah yang terdapat dalam vena dengan pinset iris. Pasang kateter dengan pinset iris dan masukkan dengan lembut sampai ukuran yang telah ditentukan. Jika terdapat tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa, tarik ± 4-5 cm, kemudian masukkan kembalisambil diputar pelan searah jarum jam. Kalau masi ada tahanan. Kalau masi ada tahanan, bias dicoba memasukkan kateter lain di bawa kateter pertama dan masukan dengan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 79

lembut, biasanya kateter kedua akan langsung memasuki duktus venosus. Prosedur selanjutnya sama dengan UAC

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Pemberian Nutrisi / Cairan Parenteral (Pemasangan Infus Umbilikal)

Halaman 8 dari 8 No. Dokumen: …….IK.PIU.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3) Berpamitan dengan klien 4) Membereskan alat-alat 5) Mencuci tangan 6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Jangan biarkan kateter dalam keadaan terbuka. Tekanan negatif dari intra abdominal bisa menarik udara dan menyebabkan emboli udara. b. Untuk pemberian cairan, kateter harus berada di dalam vena cava, tepat di bawa atrium kanan, tidak boleh berada di dalam vena porta. c. Untuk resusitasi, UVC dipasang dangkal, hanya sedikit di bawa kulit, sampai ada aliran darah bebas (free-flow) saat ditarik dengan spuit. Komplikasi

a. Perdarahan, infeksi b. Enterokolitis nekrotikans Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 80

c. Perforasi kolon atau peritoneum d. Hipertensi portal dan nekrosis hepar.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 81

INSTRUKSIONAL KERJA TEKNIK IMUNISASI IK.TI

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Disetujui oleh:

Ketua

IK.TI.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Halaman 1 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. (Proverawati, 2010). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2009) 2. TUJUAN Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (Proverawati, 2010) Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 82

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 2 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul, 2009). 3. INDIKASI Bayi usia 0-12 bln dan tidak sedang sakit. 4. KONTRAINDIKASI a) Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak. b) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan. c) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat. (Proverawati, 2010) 5. PERSIAPAN ALAT a. IMUNISASI BCG 1) Vaksin BCG dalam ampul/ vial 2) Spuit tuberculin atau spuit khusus 3) Jarum ganti no. 26-27 jika perlu 4) Mangkuk berisi kapas alcohol 5) Bengkok atau safety box 6) Bak spuit 7) Sarung tangan bersih 8) Masker

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 83

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 3 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

b. IMUNISASI HEPATITIS B 1) Vaksin Hepatitis B dalam vial 2) Spuit 1 cc atau spuit khusus 0,5 cc dengan jarum no 22-25 3) Jarum ganti no. 22-25 jika perlu 4) Mangkuk berisi kapas alcohol 5) Bengkok atau safety box 6) Bak spuit 7) Sarung tangan bersih 8) Masker c. IMUNISASI DPT 1) Vaksin DPT dalam vial 2) Spuit 1 cc, dengan jarum no 22-25 3) Jarum ganti no. 22-25 jika perlu 4) Mangkuk berisi kapas alcohol 5) Bengkok atau safety box 6) Bak spuit 7) Sarung tangan bersih 8) Masker d. IMUNISASI POLIO 1) Vaksin polio oral dalam vial 2) Dropper atau penetes 3) Masker 4) Handscoon e. IMUNISASI CAMPAK 1) Vaksin campak dalam vial 2) Spuit 1 cc atau spuit khusu 0,5 cc dengan jarum no. 22- 25 3) Mangkuk berisi kapas alcohol 4) Bengkok atau safety box Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 84

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 4 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

5) Bak spuit 6) Sarung tanan bersih 7) Masker 6. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1. Mengecek buku riwayat/catatan pengobatan pasien 2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Memberikan salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja 4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien 5. Mempersiapkan alat 7. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) IMUNISASI BCG a) Cuci tangan b) Aspirasi vaksin BCG sebanyak 0,05 cc c) Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksin (lengan atas lateral) yang mudah e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik f) Gunakan sarung tangan g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol h) Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari tangan non dominan i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 150 pada lengan atas lateral j) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 85

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 5 dari 19 No. Dokumen: …..IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

k) Keluarkan jarum l) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box m) Lepaskan sarung tangan 2) IMUNISASI HEPATITIS B a) Cuci tangan b) Aspirasi vaksin Hepatitis B sebanyak 0,5 cc c) Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksin (paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang mudah e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik f) Gunakan sarung tangan g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol h) Tekan dan Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari telunjuk tangan non dominan i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada paha bagian anterolateral kiri atau kanan. j) Lakukan asprasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit k) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan l) Keluarkan jarum m) Tekan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alcohol n) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box o) Lepaskan sarung tangan 3) IMUNISASI DPT a) Cuci tangan b) Aspirasi vaksin DPT sebanyak 0,5 cc Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 86

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 6 dari 19 No. Dokumen: …..IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

c) Ganti jarum jika vaksin DPT di ambil dari dalam vial d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksin (Paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang mudah e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik f) Gunakan sarung tangan g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol h) Tekan dan Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada Paha bagian anterolateral kiri atau kanan) j) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan k) Keluarkan jarum l) Tekan lokasi penyuntikan dengan kapas alcohol m) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box n) Lepaskan sarung tangan 4) IMUNISASI POLIO a) Cuci tangan b) Buka penutup vial vaksin polio c) Ganti tutup vial vaksin polio d) Ganti tutup vial dengan dropper e) Bantu klien memperoleh posisi yang hyaman (dipangku untuk bayi) dengn kepala sedikit hiperekstensi f) Gunakan sarung tangan g) Buka mulut klien. Mulut bayi dapat dibuka dengan menekan kdua pipi menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan non- dominan anda

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 87

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 7 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

h) Dengan menggunakan tangan dominan, teteskan dua tetes vaksin polio ke dalam mulut klien. Atur jarak dropper dengan mulut bayi sekitar 5 cm i) Lepaskan sarung tangan 5) IMUNISASI CAMPAK a) Cuci tangan b) Aspirasi vaksin campak sebanyak 0,5 cc c) Ganti jarum yang digunakan dengan jarum baru d) Bantu klien untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi penyuntikan vaksinn (lengan kiri atas) yang mudah e) Buka pakaian klin pada area yang akan disuntik f) Gunakan sarung tangan g) Lakukan desinfeksi mengguankan kapas alcohol h) Tekan dan engganggkan kulit disekitar lokasi penyuntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan non dominan anda. i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 45 0 pada lengan kiri atas j) Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit k) Dorong plunger scara perlahan sehigga vaksin masuk kedalam jaringan l) Keluarkan jaruum m) Tekan lokasi penyuntikan dngan kapas alcohol n) Buang spuit ke dalam bengkok/ safety box o) Lepaskan sarung tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 88

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 8 dari 19 No. Dokumen: …….IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3) Berpamitan dengan klien 4) Membereskan alat-alat 5) Mencuci tangan 6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan 7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. IMUNISASI BCG Imunisasi

BCG dilakukan dengan memasukkan 0,05 cc vaksin BCG

Kedalam jaringan intradermal. Reaksi kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang perlu diperhatikan pada pemberian vaksin BCG adalah munculnya papula sekitar dua minggu setelah imunisasi dilakukan. Papula tersebut dapat membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian sembuh secara perlahan tanpa pengobatan khusus, serta meninggalkan jaringan parut. Beri tahu keluarga dank lien untuk mengkompres ulkus yang mengeluarkan cairan dengan cairan antiseptic. Anjurkan keluarga atau klien untuk menghubungi tenaga kesehatan jika ulkus bertambah besar atau cairan yang keluar dari ulus semakin banyak. Jadwal Imunisasi BCG : 1) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan. 2) Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun). 3) Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan. 4) Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah komplikasinya. 5) Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 89

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 9 dari 19 No. Dokumen: …….IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

b. IMUNISASI HEPATITIS B Imunisasi hepatitis B merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin hepatitis B ked lam jaringan intramuscular menggunakan spuit. Lokasi intramuscular yang lazim digunakan adalah vastus lateralis (paha bagian anterolateral kiri atau kanan) atau deltoid. Reaksi KIPI yang harus diketahui keluarga dan klien adalah tidak lama setelah imunisasi, klien dapat mengalami demam, nyeri sendi, mual, atau terjadi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan pada lokasi penyuntikan. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan sebanyak mungkin (ASI atau jus buah) mengompres lokasi penyuntikan dengan air dingin, atau mengkonsumsi paracetamol 15 mg/kg/BB setiap 3-4 Jam, jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dilakukan maksimal 6 kali dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya dengan air hangat untuk mempertahankan hygiene diri. Jika reaksi

KIPI yang

timbul tampak menetap atau semakin berat, anjurkan klien untuk menemui dokter. Jadwal Imunisasi Hepatitis B : 1) Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir. 2) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. 3) Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis B pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah. 4) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 90

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 10 dari 19 No. Dokumen: …….IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

c. IMUNISASI DPT Imunisasi DPT merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin DPT ke dalam jaringan intramuscular menggunakan spuit. Lokasi intramuscular yang lazim digunakan adalah vastus lateraliis (paha bagian anterolateral kanan atau kiri) atau deltoid. Raksi KIPI yang harus diketahui adalah klien dapat memahami demam tinggi, rewel (pada bayi), terjadi pembengkakan. Kemerahan, dan nyeri pada lokasi penyuntikan. Reaksi tersebut akan hilag dalam waktu dua hari. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan sebanyakmungkin (ASI dan jus buah), mengompres lokasi penyuntikan dengan air dingin, atau mengkonsusmsi parasetamol 15 mg/kg/BB setiap 3-4 jam jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dapat dilakukan maksimal 6 kali dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya dengan air hangat untuk mempertahankan hygiene diri. Jika reaksi KIPI yang timbul tampak menetap atau semakin berat, anjurkan klien untuk menemui dokter. Jadwal Imunisasi DPT : 1) Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan. 2) Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan. 3) Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV. d. IMUNISASI POLIO Imunisasi polio dilakukan dngan memasukkan 2 tetes vaksin polio kedalam mulut klien, terutama sublingual jika memungkinkan. Reaksi KIPI jarang terrjadi pada imunisasi polio, oleh sebab itu, orang tua tidak perlu merasa cemas. Akan tetapi, orang tua harus diberi tahu bahwa imunisasi polio tidak dapat diberikan pad anak yang mengalami diare yang berat. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 91

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 11 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

Jadwal Imunisasi Polio : 1) Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.) 2) Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. 3) Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. 4) OPV diberikan 2 tetes per-oral. 5) IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV). e.

IMUNISASI CAMPAK Imunisasi campak merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin campak ke dalam jaringan subkutan yang dilakukan secara sengaja. Lokasi penyuntikan yag lazim digunakan adalah lenga kiri atas. Reaksi KIPI yang dapat muncul setelah peberian vaksin capak adalah demam ringan, kulit kemerahanbtipis yang tidak menuar, dan pilek. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan sebanyak mungkin (ASI atau jus buah), paracetamol 15 mg/kg/BB setip 3-4 jam jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dilakkukan maksimal 3-4 jam jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dilakukan maksimal 6 kal dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya dengan air hangat untuk mempertahankan hygine diri. Jika reaksi KIPI yang timbul tampak menetap atau semakin berat , anjurkan klien untuk menemui dokter. Jadwal Imunisasi Campak : Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan dalam, pada umur 9 bulan. (IDAI, 2008)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 92

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 12 dari 19 No. Dokumen: ……IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

a. Faktor Yang Dapat Merusak Vaksin Dan Komposisi Vaksin 1) Panas dapat merusak semua vaksin. 2) Sinar matahari dapat merusak BCG. 3) Pembekuan toxoid. 4) Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010) b. Tatacara Pemberian Imunisasi 1) Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut: a) Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak divaksinasi. b) Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan. c) Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi. d) Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan. e) Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan. f) Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik. g) Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan. h) Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 93

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 13 dari 19 No. Dokumen: ….x.IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

i) Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin. j) Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut: (1) Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat. (2) Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis. (3) Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang P2M. (4) Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan. (5) Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas yang berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid, dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan. 2) Penyimpanan Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT dan hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku. 3) Pengenceran Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 94

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 14 dari 19 No. Dokumen: ……IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin. 4) Pembersihan Kulit Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan. 5) Pemberian Suntikan Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal. 6) Teknik dan Ukuran Jarum a) Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus diguxnakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis, karena risiko infeksi. Apabila memakai botol multidosis (karena tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan lain) maka jarum suntik yang telah digunakan menyuntikkan tidak boleh dipakai lagi mengambil vaksin. b) Tabung suntik dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup yang diberi tanda (label) tidak mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak. c) Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 95

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 15 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

d) Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut : (1)

Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm.

(2)

Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16 mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12 mm.

(3)

Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 2527 dengan panjang 10 mm.

7) Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 450 sampai 600 ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 900. pada suntikan dengan sudut jarum 450 sampai 600 akan mengalami hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot. 8) Tempat Suntikan yang Dianjurkan a) Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa. b) Daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayibayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica (nervus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat suntikan didaerah gluteus lebih banyak dijumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 96

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 16 dari 19 No. Dokumen: ……..IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

intramuskular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat. c) Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan diatas puncak pundak memberi risiko terjadinya keloid. 9) Posisi Anak dan Lokasi Suntikan a) Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan anak yang berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan ketegangan otot. Perlu diyakinkan kepada orang tua atau pengasuh untuk membantu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami apa yang sedang dikerjakan. b) Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan adalah : (1) Menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica pada suntikan daerah gluteal. (2) Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan secara adekuat. (3) Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B berkurang bila disuntikkan di daerah gluteal. (4) Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuk pembengkakan di tempat suntikan yang menahun. (5) Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior. 10) Vastus Lateralis, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan a) Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. Jarum harus membuat sudut 45o-60o terhadap permukaan kulit, dengan jarum Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 97

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 17 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari di atas (ke arah proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot. b) Anak atau bayi diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua/pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar. c) Lokasi suntikan pada vastus lateralis : (1) Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang. (2) Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut. (3) Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Tempat suntikan vaksin ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih jelas). (4) Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas tersebut. 11) Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan a) Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid ialah duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya. b) Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh. c) Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman dan berhasil.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 98

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 18 dari 19 No. Dokumen: …...IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

d) Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan meningkatkan risiko penetrasi saraf. Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari pundak ke siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara akromnion dari insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat sudut 45o-60o mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep. 12) Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial) Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol vaksin karena risiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain. 13) Penyuntikan Subkutan Perhatian untuk suntikan subkutan : a) Arah jarum 450 terhadap kulit. b) Cubit tebal untuk suntikan subkutan. c) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan. d) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda 14) Penyuntikan Intramuscular Perhatian untuk penyuntikan intramuskular : a) Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot. b) Suntik dengan arah jarum 45o-60o, lakukan dengan cepat. c) Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum ditusukkan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 99

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Imunisasi

Ketua

Halaman 19 dari 19 No. Dokumen: …..IK.TI.STIKESM/2018 Berlaku:

d) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk ke dalam vena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru. e) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda. 15) Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari Yang Sama 

Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh diberikan pada hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama. Misalnya pada kesempatan yang sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT, hepatitis B, dan polio.



Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksinvaksin yang berbeda yang diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan menggunakan semprit yang berbeda. (IDAI, 2008)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 100

INSTRUKSIONAL KERJA MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS ) IK.MTBS

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS )

Disetujui oleh:

IK.MTBS.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS )

Ketua

Halaman 1 dari 7 No. Dokumen: …...IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun penanganan dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.

2. TUJUAN a. Meningkatkan keterampilan petugas b. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 101

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS )

Ketua

Halaman 2 dari 7 No. Dokumen: …..IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit e.

Memperbaiki sistem kesehatan

3. INDIKASI a. Penilaian,klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan b. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun c. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi d. Konseling bagi ibu e. Tindakan dan pengobatan f. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut 4. PERSIAPAN ALAT Form bayi < 2 bln, Form bayi 2 bln- 5 tahun. Buku MTBS, Alat tulis, Buku catatan. 5. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi (1) Mengecek buku catatan/ riwayat pengobatan pasien (2) Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan memberi salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan kesiapan 6) Mendekatkan alat 7) Mencuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 102

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS )

Ketua

Halaman 3 dari 7 No. Dokumen: …..IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

6. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Menuliskan identitas pasien dengan tepat pada format yang tersedia 2) Melakukan penilaian sesuai dengan tanda / gejala yang ditentukan a) Untuk bayi umur 1hari-2 bulan Periksa

kemungkinan

kejang,gangguan

nafas,suhu

tubuh,adanya

infeksi,ikterus,gangguan pencernaan,BB,status imun. b) Untuk bayi 2 bulan - 5 tahun Keadaan umum,respirasi,derajat dehidrasi,suhu,periksa telinga,status gizi,imun,penialaian pemberian makanan. 3) Melakukan klasifikasi berdasarkan buku bagan MTBS dengan tepat 4) Melakukan Tindakan sesuai dengan buku bagan MTBS dengan tepat 5) Melakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan secara lengkap sesuai dengan tanda / gejala yang ditemukan pada pasien 6) Melakukan edukasi dan tindakan kepada keluarga dengan tepat dan dengan penjelasan yang mudah dimengerti oleh keluarga 7) Mendokumentasikan seluruh aktifitas MTBS dengan tepat.

b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3) Berpamitan dengan klien 4) Membereskan alat-alat 5) Mencuci tangan 6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 103

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( Mtbs )

Ketua

Halaman 4 dari 7 No. Dokumen: …..IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannnya meliputi : a. Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas b. Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan c. Persiapan pengadaan formulir d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan e. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap Konseling MTBS : Suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Konseling bagi ibu bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara dini. Penilaian berupa : a) Menilai cara pemberian makan anak Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan : tanyakan kepada ibu cara pemberian makanan anak sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu dengan anjuran pemberian makan yang sesuai umur anak. Hal yang dinyatakan : 1) Apakah ibu meneteki anak ? a) Berapa kali ? b) Apa ibu juga meneteki pada malam hari ? 2) Apakah anak mendapat makanan/minuman lain ? (a) Makanan/minuman apa ? (b) Berapa kali sehari ? (c) Alat apa yang digunakan untuk member makanan ? (d) Jika BB menurut umur sangat rendah, maka ditanya berapa banyak makan/minum yang diberikan ? (e) Apakah anak dapat porsi tersendiri ? (f) Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya ?

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 104

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( Mtbs )

Ketua

Halaman 5 dari 7 No. Dokumen: …..IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

3) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak diubah ? bila ya, bagaimana caranya ? Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat : (a) 0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari. (b) 6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI. Ex : pisang, papaya, air jeruk dan air tomat, makanan pendamping diberikan 2x/hari, sesuai pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang hijau, santan/minyak, frekuensi 7-8 sendok/hari. (c) 9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara bertahap dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan 3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan selingan 2x/hari. Ex : bubur kacang hijau, pisang, biscuit, dll diantara waktu makan. (d) 12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang ditambah telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang, santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan 2x/hari. (e) > 2 tahun : Makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah, makanan selingan 2x/hari (f) Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama, jangan diberi susu kental. b) Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit Untuk setiap anak sakit : 1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama 2) Tingkatkan pemberian cairan, ex : beri kuah sayur dan air putih Untuk anak diare : (1) Diberi cairan tambahan terapi Adan B sesuai pengobatan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 105

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( Mtbs )

Ketua

Halaman 6 dari 7 No. Dokumen: …..IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

Untuk anak mungkin DBD : (1) Cairan tambahan sangat penting, ex : oralit c) Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan Nasehati ibu untuk kunjungan ulang sesuai waktu paling awal untuk permasalahan anak. Anak dengan

Kunjungan ulang 2 hari

Pneumonia Disentri Malaria Demam Campak DBD Diare Infeksi telinga Masalah pemberian makan Penyakit lain jika tidak ada perubahan Anemia BB menurut umur sangat rendah Kunjungan berikutnya :

5 hari

4 minggu 4 minggu

Nasehati ibu bila ditemukan tanda-tanda pada anak seperti : Setiap anak sakit

Tidak mau minum/menetek, bertambah parah dan timbul demam

Anak batuk, bukan pneumonia

Nafas cepat dan sukar bernafas

Anak diare

BAB campur darah, malas minum

Mungkin DBD/demam

Ada

tanda-tanda

perdarahan,

ujung

ekstremitas dingin, nyeri ulu hati/gelisah dan sering muntah

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 106

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Manajemen Terpadu Balita Sakit ( Mtbs )

Ketua

Halaman 7 dari 7 No. Dokumen: …...IK.MTBS.STIKESM/2018 Berlaku:

d) Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya 1. Nasehati ibu untuk makan dengan baik untuk menjaga kekuatan dan kesehatan dirinya 2. Periksa status imunisasi ibu, kalau perlu beri imunisasi TT 3. Pastikan bahwa ibu memperoleh imunisasi dan pelayanan terhadap : Program KB, Konseling, PMS, dan pencegahan 4. Anjurkan ibu untuk deteksi dini

Masalah dan Pemecahan Masalah Bayi rewel Bayi tidak tidur sepanjang malam Bayi menolak menetek Bayi BBLR Bayi ikterik ASI tidak cukup Ibu mengatakan ASI tidak keluar Ibu mengeluh putting terasa sakit Ibu mengeluh payudara penuh Mastitis dan Abses

Pemecahan Ini terkait dengan pemberian ASI, periksa popok, gendong bayi, mungkin perlu perhatian Tidurkan bayi disamping ibu dan sering diberi ASI, jangan beri makanan lain Mungkin bayi bingung putting, beri ASI, beri perhatian dan kasih sayang Beri ASI sesering mungkin Meneteki segera setelah lahir, ASI sesering mungkin Semakin sering meneteki semakin banyak produksi ASI Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI, teteki bayi sesering mungkin Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6 jam, tetap beri ASI pada bayi, perbaiki posisi dan perlekatan saat member ASI Usaha meneteki bayi sampai payudara kosong, kompres payudara dengan air hangat dan teteki bayi segera mungkin Beri antibiotic, beri obat penghilang rasa sakit, kompres hangat, tetap beri ASI. Jika abses hentikan ASI dulu Teteki bayi dulu baru ibu minum obat

Ibu sakit dan tidak mau meneteki Ibu bekerja Teteki bayi pada pagi hari, pada waktu pulang kerumah, dan lebih sering pada malam hari

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 107

INSTRUKSIONAL KERJA PHOTO THERAPY IK.PT

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Photo Therapy

IK.PTS.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Photo Therapy

Disetujui oleh:

Ketua

Halaman 1 dari 3 No. Dokumen: …...IK.PT.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Phototherapy adalah terapi dengan menggunakan penyinaran sinar dengan intensitas tinggi yaitu 425-475 nm (biasa terlihat sebagai sinar biru) untuk menghilangkan bilirubin tak langsung dalam tubuh. Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fhototherapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. 2. TUJUAN Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 108

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Photo Therapy

Ketua

Halaman 2 dari 3 No. Dokumen: ……IK.PT.STIKESM/2018 Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT Lampu / neon foto terapi, Tempat tidur bayi (inkubator), Kasa, plester dan gunting, Penutup mata yang tidak tembus sinar

4. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi a) Mengecek buku riwayat pengobatan pasien b) Kontrak dengan keluarga b. Fase Orientasi a) Menyapa dan mengucapkan salam b) Memperkenalkan diri c) Menjelaskan tujuan d) Menjelaskan prosedur e) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien f) Mencuci tangan 5. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Mengatur posisi bayi dalam keadaan tidak berpakaian agar seluruh tubuh bayi terkena sinar (lampu masing masing 20 watt sebanyak 8-10 buah disusun parallel ) 2) Menutup mata dengan penutup yang tidak tembus sinar dan melakukan fiksasi dengan plaster agar tidak bergeser atau berubah posisi. 3) Mengatur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40 cm 4) Mengatur posisi bayi setiap 6 jam : telentang miring ke kanan, telungkup dan miring kekiri, ukur suhu setiap 4-6 jam, ukur kadar bilirubin tiap 24 jam. 5) Apabila memberi makan, memindahkaan bayi dan membuka penutup mata. 6) Mencatat kondisi perkembangan 7) Mencuci tangan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 109

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Photo Therapy

Ketua

Halaman 3 dari 3 No. Dokumen: …..IK.PT.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Merapikan pasien dan alat 3. Berpamitan 4. Mencuci tangan

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Pertahankan sikap tenang selama melakukan tindakan b. Menjaga keamanan psien dan c. Menggunakan teknik komunikasi teraputik selama tindakan berlangsung

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 110

INSTRUKSIONAL KERJA KANGAROO MOTHER CARE ( KMC ) IK.KMC

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Kangaroo Mother Care ( KMC )

Disetujui oleh:

IK.KMC.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Kangaroo Mother Care ( Kmc )

Ketua

Halaman 1 dari 4 No. Dokumen: …...IK.KMC.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother careadalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara tegak atau vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang dada) kemudian diselimuti. Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi.

2. TUJUAN a. Denyut jantung (nadi), pernafasan bayi lebih teratur dan suhu lebih hangat

sehingga mencegah hipotermi Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 111

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Kangaroo Mother Care ( KMC )

Ketua

Halaman 2 dari 4 No. Dokumen: ……..IK.KMC.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Memudahkan pemberian ASI c. Tidur bayi lebih nyenyak dan lama karena didekap ibu d. Kenaikan BB bayi lebih cepat e. Ibu lebih percaya diri, puas dan senang f. Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak g. Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi. h. Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik. Ibu lebih sayang pada bayinya. i.

Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.

j.

Meningkatkan produksi ASI.

k. Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui.

3. SYARAT MELAKUKAN KANGAROO MOTHER CARE (KMC) a. Bayi tidak mengalami kesulitan bernafas b. Bayi tidak mengalami kesulitan minum c. Bayi tidak kejang d. Bayi tidak diare e. Ibu dan keluarga bersedia dan tidak sedang sakit 4. PERSIAPAN ALAT Persiapan baju kanguru, Topi bayi, Pantom Bayi Kain, Baju bayi, Popok Bayi, 5. PERSIAPAN PASIEN a) Pra orientasi 1) Melihat data pasien / riwayat pasien 2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b) Fase Orientasi 1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan tindakan 4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 5) Mencuci tangan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 112

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Kangaroo Mother Care ( KMC )

Ketua 6. INSTRUKSIONAL KERJA

Halaman 3 dari 4 No. Dokumen: …...IK.KMC.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Kerja 1. Mendekatkan alat ke dekat pasien 2. Lakukan monitoring suhu, RR, warna kulit 3. Melepaskan baju bagian atas pasien ( jaga privasi pasien ) 4. Memegang bayi dengan satu tangan, diletakkan di belakang leher sampai punggung leher 5. Menopang bagian bawah bayi dengan ibu jari dan jari jari lainnya 6. Menempatkan tangan lain dibawah pantat bayi 7. Meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak 8. Kepala bayi dipalingkan ke kanan / ke kiri sedikit ekstensi ( tengadah) 9. Memposisikan kepala bayi tidak tertekuk\ 10. Dada bayi menempel dada ibu (kulit bayi menempel kulit ibu) 11. Perut bayi berada di epigastrum ibu ( tidak tertekan ) 12. Tangan bayi posisi fleksi 13. Pangkal paha bayi posisi fleksi dan melebar (posisi kodok). 14. Pasangkan baju kangoro dengan mengikatkan selendang / baju kangoro secukupnya dan ujung pengikat berada di bawah telinga bayi 15. Pasangkan penutup kepala bayi 16. Pasang baju luar kepada ibu 17. Monitor suhu tubuh, warna kulit dan nafas bayi c. Fase Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan pada pasien 3. Mencuci tangan 4. Mendokumentasikan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 113

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Kangaroo Mother Care ( KMC )

Ketua

Halaman 4 dari 4 No. Dokumen: …..IK.KMC.STIKESM/2018 Berlaku:

1. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Penampilan selama tindakan yang perlu diperhatikan adalah : a. Ketenangan selama tindakan b. Melakukan komunikasi terapeutik c. Ketelitian selama tindakan d. Keamanan selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 114

INSTRUKSIONAL KERJA PERSIAPAN TRANFUSI TUKAR ( CHANGE TRANFUTION ) IK.PTT

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018– All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Disetujui oleh:

IK.PTT.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Halaman 1 dari 6 No. Dokumen: …….IK.PTT.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua A. DEFINISI Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien.

B. TUJUAN Memenuhi kebutuhan kekurangan darah/ penggantian komponen darah yang baru.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 115

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Ketua

Halaman 2 dari 6 No. Dokumen: ……IK.PTT.STIKESM/2018 Berlaku:

C. INDIKASI a. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah ( Rh, ABO, MNS ), sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan, kelainan enzim (defisiensi G6PD, piruvat kinase, glukoronil transverase), penyakit anemia hemolitik auto imun (pada anak besar) b. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari pertama bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam). c. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir) Biasanya terjadi pada bayi yang sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia intrauterin kronis, pada kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes. d. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis e. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif. Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulinpada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat. D. KONTRAINDIKASI 1) Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis : Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat, Omfalitis, Omfalokel / Gastroskisis, Necrotizing Enterocolitis. 2) Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer : Gangguan perdarahan ( Bleeding Diathesis ), Infeksi pada tempat tusukan, Aliran pembuluh darah kolateral dari a. Ulnaris / a.Dorsalis Pedis kurang baik Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer E. PERSIAPAN ALAT a. Radiant warmer b. Peralatan untuk bantuan pernapasan dan resusitasi serta obat-obatan c. peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan, suhu.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 116

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Ketua

Halaman 3 dari 6 No. Dokumen: …….IK.PTT.STIKESM/2018 Berlaku:

d. Monitor EKG bila ada e. Peralatan untuk pemasangan kateter arteri dan vena umbilikalis f. Selang lambung 5F/6F untuk mengosongkan lambung sebelum memulai TT g. Heparin encer ( 5u/ml yaitu dengan mencampurkan 500 unit heparin ke dalam 100 cc Nacl 0,9% ). h. Semprit steril 20 ml, dua buah ( untuk mengeluarkan dan memasukkan darah ) i. Three way stopcock yang steril dua buah j. Sarung tangan steril 2 buah k. Semprit 5 ml/10 ml dua buah untuk Ca glukonat 10% dan heparin encer. l. Kateter umbilikalis satu buah. Sediakan dua buah jika memakai teknik isovolumetric 2 volume exchange, satu dimasukkan vena dan satu lagi untuk arteri umbilikalis m. Infus set, dua buah n. Darah harus dihangatkan dulu ke suhu 37°C.

F. PERSIAPAN PASIEN a. Persiapan yang diperlukan 1) Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang diperlukan untuk TT. Volume darah normal pada neonatus cukup bulan 80 ml/kg BB, sedangkan pada BBLR / BBLSR bisa sampai 95 ml/kg BB. Misalnya pada bayi dengan berat badan 3 kg, volume darah bayi tersebut 240 cc. Dua kali dari volume tersebut ditransfusi tukar pada prosedur 2 volume TT. Maka jumlah darah yang diperlukan adalah 480 cc. 2) Kompres kulit yang kering selama 30 menit dengan kasa yang dibasahkan dengan Nacl 0.9% supaya lebih lunak dan memudahkan mencari vena serta memasukkan kateter.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 117

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Ketua

Halaman 4 dari 6 No. Dokumen: …….IK.PTT.STIKESM/2018 Berlaku:

3) Pada polisitemia dilakukan Partial exchange dengan menggunakan Nacl 0,9% atau untuk anemia yang sangat berat dengan Packed Red Cells (PRC) 4) Formula untuk menentukan jumlah volume transfusi tukar pada polisitemia. 5) Menentukan jumlah volume setiap aliquots (jumlah darah yang akan dikeluarkan / dimasukkan kedalam semprit setiap kali sewaktu melalukukan TT). Aliquots yang biasanya digunakan pada transfusi tukar pada neonatus Sebaiknya tidak melebihi 5 ml/kg, 6) Memilih salah satu metode TT yang bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :  Metoda yang paling disenagi adalah isovolumetric exchange yaitu mengeluarkan dan memasukkan darah dilakukan bersamaan  Kateter A. Umbilikalis digunakan untuk mengeluarkan darah pasien dan keteter V. Umbilikalis dipakai untuk memasukkan darah donor. b. Pra orientasi 1. Melihat status riwayat kesehatan pasien 2. Kontrak dengan keluarga pasien c. Fase Orientasi a. Menyapa dan mengucapkan salam b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan d. Menjelaskan prosedur e. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien f. Mencuci tangan

G. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum TT 2) Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 118

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Ketua

Halaman 5 dari 6 No. Dokumen: ……IK.PTT.STIKESM/2018 Berlaku:

3) Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen 4) Tubuh anak jangan sampai kedinginan 5) Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut. Bila telah kering, potong rata setinggi dinding perut 6) Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang satu lagi dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati-hati sampai terasa tahanan lalu tarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya darah sudah keluar sendiri. Ambilah 20 cc untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. 7) Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6 cm di atas dinding perut ). Bila ada gangguan pernapasan biasanya terdapat tekanan negatif. 8) Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor dan seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu 20 detik. Pada bayi prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang dikeluarkan adalah 190 ml/kg BB dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB. 9) Semprit harus sering dibilas dengan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 U dalam 250 ml Nacl fisiologis ). 10) Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml heparin encer dan dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan perlahan-lahan, kemudian bilas lagi dengan 1 ml heparin encer. Bila bunyi jantung bayi kurang dari 100/menit, waspada terjadinya henti jantung. 11) Jika tidak bisa pada vena umbilikalis maka bisa dipakai vena sefena, cabang vena femoralis.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 119

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Tranfusi Tukar ( Change Tranfution )

Ketua

Halaman 6dari 6 No. Dokumen: ……..IK.PTT.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Merapikan alat dan pasien 3) Menjelaskan RTL 4) Berpamitan 5) Mencuci tangan 6) Mendokumentasikan tindakan

H. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Sebelum dilakukan transfusi tukar, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu : 1) Darah tepi lengkap ( DTL ) dan hitung jenis 2) Golongan darah ( ABO, Rhesus ) bayi dan donor 3) Bilirubin total Direk dan Indirek 4) Elektrolit dan Gula Darah Sewaktu ( GDS ) Perawatan setelah tranfusi dapat meliputi perawatan daerah yang dilakukan pemasangan kateter tranfusi dengan melakukan kompres NaCl fisiologis kemudian ditutup dengan kassa steril dan difiksasi, lakukan pemeriksaan kadar Hb dan bilirubin serum setiap 12 jam dan pantau tanda vital.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 120

INSTRUKSIONAL KERJA PROSEDUR RESTRAIN IK.PR

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB.

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Prosedur Restrain

Disetujui oleh:

Ketua

IK.PR.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 1 dari 5

Prosedur Restrain

No. Dokumen: ……IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Suatu tindakan keperawatan untuk membatasi gerakan klien. Restraint secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali.

2. TUJUAN Memungkinkan klien mendapatkan perawatan dan mengikuti proses perawatan tanpa perlawanan (misalnya, untuk mencegah pergerakan yang dapat mengganggu terapi dengan mengganggu hubungan silang atau peralatan lain).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 121

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 2 dari 5

Prosedur Restrain

No. Dokumen: …..IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 3. PERSIAPAN ALAT

Bedong bayi, Kassa gulung, Gunting plester, Menyeleksi jenis dan ukuran Restraint yang dibutuhkan klien. Berikut ini ada enam jenis Restraint. 1) Restraint sabuk (belt Restraint) 2) Restraint rompi 3) Restraint sarung tangan 4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki 5) Restraint mummy 4. PERSIAPAN PASIEN b. Pra orientasi 1) Melihat buku catatan pasien / riwayat pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien c. Fase Orientasi 1) Memberi salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan 6) Cuci tangan 5. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja sesuai pilihan restrain mana yang digunakan : 1) Restraint sabuk (sabuk pengaman) a) Pastikan sabuk pengaman dalam kondisi baik. b) Jika sabuk mempunyai bagian panjang dan pendek, pasang bagian yang panjang dari sabuk dibelakang atau dibawah tempat tidur klien dan ikatkan pada bagian yang bergerak dari kerangka tempat tidur. Bagian panjang akan ikut saat bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan tidak

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 122

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 3 dari 5

Prosedur Restrain

No. Dokumen: ……IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua

akan menjerat klien. Pasang bagian yang pendek ke pinggang klien, diatas baju. Beri jarak satu jari antara klien dan sabuk. c) Selain itu dapat pula dengan memasang sabuk disekitar pinggang dan ikat dibelakang kursi. d) Jika sabuk dipasang diberangkar, ikatkan sabuk di atas pinggang atau abdomen. Restraint sabuk diperlukan pada semua klien di atas brankar saat pengaman bagian tepi tidak ada. 2) Restraint Rompi a) Pastikan rompi dengan ukuran yang tept dan cek kelayakan secara teratur. b) Pakaiakan rompi pada klien, dalam keadaan terbuka pada bagian depan atau belakang menurut rekomendasi dari pabrik pembuatnya. c) Tarik ujung rompi menyilang dada, dan pasang melewati celah pada bagian lain dari dada. d) Ulangi pada ujung yang lain e) Gunakan simpul setengah busur untuk mengamankan setiap ujung di sekitar tempat tidur yang dapat bergerak atau di belakang kursi ke kaki kursi. f) Jangan mengikat rompi pada bagian kepala tempat tidur. g) Kencangkan ikatan di belakang kursi dengan menggunakan simpul segiempat. h) Pastikan klien dalam posisi yang sesuai untuk memfasilitasi ekspansi dada maksimum untuk bernafas. 3) Restraint sarung tangan a) Letakkan sarung tangan pada tangan yang akan di Restraint. b) Ikuti petunjuk pabrik pembuatan untuk memasang Restraint sarung tangan. c) Jika Restraint ini akan dipasang untuk beberapa hari, maka lepaskan minimal 2-4 jam.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 123

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 4 dari 5

Prosedur Restrain

No. Dokumen: ……..IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua

d) Kaji sirkulasi klien pada tangan segera setelah Restraint terpasang dan secara reguler. 4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki a) Beri kain pengalas pada tulang yang menonjol pada pergelangan tangan atau kaki. b) Letakkan Restraint yang telah disiapkan di pergelangan tangan atau kaki. c) Tarik pengikat pada bagian Restraint melalui celah pada bagian pergelangan tangan. d) Dengan menggunakan ikatan setengah busur atau ikatan segiempat yang sesuai, ikatkan bagian akhir dari Restraint pada bagian yang dapat bergerak dari kerangka tempat tidur. 5) Restraint Mummy a) Gunakan selimut atau kain lebar yang cukup dengan jarak antara ujung ke ujung sekitar 2 kali panjang tubuh bayi. b) Lipat kebawah pada satu ujung, dan tempatkan bayi diatasnya dengan posisi supinasi. c) Lipat bagian kanan dari selimut menutup tubuh bayi, dengan lengan kiri masih bebas. d) Lengan kanan pada posisi natural pada sisi badan. e) Lipat sisa selimut pada bagian bawah bayi kearah atas f) Dengan lengan kiri bayi dalam posisi natural di samping badan, lipat bagian kiri selimut menutupi bayi, termasuk lengan dan bagian jahitan selimut ke bawah badan. g) Biarkan Restraint mummy pada bayi sampai prosedur selesai. b. Fase Terminasi 1) Evaluasi tindakan 2) Merapikan alat dan pasien 3) Berpamitan, mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 124

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 5 dari 5

Prosedur Restrain

No. Dokumen: …..IK.PR.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Ketenangan selama melakukan tindakan b. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien

c. Menggunakan komunikasi terapeutik selama melakukan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 125

INSTRUKSIONAL KERJA PERSIAPAN LUMBAL PUNTIE IK.PLP

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Lumbal Puntie

Disetujui oleh:

IK.PLP.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Persiapan Lumbal Puntie

Ketua

Halaman 1 dari 4 No. Dokumen: ……IK.PLP.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI Punksi lumbal adalah tindakan memasukkan jarum LP ke dalam kandung dura lewat processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk mengambil cairan otak (liquor Cerebro Spinalis).

2. TUJUAN Untuk tindakan diagnostic

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 126

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Lumbal Puntie

Ketua

Halaman 2 dari 4 No. Dokumen: …..IK.PLP.STIKESM/2018 Berlaku:

3. INDIKASI a. Urgent : ( suspek) 1) Meningitis bacterial / TBC. 2) Perdarahan subarahnoid. 3) Febris dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas). b. Biasa : ( suspek ) 1) Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi. 2) Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu). 3) Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya. 4. KONTRAINDIKASI 1) Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial ( pemeriksaan fundus okuli) 2) Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat LP. 3) Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi. 4) Ada kelainan soal hemophilia. 5) Tidak ada “inform consent” dari pasien / keluarga 5. PERSIAPAN ALAT 1) Jarum LP nomor 20 G/ 22G ( 1-2 biji). 2) Larutan disenfektan (betadine & alkohol 70 %). 3) Kain penutup (dock) steril berlubang (kalau ada ). 4) Sarung tangan steril. 5) Botol bersih dan kering (2 - 3 buah). 6) Kasa steril, lidi kapas steril dan plester. 7) Bila ada Lidocain / xylocain 2 %. 8) Dexametason / adrenalin ½ ampul. 6. PERSIAPAN PASIEN 1) Pra orientasi a. Mengecek data / riwayat pengobatan pasien b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 127

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Lumbal Puntie

Ketua

Halaman 3 dari 4 No. Dokumen: …...IK.PLP.STIKESM/2018 Berlaku:

2) Fase Orientasi a. Menyapa dan member salam pada pasien b. Memperkenalkan diri c. Menjelaskan tujuan d. Menjelaskan prosedur tindakan e. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien f. Mencuci tangan 7. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Alat dipersiapkan oleh perawat dan pasien diberitahu. 2) Pasien tidur miring dengan posisi fleksi maksimal pada sendi lutut, panggul dan lumbal. Untuk mengatur dan mempertahankan posisi, perlu dibantu oleh perawat. 3) Tentukan tempat LP dengan cara : dari atas tarik ke dawah sampai memotong kolumna vertebralis. Titik perpotongan adalah tempat LP (L4-L5). Apabila pada tempat tersebut mengalami kesulitan, dapat dikerjakan antara L3-L4. 4) Setelah liquor keluar, ambil pemeriksaan : a) Nonna dan Pandy masing-masing tabung 4 – 5 tetes. b) Sel, protein, glokosa, dalam botol sebanyak kurang lebih 30 tetes. 5) Bila liquor keluar bercampur darah lakukan test 3 tabung. 6) Dokter membuat surat permintaan cito pemeriksaan liquor ke laboratorium 7) Pasien diobservasi dalam keadaan tidur tengkurap paling sedikit 2 jam sambil menunggu pemeriksaan liquor. 8) Apabila tidak terdapat efek samping LP (sakit kepala, pusing dll), setelah observasi 2 jam, pasien diperbolehkan pulang ditemani oleh keluarga. 9) Indikasi MRS setelah LP :

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 128

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Persiapan Lumbal Puntie

Ketua

Halaman 4 dari 4 No. Dokumen: ……IK.PLP.STIKESM/2017 Berlaku:

 Dari pemeriksaan liquor didapatkan infeksi SSP, GBS, Polineuropati dengan gangguan motorik yang berat (nilai motorik kurang atau sama dengan 4).  Terdapat keluhan efek samping LP setelah observasi lebih dari 2 jam. Pasien MRS evaluasi lebih lanjut. b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3) Berpamitan dengan klien 4) Membereskan alat-alat 5) Mencuci tangan 6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1) Ketenangan selama melakukan tindakan 2) Menjaga keamanan pasien 3) Menggunakan komunikasi teraputik selama melakukan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 129

INSTRUKSIONAL KERJA PERSIAPAN BONE MORRO PUNTIE IK.PBMP

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja Persiapan Bone Morro Puntie

Disetujui oleh:

IK.PBMP.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 1 dari 5

Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen: …...IK.PBMP.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI BMP (Bone Marrow Puncture) atau punksi sumsum tulang merupakan tindakan medis diagnostik yang seringkali diperlukan untuk membantu diagnosa suatu penyakit. Selain itu juga digunakan untuk penentuan tahap dan monitoring terapi. Sehingga perlu diketahui beberapa indikasi untuk dilakukannya BMP.

2. TUJUAN a. Penilaian terhadap simpanan zat besi. b. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi). c. Diagnosis sitomorfology/evaluasi produk pematangan sel asal darah Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 130

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 2 dari 5

Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen: …...IK.PBMP.STIKESM/2018 Berlaku:

3. INDIKASI a. Diagnosis, penentuan tahap dan evaluasi pengobatan 1) Kanker darah atau leukemia 2) Multiple myeloma 3) Kelainan lymphoproliferatif dan myeloproliferatif yang lain b. Evaluasi dari sitopenia (menurunnya jumlah sel, contohnya trombositopenia, anemia, leukopenia, pansitopenia, bisitopenia), thrombositosis, leukositosis, anemia dan status cadangan besi. c. Kondisi nonhematologik : investigasi panas yang tidak diketahui terutama pada pasien AIDS, mikroorganisme yang terdapat pada sumsum tulang seperti tuberculosis,

Mycobacterium

Avium

Intracellulare

(MAI),

histoplasmosis.

Leishmaniasis dan infeksi jamur yang lain. d. Penilaian kanker yang telah metastase atau menyebar 4. KONTRAINDIKASI a. Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial ( pemeriksaan fundus okuli) b. Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat BMP. c. Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi. d. Ada kelainan soal hemophilia. e. Tidak ada “inform consent” dari klien/ keluarga. f. Keadaan umum yang buruk. 5. PERSIAPAN ALAT 1) Bahan tindakan antiseptic. 2) Providone iodine. 3) Kapas lidi steril dan kapas steril 4) Prokain/lidokain 3% dan spuit 5cc, 20cc, serta jarum hipodermik 23-25 gaus. 5) Sarung tangan steril dan duk berlubang steril. 6) Jarum aspirasi sumsum tulang (14-16) yang sesuai dengan tempat yang akan dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 131

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 3 dari 5

Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen: …...IK.PBMP.STIKESM/2018 Berlaku:

7) Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk preparat. 8) Antikoagulan (heparin atau EDTA). Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan anafilaksis (adrenalin, atropine, sulfat, dan set infus). 6. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Mengecek riwayat pengobatan pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan member salam pada pasien 2) MEmperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 7. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Klien diminta untuk membuang air kecil/besar sebelum tindakan. 2) Periksa kelengkapan serta kelayakan bahan dan alat tindakan. 3) Cuci tangan yang bersih kemudian keringkan. 4) Gunakan sarung tangan steril. 5) Periksa kelengkapan serta kesesuaian jarum aspirasi dan spuit untuk aspirasi tersebut dengan sedikit antikoagulan. 6) Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic daerah tindakan serta prosedur terjaga aseptic. 7) Tentukan titik tindakan. 8) Lakukan anastesi local tegak lurus permukaan, mulai dari subkutis sampai periosteal.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 132

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 4 dari 5

Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen: ….IK.PBMP.STIKESM/2018 Berlaku:

9) Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar dari kiri ke kanan secara lembut menembus kulit hingga membentur tulang/periostenum, kemudian perhatikan tingginya jarum selanjutnya cabut mendrein dan pasang spuit 20 cc yang sudah dibilas antikoagulan kemudian lakukan aspirasi perlahan tapi mantap, cabut spuit, biarkan saja jarumnya. 10) Teteskan aspirat secukupnya kegelas objek, diratakan di atas kaca objek, kemudian akan terlihat partikel-partikel sumsum tulang. 11) Sisanya masukkan kedalam botol. 12) Setelah selesai, jarum aspirasi dicabut pelan-pelan tetapi mantap dengan cara diputar seperti memasukkan tadi. 13) Pada daerah perlukaan dilakukan penutupan luka dengan kasa yang telah diberikan antiseptic. 14) Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari dan penutup luka dibuka setelah 3 hari. b. Fase Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3. Berpamitan dengan klien 4. Membereskan alat-alat 5. Mencuci tangan 6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 133

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh: Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 5 dari 5

Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen: …...IK.PBMP.STIKESM/2018 Berlaku:

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Tempat Aspirasi 1) Spina illiaka posterior superior (SIPS). 2) Krista illiaka. 3) Spina illiaka anterior superior (SIAS). 4) Sternum diantara iga ke-2 dan ke-3 mid sterna atau sedikit di kanannya (jangan lebih dari 1 cm). 5) Spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis. b. Komplikasi Pneumomediastinum jika dilakukan pada sternum akan mengakibatkan terjadinya perdarahan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 134

INSTRUKSIONAL KERJA TEKNIK PENURUNAN SUHU TUBUH : KOMPRES HANGAT, TEPID WATER SPONGE IK.TPST

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid Water Sponge

Disetujui oleh:

Ketua IK.TPST.STIKESM.LAB STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid Water Sponge

Halaman 1 dari 5 No. Dokumen: ……IK.TPST.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1. DEFINISI Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (F.Corrard, 2001). Tepid sponge merupakan salah satu cara metode fisik untuk menurunkan demam yang bersifat non farmakoterapi. Thenik ini di lakukan dengan melakukan kompres air hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk mengompres antara 30-35°C (Setiawati, 2009) Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 135

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid Water Sponge

Ketua

Halaman 2 dari 5 No. Dokumen: …...IK.TPST.STIKESM/2018 Berlaku:

2. TUJUAN Kompres hangat : Memperlancar sirkulasi darah, Menurunkan suhu tubuh, Mengurangi rasa sakit, Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien Tepid sponge Untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu terjadi lewat panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Karena air hangat membantu darah tepi di kulit melebar, sehingga pori-pori menjadi terbuka yang selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Dengan suhu di luar yang hangat, maka tubuh akan menganggap suhu diluar cukup panas membuat tubuh bereaksi menurunkan suhu.

3. INDIKASI 1) Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah) 2) Klien dengan perut kembung 3) Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian 4) Spasme otot 5) Adanya abses, hematoma.

4. PERSIAPAN ALAT Kompres hangat : Baskom stenlis, Air hangat, Sarung tangan, Waslap, Termos, Termometer , Pembersih thermometer, Tissue, Perlak dan pengalas

5. PERSIAPAN PASIEN 1) Pra orientasi a. Melihat status pasien/ riwayat pengoabatan pasien b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien 2) Fase Orientasi a. Mengucapkan salam dan menyapa nama pasien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 136

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid Water Sponge

Ketua

Halaman 3 dari 5 No. Dokumen: ……IK.TPST.STIKESM/2018 Berlaku:

b. Memperkanalkan diri c. Menjelaskan tujuan tindakan d. Menjelaskan prosedur tindakan e. Kontrak waktu f. Menanyakan kesiapan pasien 6. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja Kompres hangat : 1) Mendekatkan alat dan bahan 2) Mencuci tangan 3) Menutup sampiran 4) Memasang pengalas dibawah bagian yang akan dikompres 5) Mamakai sarung tangan 6) Memasang waslap kedalam baskom yang terisi air hangat kemudian diperas 7) Meletakkan waslap tersebut diatas bagian yang memerlukan (dahi, aksila, lipatan paha) 8) Melakukan tindakan diatas sampai suhu tubuh turun 9) Mengkaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 menit dengan cara melakukan pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer 10) Menghentikan pengompresan jika suhu tubuh mendekati normal 11) Merapikan pasien pada posisi yang nyaman b. Fase Kerja WTS (water tepid sponge) 1) Mendekatkan alat kesamping pasien 2) Menjelaskan prosedur pada pasien 3) Cuci tangan 4) Menjaga privasi klien 5) Memakai sarung tangan. 6) Mengukur suhu klien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 137

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid Water Sponge

Ketua

Halaman 4 dari 5 No. Dokumen: ……..IK.TPST.STIKESM/2018 Berlaku:

7) Letakkan perlak dibawah klien dan lepaskan pakaian 8) Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres. 9) Periksa suhu air. 10) Celupkan lap mandi dalam air dan basuh lap yang sudah basah pada seluruh bagian tubuh. 11) Dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit. 12) Periksa respon klien dan ekstremitas ditutup dengan lap mandi dingin. 13) Keringkan ekstremitas dan kaji ulang suhu tubuh dan nadi klien. Observasi respon klien terhadap terapi . 14) Lanjutkan untuk mengkompres ekstremitas lain, punggung dan bagian tubuh lainnya. Kaji ulang suhu dan nadi tiap 5 menit. 15) Ganti air dan lakukan kembali kompres pada seluruh bagian tubuh pasien. 16) Bila suhu tubuh turun sedikit di atas normal, hentikan prosedur. 17) Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh. Selimuti klien dengan handuk atau selimut.

b. Fase Terminasi 1) Merapikan pasien dan alat 2) Melepaskan sarung tangan 3) Melakukan evaluasi hasil tindakan 4) Berpamitan 5) Membuka sampiran 6) Mencuci tangan 7) Melakukan dokumentasi

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 138

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Teknik Penurunan Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid Water Sponge

Ketua

Halaman 5 dari 5 No. Dokumen: ……IK.TPST.STIKESM/2018 Berlaku:

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN 1) Jangan letakan kantong air hangat di bagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong dengan kain flanel atau handuk. 2) Kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan. 3) Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa kulit penderita. 4) kompres hangat tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan pembuluh 0 darah di area tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 139

INSTRUKSIONAL KERJA PERTOLONGAN BAYI TERSEDAK IK.PBT

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2016 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pertolongan Bayi Tersedak

Disetujui oleh:

IK.PBT.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Pertolongan Bayi Tersedak

Ketua

Halaman 1 dari 3 No. Dokumen: …….IK.PBBT.STIKESM/2017 Berlaku:

1. DEFINISI Penanganan tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi penekanan dada (chest thrust) dan tepukan punggung (back slaps).

2. TUJUAN Untuk menolong bayi saat tersedak

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 140

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pertolongan Bayi Tersedak

Ketua

Halaman 2 dari 3 No. Dokumen: …...IK.PBT.STIKESM/2017 Berlaku:

3. INDIKASI Bayi atau Anak yang mengalami tersedak sebuah benda atau yang lainnya 4. PERSIAPAN ALAT Pantum bayi, Handscoon, Masker. 5. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Melihat riwayat pengobatan pasien 2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan memberi salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan kesiapan pasien 6) Memcuci tangan 6. INSTRUKSIONAL KERJA 1) Fase Kerja pasien tersedak < 1 tahun a. Memanggil nama anak b. Meletakkan bayi pada lengan atau paha dengan posisi kepala lebih rendah c. Melakukan tindakan back Blows : memberikan 5 pukulan dengan menggunakan tumit dari telapak tangan pada bagian belakang bayi ( interskapula ) d. Bila obstruksi masih ada : lakukan tindakan Chest Trusts : Blikkan bayi menjadi terlentang dan berikan 5 pijatan dada dan menggunakan 2 jari, 1 jari dibawah garis yang menghubungkan papile mamae ( sama seperti melakukan RJP ) e. Memeriksa mulut pasien untuk memastikan benda keluar

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 141

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pertolongan Bayi Tersedak

Ketua

Halaman 3 dari 3 No. Dokumen: …...IK.PBT.STIKESM/2018 Berlaku:

2) Fase Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Merpaikan pasien dan alat 3. Menjelaskan RTL 4. Berpamitan 5. Mencuci tangan 6. Mendokumentasikan tindakan

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Mempertahankan sikap tenang b. Melakukan komunikasi terapeutik c. Memberikan keamanan pasien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 142

TITRASI (PERHITUNGAN DOSIS OBAT)

A. Sistem Penghitungan Berat dan Volume Obat Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya suatu nilai/hasil Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. 1. Sistem metric Sistem desimal berdasar kelipatan 10. Unit dasar dari pengukuran adalah gram (g, gm, G, Gm) untuk berat; liter (l,L) untuk volume; dan meter (m, M) untuk pengukuran linera atau panjang. Unit metrik yang paling sering dipakai dalam penulisan obat adalah: 1 g = 1000 mg 1 L = 1000 mL 1 mg= 1000 µ (mkg) Untuk dapat mengkonversi suatu jumlah, satu dari nilai-nilai harus diketahui, seperti gram atau miligram, liter atau mililiter, dan miligram atau mikrogram. Gram, liter, dan meter adalah unit yang lebih besar; miligram, mililiter, dan milimeter adalah unit yang lebih kecil. 2. Sitem farmasi Menggunakan angka romawi dan tidak memakai angka arab untuk menyatakan jumlah, dan angka romawi diletakkan setelah simbol singkatan untuk unit pengukuran. Angka romawi dituliskan dengan huruf kecil, contohnya grx berarti 10 grains. dalam sistem farmasi, unit berat adalah grain (gr) dan unit volume cairan adalah ounce (fluidounce), dram (fluidram) dan minim(min). 3. Sistem rumah tangga Pengukuran tidak setepat sistem metrik atau farmasi, pengukuran bersifat kirakira. Satu sendok teh (t) dianggap ekuivalen dengan 5 mL menurut USP resmi. Ingat bahwa mililiter (mL) adalah sama dengan cc (centimeter cubik). 3 sendok teh setara dengan 1 sendok makan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 143

B. Penghitungan Larutan Suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui (g/mL, g/L, mg/mL). Larutan 10% = 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 mL larutan. Larutan 1 : 1000 = larutan yang mengandung 1 g zat padat dlm 1000 mL cairan / 1 ml cairan dalam 1000 mL cairan lain.

C. Penghitungan Dosis Anak Pemberian dosis obat pada anak memerlukan suatu pertimbangan yang seksama terhadap

perbedaan

antara

anak

dan

orang

dewasa

sehubungan

dengan

farmakokinetika dan farmakologi obat.Jika tidak ditemukan informasi dosisnya, dapat dilakukan perhitungan dosis berdasarkan umur, berat badan, dan luas permukaan tubuh. 1. Berdasarkan Umur Rumus AUGSBERGER Untuk 2-12 bulan: (m+13)% dari D Untuk 1-11 tahun: (4n+ 20)% dari D Untuk 12-16 tahun : (5n+10)% dari D m = usia (bulan) ; n = usia (tahun) 2. Berdasarkan berat badan (formula Clark) Dosis anak = dosis dewasa x (berat badan(kg)/ 70 kg) (ex: dosis dewasa:2 sdt,BB anak 35kg, maka 2 x (35/70) = 2 x 0.5 = 1 sdt) 3. Rumus DILLING : n/20 x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur dari anak 8 tahun kebawah. (ex: umur anak 5 tahun, dosis dewasa : 2 sdt maka = 5/20 x 2 = 0.5 sdt) 4. Berdasarkan luas permukaan tubuh Dosis anak = dosis dewasa x (luas permukaan tubuh(m2)/1,73) Pada saat ini dianggap yang paling tepat karena ketimpangan antara dosis anak dan dosis dewasa lebih kecil.. 5. Perhitungan dosis menurut formula Pincus Catzell persentase dari dosis dewasa, yaitu : a) bayi baru lahir 12% b) 1-12 bulan 15-25 % Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 144

c) 1-5 tahun 25-40 % d) 5-12 tahun 50-75% Cara ini sangat praktis, tetapi kelemahannya sama seperti pada yang berdasarkan umur. Untuk pemilihan obat pada anak perlu diperhatikan : a. Hindari pemberian anak obat-obatan yang diperuntukkan bagi orang dewasa meskipun dengan dosis kecil b. Hindari pemberian obat dari resep dokter yang diberikan pada orang lain dan buka atas nama anak c. Memberikan obat khusus yang ditujukan hanya untuk anak dengan kondisi yang khusus pula d. Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya. Orang tua diberi penjelasan pentingnya melanjutkan pengobatan sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam resep meskipun anak tampak sembuh. Dalam pembarian obat pada anak , sedian obat yang banyak disedian untuk anak dibuat dalam bentuk elitsir atau suspensi. Jika obat yang tersedia untuk anak dalam bentuk tablet sebaikya dihaluskan atau digerus terbi dahulu karena tablet yang dikunyah akan membuat anak tersedak, obat tertelan dan membuat tenggorokannya tersumbat. Jika obat diberikan melalui injeksi sebaiknya dilakukan di paha depan atau lengan atas jangan di pantat karena pada anak otot gluteusnya masih kecil dan di pantat terdapat syaraf yang menginervasi ekstermitas bawah yang dapat terjadi kelumpuhan jka terjadi salah suntik. Sedangkan unuk waktu pemberian obat pada anak disesuaikan dengan dosis yang dintruksikan dokter. Orang tua anak juga harus diberitahu apakah harus membangunkan anak atau tidak untuk dosis setiap 6 jam pagi, siang dan malam. Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya. Orang tua diberi penjelasan pentingnya melanjutkan pengobatan sesuai dengan waktu yang ditentukan dalam resep meskipun anak tampak sembuh.

Setelah selesai pemberian obat perawat harus mengevaluasi terapi obat yang telah diberikan yang meliputi: 1. Memantau kondisi umum dan tanda-tanda vital anak setelah selesai pemberian obat Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 145

2. Perawat harus memantau secara ketat terhadap efek samping obat-obatan pada anak karena fungsi ginjal dan hati yang belum matang 3. Lebih memperhatikan obat-obat yang proses metabolismenya denagn oksidasi dan hidrolisa karena waktu paruh penek sehingga cepat dimetabolisme dibandingkan dengan orang dewasa seperti barbital, fenitoin dan teofilin 4. Untuk anak-anak dengan penyakit kronis, farmasetika, farmakokinetik dan farmakodinamik harus dipantau dan memperhatikan tumbuh kembang anak.

D. Macam-Macam Dosis 1. Dosis Terapi : dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si sakit 2. Dosis Maksimum : Dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan. 3. Dosis Toxic : Obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan. 4. Dosis Lethal : Dosis toksik yang sampai mengakibatkan kematian (Joenoes, 2004). 5. Inithial Dose atau Loading dose: Dosis obat untuk memulai terapi sehingga dapat mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang menghasilkan efek klinis. 6. Loading dose : dosis tinggi ketika obat diberikan pada awal terapi pengobatan sebelum dilanjutkan ke terapi dosis yang lebih rendah. 7. Maintenance Dose : Dosis untuk memelihara dan mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen.

E. Penghitungan Dosis Obat Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis. Rumus berikut dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam benuk padat atau cair : Dosis yang diprogramkan

x

Jumlah yang tersedia= Jumlah yang diberikan

Dosis yang tersedia

Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan dokter untuk seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang di suplay oleh farmasi. Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 146

Contoh : Dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berarti dosis yang di programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg / 1 ml, berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. Rumus diaplikasikan sebagai berikut : 2,5 mg x 1 ml = volume yang diberikan dalam mili liter 5 mg Untuk menyederhanakan pecahan, bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 : ½ x 1 ml = 0,5 ml untuk diberikan. Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada situasi ini, rumus tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah “suspensi eritromisin 250 mg PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100 ml dan pada label tertera, “ 5 ml mengandung 125 mg eritromisin”. 250 mg x 5 ml = volume yang akan diberikan 125 mg Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian : 2 x 5 ml = 10 ml untuk diberikan. Apabila perawat mengkalkulasi berdasarkan 100 ml yang tersedia, kesalahan berikut akan terjadi : 250 mg

x 100 ml = 200 ml yang akan diberikan

125 mg Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar dari yang diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau mengeceknya bersama profesional lain, jika jawaban tampak tidak masuk akal.

DOSIS PEDIATRIK Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak dibdandingkan dengan area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m persegi atau 1,7 m² ).

Dosis anak =

area permukaan tubuh anak x dosis dewasa normal 1,7 m persegi

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 147

Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang anak dengan berat 12kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg. Grafik numogram menunjukan bahwa seorang anak dengan berat 12 kg memiliki permukaan tubuh seluas 0,54 m². Dosis Anak = 0,54 x 250 mg 1,7 Satuan m² dihapus dan dapat diabaikan. Dosis anak = 0,54 x 250 mg 1,7 Dosis anak = 0,3 x 250 mg = 75 mg Jika sudah diketahui dosis setiap Kg Bbnya, misalnya, dosis parasetamol 5-10 mg/kg BB maka dosis untuk anak dengan BB 10 kg adalah 5-100 mg. Cara menghitung dosis untuk anak-anak : 1. Berdasarkan Umur a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)

n : umur dalam tahun b. Rumus

dilling

(untuk

anak

Besar-sama

dengan

8

tahun)

n : umur dalam tahun c. Rumus Fried (untuk bayi)

n : umur dalam bulan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 148

2. Berdasarkan Berat Badan Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila memungkinkan

hitung

dosis

melalui

berat

badan

a. Rumus Thermich

n : berat badan dalam kilogram

3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 149

INSTRUKSIONAL KERJA PROSEDUR MANTOEX TEST IK.PMT

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2018– All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mantoex Test

Disetujui oleh:

IK.PMT.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Prosedur Mantoex Test

Ketua

Halaman 1 dari 6 No. Dokumen: …….IK.PMT.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi. Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada perkembangannya

tuberkulin

digunakan

sebagai

alat

diagnostik

dengan

mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 150

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mantoex Test

Ketua

Halaman 2 dari 6 No. Dokumen: …….IK.PMT.STIKESM/2018 Berlaku:

Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri. 2. TUJUAN Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi TBC. 3. PERSIAPAN ALAT Bak intrumen kecil, kapas alcohol, spuit I cc, Handscon, Masker, PPD. 4. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1. Mengecek status riwayat catatan pengobatan pasien 2. Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan member salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 6) Mencuci tangan 5. INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Siapkan 0,1 ml PPD ( Purified protein derivate ) ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge) 2) Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 151

3) Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas. Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mantoex Test

Ketua

Halaman 3 dari 6 No. Dokumen: …….K.PMT.STIKESM/2018 Berlaku:

4) Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari suntikan pertama. 5) Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan. Pembacaan : a. Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam  Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan  Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid  Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes Mantoux harus diulang. 1) Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi 2) Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat sebagai pengukuran tunggal 3) Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta catat pula tanggal pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan pembaca 4) Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat dilakukan kompres dingin atau pemberian steroid topikal Interpretasi Test Mantoux : Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm. Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut: a.

Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah

b.

Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 152

c.

Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun)

d.

Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mantoex Test

Ketua

Halaman 4 dari 6 No. Dokumen: …….IK.PMT.STIKESM/2018 Berlaku:

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif pada pasien tertentu seperti : a. Pasien dengan infeksi HIV b. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka panjang seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Menjelaskan RTL 3) Berpamitan 4) Mencuci tangan dan 5) Dokumentasikan tindakan 6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Lokasi penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas, lengan bawah kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit). Untuk memastikan anak terinfeksi kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya setelah 48-72 jam. Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang muncul di area sekitar suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif. Bila 5-9 mm dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif. Setelah hasil Mantoux dinyatakan positif, anak sebaiknya diikutkan pada serangkaian pemeriksaan lainnya. Salah satunya adalah rontgen yang bertujuan mendeteksi TBC lebih detail lewat kondisi paru yang tergambar dalam foto rontgen dan dan tes darah. Tes mantoux dilakukan lebih dulu karena hasil rontgen tidak dapat diandalkan untuk menentukan adanya infeksi kuman TB. Bercak putih yang mungkin terlihat pada hasil foto bisa memiliki banyak penyebab. Anak yang sedang menderita Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 153

batuk pilek pun kemungkinan memiliki bercak putih di paru. Jadi, tes Mantoux sangat perlu, tak cukup hanya rontgen paru.

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mantoex Test

Ketua

Halaman 5 dari 6 No. Dokumen: …...IK.PMT.STIKESM/2018 Berlaku:

Untuk mendapatkan diagnosis tepat, tes Mantoux dilakukan jika anak menujukkan gejala-gejala berikut: a. MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan) b. Mudah sakit c. Lemah, letih, lesu dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas d. Reaksi cepat BCG Pada lokasi suntik vaksin BCG akan timbul tanda menyerupai bisul. Jika reaksi ini muncul lebih cepat, misalnya seminggu setelah pemberian, berarti tubuh anak sudah terinfeksi TB. Padahal normalnya, tanda itu paling cepat muncul pada 2 minggu setelah anak divaksinasi BCG. Namun rata-rata, benjolan pada kulit muncul setelah 46 minggu. e. Batuk berulang Batuk berkepanjangan merupakan gejala yang paling dikenal di kalangan masyarakat sebagai pertanda TBC. Batuk yang awalnya berupa batuk kering kemudian lama-kelamaan berlendir dan berlangsung selama 2 minggu lebih, merupakan salah satu tanda TBC. Gejala ini akan muncul bila sudah terdapat gangguan di paru-paru. Hanya saja, bedakan dari batuk alergi dan asma. f. Benjolan di leher Pembesaran kelenjar getah bening di leher samping dan di atas tulang selangkangan bisa saja merupakan tanda TBC. Karena , kelenjar getah bening merupakan salah satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman. Kelenjar ini akan membesar bila diserang kuman. Namun, meski merupakan salah satu gejala TB, tidak semua pembengkakan kelenjar getah bening adalah gejala penyakit TB. Bisa jadi pembengkakan itu karena adanya infeksi atau radang di tenggorokan. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 154

g. Demam dan berkeringat di malam hari Gejala awal TBC biasanya muncul demam pada sore dan malam hari, disertai keluarnya keringat. Gejala ini dapat berulang beberapa waktu kemudian. Namun hal ini tetap belum dapat memastikan kalau anak menderita TBC.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 155

INSTRUKSIONAL KERJA PERAWATAN INKUBATOR IK.PI

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Perawatan Inkubator

Disetujui oleh:

IK.PI.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 1 dari 5

Perawatan Inkubator

Ketua

No. Dokumen: ….IK.PI.STIKESM/2018 Berlaku:

1) DEFINISI Inkubator Bayi merupakan salah satu alat medis yang berfungsi untuk menjaga suhu sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan/stabil. Pada modifikasi manual-otomatis inkubator bayi, terdapat sebuah boks kontrol yang dibagi menjadi 2 bagian (bagian atas dan bagian bawah). Boks bagian atas digunakan untuk meletakkan sensor, display sensor, kontroler, rangkaian elektronik. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi menjadi 3 ruangan yang dibatasi dengan sekat, yang digunakan untuk meletakkan heater, tempat/wadah air dan kipas.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 156

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Perawatan Inkubator

Ketua

Halaman 2 dari 5 No. Dokumen: ……IK.PI.STIKESM/2018 Berlaku:

2) TUJUAN 1) Oksigenasi 2) Observasi: Perawatan intensif neonatal moderen yang canggih meliputi pengukuran suhu, respirasi, fungsi jantung, oksigenasi, dan aktivitas otak. 3) Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, draft dan penanganan kelebihanInkubator dapat digambarkan sebagai bassinets tertutup dalam plastik, dengan peralatan kontrol suhu yang dirancang untuk menjaga mereka hangat dan membatasi eksposur mereka terhadap kuman. 4) Penyediaan gizi , Melalui sebuah intravena kateter atau NG tube. 5) Administrasi obat (Pemberian obat-obatan) Mempertahankan keseimbangan cairan dengan menyediakan cairan dan menjagakelembaban udara, baik kelembapan yang tinggi dari kulit dan penguapan dari pernafasan bayi. 3) PERSIAPAN ALAT Aquabides, Handscon, Masker, Waslap. 4) PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Mengecek data / status riwayat pengobatan pasien 2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan member salam pada pasien 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 5) INSTRUKSIONAL KERJA 1) Fase Kerja 1) Cara pengoperasian : a) Hubungkan pesawat dengan sumber tegangan. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 157

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Perawatan Inkubator

Ketua

Halaman 3 dari 5 No. Dokumen: …...IK.PI.STIKESM/2018 Berlaku:

b) Masukkan air sampai batas yang telah ditentukan c) Hidupkan pesawat (lampu indicator akan menyala). Biarkan pesawat beberapa saat sampai suhu stabil. d) Masukkan bayi dalam ruang penempatan bayi e) Kalau diperlukan hubungkan O2 pada bagian belakang pesawat dengan tabung atau sumber gas lainnya. 2) Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator a. Inkubator tertutup (1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka bila dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan. (2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung (3) Bayi harus dalam keadaan telanjang ( tidak memakai pakaian) agar memudahkan observasi. (4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh (5) Pengaturan oksigen selalu di observasi (6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius b. Inkubator Tebuka (1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan bayi (2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan (3) Membungkus dengan selimut hangat (4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 158

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 4 dari 5

Perawatan Inkubator

No. Dokumen: …...IK.PI.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua

(5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala (6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan dibawah ini. Berat Badan

0-24 jam

2-3 hari

4-7 hari

8 hari

Lahir ( gram )

( 0C )

( 0C )

( 0C )

( 0C )

1500

34-36

33-35

33-34

32-33

1501-2000

33-34

33

33

32

2001-2500

33

32-33

32-33

32

>2500

32-33

32

32

32

Keterangan : Apabila suhu kamar 28-29 derajat sosial hendaknya 1 derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius. 3) Pemeliharaan dan perawatan a. Pemeliharaan harian a) Bersihkan badan pesawat dari kotoran yang ada b) Periksa kondisi air, jangan sampai habis. c) Periksa suhu, sesuai antara thermometer dengan suhu yang di atur atau tidak. b. Pemeliharaan mingguan Ganti air yang telah digunakan, usahakan dengan air destilasi sehingga tidak menyebabkan kerak dan berlumut. c. Pemeliharaan bulanan a) Periksa fungsi blower, jangan sampai blower tidak berfungsi. Sebab akanmenyebabkan pemanasan tidak merata. b) Bila pesawat akan disimpan atau tidak digunakan, usahakan untuk membuang semua air yang ada sampai habis. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 159

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 5 dari 5

Perawatan Inkubator

No. Dokumen: x.x.xx.IK.PI.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 2) Fase Terminasi a.

Melakukan evaluasi tindakan

b.

Merapikan alat dan pasien

c.

Menjelaskan Rencana Tindak Lanjut

d. Berpamitan e. Mencuci tangan f. Mendokumentasikan tindakan 6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Bagian-Bagian Inkubator Bayi 1) Pintu

untuk

memasukkan

bayiPintu

dapat

dibuka

untuk

memasukkan/mengeluarkan bayi yang dirawat. 2) Pintu untuk mengadakan tindakan Pintu ini digunakan untuk mengadakan tindakan pada bayi misalnya memeriksa suhu,membetulkan posisi bayi, dll. 3) Tempat bayi Ruang tempat bayi sebaiknya terbuat dari bahan sejenis plastic atau acrylic, jangandari jenis kaca. Sebab dikhawatirkan bila terbuat dari bahan jenis kaca apabila terjadikecelakaan kaca tersebut dapat melukai bayi 4) Panel control Pada panel kontrolini terdapat Saklar on/off, pengatur suhu, penunjuk suhu yang adadidalam ruang tempat bayi, lampu indikator, dll. 5) Tempat tidur bayi Merupakan tempat meletakkan bayi, terbuat dari bahan yang empuk dan dilapisi bahan yang tidak tembus air, sehingga pada saat bayi mengompol, air tidak sampai masuk kedalamnya. 6) Lubang untuk masukkan/membuang air Berfungsi untuk menambah atau membuang air yang sudah lama digunakan. 7) Box Di dalam box ini terdapat tempat air, pemanas, blower, dan rangkaian listrik. Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 160

INSTRUKSIONAL KERJA PEMERIKSAAN RUMPLE LEED IK.PRL

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

Revisi Tanggal Dikaji ulang oleh Dikendalikan oleh Disetujui oleh

LAB

KODE

NO. URUT

: : : : Pusat Laboratorium : Ketua

© STIKES MUHAMMADIYAH, 2016 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Rumple Leed

Disetujui oleh:

IK.PRL.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Pemeriksaan Rumple Leed

Ketua

Halaman 1 dari 3 No. Dokumen: …….IK.PRL.STIKESM/2018 Berlaku:

1) DEFINISI Test Rumple Leed atau tes pembendungan adalah suatu teknik Pemeriksaan penunjang untuk klien dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever) dengan cara menetapkan TD klien sebelumnya 2) TUJUAN a.

Membantu memberikan pedoman untuk diagnosis DHF secara dini

b. Mengetahui tanda-tanda perdarahan yang sering terjadi seperti :petekie.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 161

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Rumple Leed

Ketua

Halaman 2 dari 3 No. Dokumen: ……IK.PRL.STIKESM/2018 Berlaku:

3) INDIKASI Pasien yang di duga mengalami DHF 4) PERSIAPAN ALAT Tensimeter dan mansetnya serta Alat tulis

5) PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Melihat riwayat kesehatan pasien 2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Menyapa dan memberi salam 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan 4) Menjelaskan prosedur 5) Menanyakan kesiapan pasien 6) INSTRUKSIONAL KERJA 1) Fase Kerja 1) Mencuci tangan 2) Klien dalam posisi baring terlentang 3) Mengukur tekanan darah klien 4) Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP/MABP) 5) 1 sistole + 2 diastole = ........mmHg atau sistol + diastol 3

2

6) Memompa kembali mansetnya pada batas x mmHg dan mempertahankan selama 5 menit. 7) Perhatikan timbulnya petekie pada kulit di bawah lengan bawah bagian medial pada sepertiga proximal. 8) Membaca hasil tes apakah positif/negative

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 162

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Pemeriksaan Rumple Leed

Ketua

Halaman 3 dari 3 No. Dokumen: …….IK.PRL.STIKESM/2018 Berlaku:

9) Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2.8 x 2.8 cm) didapat lebih dari 20 petekie. 10) Merapihkan klien 11) Merapihkan alat 12) Mencuci tangan b. Fase Terminasi 1. Perhatikan adanya petekie setelah dilakukan tes 2. Observasi tanda-tanda vital 3. Kaji tanda-tanda perdarahan 4. Dokumentasi Tanggal dan waktu tes dilakukan, Hasil tes (positif atau negative)

7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Mempertahankan sikap tenang b. Memberikan keamanan pasien c. Melakukan teknik omunikasi terapeutik selama melakukan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 163

INSTRUKSIONAL KERJA PENANGANAN KEJANG IK.PK

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018– All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Penanganan Kejang

Disetujui oleh:

IK.PK.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja

Halaman 1 dari 3

Penanganan Kejang

No. Dokumen: …...IK.PK.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 1) DEFINISI Tindakan keperawaatan yang dilakukan pada klien yang mengalami kejang. Kejang epilepsy merupakan manifestasi ketidakseimbangan aliran dan sirkuit listrik di otak.ketidakseimbangan ini dienteuan oleh sel saraf yang berfungsi sebagi inhibitory (sel- sel pengontrol) dan ecitatory (sel sel saraf yang menimbulkan loncaan arus listrik) 2) TUJUAN Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi/hypoksia dan kecemasan keluarga akibat kejang pada klien.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 164

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 2 dari 3

Penanganan Kejang

No. Dokumen :…...IK.PK.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 3) INDIKASI Klien yang mengalami kejang 4) PERSIAPAN ALAT

Selimut atau bantalan lunak, Bengkok atau nierbekken , Tabung oksigen dan alat bantu pernafasan, Set infus/ tranfusi dan cairannya, Set alat pengukuran tanda vital, Masker dan Handscoon. 5) PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1) Melihat status kesehatan/ catatan pengobatan pasien 2) Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1) Memberi salam / menyapa pasien 2) Memperkenalkan diri 3) Menjelaskan tujuan dan tindakan 4) Menjelaskan langkah prosedur 6) INSTRUKSIONAL KERJA a. Fase Kerja 1) Memakai sarung tangan 2) Mengkaji Airway Breathing Circulation 3) Atur posisi terlentang atau miring jika muntah 4) Pasang Mayo 5) Berikan O2 nasal dan masukkan mayo 6) Longgarkan pakaian 7) Berikan penghalang tempat tidur dan jangan memaksa meluruskan tubuh yang kejang 8) Cek kembali Airway Breathing Circulation b. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 165

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja

Halaman 3 dari 3

Penanganan Kejang

No. Dokumen: …….IK.PK.STIKESM/2018 Berlaku:

Ketua 2) Menyampaikan rencana tindak lanjut 3) Berpamitan 7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Mempertahankan sikap tenang

b. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan c. Memberikan keamanan pasien Lindungi klien pada periode pasca kejang : a. Pertahankan posisi miring; tetaplah bersama klien dan tenangkan sampai sadar b. Tanyakan perasaan klien dan keluarga setelah tindakan. c. Ajarkan keluarga cara mengantipasi kejang dan beradaptasi terhadap situasi pencetus kejang secara tepat.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak D3- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus| 166

INSTRUKSIONAL KERJA PROSEDUR MANDI MINYAK IK.PMM

STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS

LAB

KODE

NO. URUT

Revisi : Tanggal : Dikaji ulang oleh : Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium Disetujui oleh : Ketua © STIKES MUHAMMADIYAH, 2018 – All Right Reserved STIKES MUHAMMADIYAH Revisi Tanggal

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mandi Minyak

Disetujui oleh:

IK.PMM.STIKESM.LAB

Ketua

Instruksional Kerja Prosedur Mandi Minyak

Ketua

Halaman 1 dari 3 No. Dokumen: ……….IK.PMM.STIKESM/2018 Berlaku:

1. DEFINISI Mandi minyak adalah tindakan membersihkan bayi terutama BBLR dengan menggunakan minyak kelapa/baby oil sehingga tubuh bayi tetap bersih dan tetap menjaga suhu bayi agar tetap hangat.

2. TUJUAN 1. Menjaga kebersihan kulit dan tubuh bayi 2. Kesempatan untuk mengobservasi keadaan kulit bayi 3. Kesempatan memberikan stimulasi dini pertumbuhan dan perkembangan bayi.

167 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mandi Minyak

Ketua

Halaman 2 dari 3 No. Dokumen: …...IK.PMM.STIKESM/2018 Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT Kapas sublimat, kom besar dan tutup, Bengkok, Handuk besar dan Kecil, Kassa steril, Minyak kelapa yang sudah dihangatkan/baby oil, Baju bayi 4. PERSIAPAN PASIEN a. Pra orientasi 1. Mengecek riwayat pengobatan pasien 2. Kontrak dengan keluarga pasien b. Fase Orientasi 1. Menyapa dan member salam 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan 4. Menjelaskan prosedur 5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 5. INSTRUKSIONAL KERJA 1. Fase Kerja a. Mencuci tangan b. Mengambil posisi di depan bayi c. Melepas pakaian bayi d. Membersihkan mata bayi dengan kapas air hangat dari dalam ke luar e. Membersihkan daerah pantat dari tinja agar air tetap bersih f. Membersihkan kelamin bayi (jika laki-laki bersihkan alat kelamin dengan hati-hati menggunakan kapas cebok, jika perempuan mula-mula bersihkan bibir kemaluan bagian luar kemudian bibir kemaluan bagian dalam setelah itu bersihkan dari depan ke belakang.) tujuannya adalah untuk mencegah kotoran pada lubang patat mengotori bagian alat kelamin. g. Memijat badan bayi dengan minyak kelapa/ baby oil secara lembut dengan menggunakan kassa/ kapas yang telah dicelupkan dalam minyak hangat mulai dari wajah ke seluruh tubuh.

168 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

STIKES MUHAMMADIYAH Disetujui oleh:

Instruksional Kerja Prosedur Mandi Minyak

Ketua

Halaman 3 dari 3 No. Dokumen: …...IK.PMM.STIKESM/2018 Berlaku:

h. Mengeringkan badan bayi dengan menggunakan handuk secara lembut. i. Ganti pakaian bayi 2. Fase Terminasi 1) Melakukan evaluasi tindakan 2) Mrapikan alat 3) Menyampaikan Renacana tindak lanjut 4) Berpamitan 5) Mencuci tangan 6) Mendokumentasikan tindakan 6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN a. Menggunakan komunikasi terapeutik b. Menjaga keamanan pasien selama tindakan c. Memperhatikan sikap tenang dan passti dalam melakukan tindakan d. Perhatikan jangan sampai bayi mengalami hipertermi atau kehilangan panas yang berlebih.

169 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

TEKNIK PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. ......... DENGAN .............( PENYAKIT ) DI RUANG ...................... RS ................................ Nama

: …………………………………………….

Tempat praktek

: …………………………………………….

Tanggal Pengkajian

: …………………………………………….

A. PENGKAJIAN 1. IDENTITAS DATA a. Identitas Pasien Nama

:

Tempat/tgl. Lahir

:

Usia

:

Jenis Kelamin

:

Pendidikan

:

Alamat

:

Agama

:

b. Identitas Penanggung Jawab Nama

:

Pekerjaan

:

Pendidikan

:

Agama

:

Alamat

:

Suku / bangsa

:

Hubungan dengan klien

:

2. RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga profesional.

b. Riwayat Penyakit Sekarang Untuk mengetahui lebih detail yang berhubungan dengan keluhan utama. 170 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

1) Munculnya keluhan. a) Tanggal munculnya keluhan b) waktu munculnya keluhan (gradual atau tiba-tiba) c) Presipitasi atau predisposisi raftor (perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin atau allergen, infeksi) 2) Karakteristik a) Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi) b) Lokasi dan radiasi (nyeri) c) Intensity (sering / tidak) atau saverity d) Timing (terus-menerus atau intermidiate, durasi setiap kalinya) e) Hal yang meningkatkan dan menghilangkan/mengurangi keluhan f) gejala-gejala lain yang berhubungan. 3) Masalah sejak muncul keluhan. 4) Insiden a) Serangan mendadak tunggal b) Kejadian mendadak berulang c) Kejadian sehari-hari d) Kejadian periode 5) Perkembangan (membaik, memburuk, tidak berubah) 6) Effect dari pengobatan c. Riwayat Masa Lalu 1) Prenatal (keluhan, saat hamil, ANC dimana nutrisi, full term/premature/ post mature, kesehatan saat hamil, obat ang diminum dll) ini terutama pada anak yang masih kecil, semakin muda anak, hal ini semakin diperlukan. 2) Natal (tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan) 3) Postnatal (kondisi kesehatan, APGAR SCORE, BBL, PBL, ANOMALY CONGENITAL) 4) Penyakit waktu kecil (gejala, penanganan) 5) Pernah dirawat di RS (penyakit yang diderita, respon emosional waktu dirawat) 6)

Obat-obatan yang digunakan (pernah atau sedang digunakan : Nama, dosis, schedule, durasi dan alasan penggunaan)

7) Alergi (pernah menderita asma, ezema. Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman atau produk rumah tangga) 8) Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat dan penanganannya) 171 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

9) Immunisasi : dirinci immunisasi apa saja yang pernah didapat, usia pada waktu mendapatkannya dan reaksi imunisasi. d. Riwayat Keluarga (disertai genogram 3 generasi) Penyakit yang pernah, sedang diderita oleh keluarga, baik yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien. Gambar genogram dengan ketentuan yang berlaku (simbol dan 3 generasi) e. Riwayat Sosial 1) Yang mengasuh dan alasannya 2) Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam, kebiasaan lain : menghisap jari, membawa gombal, ngompol dll) 3) Lingkungan rumah (kaitannya dengan kebersihan, ancaman keselamatan anak, ventilasi dan posisi / letak barang-barang f. Keadaan Kesehatan Saat Ini 1) Diagnosa medis 2) Tindakan operasi 3) Obat-obatan 4) Tindakan keperawatan 5) Hasil laboratorium 6) Hasil rontgen 7) Data tambahan

3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan 1) Status kesehatan anak sejak lahir 2) pemeriksaan kesehatan secara rating immunisasi 3) penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah 4) Praktek pencegahan kesehatan (pakaian, menukar pokok) 5) Apakah orang tua merokok didekat anak? 6) mainkan nak/bayi (aman?) keamanan kendaraan? 7) Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan dll) b. Nutrisi – Pola Metabolic. 1) Nutrisi Anak 172 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

a) pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap (bagi yang masih bayi) b) Seleran makan, makanan tidak disukai/disukai. c) Masukan makanan selama 24 jam?Makanan tambahan?Vitamin ? d) kebiasaan makan? e) Alat makan yang digunakan. f)

Berat badan lahir?Berat badan saat ini?

g) masalah kulit : rash, lesi dll. 2) Nutrisi Orang tua. a) Status nutrisi orang tua/keluarga? b) Ada masalah atau tidak? c. Pola Eliminasi 1) Pola eliminasi untuk anak a) Pola efekasi (gambarkan, frekuensi, kesulitan, kebiasaan, darah/tidak) b) Mengganti pakaian dalam / diapers bagi bayi. c) Pola eliminasi urin (gambarkan berapa kali popok basah/hari, perkiraan jumlah kekuatan keluarnya urin, bau, warna) 2) Pola eliminasi orang tua a) Apakah ada pola eliminasi? b) Apakah ada masalah? d. Aktivitas – Pola latihan. 1) Pola aktivitas anak a) Apakah rutin mandi? (kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun apa?) b) Kebersihan rutin (pakaian dll) c) Aktivitas sehari-hari (menghabiskan hari-hari di rumah, bermain, tipe mainan yang digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain dll) d) Level aktivitas anak/bayi secara umum, toleran. e) Persepsi anak terhadap kekuatan (kuat atau lemah) f)

Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toilet, berpakaian dll)

2) Pola aktivitas orang tua a) Aktivitas / pola latihan, pemeliharaan anak?Pemeliharaan rumah? 173 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

e. Pola Istirahat / Tidur. 1) Pola istirahat anak. a) Perkiraan jam dll b) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia. c) Posisi tidur anak ? d) Gerakan tubuh anak? 2) Pola istirahat orang tua a) Pola tidur orang tua. f. Pola kognitif / Persepsi. 1) Pola kkognitif anak. a) Responsive secara umum anak. b) Respon anak untuk bicara, suara object, sentuhan? c) Apakah anak mengikuti obyek dengan matanya?Respon untuk meraih mainan. d) Vokal suara, pola bicara, kata-kata kalimat?. e) Gunakan stimulasi : bicara, mainan dsb? f)

Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor telepon, dsb.

g) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan lapar, haus, nyeri, tidak nyaman? 2) Pola kognitif orang tua a) Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan dsb. g. Pola Persepsi diri – Konsep diri. 1) Pola persepsi diri anak a) Status mood bayi/anak b) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi dll c) Bagaimana status mood? d) Banyak teman/seperti yang lain? e) Persepsi diri f)

Apakah Kesepian?

g) Apakah takut?

2) Pola persepsi orang tua a) Persepsi diri sebagai orang tua 174 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

b) Pendapat umum tentang identitas, kompetensi? h. Pola peran – Hubungan 1) Pola peran anak a) Struktur keluarga. b) Masalah/stresor keluarga c) Interaksi antara anggota keluarga anak d) Respon anak/bayi terhadap perpisahan e) Anak : Ketergantungan ? f)

Anak : Pola Bermain ?

g) Anak : Tempertantrum ? Masalah disiplin ? Penyesuaian sekolah ? 2) Pola peran orang tua a) Peran ikatan?Kepuasan ? b) Pekerjaan/ sosial/ hubungan perkawinan? i. Sexualitas 1) Sexualitas anak a)

Perasaan sebagai laki – laki/ perempuan (Gender)

b) Pertanyaan sekitar sexuality?Bagaimana respon orang tua? 2) Orang tua : a)

Jika mungkin, riwayat reproduksi ?

b) Kepuasan sexual/ masalah? j. Koping – Pola toleransi stres 1) Apa yang menyebabkan stres pada anak? Level stres? Toleransi? 2) Pola penanganan masalah, support system? k. Nilai – Pola Keyakinan 1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku komitmen? 2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama? 3) Orang tua: a) Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality) semangat untuk masa depan b) Keyakinan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan?

4. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum: kesadaran, postur tubuh ( kurus atau gemuk), fatigue 175 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

b. Tanda vital c. TB/ BB ( percentil) d. Lingkar Kepala e. Mata f. Hidung g. Mulut h. Telinga i. Tengkuk j. Dada k. Jantung l. Paru – paru m. Perut n. Punggung o. Genitalia p. Ekstremitas q. Kulit

5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ( Penilaian berdasarkan DDST/ DENVER II Bagi anak usia 0 – 6 tahun 1.

Kemandirian dan bergaul

2.

Motorik halus

3.

Kognitif dan bahasa

4.

Motorik kasar

Bagi anak di atas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara umum sebagai berikut: a.

Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini

b.

Pertumbuhan gigi: -

Usia saat gigi tumbuh

-

Jumlah

-

Masalah dengan pertumbuhan gigi

c.

Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama

d.

Perkembangan sekolah, lancar? Masalah apa?

e.

Interaksi dengan pers dan orang dewasa?

f.

Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenian, OR, dsb?) 176 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

6. INFORMASI LAIN ......................................................................................................................................... …………………………………………………………………………………………. .............................................................................................................................

7. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………................................................... ..................................................................................................................

8. ANALISA DATA NO

1.

B. DAFTAR

DATA FOKUS

PROBEM

ETIOLOGI

DS : DO:

MASALAH

BERDASARKAN

PRIORITAS

DIAGNOSA

KEPERAWATAN ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………....

177 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI

RASIONAL

TTD

1.

178 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

D. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN NO

TGL / JAM

NO DX.KEP

TINDAKAN

RESPON

TTD

1.

2.

179 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

E. EVALUASI KEPERAWATAN NO

TGL / JAM

NO DX KEP

EVALUASI

TTD

S; O: A: P:

180 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry,M.J. & Wilson, D. (2009). Wong’s Esensials of Pediatric Nursing,Elseiver. James, S.R. & Ashwill,J.W. (2007). Nursing Care of Children : Principle & Practice,Saunder, St.Louise, Missouri. Mandleco, B.L.& Pott.N.K. (2007). Pediatric Nursing : Caring for Children and Their Families,I 2nd ed, Thomson Corporation, New York. Santrock, J. W. (2002). Child Development 9th ed , McGraw-Hill Companies, NewYork. Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development 8th ed , McGraw-Hill Companies, NewYork. Wong, D.L.(2004). Pedoman Klinis :Keperawatan Pediatric, 4th ed, EGC, Jakarta. Wong,D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6, alih bahasa Agus Sutarna, dkk, EGC, Jakarta.

181 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

Related Documents


More Documents from "Afifatuzzakiyah"