BUDIDAYA IKAN PATIN PADA KOLAM TANAH
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patin adalah jenis ikan masuk kelompok ikan berkumis, (Siluriformes) Yang termasuk dalam (Genus Pangasius), (Famili Pangasiidae) Nama patin juga di sematkan pada salah satu anggotanya.Ada dua jenis ikan patin yang amat dikenal saat ini yaitu patin biasa dan patin siam , banyak juga yang menyebutnya jambal siam. Sekarang ikan patin menjadi ikan yang sangat terkenal diseluruh Indonesia,dari kota hingga pelosok desa.Menu masakan patin juga sudah membudaya pada warung-warung makan. Budidaya ikan patin sebenarnya relatif mudah, Sehingga anda tak perlu ragu dan
bimbang
jika
tersebut.Pertamanya
anda
berminat
pemenuhan
usaha
kebutuhan
budidaya ikan
patin
ikan
patin
ini
hanya
mengandalkan cara penangkapan dari sungai, Danau dan rawa.. Seiring dengan meningkatnya peminat masyarakat ikan patin mulai di budidayakan di kolam seperti, kolam dengan menggali tanah dan kolam dari terpal. Peluang usaha budidaya ikan patin terebut bisa dilakukan dengan 2 bidang kegiatan seperti, kegiatan pembenihan, dan kegiatan pembesaran sebagai komsumsi. Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran yang tertentu. Budidaya ikan patin pemenuhan bibit ini cukup memenuhi prospek yang bagus karena permintaan bibit juga cukup besar. Budidayaikan patin sebagai persediaan bibit ini memerlukan waktu yang relatif pendek sehingga perputaran modal dapat di percepat. Budidaya ikan patin ini dalam kategori pembesaran yang biasanya di lakukan pada saat bibit ikan patin memiliki berat 8-12 gram/ekornya. Dan setelah 6 bulan bisa mencapai 600-700 gram/ekonya. sebagai petani ikan patin ini memanen setelah berusia 3 hingga 4 bulan karena permintaan pasar ikan patin dengan bobot yang lebih rendah per ekornya. Budidaya ikan patin sebagai bibit dan ikan komsumsi memiliki peluang usaha yang Sama-sama menguntungkan. CARA BERBUDIDAYA IKAN PATIN Budidaya
ikan
patin
memerlukan
beberapa
persyaratan
dan
kondisi
lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan.Buat anda persyaratan
Budidaya
ikan
patin
seperti
berikut
di
bawah
ini.
a. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan dan budidaya ikan patin adalah : Sejenis tanah liat/Lempung. Tidak berporos, Jenis-jenis tanah tersebut bisa menhan massa air kuat dan besar dan tidak bocor sehingga dapat di buat sebagai pematang atau dinding kolam. b. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam yang berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. c. Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang di pasang disungai maka lokasi yang tepat adalah sungai yang ber arus lambat. d. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin haruslah bersih. tidak terlalu keruh dan tidak bercampur Bahan-bahan kimia beracun. dan minyak atau limbah pabrik. Dan kualitas air harus terus di perhatikan, untuk mengindari timbulnya Jamur dan yang lainya. Maka perlu di tambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich Dengan dosis 0,05 cc/Liter). e. Suhu air yang bagus pada saat penetesan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26-28 Derajat C. Di Daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater atau pemanas untuk mencapai suhu optimal yang relatif Stabil. f. PH Air Berkisar Antara : 6,5-7. 1.1. Tekhnik Pemeliharaan Ikan Patin Hal‐hal yang perlu di perhatikan dalam pemeliharaan pembesaran yaitu 1) Pengelolaan Kolam a. pengeringan kolam Kolam dikeringkan dan biarkan selama 5 – 7 hari tergantung pada cuaca.
Pengeringan
telah
selesai
dilakukan
ditandai
dengan
terlihatnya retak – retak pada tanah dasar kolam. b. Pengapuran Setelah tanah dasar kolam selesai diolah lakukan pengapuran. Pengapuran berfungsi untuk membunuh bakteri dan biobit penyakit yang terdapat pada dasar dan dinding kolam. Kapur yang digunakan untuk pengapuran yaitu Kapur Dolomit atau kapur pertanian (Kaptan). Dosis pemberian pupuk yaitu 20 – 50 gram per meter persegi, Tergantung pada kondisi kolam. c. Pemupukan Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50‐700 gram/m2
2. Pengisian Air Kolam Air kolam diisi secara bertahap. Untuk awal pemeliharaan lakukan pengisian air setinggi 50 – 60 cm, kemudian lakukan penambahan air secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan ikan. 3. Tebar Benih Setelah kolam diisi dengan air sebaiknya dibiarkan dahulu selama 5 – 7 hari hingga terjadi perubahan warna air, dimana telah tumbuh plankton yang terdapat pada air, hal ini dapat dijadikan sebagai pakan alami tambahan bagi benih ikan. Untuk tahap awal benih yang dimasukkan sebaiknya berukuran 4 – 6 cm atau 2 inchi. Benih yang akan dipelihara sebaiknya berasal dari tempat pembenihan ikan yang baik, karena salah satu kunci keberhasilan dalam usaha budidaya tergantung pada benih yang digunakan. 4. Pemberian Pakan Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan yang diberikan per hari sebanyak 3‐5% dari jumlah berat badan ikan peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan kenaikan berat badan ikan dalam kolam. Hal ini dapat diketahui dengan cara menimbangnya 5‐10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang dipelihara (sampel), atau dapat dilakukan secara konvensional dengan melakukan pemberian pakan hingga ikan sudah kelihatan kenyang. Dalam hal ini sebaiknya pemberian pakan terhadap ikan tidak buru-buru tetapi dengan cara berangsur - angsur. Selain Pakan pabrikan ikan patin juga dapat diberi pakan tambahan seperti, Usus ayam, sisa dapur, roti yang terbuang maupun Pellet buatan. 5. Penanganan Hama dan Penyakit 5.1. Hama Pada pembesaran ikan patin di kolam hama yang sering menyerang antara lain lingsang, kura‐kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan‐ikan kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen. Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit) sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya
semak belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin. 5.2. Penyakit Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non‐infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan patogen. Penyakit non‐infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen. a) Penyakit akibat infeksi Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat seranganparasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yang mati, terutama benih yang berumur 1‐2 bulan. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan. Macam-macam penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan. Penyakit akibat Infeksi a. Penyakit parasit b. Penyakit jamur c. Penyakit bakteri Penyakit non‐infeksi Penyakit non‐infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. 6) PANEN 6.1. Penangkapan Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan mengalami luka‐luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka ikan
patin
akan
terpojok
pada
bagian
hulu.
Pemanenan
seperti
ini
menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga kematian ikan dapat dihindari. 4.2. Pembersihan
Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan. Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal dengan berat 8‐12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai 600‐700 gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala sebanyak 2‐3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2‐3 orang. Ikan yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.