MATA KULIAH PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA
“Membedakan Etika dan Estetika Berbudaya”
Oleh :
Ade Mawar
11161001
Adinda Malicha Putri
11161002
Alma Risa Fitriana
11161003
Ayu Putri Ani
11161007
Hana Fauzi Yahya
11161017
Mariana Fitri Widyanti
11161023
Nada Geta Pratiwi
11161025
Reza Pradana Saputra
11161032
Shafira Amalia
11161036
TikaWulandari Dwi M
11161041
Program Studi S1 Keperawatan
STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat kemurahan-Nya makalah “Membedakan Etika dan Estetika Berbudaya ” ini dapat kami selesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna penyempurnaan makalah ini di kemudian hari. Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Jakarta, 14 September 2017
Penyusun
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etika Berbudaya ...........................................................................3 B. Pengertian Estetika Berbudaya ......................................................................5 C. Perkembangan Etika Dan Estetika Berbudaya ..............................................6 D. Memanusiakan manusia .................................................................................7 E. Problematika Kebudayaan .............................................................................8
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................12 B. Saran ..............................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu, manusia mampu menciptakan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.Tetapi, banyak juga manusia yang tidak memiliki etika dan estetika dalam berbudaya serta tidak memanusiakan manusia. Melalui makalah ini, kami akan membahas mengenai etika dan estetika berbudaya, memanusiakan manusia dan problematika kebudayaan. Perkembangan etika dan estetika budaya suatu bangsa berhubungan erat dengan peubahan sosial budaya yang terjadi pada bangsa tersebut. Permasalahan tersebut dapat menjadi latar belakang pentingnya mempelajari bagaimana perubahan dapat diterima masyarakat. Dewasa ini sebagian besar mahasiswa memahami etika dan estetika budaya secara parsial atau tidak berdasarkan pemahaman yang utuh, akibatnya mereka menafsirkan
bahwa
kebebasan
dalam
mengapresiasi
dan
mengekspresikan
nilai estetika adalah pemutlakan tunggal tanpa ada kaitannya dengan nilai lainnya seperti nilai etika budaya tertentu. Ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa antara nilai etika budaya dengan nilai estetika budaya harus berjalan beriringan atau mempunyai kedudukan yang sama, tetapi dalam konteks kegunaan suatu nilai terdapat urutan yang harus dipenuhi berdasarkan prioritas seperti nilai yang tergolong primer dan sekunder.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Etika ? 2. Apa pengertian dari Estetika ? 3. Bagaimana Perkembangan Etika Dan Estetika dalam Berbudaya ? 4. Apa itu Memanusiakan Manusia ? 1
5. Apa Saja Problemmatika Kebudayaan ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Etika berbudaya 2. Untuk mengetahui Apa pengertian dari Estetika 3. Untuk mengetahui Perkembangan Etika Dan Estetika dalam Berbudaya 4. Untuk mengetahui Hakikat Manusia sebagai makhluk berbudaya 5. Untuk mengetahui Problemmatika Kebudayaan
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etika Berbudaya Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos.Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umum tentang sikap perbuatan, kewajiban dan sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak atau kesusilaan.Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk perbuatan manusia. Etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut danl mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan social apa yang kita jalani. Etika ialah suatu sesuatu yang di mana dan bagaimana suatu cabang utama filsafat yang mempelajari suatu nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai suatu standar dan penilaian moral. Jadi etika berbudaya ialah suatu kebiasaan tata cara dalam berprilaku didalam lingkungan masyarakat. Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai berikut : 1. Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku. Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan makna etika yang pertama. Nilai-nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan manusia. Nilai etik diwujudkan ke dalam norma etik, norma moral, atau norma kesusilaan. Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi. Penduduk norma etik adalah nurani, individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri. Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya 3
dilarang oleh norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia.Norma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja. Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka timbullah dalam nurani si pelanggar itu rasa penyasalan, rasa malu, takut dan merasa bersalah. Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh ideology masyarakat pendukungnya. Perilaku membunuh adalah perilaku yang moral, asusila, atau tidak etis.Pandangan ini bisa diterima oleh orang mana saja atau universal.Namun, dalam hal tertentu, perilaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku yang amoral.Etika masyarakat Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat Barat. Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku. Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Norma etik menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik.Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik. Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika berbudaya menganut tuntutan/keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang.Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan,bahkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya tidak beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung pada paham atau ideologi yang meyakini masyarakatpendukung kebudayaan. Hal ini dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun sangat dipengaruhi oleh ideologi masyarakat. Contohnya, budaya perilaku 4
berduaan di jalan antara sepasang pemuda mudi,bahkan bermesraan di hadapan umum. Masyarakat individual menyatakan hal demikian bukanlah perilaku tidak etis, akan tetapi ada sebagian orang atau masyarakat yang berpandangan hal tersebut merupakan penyimpangan etik. 2. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode etik) 3. Etika dalam arti ilmu ajaran tentang yang baik dan yang buruk.
B. Pengertian Estetika Berbudaya Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya.Estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilainilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika dapat dikatakan sebagai teori keindahan atau seni.Estetika berkaitan dengan nilai indah – jelek (tidak indah). Nilai estetika berarti nilai tentang keindahan.Keindahan dapat diberimakna secara luas, secara sempit, dan estetik murni. a. Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun yang nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti luas meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah,ilmu yang indah dan kebijakan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada, apakah merupakan hasil seni, alam, moral dan intelektual. b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna ). c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran, perabaan
dan
perasaan
yang
semuanya
dapat
menimbulkan
persepsi(anggapan). Jika estetika dibandingkan dengan etik, maka etika berkaitan dengan nilai tentang baik buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang baik-jelek. Sesuatu yang estetika berarti memenuhi bentuk keindahan (secara estetik murni maupun sempit, baik dalam bentuk kata, warna , garis ataupun nada).Budaya yang estetik berarti budaya itu meliputi keindahan.Apabila nilai etik bersifat relatif universal, 5
dalam arti bisa diterima banyak orang, namun nilai estetik sangat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah bagi orang lain. Misalnya dua orang memandang sebuah lukisan. Orang pertama akan mengakui akan keindahan dalam lukisan tersebut, namun bisa jadi orang kedua tidak menemukan keindahan dalam lukisan tersebut. Oleh karena itu subjektif, nilai estetik tidak boleh dipaksakan pada orang lain. Kita bisa memaksa seseorang untuk mengakui sebuah keindahan lukisan sebagai pandangan kita. Nilai estetik lebih bersifat kepada perasaan ,bukan pernyataan. Budaya merupakan hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk memanuhi
unsur
keindahan.Manusia
sendiri
memang
suka
dengan
keindahan.Disinilah masyarakat berusaha berestetika dalam berbudaya sebudaya pasti dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya tersebut.Hal-hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya. Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain. Contohnya, budaya, suku-suku bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut penari dan pakaiannya mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya , bahkan dipandanganeh oleh masyarakat suku lain, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan.Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainnya. Keindahan adalah subjektif, tetapi kita dapat melepaskan subjektivitas kita untuk melihat adanya estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya
yang
demikian
akan
mampu
memecah
sekat-sekat
kebekuan,
ketidakpercayaan, kecurigaan, dan rasa inferioritas antarbudaya.
C. Perkembangan Etika Dan Estetika Berbudaya Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri solidaritas sejenis pada makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini menjadi kesadaran sosial, memberi rasa tanggungjawab dan bilaterpenuhi akan menjelma menjadi rasa bahagia. 6
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan kehidupan kelompok dan individu. Pada awalnya etika dikenal pada sekelompok manusia
yang
sudah
memiliki
peradaban lebih
tinggi.
Terdapat
proses
indrawi yangdiperoleh secara visual dan akustik(instrumental) . Keduanya mengambil peran tambahan melakukan Fungsi-fungsi yang jauh lebih tinggi, bukan hanya melakukan Fungsi visual , tetapi telah melibatkan prosesproses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan lebih bertujuan untuk memberi pengetahuandan kebahagiaan jasmani dan ruhani Etika pada pada perkembangannya terbagi atas usaha
untuk
melakukan
perbuatan baik dan usaha untuk keindahan sehingga menimbulkan rasa senang terhadap suatukebaikan.Sedangkan Estetika sendiri merupakan pemisahan dari pengertian Etika yang mengkhususkan pada usaha untukkeindahan saja. nikmat indah adalah peristiwa alam biasa dan memberi peranan lebih banyak kepada intelek manusia untuk menikmati keindahan&Aristoteles Dengan melihat uraian diatas, maka dapat dilihat beberapa sudut pandang dan sikap manusia terhadap keindahan. Pada masa Yunani, kemudian pada abad pertengahan, keindahan ditetapkan sebagai bagian dari teologi. pada
abad
pertengahan di Barat, tekanan diletakan pada subjek, proses yang terjadi ketika seseorang mendapatkan pengalaman keindahan. Pada jaman modern, tekanan justru diletakkan pada objek sehingga tampak bahwa esetetika dipertimbangkan sebagai dari cabang sains kususnya filsasat dan psiologi. D. Memanusiakan manusia Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya.Memanusiakan manusia adalah tidak menindas sesama,tidak menghardik,tidak bersifat kasar,tidak menyakiti, dan perilaku-perilaku lainnya. Memanusiakan manusia berarti pula perilaku memanusiawikan antar sesama. Memanusiakan manusia memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Bagi diri sendiri menunjukan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai manusia.Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya,rasa hormat, kedamaian dan kesejahteraan hidup. Sebaliknya,sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya mulia. 7
Sedangkan bagi orang lain sebagai korban yang tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan
penderitaan,
kesusahan,
ketakutan,
perasaan,
dendam
dan
sebagainya.Sejarah membuktikan bahwa perseteruan, pertentangan, dan peperangan yang terjadi di berbagai belahan dunia adalah karena manusia belum mampu memanusiakan manusia lain, dan sekelompok bangsa menindas bangsa lain. Penjajahan atau kolonialisme adalah contoh perilaku suatu bangsa menindas bangsa lain. Penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan. Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi di contohkan dengan adanya kasus kekerasan terhadap para pembantu rumah tangga.Misalnya seorang pembantu disiksakan tidak diberikan upah, dikurung dalam rumah, dan sebagainya.Para majikan telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas manusia yang disebut the mankind is one.Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita dalam memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan status sosial ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apapun latar belakangnya, karena manusia adalah mahluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku yang manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat manusia.Sebaliknya, perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat kodrat manusia. Perilaku yang tidak manusiawi pasti akan mendatangkan kerusakan manusia E. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup manusia (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaannya sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia. Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
8
pemilik kebudayaan.Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan. 1. Pewarisan Kebudayaan Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerus, pemilikan, dan
pemakaian
kebudayaan
dari
generasi
ke
generasi
secara
kesinambungan .Pewarisan budaya bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya untuk digunakan,dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan datang. Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi dimulai sejak dini,yaitu masa kanak-kanak, bermula dari lingkungan keluarga,temanteman
sepermainan,dan
masyarakat
luas.sosialisasi
atau
proses
pemasyarakatan adalah individu menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakat. Dalam suatu kasus,ditemukan generasi muda menolak budaya yanng hendak diwariskan oleh generasi pendahulunya. Budaya itu dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan hidup generasi tersebut,bahkan dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai budaya baru yang diterima sekarang ini. 2. Perubahan Kebudayaan Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga
terjadi
keadaan
yang
fungsinya
tidak
serasi
bagi
kehidupan.Perubahan kebudayaan mencakup banyak aspek, baik bentuk, sifat
perubahan,
dampak
perubahan,
dan
mekanisme
yang
dilaluinya.Perubahan kebudayaan didalamnya mencakup perkembangan kebudayaan. Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat regress (kemunduran) bukan progress (kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia. 9
3. Penyebaran kebudayaan Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsurunsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke masyarakat lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa menyebar ke masyarakat lain, Misalnya, kebudayaan dari masyarakat Barat (Negara-negara Eropa) masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur (bangsa Asia dan Afrika). Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara meluas. Dalam hal penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut. Pertama,aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan individual.Kebudayaan Barat yang masuk ke dunia Timur pada abad ke-19 tidak masuk secara keseluruhan.Dunia Timur tidak mengambil budaya Barat secara keseluruhan, tetapi unsur tertentu yaitu teknologi.Teknologi merupakan unsur yang paling mudah diserap.Industrialisasi di Negara-negara Timur merupakan pengaruh dari kebudayaan Barat. Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya.Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima.Contoh religi adalah lapis dalam dari budaya. Religi orang Barat (Kristen) sulit diterima oleh orang Timur dibanding teknologinya. Alasannya, religi merupakan lapisan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapis luar dari budaya. Ketiga, jika satu unsur budaya masuk maka akan menarik unsur yang lain. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang bekerja di industry teknologi tersebut. Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi berbahaya bagi masyarakat yang didatangi.Dalam hal ini, Toynee memberikan contoh nasionalisme.Nasionalisme sebagai hasil evolusi sosial budaya dan menjadi sebab tumbuhnya negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah sistem kenegaraan di dunia Timur seperti kesultanan dan kekhalifaan di Timur Tengah. 10
Penyebaran
kebudayaan
(difusi)
bisa
menimbulkan
masalah.
Masyarakat penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan Barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat memberi dampak negatif bagi perilaku sebagian masyarakat Indonesia.Misalnya, pola hidup konsumtif, hedonisme, pragmatis, dan individualistik.Akibatnya, nilai budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bisa hilang dari masyarakat Indonesia. Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antarkebudayaan. Selain difusi, kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi.Akulturasi berarti pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih yang berbeda.Akulturasi merupakan kontak antar kebudayaan, namun masing-masing masih memperlihatkan unsur-unsur budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar kebudayaan yang bertemu. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama dan intensif antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa, dan kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.
11
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Etika bisa disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk perbuatan manusia.Sedangkan estetika dapat dikatakan sebagai teori keindahan atau seni.Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. B. Saran Diharapkan para mahasiswa dapat memiliki etika dan estetika dalam berbudaya. Serta dapat memanusiakan manusia atau menghargai harkat dan derajat orang lainsebagai manusia.
12
DAFTAR PUSTAKA Herimanto, dkk.2008.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. Rosita.2015.Manusia sebagai Mahluk Budaya.http://www.ISBD.htm. 17 September Salim, Asbar.2014.Mata Kuliah Ilmu Sosial dan .http://asbarsalim009.blogspot.com/2014/04/mata-kuliah-ilmu-sosial-danbudaya.html.17September
Budaya