Budaya Apung.docx

  • Uploaded by: radit maghi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Budaya Apung.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,112
  • Pages: 12
BUKU SERI RISET ETNOGRAFI KESEHATAN TAHUN 2014 Budaya Belenggu Apung di Sumba Timur

Marapu adalah suatu agama asli di Sumba dimana pemeluknya melakukan ritual peribadatan dengan cara-cara tertentu. Marapu tidak memiliki kitab suci, dan sesungguhnya Marapu itu sendiri lebih merujuk pada sebutan untuk leluhur atau roh nenek moyang yang dikuduskan oleh keturunan-keturunannya. Pemerintah menyebut Marapu sebagai aliran kepercayaan dan bukan agama. Seorang wunang (dukun/juru bicara adat) penyembuh mengatakan jika orang Sumba bisa berubah keyakinan menjadi beragama kristen, tetapi tanah Sumba tetaplah tanah Marapu. Masyarakat Desa Watu Hadang di Sumba Timur masih memegang kepercayaan Marapu sebagai bagian dari pedoman hidup mereka, Marapu berperan penting dalam budaya masyarakat Desa Watu Hadang, berbagai peristiwa adat seperti pernikahan, kematian, syukuran, dan ritual-ritual lain seperti pengobatan atau penyembuhan masih menggunakan tradisi Marapu. Misalnya ada anggota keluarga yang sakit mereka menganggap jika sakit yang mereka derita bukanlah sakit biasa. Jika sakit tidak sembuh ketika dibawa berobat ke perawat/bidan maka kemungkinan yang terbesar merupakan kiriman dari orang lain lewat 'ngilu', atau peringatan dari Marapu yang marah dan karena itu hanya Marapu juga yang mampu menyembuhkannya. Angin atau' ngilu' itu ia sakral sampai banyak orang pantang menyebutnya ketika malam hari, dan akan berbisik jika menyebutnya ketika siang hari. Angin atau 'ngilu' dipercaya muncul saat matahari terbenam. Bila ada anggota keluarga yang sakit

mereka akan memanggil dukun untuk

melakukan pengobatan. Setelah sembuh mereka melakukan syukuran dengan melakukan ritual hamayangu

atau berdoa, dan menikam babi sebagai persembahan. Kuatnya

keyakinan jika sakit atau penyakit yang diderita merupakan akibat dari angin atau Marapu yang marah, maka mereka pun yakin penyembuhannya bukan di tangan medis. Ketika seseorang jauh dari pencipta dan leluhurnya ( Marapu ), dia akan berpotensi mengalami sakit atau penyakit karena Marapu telah lepas tangan untuk tidak melindunginya dari angin. Begitu pula jika dia melakukan kesalahan yang dianggap melanggar moral, maka sakit penyakit itu akan datang. Agen pembawa sakit tersebut adalah ‘angin’. Angin dipercaya sebagai kiriman dari Marapu yang dipercaya Tuhan untuk mengatur kepada siapa dia bisa memberi atau mencabutnya.

Ada juga ngilu yang dipercaya bukan ciptaan Tuhan, tetapi ciptaan dari leluhur yang diceritakan memiliki dendam dengan orang-orang di sekitarnya karena tidak mau menerima keberadaan dirinya. Ngilu ini bernama ngilu apung. Leluhur tersebut kemudian memanggil arwah jahat untuk membalas dendam dan membuat orang-orang yang tidak mau menerima keberadaannya dibuat selayaknya ikan yang sedang menderita. Leluhur tersebut kemudian membuat kail dan memakai kail ini untuk membuat orang-orang yang tidak mau menerimanya menjadi menderita, dengan cara memasukkan kail tersebut ke mulut mereka secara gaib, seolah-olah sedang memancing ikan. Kail yang seolah-olah tersangkut di mulut ikan akan menyakiti orang-orang yang terkena tersebut dengan rasa sakit yang luar biasa di bagian tenggorokan, disertai dengan apung atau lendir yang banyak. Jadi secara harafiah, apung berarti lendir. Maka ngilu ini pun disebut sebagai ngilu apung . Ngilu ini adalah ngilu yang ‘dibikin’ orang. TB Paru di dalam anggota keluarga di Sumba di yakini karena 'ngilu apung'. Apa yang menimpa anggota keluarga mereka bukanlah TB Paru seperti kata dokter, tetapi apung seperti kata dukun. Ada 3 jenis apung , yaitu: 1. Apung Halinding Ciri-cirinya adalah batuk berlendir atau berdahak, dan sesak nafas. Batuk ini susah untuk disembuhkan dan selalu kambuh. Ciri yang lebih spesifik adalah lendir atau dahak mudah dikeluarkan 2. Apung Runnu Ciri-cirinya adalah batuk berlendir atau berdahak, terasa sakit di semua anggota badan dan tulang, nafas tidak lancar (terengah-engah), berlendir terus menerus, bahu sampai bungkuk, dan berkeringat jika malam hari. Ciri spesifik dari apung ini adalah lendir yang berada di paru-paru, dan sulit untuk dikeluarkan tanpa bantuan obat/ramuan. Apung jenis ini adalah apung yang termasuk ngilu tama atau ‘dibikin orang’ karena konon dibawah ranjang si penderita dipasang api sehingga terus berkeringat ketika malam hari. 3. Apung Mangiala Ciri-cirinya adalah tenggorokan terasa sakit, tidak bisa makan karena tenggorokan terasa sakit jika digunakan untuk menelan, tenggorokan terasa kering dan tercekik seperti ada duri atau mata pancing di dalamnya. TB secara ilmiah adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Secara kebetulan dari hasil penelitian yag dilakukan oleh para

peneliti ada dua keluarga memiliki anggota keluarga dengan riwayat TB yang sama yaitu TB paru, dan secara kebetulan anggota keluarga yang terjangkit TB adalah anak mereka yang masih balita. Dalam hasil penelitian didapatkan kalau sakit TB yang diderita oleh keluarga tersebut diyakini karena melanggar pantangan/ larangan makan daging anjing yang merupakan aturan dari 'kabihu'. Karena melanggar maka leluhur marah dan memberi teguran dengan penyakit tersebut lewat ngilu (angin).

1. Pengkajian Sunrise Transculture 

Faktor Teknologi : 1) Kebiasaan masyarakat jika mengalami Apung Ngilu mereka akan membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke dukun, tetapi apabila di dukun tidak mengalami perubahan/sembuh baru dibawa ke tenaga kesehatan/Faskes.



Faktor Agama dan Falsafah hidup : 1) Masyarakat desa Watuhadang (Sumba Timur) masih memiliki percaya kepada marapu, walaupun sebagian masyarakat sudah menganut agama. 2) Masyarakat daerah Watuhadang telah menganut agama maupun yang belum menganut agama sama- sama masih mempercayai ritual daerahnya. 3) Masyarakat meyakini bahwa sakit yang diderita disebabkan karena “ngilu” yang di kirim oleh marapu dan “ngilu” yang dikirim oleh orang lain yang memiliki dendam terhadap orang yang sakit. 4) TB Paru di dalam anggota keluarga di Sumba di yakini karena kemarahan dari leluhur, leluhur memanggil arma jahat dan membalas dendam. Leluhur memasukkan kail ke mulut penderita secara gaib dan menyakiti tenggorokan mereka sehingga mereka merasakan nyeri hebat, disertai dengan apung atau lendir yang banyak.



Faktor Sosial dan Kekerabatan : 1) Desa Watuhadang, Sumba Timur, profinsi NTT 2) Etnik bangsa sumba adalah etnik yang menjalin kekerabatan yang erat, dan gotong royong yang masih berlaku di Sumba. 3) Garis keturunan yang diakui adalah garis keturunan Patrilineal



Nilai-nilai Budaya dan Gaya Hidup 1) Masyarakat desa Wutu Hadang mayoritas menggunakan sumba dengan dialeg kambera dan bahasa Indonesia dipakai kalau ada dalam suasana formal dan tamu dari etnik lain. 2) Masyarakat Watu Hadang percaya kepada Marapu. 3) Pengambilan keputusan di dalam keluarga adalah Ayah atau kepala kelurga.



Faktor Kebijakan dan Peraturan yang Berlaku 1) Laki – laki yang memegang peranan setra dalam urusan adat maupun keluarga dan yang berhak menggantikan peran ayah adalah anak laki –laki. 2) Semua masalah kesehatan yang dialami oleh penduduk harus ditempu dengan proses Marapu, Masyarakat masih mempercayai Marapu. 3) Masyarakat hanya mengandalkan dukun dalam penanganan masalah kesehatan.



Faktor Ekonomi 1) Sumber penghasilan masyarakat desa Watuhadang dari bertani, berternak, dan menenun.



Faktor Pendidikan

Analisa Data No

Data

Masalah

Etiologi

DS1.: Kebiasaan masyarakat jika

Ketidakefektifan

Pola

mengalami Apung Ngilu mereka

manajemen kesehatan

kesehatan keluarga

akan membawa anggota keluarga yang sakit untuk berobat ke dukun, Masyarakat meyakini bahwa sakit yang diderita disebabkan karena “ngilu” yang di kirim oleh marapu dan “ngilu” yang dikirim oleh orang lain yang memiliki dendam terhadap orang yang sakit. TB

Paru

di

dalam

anggota

keluarga di Sumba di yakini karena kemarahan dari leluhur, leluhur memanggil arma jahat dan membalas

dendam.

memasukkan penderita

kail

secara

Leluhur ke

mulut

gaib

dan

menyakiti tenggorokan mereka sehingga mereka merasakan nyeri hebat, disertai dengan

apung

atau lendir yang banyak. Masyarakat percaya kalau sakit TB yang diderita oleh keluarga tersebut diyakini karena melanggar pantangan/ larangan makan daging anjing yang merupakan aturan dari 'kabihu'. Karena melanggar maka leluhur marah dan memberi teguran dengan penyakit tersebut lewat

pelayanan

ngilu (angin). Masyarakat mengatakan berkeringat jika malam disebabkan oleh ngilu tama atau ‘dibikin orang’ karena konon dibawah ranjang si penderita dipasang api sehingga terus berkeringat ketika malam hari, DO : 

Sumber air minum masyarakat dari sumur.



Sebagian masyarakat masih menggunakan rumah tradisional sumba

2. Diagnosa keperawatan a

Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan pola pelayanan kesehatan keluarga

3. Intervensi Keperawatan No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi Keperawatan

Keperawan 1.

Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan pola pelayanan kesehatan keluarga

Goal :

NIC

Selama dalam perawatan

penyakit

menejemen kesehatan

a. Negosiasi

kembali efektif

Label

1

pengajaran:

proses

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien

Objektif :

terkait dengan proses penyakit

setelah dilakukan

yang spesifik

tindakan keperawatan selama 3 kali kunjungan

2. Kenali

pengetahuan

mengenai kondisinya

pasien

pola pelayanan kesehatan keluarga/masyarakat

dari penyakit sesuai kebutuhan

meningkat

4. Jelaskan

Kriteria hasil : NOC

3. Jelaskan tanda dan gejala umum

mengenai

penyakit, sesuai kebutuhan

Label

1

Pengetahuan:

proses

penyakit

5. Identifikasi

kemungkinan

penyebab 6. Berikan informasi kepada pasien

1. Karakter

spesifik

penyakit (3)

mengenai kondisinya 7. Diskusikan pilihan terapi atau

2. Faktor-faktor

penanganan

penyebab (4)

8. Edukasikan

3. Tanda dan gejala penyakit (4) 4. Strategi

mengenai

tindakan

untuk mengontrol /meminimalkan gejala

untuk NIC Label 2 perekatan budaya

meminimalkan

a. Maintainance

perkembangan

1. Tunjukan sikap rileks dan tidak buru – buru ketika berinteraksi

penyakit (3) 5. Efek

proses

psikososial

penyakit

bagi

keluarga (3)

dengan pasien. 2. Gunakan bahasa yang baik b. Negosiasi :

6. Manfaat menejemen penyakit (4)

1. Tentukan sifat perbedaan konsep yang dimiliki oleh perawat dan

NOC Label 2 perilaku

pasien

pencarian kesehatan

kesehataan

1. Mengajukan

perawatan.

pertanyaan pertanyaan

2. Tingkatkan yang

berhubungan dengan (4).

masalah

dan

rencana

diskusi

terbuka

terkait persamaan dan perbedaan

3. Identifikasi

bersama

pasien,

praktik kebudayaan pasien yang

2. Melakukan perilaku

disarankan (4)

hal

budaya

kesehatan

kesehatan

dalam

yang

mungkin memiliki efek negatif pada kesehatan sehingga pasien bisa membuat keputusan yang

3. Menggunakan

tepat.

informasi kesehatan

4. Diskusikan

yang terkemuka (3) 4. Mencari

yang ada 5. Negosiasi ketika konflik tidak dapat

NOC

Label

secara

terbuka dan klarifikasi konflik

bantuan

bila diperlukan (4)

perbedaan

3

dipecahkan,

pemecahan

sebuah

masalah

dimana

pengetahuan sumber –

penanganan tersebut bisa diterima

sumber kesehatan

menurut ilmu medis, ilmu yang

1. Tahu kapan untuk

berkaitan

mendapatkan

dengan

kepercayaan

pasien dan standar medis.

bantuan

dari

6. Rubah

lingkungan

terapeutik

seorang profesional

dengan menggabungkan elemen

kesehatan (4)

budaya yang sesuai

2. Sumber – sumber perawatan

7. Modifikasi intervensi yang bisa

darurat

dilakukan (misalnya, pendidikan

(5) 3. Straategi

kesehatan untuk pasien) dengan cara – cara yang lebih peka

untuk

mengakses layanan

budaya.

kesehatan (4)

No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan Ketidak

Goal :

NIC Label 1 pengajaran: proses penyakit

efektifan

Selama dalam perawatan

a. Negosiasi

pemeliharaan

pasien dan keluarga akan

kesehatan

meningkatkan

terkait dengan proses penyakit yang

berhubungan

pemeliharaan kesehatan.

spesifik

dengan

Objektif :

Hambatan

setelah dilakukan

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien

2. Kenali

pengetahuan

mengenai kondisinya

pasien

pengambilan

tindakan keperawatan

keputusan

selama 3 kali kunjungan

3. Jelaskan tanda dan gejala umum dari penyakit sesuai kebutuhan

pasien dan suami dapat

4. Jelaskan mengenai proses penyakit,

mengambil keputusan

sesuai kebutuhan

untuk masalah kesehatan

5. Identifikasi kemungkinan penyebab

yang mereka hadapi.

6. Berikan informasi kepada pasien

Kriteria hasil : NOC

mengenai kondisinya

Label

Pengetahuan:

1

7. Diskusikan

proses

penanganan

penyakit

8. Edukasikan

1. Karakter

spesifik

penyakit (3)

pilihan

terapi

mengenai

atau

tindakan

untuk mengontrol /meminimalkan gejala

2. Faktor-faktor penyebab (4)

NIC Label 2 Bimbingan Antisipatif

3. Tanda dan gejala penyakit (4) 4. Strategi

1) Libatkan keluarga maupun untuk

meminimalkan

b. Negosiasi

penyakit (3)

1) Bantu klien mengidentifikasi

psikososial

penyakit

orang - orang terdekat klien jika memungkinkan.

perkembangan

5. Efek

a. Maintainance

bagi

keluarga (3)

kemungkinan perkembangan situasi krisis yang akan terjadi dan efek dari krisis yang bisa

6. Manfaat menejemen penyakit (4)

berdampak pada klien dan keluarga 2) Intruksikan klien mengenai

NOC Label 2 perilaku

perilaku dan perkembangan

pencarian kesehatan

dengan cara yang tepat

a. Mengajukan

3) Pertimbangkan metode yang

pertanyaan pertanyaan

biasa digunakan klien dalam yang

berhubungan dengan kesehatan (4).

pemecahan masalah 4) Bantu klien untuk memutuskan bagaimana masalah dipecahkan

b. Melakukan

perilaku

kesehatan

yang

disarankan (4) c. Menggunakan informasi

kesehatan

yang terkemuka (3) d. Mencari bantuan bila diperlukan (4)

c. Restrukturisasi/ Repattering 1) Bantu klien untuk memutuskan siapa yang akan memecahkan masalah 2) Bantu klien mengidentifikasi sumber – sumber yang tersedia dan pilihan yang tersedia terhadap tindakan (yang akan

NOC Lebel 2 Pembuatan

dilakukan dengan cara yang

Keputusan

tepat)

1. Mengidentifikasi informasi yang

NIC Label 3 Peniingkatan kesadaran

relevan (4 )

kesehatan

2. Mengidentifi kasi sumber daya yang

a. Maintainance 1) Gunakan komunikasi yang

dibutuhkan (4 )

sesuai dan jelas, bahasa yang

Mempertimbang kan

sederhana.

alternative (4 )

b. Negosiasi 1) Pertimbangkan pengalaman pasien terkait dengan sistem perawatan kesehatan, termaksud promosi kesehatan, perlindungan kesehatan, pencegahan penyakit, perawatan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. 2) Pertimbangkan status kesadaran kesehatan pasien di awal kontak melalui pengkajian informal dan formal 3) Pertimbangkan hal yang telah pasien ketahui tentang kondisi kesehatannya atau resiko dan

hubungkan informasi baru dengan apa yang sudah (pasien) ketahui. 4) Gunakan strategi untuk meningkatkan pemahaman. 5) Motivasi pasien untuk mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan. c. Restrukturisasi/Repatterning 1) Berikan pendidikan kesehatan satu per satu atau konseling jika memungkinkan.

NIC Label 4 Restrukturisasi Kognitif a. Negosiasi 1) Bantu pasien mengenal kepercayaan tertentu yang tidak rasional dibandingkan dengan realita nyata 2) Bantu pasien untuk mengganti interpretasi yang salah dengan interpretasi yang lebih mempunyai dasar realita terhadap situasi penuh stres, kejadian, dan interaksi 3) Buat pernyataan yang menggambarkan alternatif cara melihat situasi 4) Bantu klien mengidentifikasi sistem kepercayaan yang mempengaruhi status kesehatan. 5) Gunakan sistem kepercayaan

pasien yang biasanya untuk melihat situasi dengan cara yang berbeda.

Related Documents

Budaya
July 2020 31
Budaya Lokal.docx
October 2019 14
Budaya Membaca
May 2020 25
Budaya Organisasi
June 2020 36
Budaya Organisasi
August 2019 35
Budaya Kuat
June 2020 15

More Documents from "manik cinderano"