1. Sel B Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antibodi humoral. Masing-masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk menyekresi antibodi spesifik. Cara kerja antibodi adalah dengan membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis (proses penelanan dan pencernaan antigen dan memicu sistem komplemen (yang berhubungan dengan respons inflamasi). Antibodi adalah molekul khusus yang mengandung serum protein yang tinggi. Antibodi dikelompokkan menjadi lima jenis, yakni masing-masing mempunyai fungsi khusus. Jenisnya yakni : IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD (Abbas, Lichtman, dan Pillia, 2010) 2. Sel T Limfosit T atau sel T mempunyai dua fungsi utama yaitu regulasi sistem imun dan membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus. Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+, CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang membantu mengaktivasi sel B, sel killer dan makrofag saat ada antigen target khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri seperti sel kanker (Swanstrom dan Coffin, 2012) Sel T juga mempunyai kemampuan untuk menyekresi sitokin (bahan kimia yang mampu membunuh sel) seperti interferon. Sitokin dapat mengikat sel target dan mengaktivasi proses inflamasi. Sel T juga membantu perkembangan sel, mengaktivasi fagositosis, dan menghancurkan sel target. Interleukin adalah sitokin yang bertugas sebagai messenger antarsel darah putih. Rekombinan interleukin pada akhir-akhir ini sedang dipelajari dalam percobaan klinis terutama bagi pasien dengan infeksi HIV (Simon, Ho, dan Karim, 2010). Secara imunologis, sel T yang terdiri atas limfosit T-helper, disebut limfosit CD4+ akan mengalami perubahan, baik secara kuantitas maupun kualitas HIV meyerang CD4+, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T (toxit HIV). Secara HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam sel membran. Pada bagian ini terdapat enzim reverse transcriptase yang
terdiri atas DNA polimerase dan ribonuklease. Pada inti yang mengandung RNA, dengan enzim DNA polimerase menyusun kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim ribonuklease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk salinan DNA kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (McCance dan Huether, 2006). Kode genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan masuk ke inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, salinan DNA dari virus disisipkan dalam DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi yang menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis (Abbas dkk., 2010; McCance dan Hoether, 2006; Roitt, Brostoff, dan Male, 2002). Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai macam sel, terutama monosit, makrofag, sel mikroglia di otak, sel epitel pada usus, dan sel Langerhans di kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah ensefalopati dan pada sel epitel usus adalah diare yang kronis (Albrecht dkk., 2007; Kasper dkk, 2015; Simon dkk, 2010). Beberapa gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru disadari pasien setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Pasien yang terinfeksi virus HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+ mengalami penurunan jumlah 1.000/ul sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200-300/ul setelah terinfeksi 2-10 tahun (Swanstrom dan Coffin, 2012). 3. Fagosit Termasuk di dalamnya adalah monosit dan makrofag, sel darah putih dengan jumlah
besar
yang
mengelilingi
dan
mencerna
sel
yang
membawa
partikel-partikel antigen. Ditemukan di seluruh tubuh, fagosit membersihkan tubuh dari sel yang rusak, memulai respons imun dengan membawa APC (Antigen Presenting Cells) pada limfosit, yang penting dalam proses regulasi dan inflamasi respons imun, dan membawa reseptor untuk sitokin. Sel dendrit, tipe lain dari fagosit juga merupakan APC (Antigen Presenting Cells). Neutrofil adalah fagosit granulosit yang penting dalam respons inflamasi (Abbas dkk, 2010).
4. Komplementer Sistem komplementer terdiri atas 25 protein