Bu Herni Fixxx Bgt.docx

  • Uploaded by: Nisa Annisa Arfiyanti
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bu Herni Fixxx Bgt.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,608
  • Pages: 31
1

BAB II PEMBAHASAN

A. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis dan sumber data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. a.

Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka. yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran umum obyek penelitian, meliputi: Sejarah singkat berdirinya, letak geografis obyek, Visi dan Misi, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, standart penilaian serta pelaksanaan Assessmen kelas, dan efektivitas pembelajaran PAI.

b.

Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka. Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah: Jumlah guru, siswa dan karyawan, jumlah sarana dan prasarana, dan hasil angket.

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu : a.

Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa di SMP Muhammadiyah 4 Gadung Surabaya.

b.

Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.

2

2. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dapat diartikan sebagi teknik untuk mendapatkan data yang kemudian dianalisis dalam suatu penelitian. Tujuan dari pengumpulan data adalah untuk menemukan data yang dibutuhkan dalam tahapan penelitian. Data tersebut digunakan sebagai sumber untuk selanjutnya dianalisis dan disimpulkan menjadi pengetahuan baru. Teknik pengumpulan data dibedakan berdasarkan pendekatan penelitian yang digunakan yaitu teknik pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dan teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif. a. Teknik pengumpulan data kuantitatif 1) Wawancara a) Pengertian Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin menggali hal yang yang lebih mendalam dengan jumlah respondennya relatif sedikit. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui alat komunikasi berupa telepon.

Teknik

wawancara

umumnya

digunakan

pada

penelitian kualitatif. Namun, beberapa penelitian kuantitatif juga dapat menggunakan teknik wawawancara. Wawancara

terstruktur

digunakan

sebagai

teknik

pengumpulan data jika peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara terstruktur, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan menyiapkan alternatif pertanyaan lain jika jawabannya telah dapat diperkirakan. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu

3

seperti tape recorder untuk membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang β€œTinjauan Desain Formulir Resume Medis Pasien Rawat Inap”: i.

Menurut Anda, bagaimana ukuran tulisan yang ada pada formulir resume medis? (1)

Sangat sesuai

(2) Sesuai (3) Kurang sesuai (4) Tidak sesuai ii. Menurut Anda, bagaimana lebar kolom pengisian pada formulir resume medis? (1) Sangat sesuai (2) Sesuai (3) Kurang sesuai (4) Tidak sesuai Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun dengan sistematis (Sugiyono, 2009). Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang Tinjauan Desain Formulir Resume Medis Pasien Rawat Inap adalah : i. Menurut Anda, bagaimana ukuran tulisan yang ada pada formulir resume medis? ii. Menurut Anda, bagaimana lebar kolom pengisian pada formulir resume medis?

4

a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Wawancara Yang

dimaksud

dengan

wawancara

adalah

proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon. i. Wawancara Tatap Muka Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain : (1)

Bisa

membangun

hubungan

dan

memotivasi

responden (2)

Bisa

mengklarifikasi

pertanyaan,

menjernihkan

keraguan, menambah pertanyaan baru (3)

Bisa membaca isyarat non verbal

(4)

Bisa memperoleh data yang banyak

Sementara kekurangannya adalah : (1)

Membutuhkan waktu yang lama

(2)

Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa daerah terpisah

(3)

Responden

mungkin

meragukan

kerahasiaan

informasi yang diberikan (4)

Pewawancara perlu dilatih

(5)

Bisa menimbulkan bias pewawancara

(6)

Responden bias menghentikan wawancara kapanpun

ii. Wawancara Via Phone Kelebihan (1)

Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka

(2)

Bisa menjangkau daerah geografis yang luas

5

(3)

Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka).

Kelemahan (1)

Isyarat non verbal tidak bisa dibaca

(2)

Wawancara harus diusahakan singkat

(3)

Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak terdaftar pun dihilangkan dari sampel.

2) Kuesioner a) Pengertian Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti memahami variabel yang akan diukur dan jawaban apa yang diharapkan dari responden (Iskandar, 2008). Contoh kuesioner kepuasan terhadap sistem pendaftaran pasien online adalah sebagai berikut: Tabel 7.1 Contoh Kuesioner

b) Macam-macam Kuisioner i.

Kuesioner yang diberikan secara Pribadi Peneliti dapat mengumpulkan semua respons lengkap dalam periode waktu singkat. Lebih murah dalam hal biaya. Lebih mudah karena tidak memerlukan keterampilan khusus. Kekurangan : organisasi kemungkinan menolak

6

memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu. ii.

Kuesioner melalui Surat Responden bisa lebih nyaman dan tidak terburu – buru akan waktu. Kekurangan : keraguan apa pun yang responden miliki tidak dapat diklarifikasi dan tingkat pengembalian kuesioner rendah.

iii.

Kuesioner melalui Email Hampir sama dengan kuesioner melalui surat, yaitu lebih memberikan kenyamanan bagi responden dalam menjawab pertanyaan, selain itu juga akan memberikan kebebasan bagi responden. Lebih murah dari kuesioner melalui surat, karena menggunakan media elektronik. Kekurangan : : responden bisa saja mengacuhkan begitu saja kuesioner yang kita berikan tanpa pemberitahuan. Menurut sifatnya, kuesioner dibagi menjadi 2 yaitu kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka : (1) Kuesioner Tertutup Kuesioner tertutup yaitu daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban. (2) Kuesioner Terbuka Kuesioner

terbuka

yaitu

daftar

pertanyaan

memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas. Adapun kelebihan dan kekurangan metode kuesioner, berikut penjelasannya : Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap dan biasanya

7

sudah

menyediakan

pilihan

jawaban

(kuesioner

tertutup) atau memberikan kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka). Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masingmasing cara ini memiliki kelebihan dan kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya

adalah

organisasi

kemungkinan

menolak memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan untuk tujuan tersebut. 3) Observasi a. Pengertian Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah dengan melengkapinya dengan lembar pengamatan sebagai instrumen. Lembar pengamatan tersebut kemudian disusun dengan format yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang diamati. Dalam observasi pencatatan disertakan penilaian kepada skala bertingkat (Arikunto, 2010). Misalnya dalam mengamati kesesuaian beban kerja petugas koder di rumah sakit, peneliti bukan hanya mencatat hasil pengamatan kegiatan petugas saat waktu kerja, tetapi juga menilai apakah kegiatan tersebut sudah sesuai atau belum. Observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian.

8

Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981). Observasi menurut Bungin (2007) juga dapat dilakukan dimana peneliti mengikuti kegiatan dari informan sekaligus melakukan pengamatan. Observasi tersebut disebut observasi partisipasi (participant observation). i.

Participant Observation Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

ii.

Non participant Observation Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data penelitian. Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.

9

Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo, dan lain-lain. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik

mengumpulkan

data,

jika

pengamatan

tersebut

mempunyai kriteria berikut: i.

Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematik.

ii.

Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan.

iii. Pengamatan tersebut dihubungkan

dengan

dicatat secara sistematis dan proposisi

umum

dan

bukan

dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja. iv.

Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara

mengumpulkan

data

mempunyai

beberapa

keuntungan antara lain: Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang; Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak

10

mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi. Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah satu metode dalam

mengumpulkan

data,

mempunyai

kelemahan-

kelemahan. b.

Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif 1) Wawancara Seperti

dijelaskan

pada

teknik

pengumpulan

data

kuantitatif, wawancara merupakan teknik yang sering digunakan peneliti dalam kualitatif. Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir, 2010). Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara, yaitu: a) The Setting Peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya

untuk

membantu

dalam

merencanakan

pengambilan data. Hal yang perlu diketahui untuk menunjang pelaksanaan

pengambilan

data

antara

lain:

tempat

pengumpulan data, waktu dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan. b) The Actors Peneliti mengetahui karakteristik calon informan. Di dalamnya termasuk situasi yang lebih disukai informan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan. c) The Events

11

Menyusun protokol wawancara, meliputi: pendahuluan, pertanyaan

pembuka,

pertanyaan

kunci,

dan

probing,

penggalian lebih lanjut. d) The Process Berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka

disusunlah

strategi

pengumpulan

data

secara

keseluruhan. Strategi ini mencakup seluruh perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan bagaimana pengambilan data dilakukan. Dalam penelitian kualitatif teknik wawancara yang umum dilakukan adalah wawancara mendalam (in-depth Interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo, 2006). Karakteristik dari wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Selain itu, agar informan dapat menyampaikan informasi yang baik dan relevan seperti harapan peneliti, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah: i.

Membuat suasana senyaman mungkin bagi informan,

ii.

Merencakan waktu dan tempat wawancara sesuai keinginan peneliti,

iii.

Menghargai informan,

iv.

Tidak

menanyakan

hal

yang

membuat

informan

tersinggung, dan v.

Sebaiknya wawancara dilakukan sendiri oleh peneliti, bukan orang lain.

12

2) Observasi Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat sering dipakai dalam metode penelitian kualitatif. Observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981). Observasi menurut Bungin (2007) juga dapat dilakukan dimana peneliti mengikuti kegiatan dari informan sekaligus melakukan pengamatan. Observasi tersebut disebut observasi partisipasi (participant observation). 3) Telaah dokumen Telaah dokumen juga dapat dijadikan sebagai teknik pengumpulan data. Beberapa data didapatkan dalam bentuk kebijakan, foto, dokumen, hasil rapat, jurnal, dll. Hal tersebut menjadi dasar untuk menarik kesimpulan dalam penelitian. 4) Diskusi kelompok terarah Diskusi kelompok terarah (focus group discussion) adalah teknik pengumpulan data dengan menggali permasalahan yang hendak diteliti oleh sekelompok orang lewat diskusi. Contohnya peneliti ingin menganalisis sikap kepemimpinan kepala unit rekam medis RS X. Oleh karena itu, peneliti mengumpulkan seluruh staf unit rekam medis untuk menggali kepemimpinan dari kepala unit.

13

B. Teknik Pengumpulan Data 1) Teknik Tes Teknik tes adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan rentetan soal atau tugas serta alat lainnya kepada subjek yang diperlukan datanya. Pengumpulan data dengan teknik tes dapat disebut juga sebagai pengukuran (measurenent). Teknik semacam ini banyak digunakan dalam penelitian kuantitatif. 1) Jenis-jenis Instrumen Teknik Tes Ditinjau berdasarkan sasaran atau objek yang diukur, instrumen untuk teknik tes dibedakan menjadi : 1) Tes hasil belajar 2) Tes kepribadian 3) Tes bakat 4) Tes intelegensi 5) Tes sikap 6) Tes minat 2.

Teknik Non-tes Sebaliknya, teknik non-tes dilakukan dengan tidak memberikan soal-soal atau tugas-tugas kepada subjek. Dalam teknik ini, data diperoleh dengan : a.

Wawancara

b.

Observasi

c.

Kuisioner

d.

Pencatatan Dokumen Instrumen untuk teknik non-tes dalam penelitian kuantitatif

berupa pedoman wawancara, kuisioner atau angket, pedoman observasi, tabel, dan alat rekam elektronik. Sedangkan instrumen untuk teknik non-tes dalam penelitian kualitatif, selain instruneninstrumen tersebut, peneliti juga merupakan instrumen penelitian.

C. Uji Reliabilitas dan Validitas

14

1. Realiabilitas a. Definisi Reliabilitas Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Pengertian reliabilitas dapat lebih mudah dipikirkan jika pertanyaan berikut dijawab : 1) Jika set objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama, apakah kita akan memperoleh hasil yang sama? 2) Apakah alat ukur yang diperoleh dengan menggunakan alat ukut tertentu adalah alat ukur yang sebenarnya dari objek tersebut? 3) Berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap objek? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak lain dari 3 aspek pengertian tentang reliabilitas. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability).Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa. Pertanyaan kedua member aspek akurasi. Suatu pertanyaan atau ukuran yang akurat adalah ukuran yang cocok dengan yang ingin diukur. Jika kedua aspek di atas, yaitu aspek stabilitas dan aspek akurasi digabungkan, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut mantap dan dapat mengukur secara cermat dan tepat. Suatu alat ukur juga harus sedemikian rupa sifatnya sehingga error yang terjadi, yaitu error pengukuran yang random sifatnya, dapat ditolerir. Dari aspek-aspek reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur. b. Teori Reliabilitas Untuk melihat relibilitas suatu alat atau instrumen, kita harus memiliki suatu alat yang standar. Ukuran yang diperoleh dengan

15

menggunakan alat standar ini dinamakan ukuran yang sebenarnya atau skor yang sebenarnya. Skor yang diperoleh dengan menggunakan alat yang kita pakai, dinamakan skor yang diperoleh. Selisih angka antara skor yang sebenarnya dengan skor yang kita peroleh, kita sebut error ukuran. Jika kita nyatakan : Ys =

skor yang sebenarnya

Yp =

skor yang diperoleh

Ye =

error pengukuran

Maka suatu identity dapat dibangun, yaitu : Yp = Ys + Ye

Besarnya error (galat) pengukuran adalah : 𝐺=

π‘Œπ‘ βˆ’ π‘Œπ‘  π‘Œπ‘

Dalam praktik, reliabilitas dinyatakan dalan bentuk variance. Dalam bentuk variance, identiti di atas dapat ditulis sebagai : Vp

=

variance yang diperoleh

Vs

=

variance sebenarnya

Ve

=

variance error

Reliabilitas dapat dilihat dari error yang dibuat. Makin besar error yang terjadi, maka makin kecil reliabilitas pengukuran, dan begitu pula sebaliknya. Untuk mencari derajat reliabilitas, maka digunakan koefisien reliabilitas (r) yang memiliki 2 arti, yaitu : 1) Reliabilitas adalah perbandingan antara variance sebenarnya dengan variance yang diperoleh, yaitu : π‘Ÿ=

𝑉𝑠 𝑉𝑝

16

2) Reliabilitas adalah perbandingan antara selisih variance diperoleh dengan variance error dan variance sebenarnya, yaitu : π‘Ÿ=

𝑉𝑝 βˆ’ 𝑉𝑒 𝑉𝑒 =1βˆ’ 𝑉𝑝 𝑉𝑝

c. Menguji Indeks Reliabilitas 1) Teknik Kesesuaian Menilai reliabilitas dengan teknik kesesuaian adlah dengan cara mencari indeks kesesuaian kasar (crude index of agreement). Caranya

adalah

dengan

mengulang

penelitian

dengan

menggunakan alat yang sama, responden yang sama, dan dalam waktu yang tidak lama. Hasil penelitian pertama kemudian digabungkan dengan hasil penelitian kedua, lalu menganalisis stabilitas dari jawaban. 2) Teknik Paralel Teknik ini hampir serupa prosedurnya dengan teknik penyesuaian, hanya saja dalam tenik paralel, variabel diukur 2 kali pada waktu yang sama atau hampir bersamaan. Kerja memisahkan pengukuran atas dua bagian yang paralel dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a)

Dua peneliti menggunakan alat ukur yang sama, atau

b)

Satu peneliti menggunakan dua alat ukur yang berbeda dalam pengertian

bahwa

alat-alat

ukur

tersebut

memang

diperuntukkan bagi pengukuran variabel yang bersangkutan. Langkah pertama dalam mencari reliabilitas adalah dengan mencari korelasi antara kedua hasil ukuran tersebut, dengan cara mencari koefisien korelasi Spearmam. Dari angka korelasi Spearman tersebut, koefisien reliabilitas dapat dicari dengan menggunakan rumus :

17

π‘Ÿ=

2𝜌 1+𝜌

dimana :  =

koefisien korelasi Spearman

r

koefisien reliabilitas

=

Sedangkan koefisien korelasi Spearman, dicari dengan menggunakan rumus : 𝜌 = 1βˆ’

6𝐷2 𝑁(𝑁 2 βˆ’ 1)

3) Teknik belah dua (split half) Teknik ini hampir sama dengan teknik paralel, hanya saja pada teknik split half, observasi dibagi menjadi dua bagian. Teknik ini bertujuan untuk menguji reliabilitas pertanyaanpertanyaan atau pernyataan-pernyataan berbentuk skala, yang mempunyai hubungan satu sama lain. Penilaian reliabilitas ini bertujuan untuk mengukur internal konsistensi pertanyaan atau pernyataan. Rumus reliabilitas yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson (1937) : 𝐾𝑅 =

βˆ‘ 𝑝. π‘ž π‘˜ {1 βˆ’ } π‘˜βˆ’1 π‘˜. 𝑠 2

dimana : k

=

jumlah item yang diuji

p

=

proporsi respon yang benar

q

=

proporsi respon yang salah = 1 - p

s2

=

variance dari skor

M

=

mean dari skor

18

2) Validitas Reliabilitas alat ukur menunjukkan pada kita tentang sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil, atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin kita ukur. Di lain pihak, validitas mempersoalkan apakah kita benar-bnar mengukur apa yang kita pikirkan sedang kita ukur. Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan curricular validity. a.

Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.

b.

Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

c.

Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

d.

Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

e.

Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

f.

Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

19

g.

Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

h.

Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.

i.

Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional. Berdasarkan definisi-definisi validitas di atas, terlihat bahwa terdapat

tumpang tindih antara yang satu dengan lainnya.Oleh karena itu, Thorndike dan Hagen membagi validitas atas dua jenis saja, yaitu validitas langsung dan validitas derivatif. Validitas langsung adalah validitas yang berdasarkan pada analisis rasional dan putusan profesi (professional judgment), sedangkan validaitas derivatif bergantung pada pembuktian statistic dan empiris. Kerlinger membagi validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas yang berhubungan dengan kriteria, validitas muka dan validitas konstrak. 1) Validitas Isi Mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya, subsansinya) cukup representative untuk sebuah sampling. Validitas isi dipandu oleh pertanyaan : β€œApakah isi atau substansi dari alat ukur ini merupakan representative dari sifat-sifat universal yang ingin diukur?” Definis dasar dari validaitas isi adalah suatu pendapat, baik pendapat pribadi maupun pendapat orang lain. Tiap-tiap item dalam uji perlu dipelajari secara seksama, dan kemudian dipertimbangkan tentang representative tidaknya isi yang akan diuji.

20

Contoh dari validitas isi adalah : seorang dosen memberikan ujian tengah semester pada Fakultas Pertanian. Materi yang diberikan selama setengah semester telah ditentukan dalam course outline. Dosen tersebut membuat soal dalam bentuk objektif dan essai. Soal tersebut perlu dipertanyakan apakah soal yang dibuat telah mencakup keseluruhan isi pelajaran sesuai dengan course outline. Pertanyaan tersebut mempersoalkan masalah validitas isi dari alat ukur (soal ujian) yang digunakan untuk mengukur prestasi mahasiswa dalam jarak waktu setengah semester. Kita lihat bahwa dalam menentukan validitas isi alat ukur, yang perlu sekali mendapat perhatian adalah : a) Apakah alat ukur (soal ujian) telah mewakili semua mata pelajaran yang diberikan? b) Apakah pokok-pokok yang dicantumkan dalam alat ukur (soal) sesuai dengan mata pelajaran yang telah diajarkan? Biasanya dosen mendiskusikan soal dengan dosen lainnya untuk melihat validitas isi tersebut, di samping menggunakan penilaian sendiri yang disesuaikan dengan course outline dari mata pelajaran yang bersangkutan. 2) Validitas yang Berhubungan dengan Kriteria Pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor alat ukur. Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara skor alat ukur dengan skor kriteria. Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi alat ukur yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana x melambangkan skor alat ukur dan y melambangkan skor kriteria. Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas

21

yaitu validitas prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity). 3) Validitas Konstrak Konstrak adalah suatu abstraksasi dan generalisasi khusus dan merupakan suatu konsep yang diciptakan khusus untuk kebutuhan ilmiah dan mempunyai pengertian terbatas. Konstrak tersebut diberi definisi sehingga dapat diamati dan diukur. Dalam melihat validitas konstrak, beberapa pertanyaan di bawah ini perlu dijawab. a) Komponen-komponen atau dimensi-dimensi yang membentuk konsep tersebut b) Landasan teori yang merangkum dimensi tersebut c) Bukti empiris yang memperlihatkan ada tidaknya keterkaitan antara komponen atau dimensi di atas Hal pertama yang dikerjakan oleh seorang peneliti dalam membahas validitas konstrak (seperti : inteligensia, status ekonomi, fertilitas, persepsi, pendidikan tradisional, dsb) adalah menganalisis unsure-unsur apa yang menjadi bagian dari konstrak tersebut. Kemudian, peneliti melihat isi dan makna dari komponen-komponen tersebut, serta alat ukur yang digunakan untuk mengukur konstrak tersebut. Hal tersebut dibutuhkan untuk mengetahui sifat-sifat apakah yang dapat menerangkan variance dari alat ukur tersebut. 4) Validitas Muka Ada 2 pengertian validitas muka. Pertama, validitas muka berhubungan dengan pengukuran atribut

yang konkrit tanpa

memerlukan referensi, misalnya: jika ingin mengetahui kemahiran seseorang dalam menulis steno, maka jumlah kata yang ditulis per detik sudah merupakan ukuran yang tepat tentang kemahiran steno seseorang. Untuk mengetahui kemahiran mengetik seseorang, maka suruhlah ia mengetik dan hitung jumlah huruf / kalimat yang dapat diselesaikan per menit.

22

Arti

lainnya

dari

validitas

muka

adalah

validitas

muka

berhubungan dengan penilaian para ahli terhadap suatu alt ukur, misalnya: seseorang peneliti ingin menyusun skala tentang persepsi. Skala tersebut diperlihatkan kepada beberapa ahli. Jika ahli-ahli itu berpendapat bahwa unsure-unsur dalam skala tersebut dapat mengukur persepsi secara baik, maka skala tersebut mempunyai validitas muka yang tinggi. 3. Contoh Uji Validitas dan Reliabilitas Perhitungan korelasi butir untuk soal bentuk uraian dengan skor butir kontinum a. Uji Validitas : Jika skor butir instrumen atau soal tes kontinum (misalnya skala sikap atau soal bentuk uraian dengan skor butir 1-5 atau skor soal 010) dan diberi simbol Xi dan skor total instrumen atau tes diberi simbol Xt, maka rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal dengan skor total instrumen atau skor total tes adalah sebagai berikut: Kemterangan: rit = koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total. xi = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xi xt = jumlah kuadrat deviasi skor dari Xt Data hasil uji coba adalah sebagai berikut:

Nomor Responden

Nomor Butir Pertanyaan

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

1

5

4

3

5

3

5

3

28

2

5

4

3

4

3

4

3

26

3

4

4

2

4

3

4

3

24

4

4

3

3

3

4

3

4

24

5

5

5

3

4

5

5

4

31

23

6

3

3

2

3

2

3

1

17

7

3

3

2

3

2

2

2

17

8

3

2

2

3

2

2

2

16

9

2

2

1

2

1

2

1

11

10

2

1

1

1

1

1

1

8

Jumlah

36 31 22 32 26 31 24

202

Penyelesaian: Untuk n=10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r=0,631. Karena nilai koefesien korelasi antara skor butir dengan skor total untuk semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. b. Uji reliabilitas Dari soal diatas, selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus koefesien Alpha, yaitu: Keterangan: rii = koefisien reliabilitas tes k = cacah butir = varian skor butir = varian skor total Koefisien reliabilitas dari contoh diatas dapat dihitung dengan cara pertama-tama dihitung varian butir sebagai berikut: Nomor butir Varian Butir 1

1,24

2

1,29

3

0,56

4

1,16

5

1,44

24

6

1,69

7

1,24

Jumlah

8,62

Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 7 butir) pada contoh diatas adalah 0,97. Contoh Perhitungan Korelasi Butir untuk Soal Bentuk Objektif 1) Uji Validitas : Jika skor butir soal diskontinum (misalnya soal bentuk objektif dengan skor butir soal 0 atau 1) maka kita menggunakan koefesien korelasi biserial dan rumus yang digunakan untuk menghitung koefesien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah: Keterangan: rbis(i)

= koefesien korelasi beserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total

X1

= rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal nomor i

Xt

= rata-rata skor total semua responden

st

= standar deviasi skor total semua responden

pi

= proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i

qi

= proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i

Contoh hasil uji coba adalah sebagai berikut: Nomor Responden

Nomor Butir Pertanyaan

Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

1

1

1

1

1

0

0

0

4

2

1

1

0

1

1

1

0

5

3

0

1

1

1

0

0

0

3

4

1

1

0

0

0

0

0

2

25

5

0

1

0

0

0

0

0

1

6

1

1

1

1

1

1

1

7

7

1

1

1

1

1

1

0

6

8

0

0

0

0

0

0

0

0

9

1

1

0

0

1

0

0

3

10

1

1

1

1

1

0

0

5

Jumlah

7

9

5

6

5

3

1

36

Xt = 3,60 St = 2,107 Nomor Butir

r-butir r-tabel

Status

1

0,70

0,63

Valid

2

0,57

0,63

Tidak valid

3

0,66

0,63

Valid

4

0,81

0,63

Valid

5

0,76

0,63

Valid

6

0,75

0,63

Valid

7

0,54

0,63

Tidak valid

Ternyata dari tujuh butir soal tes ada 5 butir yang valid dan dua butir tidak valid. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan untuk menghitung koefesien antara skor butir dengan skor total baru (5 butir), sebagai berikut: Data hasil uji coba adalah sebagai berikut: Nomor Butir

Nomor Responden

Pertanyaan

Jumlah

1

3

4

5

6

1

1

1

1

0

0

3

2

1

0

1

1

1

4

3

0

1

1

0

0

2

26

4

1

0

0

0

0

1

5

0

0

0

0

0

0

6

1

1

1

1

1

5

7

1

1

1

1

1

5

8

0

0

0

0

0

0

9

1

0

0

1

0

2

10

1

1

1

1

0

4

Jumlah

7

5

6

5

3

26

Xt = 2,6 St = 1,8

Untuk n = 10 dengan alpha sebesar 0,05 didapat nilai table r = 0,631. Karena niai koefesien korelasi biserial antara skor butir dengan skor total untuk semua butir lebih besar dari 0,631, maka semua butir mempunyai korelasi biserial yang signifikan dengan skor total tes. Dengan demikian maka semua butir tes (5 butir) dianggap valid atau dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. 2) Uji Reliabilitas : Selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut: Keterangan: rii

= koefesien reliabilitas tes

k

= cacah butir

piqi

= varian skor butir

pi

= proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

qi

= proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i = varian skor total

Koefesien reliabitas dari contoh diatas adalah: Pertama-tama dihitung varian butir (piqi) sebagai berikut:

27

St = 3,24 Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 5 butir) pada contoh diatas adalah 0,80. Nomor butir

pi

qi

piqi

1

0,7

0,3

0,21

3

0,5

0,5

0,25

4

0,6

0,4

0,24

5

0,5

0,5

0,25

6

0,3

0,7

0,21

Jumlah

1,16

D. Pengembangan Insrumen Penelitian Instrumen disusun berdasarkan kajian teori dari variabel yang diteliti. Kajian teori tentang variabel harus jelas dan tuntas sampai menemukan indikator yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut. Pada umumnya banyak peneliti pemula yang menyusun kajian teori hanya berupa kutipankutipan dari berbagai sumber tanpa dikaitkan dengan masalah yang diteliti. Jika hal ini yang terjadi, maka meskipun teori yang dirujuk sudah banyak tetapi peneliti masih belum memahami tentang substansi teori yang akan diteliti. Keterkaitan antara instrumen dengan kajian teori diilustrasikan pada gambar berikut ini TEORI

TEORI

TEORI

INSTRUMEN

INSTRUMEN

INSTRUMEN

Instrumen disusun Instrumen hanya disusun Instrumen berbeda dengan kajian berdasar (Valid)

teori dari sebagian kecil teori

teori

28

Ada beberapa langkah yang sebaiknya diikuti oleh peneliti untuk dapat menghasilkan instrumen yang berkualitas yaitu: 1. Kaji teori tentang variabel sampai menemukan indikator untuk mengukur variabel tersebut 2. Tetapkan jenis instrumen yang akan digunakan sesuai dengan karakteristik variabel yang diteliti dan responden penelitian 3. Menyusun kisi-kisi instrumen sesuai dengan indikator yang telah ditemukan pada kajian teori. 4. Menyusun butir pertanyaan sesuai kisi-kisi yang telah dibuat. 5. Uji keterbacaan instrumen kepada teman sebaya untuk mengetahui susunan kalimat mudah/sulit dipahami. 6. Validasi instrumen ke ahli materi, ahli pengukuran dan ahli bahasa (expert judgment). 7. Uji coba instrumen ke sasaran yang memiliki karakteristik sama dengan responden penelitian 8. Uji kualitas instrumen dari validitas dan reliabilitasnya Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam bentuk diagram alir adalah sebagai berikut Kaji teori variabel X, Y, Z

Temukan indikator X, Y, Z

Susun kisi-kisi instrumen X, Y, Z

Susun butir-butir instrumen sesuai kisi-kisi

Uji coba instrumen ke sasaran penelitian

Analisis validatas dan reliabilitas empiris

Validasi instrumen dengan pakar (expert judgment)

Uji keterbacaan instrumen ke teman sejawat

29

Gambar 2. Prosedur Penyusunan Instrumen Alat pengumpul data atau instrumen penelitian dibedakan menjadi dua yaitu test dan non test. Instrumen tes digunakan pada variabel yang mengukur pengetahuan, kemampuan atau kompetensi sedangkan instrumen non tes digunakan untuk mengukur variabel respon benar atau salah seperti pendapat, sikap, kepemilikan pribadi, dll. Variabel yang menggunakan instrumen tes pada umumnya adalah prestasi belajar, potensi akademik, intelegensi, keterampilan, dll. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut antara lain tes prestasi belajar, tes IQ, tes unjuk kerja, dll. Sedangkan alat ukur non tes berupa pedoman wawancara dan lembar observasi. Kualitas instrumen penelitian ditentukan oleh validitas dan reliabilitas. Apabila instrumen tidak memenuhi kriteria valid dan reliabel, maka dianggap tidak layak digunakan untuk penelitian dan instrumen tersebut harus diperbaiki. Validitas mengarah pada kebenaran atau kesepadanan antara teori dengan isi instrumen. Reliabilitas mengandung pengertian ada ketetapan atau konsistensi yaitu apabila sebuah stimulus diulang, atau terulang di bawah kondisi yang hampir sama maka akan menghasilkan respon yang sama. Stimulus dapat berupa pertanyaan atau pernyataan sedangkan respon dapat berupa jawaban atau hasil pengukuran fisik. Proses pengukuran yang hasilnya tidak stabil atau tidak konsisten akan dikatakan tidak reliabel. Berikut ini, dipaparkan cara-cara pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen/alat pengumpul data penelitian.

30

DAFTAR PUSTAKA

Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat Djaali&Pudji Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Husaini, Usman, dkk. 2003. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Suharto. 2009. Uji Validitas, Reliabilitas, Instrumen, Penelitian. Sukadji, Soetarlinah. 2000. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI-Press. Endang Mulyatiningsih. (2012). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta Likert, R. (1932). A Technique for the Measurement of Attitudes, Archives of Psychology 140: 1–55. Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/pada tanggal 10 Januari 2010 Neuman, W. L. (2003). Social research methods, qualitative and quantitative approaches, (5th. ed.) Boston: Allyn & Bacon Nitko, A. L; & Brookhart, S. M. (2011). Educational assessment of students 6th edition. Boston: Pearson Osgood, C. E., May, W. H., & Miron, M. S. (1975) Cross-Cultural Universals of Affective Meaning. Urbana, IL: University of Illinois Press Osgood, C.E., Suci, G., & Tannenbaum, P. (1975) The measurement of meaning. Urbana, IL: University of Illinois Press

31

Wiersma, W. (1986).Research methods in education an introduction, 4th . Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Related Documents

Fixxx Paper Phieya.docx
November 2019 25
Aset Fixxx Bangat.docx
December 2019 13
Pathways Kmb Fixxx
August 2019 65
Bu Nyimas.docx
June 2020 17

More Documents from "dio Kagura"

Fgd Fix.docx
June 2020 8
Sap R1.docx
June 2020 4
Instrumen Penilaian 1.docx
December 2019 21
Rpp 1.docx
December 2019 5