Bu Dar Gangguan Konsep Diri.docx

  • Uploaded by: RosaLiia PutRii
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bu Dar Gangguan Konsep Diri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,841
  • Pages: 17
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan, teknologi, modernisasi menjadi stressor yang berdampak pada kehidupan manusia, stress dapat merupakan faktor pencentus, penyebab dan akibat dari suatu penyakit sehimgga taraf kesehatan fisik dan jiwa individu yang bersangkutan menurun karenanya sehingga pada akhirnya orang tersebut terganggu jiwanya. Konsep diri (self-concept) merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman sesseorang terhadap dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan psikososial seseorang. ( A. Aziz Alimul H., 2006 hlm 238). Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu tersebut mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya. Bertambahnya populasi lanjut usia ini akan menimbulkan berbagai permasalahan. Secara individu permasalahan pada lanjut usia timbul karena terjadinya perubahan baik secara fisik, mental, maupun sosial. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimiliki. Kemunduran fungsi tubuh dan peran akan sangat berpengaruh pada kemandirian warga lanjut usia. Pada kondisi demikian diperlukan seseorang yang dapat mendampingi, menemani, merawat atau membantu mereka baik dari keluarga, tetangga ataupun kader, bahkan mungkin tenaga profesional kesehatan atau social. (Retty, 2013).

1

B. Tujuan a) Tujuan Umum Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Gangguan pada konsep diri b) Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui teori konsep diri 2) Untuk mengertahui gangguan pada konsep diri 3) Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan konsep diri yang diterapkan

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian konsep diri konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh fisikal, emosional

intelektual,

social,

dan

spiritual.

Konsep

diri

adalah

keseluruhan pikiran dan perasaan dari individu tentang dirinya sendiri sebagai suatu obyek. Kategorikan konsep diri menjadi 5 (lima) komponen, yaitu: Gambaran diri atau citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran, dan identitas diri. 1. Gambaran diri atau citra diri Merupakan kumpulan dari sikap individu yang disadari atau tidak disadari oleh tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu dan sekarang serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang berkesinambungan dimodifikasi persepsi dan pengalaman baru. Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu (Stuart dan Sundeen, 1995). Gambaran tubuh seseorang adalah penilaian dari individu tentang keadaan fisiknya termasuk dalam bagian tubuhnya yang sehat dan sakit, apakah dapat berfungsi secara normal (Driever cit. Mary, 1996). Gambaran tubuh berhubungan erat dengan kepribadian, cara memandang individu terhadap dirinya yang mempunyai dampak yang sangat penting pada aspek psikologisnya, pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberikan rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri bagi individu yang stabil.

3

Gambaran

diri,

identitas

dan

kepribadian

diri

saling

ketergantungan, gambaran diri mempengaruhi perilaku karena gambaran diri tergantung dari bagian nyata dari tubuhnya, seseorang umumnya tidak dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan fisik dari tubuhnya. 2. Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi ((Stuart dan Sundeen, 1995). Ideal diri merupakan bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau sejumlah aspirasi, cita-cita, nilai yang ingin dicapai. Ideal

diri

akan

mewujudkan

cita-cita

dan

harapan

pribadi berdasarkan norma social (keluarga dan budaya), dan kepada siapa ia ingin lakukan. Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Menurut Keliat (1994) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ideal diri adalah: a) Kecenderungan

individu

menetapkan

ideal

diri

pada

batas

kemampuannya. b) Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, kemudian standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman. c) Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri. Semua faktor di atas mempengaruhi individu dalam menetapkan ideal diri. Ideal diri merupakan hal yang paling pokok bagi seseorang dalam menetapkan konsep dan karakteristik yang diinginkannya. Ideal diri

4

hendaknya tidak ditetapkan terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi dari kemampuannya agar tetap menjadi pendorong dan masih dapat dicapai. 3. Harga diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1995). Harga diri berhubungan dengan penerimaan individu dimana

ia

berada

(Janince,

1994).

Harga

diri

berhubungan

dengan penerimaan individu terhadap dirinya sendiri, dan ia dihargai jika memiliki kemampuan dan diakui oleh orang lain (Warren cit. Mary, 1996). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi, jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan dirinya sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri akan rendah jika kehilangan rasa kasih sayang dan penghargaan dari orang lain. Sedangkan harga diri yang rendah berhubungan dengan personal yang buruk dan terutama menonjol pada klien yang depresi (Stuart dan Sundeen, 1995). Adapun manifestasi orang dengan harga diri rendah adalah kehilangan nafsu makan, atau kehilangan berat badan, makan yang berlebihan, konstipasi atau diare, gangguan tidur, tubuh tidak terawat, sulit dalam melakukan aktivitas baru, penurunan gairah seksual, perubahan perilaku, sedih dan cemas, perasaan terisolasi, takut dan mudah marah kepada orang lain, lebih suka menjadi pendengar dari pada berpartisipasi dengan orang lain, mengeluh nyeri dan pusing, perasaan tidak berharga lagi, membenci diri sendiri, merasa tidak dapat meraih kesuksesan, merasa tidak berarti, tidak mampu menyelesaikan masalah, berperilaku yang aneh, melihat orang lebih baik dari pada dirinya sendiri. (Driever cit. Mary, 1996).

5

Ada empat elemen yang dapat meningkatkan harga diri seseorang menurut Stanwyck (cit. Oliveri, 1995), yaitu: 1) pengertian dari orang lain; 2) peran social yang diharapkan; 3) perkembangan krisi psikologi; dan 4) komunikasi dalam bentuk koping. 4. Penampilan peran Penampilan diri merupakan serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan berhubungan dengan fungsi individu di berbagai kelompok social. Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan lain. Peran yang diterima adalah peran terpilih dan dipilih oleh individu. Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Beck. Cit. Keliat, 1994). Setiap orang termasuk usia lanjut selalu disibukan dengan perannya yang berhubungan dengan posisi pada setiap waktu sepanjang kehidupan, Misalnya peran sebagai kakek-nenek, orang tua, anggota masyarakat, suami-istri

dan lain-laian. Peran-peran tersebut sangat

dibutuhkan untuk mencapai aktualisasi diri seseorang. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran untuk memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri. Adapun stressor dari peran meliputi: a) Konflik peran Konfllik peran ini dialami jika peran yang diminta konflik dengan system individu atau dua peran yang konflik satu sama lainnya. b) Peran yang tidak jelas. Peran yang tidak jelas bisa terjadi jika individu diberikan peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.

6

c) Peran yang tidak sesuai Peran yang tidak sesuai bisa terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap contoh orang tua yang ditunjuk sebagai tokoh masyarakat (RT atau RW) yang belum pernah dialaminya. d) Peran berlebihan Peran ini bisa muncul apabila terjadi jika seseorang individu menerima peran sebagai kakek, tokoh masyarakat, orang tua, ketua organisasi social dll. Dimana peran-peran tersebut tidak bisa dijalankan dengan baik karena kondisi fisiknya. Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi individu dalam menyesuaikan terhadap peran, yaitu: a) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran b) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan. c) Kesesuaian dan keseimbangan antara peran yang diembannya. d) Keselerasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran. e) Pemisahan situasi yang akan menciptakan ketidaksesuaian perilaku peran.

5. Identitas diri. Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yan utuh (Stuart dan Sundeen, 1995). Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertangung jawab terhadao kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu, mempunyai konotasi otonomi dan meliputi persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

7

Meier (cit. Stuart dan Sundeen, 1995) mengidentifikasi lima ciri identitas ego, yaitu: a) Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain. b) Mengakui jenis kelamin sendiri c) Memandang berbagai

aspek

dalam

dirinya

sebagai

suatu

keselarasan. d) Menilai diri sendiri sesuai dengan nilai masyarakat e) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan. Dalam konsep diri tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari penguasaan lingkungan, konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang maladaptive. Adapun rentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar 1 (satu) sebagai berikut:

B. Faktor konsep diri 1. Predisposisi Berbagai factor penunjang terjadinya perubahan konsep diri seseorang. Faktor ini dapat dibagi sebagai berikut: a) Faktor yang mempengaruhi harga diri yang meliputi: penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis kegagalan yangnberulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistic. b) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah stereotipik peran seks, tuntutan peran kerja dan harapan peran cultural. c) Faktor

yang

mempengaruhi

identitas

personal

meliputi

ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dari struktur social. 8

2. Faktor presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi atau stressor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi gambaran diri adalah: 1) hilangnya bagian tubuh; 2) tindakan operasi; 3) proses patologi penyakit; 4) perubahan struktur dan fungsi tubuh; 5) proses tumbuh kembang; dam 6) prosedur tindakan dan pengobatan. Stressor yan mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah; 1) penolakan dan kurang pengaharagaan diri dari orang tua dan orang yang berarti; 2) pola asuh anak yan tidak tepat; 3) persaingan antar saudara; 4) kesalahan dan kegagalan yang terulang; 5) cita-cita yang tidak tercapai; dan 6) gagal bertanggung jawab terhadap dirinya.

9

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian Pengkajian terhadap masalah konsep diri adalah presepsi diri atau pola konsep diri, pola berhubungan atau peran, pola reproduksi, koping terhadap stres, serta adanya nilai keyakinan dan tanda tanda ke arah perubahan fisik, seperti kecemasan, ketakutan, rasa marah, rasa bersalah, dan lain lain. a) Citra tubuh Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang baru. Yang perlu dikembangkan dalam citra tubuh pasien sebagai berikut : a. Berat badan b. Tinggi badan c. Bentuk tubuh d. Tanda-tanda pertumbuhan sekunder b) Ideal diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Yang perlu dikembangkan dalam ideal diri pasien sebagai berikut : a. cita cita pasien b. harapan pasien c. identifikasi pada orang tua d. Aspirasi pasien e. Nilai-nilai yang ingin dicapai

10

c) Harga diri Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Yang perlu dikembangkan dalam harga diri pasien sebagai berikut : a. percaya diri b. penghargaan dari orang lain Ciri- ciri lansia yang mengalami harga diri rendah adalah sebagai berikut : a. Mengungkapkan rasa malu/bersalah karena sudah tua b. Mengungkapkan menjelek-jelekkan diri, peot, bongkok dll c. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya, ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan) d. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalahan hidup yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif, masalah di masallalu yang tak dapat diselesaikan. e. Kesulitan dalam membuat keputusan d) Peran Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Yang perlu dikembangkan dalam peran sebagai berikut : a. Minat dan bakat b. Aktualisasi diri e) Identitas Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten dan keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja.

11

2. Diagnosa keperawatan gangguan konsep diri : 1. Diagnosa : ketidak efektifan Koping berhubungan dengan gangguan konsep ( Harga diri rendah) diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis. 2. Diagnosa : Kehilangan harapan berhubungan dengan gangguan konsep diri (ideal diri) dikarenakan harapan orang tua yang tidak realistis. 3. ketidakefektifan

Performa peran, berhubungan dengan gangguan

konsep diri ( peran ) dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.

3. Rencana Intervensi : a) Diagnosa : Koping, ketidak efektifan berhubungan dengan gangguan konsep diri dikarenakan harapan diri yang tidak realistis.

Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan harga diri yang realistis Tujuan Khusus : Klien dapat menunjukkan penyelesaian masalah yang ia hadapi Kriteria Evaluasi : 1. Menunjukkan koping yang efektif 2. Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress 3. Menggunakan strategi koping yang paling efektif 4. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari hari 5. Mengungkapakan secara verbal tentang rencana penerimaan atau mengubah situasi

12

Intervensi : 1. Peningkatan koping Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor, perubahan atau ancaman yang menggangu pemenuhan tuntutan dan peran hidup 2. Konseling Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau mendukung koping, penyelesaian masalah, dan berhubungan interpersonal. 3. Bantuan emosi Memberikan penenangan, penerimaan dan dorongan selama periode stress 4. Peningkatan peran Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk

memperbaiki

hubungan

dengan

mengklarifikasi

dan

menambahkan perilaku peran tertentu 5. Peningkatan harga diri Membantu pasien untuk meningkatkan personal terhadap harga dirinya

b) Diagnosa : Kehilangan harapan gangguan konsep diri (ideal diri) dikarenakan harapan yang tidak realistis.

Definisi :Kehilangan harapan dapat terjadi seiring dengan sakit yang di derita. Itu dapat terjadi dua kali dengan kejadian yang lebih parah yang dapat mengakibatkan keadaan yang permanen atau menjadikan penyebab stress yang lebih akut, sehingga pasien tidak dapat membuat keputusan dalam dirinya.

13

Tujuan Umum : Menentukan ideal diri yang realistis Tujuan Khusus :Dapat berperilaku yang sesuai dengan ideal diri yang ia harapkan

Kriteria Evaluasi : 1. Pasien mulai mengenali pilihan dan alternatif lain yang akan diambil. 2. Pasien mulai memobilisasi energi dalam dirinya (membuat keputusan )

Intervensi : 1. Mengkaji peran penyakit dalam kehilangan harapan pasien 2. Mengkaji penampilan secara fisik 3. Mengkaji selera, latihan dan pola tidur 4. Mengkaji dukungan lingkungan sosial

c) Diagnosa : Performa peran, ketidakefektifan berhubungan dengan gangguan konsep diri dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru dalam diri.

Definisi : Pola perilaku dan ekspresi diri yang tidak sesuai dengan konteks lingkungan, norma, dan harapan.

Tujuan umum : Menunjukkan performa peran Tujuan khusus : Mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan peran

Kriteria evaluasi : 1. Kemampuan untuk memenuhi harapan peran 2. Pengetahuan tentang periode transisi peran

14

3. Penampilan perilaku peran dalam keluarga, persahabatan, dan tempat karier 4. Melaporkan strategi perubahan peran

Intervensi : 1. Peningkatan koping Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor, perubahan, atau ancaman, yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup 2. Penumbuhan harapan 3. Peningkatan peran Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga untuk

memperbaiki

hubungan

dengan

mengklarifikasi

dan

menambahkan perilaku peran tertentu

15

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain. Komponen konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu : a. Gambaran diri b. Ideal diri c. Harga diri d. Peran e. Identitas diri Konsep diri bukan merupakan suatu hal yang dibawa sejak lahir tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik individu dengan: dirinya sendiri, orang terdekat serta dengan realitas yang terjadi disepanjang kehidupannya B. Saran 1. Perawat harus menjalin hubungan yang baik dengan klien untuk terwujudnya asuhan keperawatan yang dilakukan 2. Perawat harus menggunakan komunikasi terapeutik dan respon empati 3. Perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan konsep diri 4. Perawat harus mendengarkan dan mendorong pasien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaan klien

16

DAFTAR PUSTAKA Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Analisa Konsep Diri Pada Lanjut Usia Yang Dirawat Di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta (Erni Wahyu Setyowati) Edisi 1. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Carpernito, L.K. 2009. Buku Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi 9

Darmojo & Martono, 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: Jakarta.

Effendi, F & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Praktek Dalam Keperawatan Jakarta: Salemba Medika.

Maryam, R. Ekasari, M. Rosidawati. Jubaedi, A. & Batubara I. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Ediisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pujiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi Pada Lansia. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2003. Buku Ajar Keperawatan Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

17

Related Documents

Dar
October 2019 49
Dar
December 2019 74

More Documents from "Maura Walsh"