Bph And Pc.docx

  • Uploaded by: Erikha Bessie
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bph And Pc.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,632
  • Pages: 17
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA A. Pengertian BPH adalah pertumbuhan berlebihan sel-sel prostat yang tidak ganas. BPH kadang tidak menimbulkan gejala, tetapi jika tumor ini terus berkembang, pada akhirnya akan mendesak uretra yang mengakibatkan rasatidak nyaman pada penderita. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat yang menyebabkan uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar dari buli-buli (Basuki B. Purnomo, 2008)

B. Faktor risiko Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah : 1. Kadar Hormon Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko BPH. Testosteron akan diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5α-reductase, yang memegang peran penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat 2. Usia Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli(otot detrusor) dan penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adanya obstruksikarena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala.Testis menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhandinamakan androgen. Hormon tersebut mencakup testosteron, dihidrotestosteron dan androstenesdion. Testosteron sebagian besardikonversikan oleh enzim 5-alfa-reduktase menjadi dihidrotestosteronyang lebih aktif secara fisiologis di jaringan sasaran sebagai pengaturfungsi ereksi. Tugas lain testosteron adalah pemacu libido, pertumbuhan otot dan mengatur deposit kalsium di tulang. Sesuai dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas. 3. Riwayat keluarga Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap penyakit ini, semakin besar risiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH. Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila 2 anggota keluarga, maka risiko meningkat menjadi2-5 kali. Dari penelitian terdahulu didapatkan OR sebesar 4,2 (95%, CI1,7-10,2)

3. Obesitas Obesitas akan membuat gangguan pada prostat dan kemampuan seksual,tipe bentuk tubuh yang mengganggu prostat adalah tipe bentuk tubuh yang membesar di bagian pinggang dengan perut buncit, seperti buah apel. Beban di perut itulah yang menekan otot organ seksual, sehingga lama-lama organ seksual kehilangan kelenturannya, selain itu deposit lemak berlebihan juga akan mengganggu kinerja testis.Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat. Pola obesitas pada laki-laki biasanya berupa penimbunan lemak pada abdomen. Salah satu cara pengukuran untuk memperkirakan lemak tubuh adalah teknik indirek, di antaranya yang banyak dipakai adalah Body Mass Indeks (BMI) dan waist to hip ratio (WHR). BMI diukur dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m). Interpretasinya (WHO) adalah overweight (BMI 25-29,9

kg/m2), obesitas (BMI > 30 kg/m2). Pengukuran BMI mudah dilakukan, murah dan mempunyai akurasi tinggi. WHR diukur dengan cara membandingkan lingkar pinggang dengan lingkar panggul. Pengukurannya dengan cara penderita dalam posisi terlentang, lingkar pinggang diambil ukuran minimal antara xyphoid dan umbilicus dan lingkar pinggul diambil ukuran maksimal lingkar gluteus - simfisis pubis. Pada laki-laki dinyatakan obesitas jika lingkar pinggang > 102 cm atau WHR > 0,90.19Pada penelitian terdahulu didapatkan Odds Rasio (OR) pada laki-laki yang kelebihan berat badan (BMI 25-29,9 kg/m2) adalah 1,41 pada lakilaki obesitas (BMI 30-34 kg/m2) adalah 1,27 sedangkan pada laki-laki dengan obesitas parah (BMI >35 kg/m2) adalah 3,52. 5. Aktivitas Seksual Kalenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk pembentukan hormon laki-laki. BPH dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan kebersihan. Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostat yang mengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang tidak bersih akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH. Aktivitas seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron.20 Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,40.20 6. Kebiasaan merokok Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.6 Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2,74 (95% CI : 1,43-5,25)24 7. Kebiasaan minum-minuman beralkohol Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin B6 yang penting untuk prostat yang sehat. Zink sangat penting untuk kelenjar prostat. Prostat menggunakan zink 10 kali lipat dibandingkan dengan organ yang lain. Zink membantu mengurangi kandungan prolaktin di dalam darah. Prolaktin meningkatkan penukaran hormon testosteron kepada DHT.24,25 Penelitian terdahulu didapatkan OR : 2.56 (95% CI : 1,37-4,75)25

C. Riwayat alamiah penyakit Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari obstruksi pada leher kandung kemih dan uretra oleh BPH. Selanjutnya obstruksi ini dapat menimbulkan perubahan struktur kandung kemih maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa lower urinary tract symptomps (LUTS), yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms), gejala iritasi (storage symptoms), dan gejala pasca berkemih. Gejala obstruksi meliputi pancaran kemih lemah dan

terputus, merasa tidak puas setelah berkemih. Gejala iritasi meliputi frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia. Gejala pasca berkemih berupa urine menetes, hingga gejala paling berat adalah retensi urin. KLASIFIKASI Derajat Benigne Prostat Hyperplasia Benigne Prostat Hyperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan klinisnya : 1. Derajat satu, Keluhan prostatisme ditemukan penonjolan prostat 1 – 2 cm, sisa urine kurang 50 cc, pancaran lemah, necturia, berat + 20 gram. 2. Derajat dua, Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan tinggi (menggigil), nyeri daerah pinggang, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, sisa urine 50 – 100 cc dan beratnya + 20 – 40 gram. 3. Derajat tiga, Gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih 100 cc, penonjolan prostat 3 – 4 cm, dan beratnya 40 gram. 4. Derajat empat, Inkontinensia, prostat lebih menonjol dari 4 cm, ada penyulit keginjal seperti gagal ginjal, hydroneprosis. (Arisandi, 2008)

D. Segitiga epidemiologi 1. Host: Manusia berumur lebih dari 50 tahun 2. Agent: Nutrien dan hormon 3. Environment: lingkungan sosial sangat mempengaruhi pola makan dan pola pergaulan.

E. Diagnosis BPH Diagnosis BPH dapat ditegakkan berdasarkan atas berbagai pemeriksaanawal dan pemeriksaan tambahan. Pada 5 th International Consultation on BPH (IC-BPH) membagi kategori pemeriksaan untukmendiagnosis BPH menjadi: pemeriksaanawal (recommended ) dan pemeriksaan spesialistik urologi (optional) 1. Pemeriksaan Awal

a. Anamnesis Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis yangmeliputi gambaran klinis pada saluran kemih meupun di luar saluran kemih. 1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruksidan gejala iritatif. Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada salurankemih bagian bawah, beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistemskoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.Sistem skoring yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) danAsosiasi Ahli Urologi Amerika (AUA) adalah Skor Internasional Gejala Prostatatau IPSS (International Prostatic SymptomScore) yang telah distandarisasi.Skor ini berguna untuk menilai dan memantaukeadaan pasien BPH. 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atasberupa gejala obstruksi antara lain nyeri peinggang, benjolan di pinggang (yangmerupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dariinfeksi atau urosepsis. 3. Gejala di luar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karenamengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit tersebutkarena sering mengejan pada saat miksi sehingga meningkatkan tekananintraabdominal. Kadang-kadang didapati urin yang selalu menetes tanpa disadarioleh pasien yaitu merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa. 2. Pemeriksaan Fisik Colok dubur atau digital rectal examination (DRE) merupakan pemeriksaanyang penting pada pasien BPH, disamping pemerik-saan fisik pada regio suprapubikuntuk mencari kemungkinan adanya distensi buli-buli. Dari pemeriksaan colok duburini dapat diperkirakan adanya pembesaran prostat, konsistensi prostat, dan adanyanodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan prosta. Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensikenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidakdapatkan nodul, sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostatkeras/teraba nodul dan mungkin di antara lobus prostat tidak simetris. 3. Pemeriksaan Penunjang a.Laboraturiuma 1. Urinalisis/ sedimen urin Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksiatau inflamasi pada saluran kemih. Pada pasien BPH yang sudah mengalamiretensi urine dan telah memakai

kateter, pemeriksaan urinalisis tidak banyakmanfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruriaakibat pemasangan kateter. 2. Pemeriksaan fungsi ginjal Obstruksi infravesika akibat BPH menyebabkan gangguan pada traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Dikatakan bahwa gagal ginjal akibat BPH terjadi sebanyak 0,3-30% dengan rata-rata 13,6%. Gagal ginjal menyebabkan resiko terjadinya komplikasi pasca bedah (25%) lebih sering dibandingkan dengan tanpa disertai gagal ginjal (17%), dan mortalitas menjadi enam kali lebih banyak. Oleh karena itu pemeriksaan faal ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas. 3. Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen) PSA disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancerspecific. Serum PSA dapat dipakai untuk meramalkan perjalanan penyakit dari BPH;dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti: (a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat, (b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine lebih jelek, dan (c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut. Kadar PSA di dalam serum dapat mengalami peningkatan pada peradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin tua. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah: 

40-49 tahun : 0-2,5 ng/ml



50-59 tahun :0-3,5 ng/ml



60-69 tahun :0-4,5 ng/ml



70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml

Meskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita karsinoma prostat. Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat. Sebagian besar guidelines yang disusun di berbagai negara merekomendasikan pemeriksaan PSA sebagai salah satu pemeriksaan BPH.

F. PENCEGAHAN BPH  pencegahan primer - olaraga yang cukup - pola hidup sehat

- minum air putih 8-10 gelas/ hari  Pencegahan Sekunder Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan, terapi menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah dengan:  Mulai berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam tiap hari.  Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman keras.  Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia atau meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.  Mulai membiasakan diri untuk tidak minum apa pun dua jam sebelum waktu tidur agar terhindar dari nokturia atau berkemih sepanjang malam.  Pencegahan tersier  TRUP  Vaporasi prostat transurectal  TUMT

KANKER PROSTAT A. Pengertian Kelenjar Prostat merupakan salah satu kelenjar organ genetalian pria yang berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler, yang terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum (Drake et.al. 2007). Kelenjar prostat dipengaruhi oleh hormon androgen, termasuk testosteron yang diproduksi oleh testis yaitu dehidroepiandrosteron. Fungsi kelenjar prostat mensekresi cairan encer, seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku, dan profibrinolisin (Guyton dan Hall, 1997). Prostat mengeluarkan cairan berwarna putih yang memberi nutrisi dan mengangkut sperma, yang disebut sebagai semen. Kanker prostat merupakan suatu penyakit kanker yang menyerang kelenjar prostat dengan sel-sel prostat, tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali, sehingga mendesak dan merusak jaringan sekitarnya yang merupakan keganasan terbanyak diantara sistem urogenitalia pada pria.

B. Data Epidemiologi Kanker ini sering menyerang pria yang berumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada usia lebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria berusia di bawah 45 tahun (Purnomo, 2011).

TABEL PREVALENSI DAN ESTIMASI PENYAKIT KANKER PROSTAT DI INDONESIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 Kanker prostat No Nama Provinsi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambu Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kep. Bangka Belitung Kep. Riau DKI.Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI.yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat

% Diagnosis dokter 0,1 0,0 0,1 0,2 0,1 0,3 0,3 0,1 0,3 0,2 0,0 0,0 0,2 0,5 0,3 0,4 0,5 0,0 0,0 0,0 0,1 0,2 0,1 0,5 0,1 0,5 0,2 0,0 0,0

Estimasi absolut 234 0 250 633 170 1200 276 406 208 199 0 0 3248 879 5668 2357 1043 0 0 0 121 389 209 601 143 2027 238 0 0

jumlah

30. Maluku 0,1 84 31. Maluku Utara 0,0 0 32. Papua Barat 0,1 45 33. Papua 0,1 176 Total 0,2 25012 Sumber: Diolah berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI

Prevalensi kanker prostat di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 0,2% atau sebanyak 25.012 penderita. Provinsi yang memiliki kanker prostat tertinggi adalah D.I. Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,5%, sedangkan berdasarkan estimasi jumlah penderita penyakit kanker prostat terbanyak berada pada provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. C. Faktor Risiko Faktor risiko yang tidak dapat diubah 1. Umur kanker prostat berkembang lebih sering pada usia di atas 50 tahun dan jarang dijumpai pada umur kurang dari 45 tahun, tetapi lebih menjadi sering seiring dengan bertambahnya usia 2. Jenis Kelamin Kanker prostat hanya diderita oleh laki-laki.

3. Genetik Menurut kim dan steinberg (2000), dan Moyad (2002), riwayat keluarga sebagai faktor resiko kanker prostat. Kira-kira 15-25 % pasien didiagnosis dengan kanker prostat dilaporkan memiliki satu hubungan darah relatif dengan diagnosa yang sama. Laki-laki dewasa dengan ayah atau saudara laki-laki yang menderita kanker prostat mempunyai dya kali menderita kanker prostat dibandingkan dengan lakilaki dewasa yang tidak memiliki riwayat kanker prostat.sedangkan menurut purnomo, (2011), adanya faktor genetika yang melandasi terjadinya kanker prostat,dimana riwayat keluarga yang menderita kanker prostat menjadi dua kali jika saudara laki-lakinya menderita serta memungkinkan naik menjadi lima kali jika ayah dan saudaranya juga menderita

Faktor risiko yang dapat diubah 1. Gaya hidup 2. Hormon

penjelasan Singkat untuk faktor risiko Riwayat keluarga merupakan faktor resiko paling kuat dalam menderita kanker prostat. Resiko kanker prostat dua kali lipat pada pria yang memiliki suatu hubungan dengan penderita kanker prostat[4]. Menurut Perdana dan Chaidir (2016) riwayat kanker prostat sudah sejak lama diidentifikasikan sebagai faktor resiko penting dalam kanker prostat dan merupakan hal yang paling mudah dideteksi dalam praktik klinis. Peran obesitas, yang diidentifikasikan dengan indeks massa tubuh (BMI), pada patogenesis kanker prostat tidak terlalu dijelaskan[5]. Banyak studi memperlihatkan bahwa kelebihan berat badan tidak akan membawa kepada peningkatan kasus kanker prostat, meskipun, beberapa menunjukkan asosiasi positif hubungan tersebut. Hasil analisis ini tidak selaras dengan penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa obesitas merupakan faktor risiko terjadinya kanker prostat. Tidak adanya hubungan yang signifikan ini karena proporsi yang hampir sama antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hampir samanya proporsi ini kemungkinan disebabkan karena recall bias (bias mengingat) riwayat kegemukan yang pernah dialami responden. Berat badan responden didasarkan atas persepsi atau perkiraan responden bukan dari hasil pengukuran[6]. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan perbandingan Chi-Square dihitung dengan ChiSquare table diketahui bahwa nilai Asymp.Sig sebesar 0,739. Karena nilai Asymp.Sig 0,739 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor resiko pola/gaya hidup (merokok) terhadap angka kejadian kanker prostat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Staibano (2013), berkurangnya rasio mortalitas kanker prostat terobservasi dalam berkurangnya merokok. Studi epidemiologi prospektif 2009, menyatakan merokok meningkatkan 30% resiko kanker prostat fatal dibandingkan dengan yang tidak merokok[7]. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan perbandingan Chi-Squaredihitung dengan ChiSquare table diketahui bahwa nilai Asymp.Sig sebesar 0,041. Karena nilai Asymp.Sig 0,041 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara faktor resiko pola/gaya hidup (alkohol) terhadap angka kejadian kanker prostat. Berdasarkan penelitian Zuccolo et al (2013), partisipan diminta untuk menjawab kuesioner kesehatan dan pola hidup setelah memeriksakan diri ke klinik tetapi sebelum hasil PSA mereka tersedia. Dengan pertanyaan kepada kebiasaan dan banyaknya jumlah konsumsi alkohol selama 10 tahun terakhir dan seberapa banyak jumlah konsumsi alkohol per minggu dan juga dibandingkan dengan tipe alkohol. Penelitian ini didasarkan kepada gelas alkohol ukuran 125 ml dan ukuran per botol alkohol 284 ml. Hasil penelitian adalah pria yang mengkonsumsi alkohol hampir setiap hari lebih terdiagnosis dengan kanker tahap lanjut dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol. Kesimpulan terakhir penelitian ini adalah, pria yang mengkonsumsi alkohol frekuensi sering menyebabkan peningkatan resiko kanker prostat high-grade dan generalisasinya pada populasi eropania dengan penggunaan uji PSA. Akan tetapi, tidak ada kesimpulan stabil untuk mencapai kealamiahan efek alkohol pada kanker grade-rendah[8].

Berdasarkan penelitian Fall et al (2013), menjelaskan pria dengan kanker prostat memperlihatkan tingginya proporsi tumor resiko tinggi daripada pasien dengan kanker prostat tanpa diabetes. Androgen kadar rendah di antara pria dengan diabetes dapat terlibat ke dalam perbedaan, seperti yang telah disugesti oleh ditemukannya peningkatan resiko tumor resiko tinggi di antara pria (dengan pengukuran 5-α inhibitor)[9]. Sedangkan untuk riwayat penyakit inflamasi prostat (riwayat penyakit sebelumnya, dalam De Marzo et al (2007), menjelaskan sekitar 20% dari keseluruhan kanker pada manusia disebabkan oleh infeksi kronis atau kondisi kronik inflamasi. Suatu hipotesis berhasil diperlihatkan ke dalam karsinogenesis prostat. Gambaran eksposur ke faktor lingkungan seperti agen infeksi dan karsinogenesis diet, dan ketidakseimbangan hormon dapat membawa kepada luka pada prostat dan perkembangan inflamasi kronik dan regeneratif lesi ‘faktor resiko’, sering disebut proliferasi inflamasi atrofi (PIA)[10]. Karena kanker prostat diketahui terkait dengan kadar hormon pria, para peneliti menggunakan frekuensi seks sebagai pembanding untuk penelitian kanker prostat. Mereka berpendapat bahwa pria yang banyak berhubungan seks ketika muda, memiliki kadar hormon lebih tinggi. Sehingga Gairah seks pria yang pernah berhubungan seks lebih dari 20 kali dalam satu bulan, akan lebih rentan terhadap kanker prostat. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa hubungan yang bermakna antara kanker prostat dan aktivitas seksual pada seorang pria usia 20-an, antara masturbasi (onani) dan kanker prostat pada usia 20-an dan 30-an. Namun tidak ada hubungan yang signifikan pada penderita kanker prostat yang melakukan aktivitas seksual pada usia 40-an. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan perbandingan Chi-Square dihitung dengan ChiSquare table diketahui bahwa nilai Asymp.Sig sebesar 1,000. Karena nilai Asymp.Sig 1,000 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor resiko riwayat perilaku seks menyimpang terhadap angka kejadian kanker prostat. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kejadian kanker prostat berdasarkan riwayat perilaku seks menyimpang. Pada kejadian kasus, riwayat perilaku seks menyimpang tertinggi pada yang tidak mempunyai riwayat perilaku seks menyimpang yaitu 29 orang, sedangkan pada mempunyai riwayat perilaku seks menyimpang yaitu 1 orang. Pada kejadian kontrol, tidak ada riwayat perilaku seks menyimpang sebanyak 30 orang

D. Riwayat alamiah penyakit 1. Tahap prepatogenesis Tahap prepatogenesis kanker prostat terjadi ketika seseorang memiliki faktor risiko dari kanker prostat. Faktor risiko yang dimaksud adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, ras, dan hormon.

2. Tahap Patogenesis Fase suseptibilitas (tahap peka) Stadium T1 Stadium T1 adalah tingkatan stadium kanker prostat yang paling pertama. Pada stadium ini, ada tumor tunggal (ukuran apapun) yang belum tumbuh pada pembuluh darah. Kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau tempat yang jauh, karena belum ditemukan pada saat pemeriksaan fisik colok dubur dan tidak tampak pada pemeriksaan pencitraan. Namun tumor bisa secara tidak sengaja ditemukan ketika operasi untuk menangani pembesaran prostat jinak (BPH). Stadium T2 Stadium kanker prostat tahap kedua disebut T2. Pada tahapan ini, kanker dapat teraba saat pemeriksaan colok dubur dan saat pemeriksaan pencitraan. Namun pertumbuhan kanker masih tergolong kecil (5 cm atau kurang) dan sebatas pada prostat saja, belum menyebar ke kelenjar getah bening terdekat atau tempat yang jauh Fase subklinik (presimtomatik) Stadium T3 Pada stadium kanker prostat tahap ketiga atau T3, kanker mungkin sudah tumbuh membesar dan ada lebih dari satu tumor, setidaknya satu lebih besar dari 5 cm (2 inci). Kanker sudah menyebar ke struktur di sekitar prostat, yaitu vesikula seminalis. Fase klinis Stadium T4 Stadium kanker prostat atau T4 adalah tahapan kanker paling akhir. Pada stadium akhir ini, kanker umumnya sudah tumbuh semakin besar hingga tumbuh ke jaringan-jaringan di sekitar prostat dan vesikula seminalis seperti rektum, kandung kemih, dan dinding panggul. E. Segi tiga epidemiologi 1. Host : Manusia yang berjenis kelamin laki-laki dan berumur di atas 50 tahun 2. Agent: nutrien (makanan yang dikonsumsi), dan hormon 3. Environment: sosial F. Diagnosis 

Colok dubur atau DRE. Hal ini dilakukan untuk mendiagnosis adanya kanker. Dokter atau perawat yang memeriksa prostat akan memasukkan jari yang telah







dilumasi cairan pelumas ke dalam dubur dan meraba prostat melalui dinding dubur untuk mencari benjolan pada bagian prostat. Menggunakan tes antigen khusus prostat (PSA) yang meningkat pada darah. PSA merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh prostat, dan mungkin saja ditemukan jumlah yang meningkat di darah pria penderitakanker prostat. Kadar PSA ini juga mungkin tinggi pada pria yang memiliki infeksi, peradangan atau pembesaran kelenjar non-kanker. Biopsi USG. Pemeriksaan ini merupakan prosedur di mana tes dilakukan dengan alat USG sebesar ukuran jari. Alat ini akan dimasukkan ke dalam dubur untuk memeriksa prostat. Alat ini juga dipergunakan digunakan untuk memantulkan gelombang suara berenergi tinggi (ultrasound). CT scan. Biasanya dokter akan menggunakan sinar X dan komputer untuk membuat gambar detail dari bagian dalam tubuh Anda) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging untuk membantu mengidentifikasi tingkat keterlibatan kanker setelah mendapatkan konfirmasi biopsi kanker.

G. Pencegahan Pencegahan Kanker Prostat merupakan suatu langkah yang dianjurkan kepada setiap pria yang akan sangat membantu mengurangi gejala-gejala Kanker Prostat, diantaranya adalah : 

Pencegahan Primer

Pencegahan primer yang merupakan pencegahan yang dilakukan pada orang sehat yang memiliki faktor resiko untuk terkena Kanker Prostat. Menurut PhysiciansCommiteeforResponsibleMedicine (PCRM) 2012, Kanker prostat tanpak meningkat diseluruh dunia yang disebabkan sebagian oleh kebiasaan makan Barat. Asupan daging dan susu yang meningkat dan pola makan tinggi makanan olahan dan rendah serat telah dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker prostat. Menurut Purnomo (2011), Beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadiya kanker prostat adalah sebagai berikut: 1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin A, beta karoten, isoflavom, vitoestrogen yang terdapat kedelai, likofen (anti oksidan karotenoit yang banyak terdapat pada tomat), selenium ( terdapat ikan laut, daging, biji-bijian),Vitamin E serta tinggi serat 2. Menghindari makanan yang berlemak tinggi 3. Menghindari konsumsi daging yang berlebihan 4. Membatasi makanan yang diawetkan atau yang mengangung penyedap rasa 5. Menghindari paparan bahan kimia kadmium (Cd) yang banyak terdapat pada alat listrik dan baterai.



Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk melakukan deteksi dini, diagnosa dan pengobatan terhadap penderita Kanker Prostat dengan tujuan mengurangi akibat-akibat yang lebih serius. Karsinoma prostat stadium awal bersifat asimtomatik pada saat diagnosa, dan lebih dari 80% pasien menderita stadium 3 dan 4 pada saat diagnosa (Isselbacher et.al. 2000). Menurut Purnomo (2011), untuk membantu menegakakan diagnosis suatu adenokarsinoma prostat dan mengikuti perkembangan penyakit tumor ini terdapat beberapa penenda tumor, yaitu (1) PAP (ProstaticAcidPhosphatase ) dihasilkan oleh sel asini prostat, dan disekresikan ke dalam duktuli prostat dan (2) PSA ( ProstateSpecefic Antigen ) yaitu suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sitoplasma sel prostat, dan berperan dalam melakukan likuefaksi cairan semen. Menurut Kresno (2001), kadar PSA dalam serum pria normal maupun penderita kanker prostat adalah 0,1-2,6ng/ml, kadar PSA meningkat pada hipertrofi prostat hingga ratarata 3,4ng/ml dan pada kanker prostat stadium tiga dan empat kadar PSA yaitu masingmasing 10,1 ng/ml dan 24,2 ng/ml. Dengan demikian maka perlu dilakukan pemeriksaan karsinoma prostat dengan menggunakan : 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan colok dubur kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi dengan colok dubur jika volumenya sudah >0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari colok dubur berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan tersebut dapat menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas persen dari seluruh penderita Kanker prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja, dibandingkan dengan kadar PSA. Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan disertai kadar PSA > 2,6 ng/ml mempunyai nilai prediksi 5-30% ( Kemenkes RI, 2015). 3. USG transrektal (TRUS) Pada pemeriksaan USG transrektal dapat diketahui adanya area hipo-ekoik(60%) yang merupakan adalah satu tanda adanya kanker prostat dan sekaligus mengetahui kemungkinan adanya ekstensi tumor ke ekstrak apsuler. Selain itu dengan tuntunan USG dapat di ambil contoh jaringan pada area yang dicurigai keganasan melalui biopsy aspirasi dengan jarum halus (BAJAH) (Purnomo, 2011). 4. Biopsi Biopsi prostat untuk mendiagnosa dan mengindikasi jika terdapat kelainan pada perabaan sewaktu dilakukan colok dubur, peningkatan nilai PSA serum >10ng/ml tetapi penderita KAP kadar PSA <4ng/ml dan kelainan bila gejala saluran kemih bagian bawah timbul yang memiliki riwayat obstruksi. Biopsi prostat dilakukan dengan panduan USG melalui dubur (Isselbacher et.al. 2000; dan Dalimartha, 2004) 5. CT scan dan MRI CT scan diperiksa jika dicurigai adanya metastasis pada limfonudi (N), yaitu menunjukkan skor Gleason tinggi (>7) atau kadar PSA tinggi. Dibandingkan dengan USG transrektal, MRI

lebih akurat dalam menentukan luas ekstensi tumor ke ekstrakapsuler atau ke vasikulaseminalis (Purnomo, 2011). Diagnosa kanker prostat dapat dilakukan atas kecurigaan pada saat pemeriksaan colok dubur. Kecurigaan ini kemudian dikonfirmasi dengan biopsi, dibantu dengan Trans RectalUltrasoundScanning (TRUSS). Ada 50% lebih lesi yang dicurigai pada saat colok dubur terbukti sebagai kanker prostat. Pada kanker prostat stadium awal biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan colok dubur berupa nodul keras atau secara kebetulan ditemukan adanya tingkat kadar penanda tumor PSA (ProstateSpecificAntigens) pada saat pemeriksaan laboratorium (Purnomo, 2011). Tes Prostate-Specific Antigen digunakan untuk menghitung kadar PSA di dalam darah pasien. Tes ini digunakan untuk mendiagnosa BPH dan carcinomaprostat. Direkomendasikan untuk laki-laki diantara 40 - 50 tahun yang punya risiko tinggi. Stamey, adalah pertama untuk mengaitkan kadar serum PSA dengan volume jaringan prostate. Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 1980-an didapatkan kadar serum PSA daripada BPH adalah 0.30 ng/mL per gram jaringan dan 3.5 ng/mL per cm3 dari jaringan kanker. Vesely, mendapatkan bahawavolume prostat dan kadar serum serum PSA mempunyai korelasi signifikan dan meningkat dengan pertambahan usia. Kadar PSA meningkat secara moderatedalam 30 hingga 50% pasien BPH, tergantung besarnya prostat dan derajat obstruksi, dan PSA juga meningkat bagi 25 hingga 92% pasien dengan carcinomaprostat, tergantung volume tumor tersebut (Roehrborn, 2013)Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur harus diperhatikan konsistensi prostat (pada pembesaran prostat jinak konsistensi kenyal), seperti asimetri, nodul pada prostat, batas atas yang dapat diraba. Pada kanker prostat, prostat teraba lebih keras dari sekitarnya atau ada prostat asismetri dengan bagian yang lebih keras. Dengan colok dubur dapat diketahui batu prostat bila teraba krepitasi. Pemeriksaan laboratorium yang biasanya dilakukan adalah uroflowmetri dan tes prostate-specific antigen (PSA). Uroflowmetri merupakan teknik urodinamik untuk menilai uropati obstruktif dengan mengukur pancaran urin pada waktu miksi. Apabila Flowrate< 15 mL/sec, ini menandakan obstruksi, dan apabila postvoidresidual volume > 100 mL, ini menandakan retensi. Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 –8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 – 15 ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan (Roehrborn, 2013). Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan mengukur pancaran urin pada waktu buang air kecil yang disebut uroflowmetri. Angka normal pancaran kemih rata-rata 10-12 ml per detik dan pancaran maksimal 20 ml per detik. Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6-8 ml per detik sedangkan maksimal pancaran menjadi 25 ml per detik atau kurang. Obstuksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga mengganggu faal ginjal karena hidronefrosismenyebabkan infeksi dan urolitiasis (Jong dan Sjamsuhidajat, 2010). Kanker Prostat yang sudah mengadakan metastasis ke tulang memberikan gejala nyeri tulang, fraktur pada tempat metastasis, atau kelainan neurologis jika metastasis pada tulang vertebra. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (PressureFlowStudies) dapat dilihat dengan

pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan apakah penyebabnya adalah obstruk7si atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan AbramsGriffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat diukur (Hommaetal. 2011). Pemeriksaan pada tulang dilakukan dengan Bone scan. Bone scan dipergunakan untuk mencari metastasihematogen pada tulang. Pemeriksaan ini cukup sensitive, tetapi beberapa kelainan tulang hasil positif palsu antara lain arthritis dengan degenerative pada tulang belakang, penyakit Paget, setelah sembuh dari cedera patah tulang atau adanya penyakit tulang yang lain. Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa factor yaitu grading tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup saat diagnosis. Dalam menentukkan usia harapan hidup, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu parameter untuk menentukan pilihan terapi (Kemenkes RI, 2015). 22. 14:53 

Pencegahan tersier

-active monitoring -radioterapi definitif -prostatektomi radikal -terapi lokal -terapi humoral

Related Documents

Bph And Pc.docx
December 2019 8
Intro(bph)
April 2020 18
Ruu Bph
December 2019 18
Bph L3
May 2020 17
Bph Sap.docx
December 2019 24

More Documents from ""