PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN
MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MODEL KOOPERATIF, MODEL PROBLEM-BASED LEARNING, DAN MODEL GROUP INVESTIGATION Disusun oleh Dra. SAWITRI KOMARAYANTI, M.S. Dibiayai oleh Program Hibah Kompetisi A-1 Tahun 2007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER DESEMBER 2007
PENGANTAR Dengan rakhmat Allah SWT dan dengan bantuan dana Program Hibah Kompetisi A-1 untuk Peningkatan Manajemen Akademik Yang Mendukung Penembangan Proses Pembelajaran Berbasis Lingkungan dan Multimedia, pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah,
maka
penyusunan
HIBAH
PEMBELAJARAN
BERBASIS
LINGKUNGAN pada mata kuliah STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI dapat terlaksana dan terselesaikan. Buku Hibah Pembelajaran Berbasis Lingkungan pada mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Biologi ini disusun untuk meningkatkan kompetensi dosen dalam merancang model pembelajaran berbasis lingkungan dan sekaligus guna memenuhi kebutuhan buku tentang Strategi Belajar Mengajar Biologi yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran berbasis lingkungan. Tersedianya waktu yang pendek dalam proses penyusunannya, menyebabkan buku ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan masukan untuk perbaikan sangat diperlukan. Kepada sem,ua pihak yang telah membantu penyelesaian buku ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT memberi balasan yang setimpal. Jember, Nopember 2007 Penyusun
2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................................. 1 PENGANTAR……………………………………………………………………… 2 DAFTAR ISI................................................................................................................ 3 SILABI MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI............ 4 1. PENDAHULUAN................................................................................................... 8 A. Inovasi Proses Belajar Mengajar IPA/Biologi............................................. 8 B. Mengapa Inovasi Pembelajaran Harus Dilakukan........................................ 9 C. Bagaimana Inovasi Pembelajaran Dilakukan...............................................11 D. Bagaimana Memilih Strategi Pembelajaran.................................................15 2. STRATEGI-STRATEGI BELAJAR........................................................................16 A. Strategi Mengulang.......................................................................................18 B. Stratei Elaborasi...........................................................................................19 C. Strategi Organisasi........................................................................................21 D.Strategi Metakognitif.....................................................................................26 3. POKOK BAHASAN TERPILIH SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME......................................................................26 A. Topik..............................................................................................................26 B. Kompetensi Dasar..........................................................................................26 C. Pengembangan Materi Ajar............................................................................27 D. Strategi Pembelajaran Berbasis Lingkungan Untuk Topik ”Model-Model Pembelajaran Dalam Biologi Sebagai Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme............62 1. Model Pembelajaran Kooperatif.........................................................62 2. Model Problem-Based Learning.........................................................63 3. Model Group Investigation.................................................................63 DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................64.
3
. SILABI MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR-MENGAJAR BIOLOGI I. Identitas Mata Kuliah A. Mata Kuliah
: STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI
B. Kode/SKS
: PBL. 103/3
C. Semester
:4
D. MK. Prasyarat
:-
E. Dosen
: Dra. Sawitri Komarayanti, MS.
II. Kompetensi: Mahasiswa mampu : 1. Memahami pengertian inovasi proses belajar mengajar IPA(Biologi). 2. Memahami kedudukan dan fungsi strategi belajar mengajar dalam kegiatan pembelajaran biologi di sekolah. 3. Menganalisis model-model pembelajaran biologi di sekolah. III. Deskripsi Matakuliah ini mengembangkan kemampuan mahasiswa menganalisis hubungan antar komponen yang saling mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar biologi di sekolah, meliputi kajian (1) pengertian inovasi proses belajar mengajar IPA (Biologi), (2)Hubungan tujuan dan strategi pembelajaran, (3) Materi pelajaran dan pengalaman belajar dalam biologi, (4) Metode, pendekatan dan media pembelajaran biologi, (5) Model-model pembelajaran dalam biologi sebagai aplikasi teori belajar konstruktivisme ,(6) Penerapan teori belajar, metode dan media belajar dalam strategi pembelajaran biologi, (7) Teknik perancangan pembelajaran biologi. IV. Referensi: Wajib : 1. Troebridege Leslie W and Rodger W. Bybee, 1986. Becaming a Secondary School Science Teacher. Columbus:Merril Publishing Company. 2. Ibrahim Muslimin, 2007. Strategi Belajar Mengajar.Program Pascasarjana Universitas Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.
4
Anjuran: 1. Carin A.A. and R.W. Sund. 1975. Teaching Science Through Discovery. Columbus:Charles E. Meriil Publishing Company. 2. Emmer, Edmund T, et.al. 1984. Classroom Management For Secondary Teacher. New Jersey. Prentice hall, Inc. 3. Sund R.B. and L.W. Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry in The Secondary School. Columbus: Charles E, Meriil Publishing Company. IV. Rancangan Kegiatan Pembelajaran : Pert. Ke
Pokok
Pengalaman Belajar mahasiswa
Referensi
Bahasan/Subpokok 1, 2
Bahasan Pengertian inovasi proses Diskusi pengalaman belajar di belajar mengajar IPA
sekolah dan faktor yang
(biologi)
mempengaruhi.
1, 2
Diskusi tentang pengertian inovasi 3,4
Hubungan tujuan dan
proses belajarmengajar IPA(Bio) Mengamati dan menganalisis
strategi pembelajaran
model pembelajaran biologi untuk
biologi
menemukan pengertian strategi
1, 2
pembelajaran biologi dan komponen-komponennya Menjelaskan kedudukan tujuan dalam strategi pembelajaran 5,6
Materi pelajaran dan
biologi Mampu menganalisis materi
pengalaman belajar
pelajaran biologi.
dalam biologi
Diskusi pengalaman belajar
1, 2
biologi di sekolah. Mampu memilih pengalaman belajar 7,8,9
Pendekatan,metode dan
biologi Mengenali jenis-jenis pendekatan
media dalam
dalam pembelajaran biologi.
1, 2
5
pembelajaran biologi
Mengidentifikasi jenis metode dan media dalam pembelajaran biologi
10 UJIAN SISIPAN 11,12,13 Model-model
14
Mengenali model-model
pembelajaran dalam
pembelajaran dari contoh-contoh
biologi sebagai aplikasi
model pembelajaran yang
teori belajar
digunakan guru biologi dalam
konstruktivisme Penerapan teori belajar,
mengajar. Mampu mengenali keterkaitan
1, 2
1, 2
metode, dan media dalam antara teori belajar dan media
15, 16
strategi pembelajaran
belajar dalam model pembelajaran
biologi Teknik perencanaan
biologi yang disajikan Menganalisis pola-pola rancangan
pembelajaran biologi
pembelajaran biologi
1, 2
VI. Metode penilaian A. Indikator Keberhasilan : 1. Mampu menjelaskan pengertian inovasi proses belajar mengajar IPA (Biologi) 2. Mampu menjelaskan fungsi strategi belajar mengajar biologi dalam proses belajar siswa. 3. Mampu menjelaskan hubungan pengertian , kedudukan dan fungsi strategi belajar-mengajar biologi. 4. Mampu menganalisis materi pelajaran biologi sebagai pengembangan bahan ajar. 5.Mengenal macam-macam pengalaman belajar biologi yang dapat dipergunakan dalam strategi belajar mengajar biologi. 6. Mengenali macam pendekatan dalam pembelajaran biologi. 7. Menyebutkan contoh-contoh metode pembelajaran biologi. 8. Mengenali macam metode mengajar dari contoh model yang digunakan guru dalam mengajar biologi. 9. Menjelaskan keunggulan/kelemahan metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar biologi. 10. Mampu mengenali macam media belajar biologi yang digunakan guru dalam 6
contoh strategi pembelajaran biologi yang disajikan. 11. Mampu menjelaskan hubungan antara pendekatan, metode dan media dalam strategi belajar mengajar yang digunakan guru dalam contoh model yang disajikan. 12. Mampu mengenali macam model pembelajaran dalam biologi sebagai aplikasi teori belajar konstruktivisme dalam contoh model yang disajikan guru. 13.Mampu mengenali macam teori belajar yang digunakan guru dalam perancangan program pembelajaran bioloi. 14. Mampu menunjukkan keungulan/kelemahan pola rancangan pembelajaran yang dicontohkan. B. Teknik: Tes tertulis Kriteria Penilaian NA = (4 x A) + (6xB) ____________ 10
A = Ujian sisipan B = Ujian akhir
7
1. PENDAHULUAN A. INOVASI PROSES BELAJAR MENGAJAR IPA (BIOLOGI) Dalam kurun waktu yang relative lama proses belajar mengajar IPA (Biologi) telah berlangsung secara “trasional”. Pembelajaran yang demikian itu seringkali membuat kita kecewa terutama apabila dikaitkan dengan pemahaman siswa/mahasiswa mengapa? (a) Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. (b) Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan/dimanfaatkan. (c) Siswa sulit memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajar guru yang menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal mereka sangat perlu dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja. Permasalahan yang muncul adalah : 1. Bagaimana menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran/keahlian tertentu sehinga siswa dapat menggunakan dan menginat konsep tersebut lebih lama ? 2. Bagaimana setiap mata pelajaran dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu pemaham yang utuh ? 3. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari? 4. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa sehingga siswa dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengaitkannya dengan kehidupan nyata, serta dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya? “Inilah tantangan yang dihadapi guru setiap hari dan merupakan tantangan bagi pengembang kurikulum” Undang-undang No.14/2005 tentang Guru dan Dosen menetapkan bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik tertentu yang dinyatakan dengan
8
ijazah, memiliki sertifikat pendidikan yang menyatakn bahwa guru yang bersangkutan telah lulus proses sertifikasi atau pendidikan profesi serta memiliki kompetensi yang mencakup kompetensi social, kepribadian, professional, dan paedagogik. Khusus untuk kompetensi yang terakhir, yaitu paedagogik dinyatakan bahwa kompetensi ini menuntut agar guru menguasai dan mampu mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran inovatif serta merencanakan dan mengimplementasikan penilaian hasil belajar. Tuntutan kemampuan guru tersebut di atas selaras dengan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 ayat (1) bahwa Standar Nasional Pendidikan mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Standar proses menurut PP Nomor 19/2005 pembelajaran hendaknya dilakukan dengan berpusat pada siswa/mahasiswa, belajar dengan melakukan, mengembangkan kemampuan social, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah, mengembangkan kreativitas, mengembangkan kemampuan menerapkan IPTEKS, menumbuhkan kesadaran sebagai warganegara yang baik, belajar sepanjang hayat, perpaduan kompetensi, kerjasama, solidaritas. Tuntutan PP Nomor 19/2005 tersaebut mengisyaratkan perlunya inovasi pembelajaran. B. MENGAPA INOVASI PEMBELAJARAN HARUS DILAKUKAN? Terdapat beberapa alasan, mengapa harus menerapkan inovasi pembelajaran melalui penerapan pembelajaran yang inovatif, antara lain : 1. Jumlah informasi yang sedemikian banyak di satu sisi, sementara di sisi lain terbatasnya jumlah waktu yang tersedia, tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua informasi dalam bentuk jadi kepada siswa/mahasiswa. Diperlukan suatu ketrampilan tertentu yan dapat digunakan oleh siswa untuk mengarahkan dirinya dalam rangka belajar sepanjang hayat. 2. Tidak semua aspek pengetahuan dapat diajarkan dengan cara yang sama apabila hanya dengan satu cara. Diperlukan variasi cara dan stratei sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yang diajarkan.
9
3. Orientasi pada penguasaan targey materi telah berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tapi gagal dalam membekali anak memecahkan masalah persoalan dalam kehidupan jangka panjang. 4. Hasil penelitian yang dilakukan dalam 25 tahun terakhir tentang otak manusia menunjukkan bahwa drill hanya mengembangkan satu bagian otak manusia yang disebut dengan batang otak (otak manusia terdiri dari batang otak,sistem limbik dan neokorteks/otak berpikir). Batang otak atau sering disebut dengan otak reptil berfungsi motor sensorik, bertanggungjawab mengkoordinasikan aktivitas yang menyangkut kelangsungan hidup :melawan atau lari. Sementara neokorteks berfungsi berpikir, bernalar, perilaku baik, bahasa, dan kecerdasan lebih tinggi belum difungsikan secara maksimal. 5. Pembelajaran ilmu kealaman (Natural Sciences)diajarkan lebih baik dengan cara bagaimana ilmu itu ditemukan oleh para ahli. Hal ini mengisyaratkan adanya integrasi antara keterampilan kerja ilmiah dengan penguasaan konsep. Integrasi ini bermaksud untuk belajar tentang konsep biologi, siswa menggunakan keterampilan kerja ilmiah sebagai alat. Untuk belajar keterampilan kerja ilmiah, siswa menggunakan substansi mata pelajaran dalam hal ini biologi sebagai kendaraan. 6. Menurut Kurikulum yang berlaku, pendekatan belajar di dalam sains (a) empat pilar pendidikan, (b) inkuiri sains,(c) sains, teknologi, dan masyarakat, (d) konstruktivisme, dan(e) pemecahan masalah. 7. KBM seharusnya terfokus pada learning, berangkat dari masalah nyata, menumbuhkembangkankemampuan menggunakan keterampilan proses. 8. Strategi lebih penting dari pada hanya sekedar hasil ( baca produk saja ). 9. Arends(1997), berpendapat bahwa seorang guru / dosen yang berhasil ( efektif ) memiliki beberapa ciri, yaitu (a) memiliki kepribadian sedemikian rupa sehingga memungkinkan dia menjalin hubungan yang tulus dengan siswa atau mahasiswanya, (b) menguasai dan memiliki wawasan yang luas tentang substansi keilmuan yang diajarkan; (c) mengusai dan mampu menerapkan beberapa strategi pembelajaran yang inovatif , dan (d) bersifat reflektif. Salah satu ciri
10
tersebut, yaitu menguasai dan mampu menerapkan beberapa strategi pembelajaran inovatif. C. BAGAIMANA INOVASI PEMBELAJARAN DILAKUKAN Menurut Model SPICES hybrid curricula , inovasi terjadi bila ada perubahan perilaku guru/dosen atau perubahan paradigma dari karakteristik atau paradigma pembelajaran yang digambarkan oleh kelompok kata-kata pada kolom sebelah kanan menjadi seperti digambarkan oleh kelompok kata di kolom sebelah kiri sebagai berikut: Student-centered......................*......................Teacher-centered Problem-based..........................*......................Subject based Integrated..................................*......................Discipline-based Community-oriented.................*......................Hospital-based Electives....................................*......................Standardized Sysstematic................................*.....................Opportunistic Continuing..................................*.................... Pre-graduate Pada tataran mikro di kelas, kondisi sekarang yang ditandai dengan Teacher centered, Subject based, Dicipline-based, Hospital-based, Standardized,Opportunistic, Pregraduate,harus berangsur-angsur diubah ke arah model SPICES, yaitu Student centered,
Problem-based,
Integrated,Community-oriented,
Electives,Systematic,
Contionuing. Pada strategi pembelajaran inovatif guru/ tradisional dan peran siswa / mahasiswa diubah, tanggung jawab siswa / mahasiswa untuk belajar harus ditingkatkan, memberi mereka motivasi dan arahan untuk menyelesaikan program belajarnya dan menempatkan mereka pada pola tertentu agar mereka sukses sebagai pembelajar sepanjan hayat. Pada pembelajaran yang inovatif itu maka guru / dosen akan berperan sebagai sumber belajar, tutor, evaluator, pembimbing dan memberi dukungan dalam belajar siswa /mahasiswa. Prinsip yang mendasari strategi pembelajaran inovatif antara lain : (a) pemahaman dibangun melalui pengalaman, (b) pengertian diciptakan dari usaha untuk menjawab pertanyaan
sendiri
dan
memecahkan
masalah
sendiri,
(c)
kita
seharusnya
mengembangkan instink alami siswa dalam melakukan penyelidikan dan berkreasi; (d)
11
strategi berpusat pada siswa akan membangun keteranpilan berpikir kritis, penalaran dan selanjutnya kreativitas dan ketaktergantungan. 1.berpusat pada siswa Student centered mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategi pedagogi mengorientasikan siswa /mahasiswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata dan menyediakan sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan tentangmateri pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah. Paradigma yang menempatkan guru/dosen sebagai pusat pembelajaran (teaching) dan siswa sebagai obyek, seharusnya diubah dengan menempatkan siswa sebagai sebagai subyek yang belajar secara aktif membanun pemahamannya (Learning) dengan jalan merangkai pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dijumpai. Pengalaman nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa dalam bidan matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat : mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan laian) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai. 2. Berdasarkan Masalah Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-masalah aktual, otentik, relevan dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis subyek seringkali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun berdasarkan subyek seringkali terlepas dari kejadian aktual di masyarakat. Akibatnya siswa/mahasiswa tidak dapat menerapkan konsep/teori yang dipelajarinya di dalam kehidupan nyata sehari-hari Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah maka siswa/mahasiswa belajar suatu konsep atau teori dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (Produk) dan cara memecahkan masalah (proses). Kemampuan tentang pemecahan masalah lebih dari sekedar akumulasi pengetahuan dan hukum/teori, tetapi merupakan perkembangan kemampuan fleksibilitas,
12
strategu kognitif yang membantu mereka menganalisis situasi tak terduga dan mampu menghasilkan solusi yang bermakna. Bahkan Gagne mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang paling tingi. Bandingkanlah manakah yang lebih menantang bagi siswa, ketika seorang guru memulai pelajaran dengan menulis topik di papan tulis ”Hukum Archimedes” dengan jika dia menulis dipapan tulis atau melakukan demonstrasi terlebih dahulu mengapa benda yang ditimbang di udara dan ditimbang di dalam air berbeda hasil pengamatannya. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. 3.Terintegrasi Seorang siswa belajar biologi tentang rantai makanan, dia hanya tahu bahwa terjadi peristiwa makan dan di makan di lingkungan. Hewan A memakan tumbuhan, sedangkan hewan B memakan hewan A. Pemahaman hanya berhenti sampai di situ. Padahal sebenarnya mereka juga harus faham dengan baik mengenai hukum termodinamika, bagaimana proses transformasi energi, dan seterusnya. Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih diharapkan dari pada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan disiplin ilmu, siswa/mahasiswa tidak dapat memandang sisten, mereka akan terkotak pada satu disiplin. 4. Berorientasi masyarakat Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yan diterimanya, tetapi pada kenyataanya mereka tidak memahaminya. Pengalaman lain dari negara lain juga menemukan bahwa minat dan prestasi siswa dalam bidang matamatika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan diluar kelas. Mengajak mahasiswa / siswa untuk mengimplementasikan apa yang dipelajari didalam ke konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil masalahmasalah yang tejadi di masyarakat ”starter” untuk belajar keterampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan prosas pembelajaran yang bermakna bagi siswa / mahasiswa.
13
4.Menawarkan pilihan Siswa/mahasiswa memiliki variasi pada gaya belajar, kecepatan belajar, pusat perhatian, dan sebagainya. Menyamaratakan siswa/mahasiswa selama proses belajar mengajar mungkin akan berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif memberi perhatian pada keragaman karakteristik pebelajar itu. Atas dasar itu maka pembelajaran bukan dilakukan seperti yang diinginkan guru tetapi lebih kepada apa yang diinginkan oleh siswa/mahasiswa. Untuk itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang dipilih oleh siswa. Proses belajar adalah proses aktif yang harus dilakukan oleh siswa/mahasiswa. Keharusan menyediakan pilihan juga berkait dengan karakteristik substansi ilmu yang
disampaikan
dan
pengaruh
strategi
yang
digunakan
terhadap
retensi
siswa/mahasiswa. Ketrampilan psikomotor, ketrampilan kognitif, ketrampilan sosial serta ketrampilan memecahkan masalah memiliki strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk dapat mencapai tujuannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan sangat berpengaruh pada tingkat retensi siswa/mahasiswa. 5. Sistematik Seringkali hasil belajar bersifat hirarki, begitu pula sibstansi materi pelajaranya. Materi tertentu membutuhkan pengetahaun lain sebagai prasyrat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu pula keterampilan-keterampian tertentu terutama psikomotor bersifat prosedural, memiliki langkah langkah yang harus dilakukan secara sekunsial sebelum dapat menuntaskanya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural mustahil dapat dilakukan tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah pengetahuan prosedural merupakan prasyarat bagi langkah berikutnya. Uraian tersebut di atas merupakan argumentasi mengapa pembelajaran harus dilakukan secara sistematik.
14
6.Berkelanjutan Berkelanjutan mengandung pengertian ”never ending process”. Setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya harus dirangkai secara kontinu dengan konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan konsep di dalm benak seseorang. D. Bagaimana memilih strategi pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran dalam rangka membelajarkan siswa/mahasiswa harus dibangun atas dasar asumsi bahwa tidak ada satupun model/metode/strategi atau apapun namanya yang baik untuk semua bahan kajian, semua model/strategi memiliki keunggulan dan kekurangan. Model/strategi tertentu hanya baik untuk mencapai tujuan tertentu (spesifik). Beberapa pertimbangan lain yang mungkin perlu diperhatikan di dalam pemilihan model/metode/strategi pembelajaran adalah sebagai berikut ; 1. Pembelajaran ilmu kealaman (natural science) seperti fisika, kimia, biologi, sangat tepat dilakukan dengan cara seperti bagaimana ilmu-ilmu itu ditemukan dan dikembangkan, siswa/mahasiswa belajar melalui hands-on activity dan minds-on activity. Belajar melalui implementasi metode ilmiah/penelitian adalah sangat relevan. 2. Karakteristik siswa/mahasiswa yan angat beragam. Para pakar membagi siswa/mahasiswa yang belajar menjadi 5 kelompok, yaitu Gifted, Conceptual, Contextual,Slow learners, dan Disabilities. Peneltian Asian Development Bank (2000) menemukan bahwa 60% pebelajar di Indonesia adalah contextual, yaitu pebelajar yang baru dapat belajar kalau guru/dosen membantu mengkaitkan apa yang dipelajarinya dengan kehidupan sehari-hari di sekitar pebelajar yang bersangkutan. 3. Karakteristik topik kajian dan tjuan belajar yang harus dicapai sangat beragam. Unesco misalnya mencanangkan 4 tujuan belajar universal, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together. Untuk mencapai keempat tujuan tersebut pasti mengunakan strategi atau metode yang berbeda.
15
2. STRATEGI-STRATEGI BELAJAR Menurut pandangan aliran behavioristik yang seseorang yang sedang belajar adalah obyek yang pasif, sehingga dapat secara bebas”diwarnai” oleh guru / pelatih. Berbeda dengan pandangan tersebut, pandangan konstruktivis menganggap bahwa belajar bukanlah penyerapan atau perekaman melainkan proses aktif dimana seseorang mengkonstruksikan pemahamanya dengan jalan merangkai pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang dijumpainya. Di dalam proses belajar tersebut pebelajarlah yang berperan secara otonom untuk menentukan kapan dia sebaiknya belajar, strategi apa yang dipilih, dan bagaimana memonitor proses belajarnya. Atas dasar pertimbangan tersebut diatas, maka tepat sekali pernyataan Weinstein dan Meyer 1986 yang dikutip oleh Arends (1997) yang mengatakan bahwa ”pengajaran yang baik meliputi mengajarkan seseorang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri.Akhir-akhir ini banyak pendidik yang setuju dengan pendapat tersebut di atas bahwa mengajar seseorang bagaimana belajar merupakan suatu tujuan penting dan utama dalam pendidikan (”Nur, 2000). Sayang sekali didalam penerapanya, mengajarkan cara belajar jaran sekali dilakukan. Seorang guru atau pelatih sering sekali memberikan tugas-tugas, tapi amat jarang bahkan dapat dikatakan tidak pernah mengajarkan bagaimana cara belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Keuntungan yang dapat diperoleh bila mengajarkan strategi belajar kepada orang lain adalah dapat membuat orang yang bersangkutan belajar secara otonom (mandiri). Ciri seorang pembelajar otonom ( self reulated learning ) antara lain adalah:(a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya, (c) memonitor keefektivan strategi tersebut; (d) cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahny terselesaikan. Apakah Strategi belajar itu ? Strategi belajar sering disebut juga dengan strategi kognitif,mengacu kepada perilaku dan proses berpikir seseorang yang digunakan saat mereka menyelesaikan tugas-
16
tugas belajarnya (Arends, 1997). Strategi belajar ini akan mempengaruhi apa yang dipelajari oleh orang yang bersangkutan termasuk proses memori dan metakognitif. Sesuai dengan namanya yaitu strategi kognitif, hasil belajar yang dicapai melalui strategi belajar lebih dekat kepada hasil belajar kognitif seperti memahami isi bacaan, menyelesaikan soal-soal matematika, membuat rangkuman, dan sebagainya dari pada perilaku. Bagaimana seseorang belajar dan menerapkan strategi belajar tertentu terantung kepada pengetahuan awal yan dimiiki dan cara baaimana informasi atau pengetahuan itu di proses dalam otak. Sejumlah ahli psikologi kognitif telah berhasil mengembangkan pandangan pemerosesan informasi (informasi processing) yang mencoba menjelaskan bagaimana otak manusia bekerja. Para ahli teori ini menganalogikan otak dengan komputer untuk menjelaskan bagaimana otak dan sistem memorinya bekerja. Menurut teori ini informasi masuk ke dalam otak melalui indera (analog dengan keyboard) dan disimpan sementara di dalam suatu ruang kerja yang disebut memori jangka pendek . Memori jangka pendek memiliki kemampuan yang terbatas, meskipun demikian, memori jangka pendek mengatur apa-apa yang akan dilakukan oleh sesorang yang sedang belajar. Dari memori jangka pendek (analog dengan CD ROM), informasi tersebut kemudian dikirim ke memori jangka panjang, yang analog dengan hard disk pada komputer. Di dalam memori jangka panjang, informasi disimpan secara permanen untuk kemudian dipanggil kembali bila diperlukan. Kemampuan memori jangka panjang ini amat besar, bahkan sampai matipun ruang penyimpanan di dalam memori ini belum berisi penuh. Informasi yang terdapat di dalam memori jangka pendek akan segera dilupakan kecuali ditindaklanjuti oleh pebelajar tersebut. Semakin banyak upaya yang dilakukan selama fase pemrosesan aktif di dalam memori jangka pendek tersebut, makin banyak informasi yang dapat dipindahkan ke memori jangka jangka panjang. Proses pemindahan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang disebut encoding (pengkodean). Semua informasi yang telah disimpan di dalam memori jangka panjang tidak banyak unanya kecuali dapat diaktifkan kembali atau dipangil kembali. Hal inilah yang menjadi tujuan utama pengajaran dan strategi belajar.
17
Jenis-jenis Strategi Belajar Dari bebagai referensi dapat diinventarisasi beberapa strategi belajar, antara lain : 1. Strategi Mengulang 2. Strategi Elaborasi 3. Strategi Organisasi 4. Strategi Metakognitif A. STRATEGI MENGULANG Sesuai dengan namanya, strategi mengulang adalah strategi belajar yang dilakukan dengan jalan mengulang kembali apa-apa yang telah dibaca melalui berbagai cara. Strategi ini digunakan oleh seseorang untuk membantu proses pengkodean informasi ke dalam memori jangka panjang. Dengan perkataan lain strategi mengulang berfungsi membantu memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang pada seseorang. Meskipun demikian, strategi ini biasanya tidak dapat membantu memberi makna terhadap informasi yang sedang dipelajari. Strategi mengulang terdiri dari dua macam, yaitu strategi mengulang sederhana dan strategi mengulang kompleks.Strategi mengulang sederhana adalah strategi yang digunakan untuk mengingat, menghafal suatu informasi dalam periode waktu yang pendek. Proses ini dilakukan dengan mengulang berkali-kali, sehinga dapat membentu mempertahankan informasi di dalam memori jangka pendek. Cara mengulang sederhana tidak banyak membantu jika yang harus diingat adalah informasi yang kompleks. Bila hal ini terjadi maka diperlukan strategi mengulang kompleks. Contoh upaya lebih lanjut dalam strategi mengulang kompleks adalah menggarisbawahi ide-ide penting, membuat catatan pinggir. Menggarisbawahi Mengarisbawahi membantu seseorang belajar lebih banyak tentang isi teks, karena beberapa alasan (a) menggarisbawahi membantu seseorang menemukan ide kunci, oeh karena itu membuat pengulangan/penghafalan lebih efisien; (b) proses pemilihan apa yang digarisbawahi membantu menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yan telah ada.
18
Catatan Pinggir Membuat catatan pinggir dan juga catatan yang lain, membantu melengkapi garis bawah dan merupakan contoh lain strategi mengulang kompleks. Beberapa contoh catatan pinggir adalah sebagai berikut : Jenis Catatan Menandai definisi
Contoh Fotosintesis adalah proses penyusunan secara organik dari senyawa anorganik yang berlangsung di dalam klorofil dengan
Melingkari kata-kata yang tidak diketahui
bantuan cahaya Perbedaan fermentasi dan respirasi terletak pada penangkap elektron terakhir, bila penangkap elektron terakhirnya adalah
Menempatkan tanda bintang didekat ide
oksigen, maka proses itu disebut respirasi **) Proses koordinasi oleh Genom di dalam
pokok
sel dapat dijelaskan menggunakan dogma
Memberi nomor pada ide-ide penting
sentral Kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh 1 tebal tipisnya kutikula, 2 kelembapan udara
Memberi catatan pada kalimat yang
3 kecepatan angin ?? pengulangan, khususnya kompleks
membingungkan B. STRATEGI ELABORASI Adalah strategi belajar yang ditandai dengan penambahan rincian sehingga informasi akan menjadi lebih bermakna, sehinga membuat pengkodean akan menjadi lebih mudah dan lebih memberikan kepastian. Strategi elaborasi membantu memindahkan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menciptakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui Contoh kegiatan ini misalnya menghubungkan nomor telepon dengan tanggal yang sudah diketahui atau membuat PIN dengan menggunakan tanggal lahir. Pembuatan Catatan Matriks
19
Pembuatan catatan dan penggunaan analogi adalah strategi elaborasi yang sering digunakan yang membangun hubungan antara pengetahuan baru dan pengetahuan lama. Termasuk ke dalam pembuatan catatan ini adalah mengubah informasi verbal menjadi informasi dalam bentuk matriks/tabel. Contoh: Ubahlah informasi berikut ke dalam bentuk matriks. Peserta lokakarya terdiri dari 40 orang terdiri dari 15 pria dan sisanya wanita, 10 dantara peserta wanita baru pertama kali mengikuti lokakarya, sedangkan peserta laki hanya 2 orang yang merupakan peserta baru. Lama 13
Pria Baru 2
Total 15
Lama 15
Wanita Baru 10
Total 25
Analogi Analogi adalah pembanding yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide, selebihnya berbeda. Misalnya jantung dianalogikan dengan pompa, otak dianalogikan dengan computer, sekolah dianalogikan dengan pabrik dan sebagainya. Apabila digunakan sebagai strategi belajar, catatlah bagaimana analogi mengkaitkan ide-ide baru. PQ4R Metode ini diunakan untuk membantu seseorang yang sedang belajar untuk mengingat apa yang mereka baca. Singkatan dari PQ4R adalah P = Preview, Q = Question, R = Read, R = Reflect, R = Recite, dan R = Review. Dalam menggunakan strategi belajar ini, maka langkah-langkah yang ditempuh adalah : Langkah 1 : Bacalah secara cepat, perhatikan judul-judul dan topik utama, tinjauan umum, dan rangkuman, ramalkan bacaan tersebut membahas tentang apa. Langkah 2: Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik utama, misalnya apa, mengapa, bagaimana, dsb. Langkah 3 : Bacalah bahan tersebut secara teliti, carilah jawaban atas pertanyan yang diajukan pada langkah nomor 2.
20
Langkah 4. Lakukan refleksi, ciptakan gambaran visual dari bacaan. Cobalah untuk menghubungkan informasi baru di dalam bacaan dengan apa yang telah anda ketahui. Langkah 5 : Setelah membaca lakukanlah resitasi dengan menjawab menggunakan suara keras pertanyaan-pertanyaan, tanpa membuka buku. Langkah 6 : Review, mengulang kembali seluruh bacaan. Bila perlu jawab sekali lagi semua pertanyaan. C. STRATEGI ORGANISASI Strategi organisasi digunakan untuk meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan tersebut. Strategi organisasi dapat merupakan pengelompokkan ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil. Strategi ini juga dapat terdiri dari pengidentifikasian ideide atau topik kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar dan luas. Strategi ini terdiri dari outlining, mapping, dan mnemonics. Peta Konsep Peta konsep dapat membantu membuat konsep yang abstrak menjadi kongkret dan bermanfaat, membantu meningkatkan ingatan, dan menunjukkan siswa bentuk pikirannya. Peta konsep merupakan representasi visual atau organisasi grafis yang menunjukkan hubungan antar konsep-konsep tertentu. Peta konsep dapat dibuat oleh seseorang secara individu, kelompok kecil atau seluruh kelas. Meriil (2002) mengembangkan 4 tipe peta konsep, yaitu peta konsep pohon, rantai kejadian, labah-labah, dan siklus yang sangat berguna di dalam mempelajari suatu ilmu. Contoh ketiga tipe peta konsep tersebut disajikan sebagai berikut. Peta konsep pohon, digunakan untuk hierarkhi informasi, dan prosedur yang bercabang
21
Penyakit Menular Seksual Agen Bakteri
Virus
Herpes genital
Gonorhoe
Chalamydiasis
Contoh penyakit
Syphilis
AIDS
Genital Warts
Peta Konsep Rantai Kejadian, digunakan untuk mendieskripsikan tahapan suatu proses, tahapan pada prosedur yang linier, urutan kejadian.
Ovarium Melepaskan telur pada proses yang disebut Ovulasi Telur bergerak melalui
Tuba Fallopii Kemudian masuk ke
Uterus Bila telur tidak dibuahi,penebalan dinding uterus lepas,kemudian keluar bersama darah yang disebut 22
Menstruasi Bila telur dibuahi, akan terbentuk Zygote Yang berkembang di dalam
Uterus Peta Konsep Siklus, berfungsi untuk menunjukkan serangkaian kejadian yang saling berinteraksi untk menghasilkan suatu set hasil. Meletakkan telur
Kupu-kupu Dewasa
Keluarlah
Kepompong
Telur Menetas menjadi
Berubah menjadi
Larva
23
Peta Konsep Labah-labah
Escherichia coli
Pseudomona
Menguntungkan Colon manusia
Merugikan Bakteri
Mengurai sampah
Dalam tanah Penyebab Typus Prokariotik Secara kimia
Secara Fisika
Desinfektan
Pemanasan
Bentuk inti
Uniselluler
Jumlah sel
Strategi belajar yang berhubungan dengan peta konsep adalah mapping atau pemetaan konsep. Pemetaan konsep merupakan alternative selain outlining, yang dalam beberapa hal seringkali lebih efektif. Pembuatan peta konsep dilakukan dengan melakukan sajian visual atau diagram tentang bagaimana ide penting yang terkandung di dalam suatu topic dihubungkan satu sama lain. Jadi peta konsep menekankan pada hubungan antar ide, analog dengan peta jalan yang menghubungkan antar tempat. Langkah-langkah untuk membuat peta konsep menurut Arends (1997) adalah sebagai berikut : 1. Langkah pertama adalah mengidentifikasi ide pokok yang melingkupi sejumlah konsep. 2.
Mengidentifikasi ide-ide/konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama.
3. Tempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta yang akan dibuat. 4. Kelompokkan ide-ide sekunder di sekitar ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan dengan ide utama tersebut.
24
Membuat peta konsep seringkali menyenangkan karena membantu seseorang memahami hubungan antara berbagai macam ide dan mempelajari bahan-bahan baru lebih efektif daripada dengan kerangka garis besar atau outline. Mnemonics Adalah strategi untuk membantu inatan dengan jalan membantu membentuk asosiasi yang secara ilmiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi untuk mencapai memori kerja dengan dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih dengan mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Pengenalan pola merupakan suatu bagian penting dalam menghubungkan informasi ke dalam memori jangka panjang. Beberapa contoh sebagai berikut; Di dalam mikrobiologi, untuk mengingat dan mengurutkan nama kelompok bakteri : Pseudomonadales Caryophanales Hyphomicrobiales Eubacteriales Actinomycetales Chlamydomycetales Beggiatoales Mycoplasmatales Sphirochaetales Myxomycetales Dapat dilakukan dengan : Please Come Here Evie And Check Be My Sweet Mine. Cara ini disebut dengan nama Akronim dengan menggunakan huruf-huruf pertama setiap kelompok. Contoh lain mnemonics ádalah pemotongan (Chungking). Memori kerja seseorang Amat terbatas kapasitasnya, sulit bagi seseorang untuk mengingat sederetan panjang angka-angka seperti misalnya nomor telepon dengan sepuluh digit. Tapi apabila nomor-nomor tersebut dipotong, maka biasanya lebih mudah mengingatnya. Manakah yang mudah diingat dua kelompok huruf-huruf yang sama berikut ¿
25
Kelompok 1 : O C N S S A O N T U A S N Kelompok 2 : CNN
NATO
SOS
USA
D. STRATEGI METAKOGNITIF Metakognisi ádalah berpikir tentang berpikir dan kemampuan seseorang untuk menggunakan denagn tepat strategi relajar tertentu. Clavel seperti yang dikutip Nur (2000) membuat definisi metakognitif sebagai pengetahuan seseorang yang berkenaan dengan proses dan produk kognitif atau segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan produk tersebut. Kebanyakkan para ahli sependapat bahwa metakognisi memiliki 2 komponen : Pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian diri. Pengetahuan tentang kognisi terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seseorang yang sedang relajar tentang proses berpikirnya sendiri di camping pengetahuan tentang berbagai strategi relajar untuk digunakan di dalam situasi pembelajaran tertentu. Pemonitoran kognitif, adalah kemampuan seseorang untuk memilih, mengunakan, dan memonitor strategi belajar yang cocok dengan gaya belajar mereka dan situasi yang dihadapi. 3. POKOK BAHASAN TERPILIH SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIOLOGI BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. TOPIK : Model-model pembelajaran dalam biologi sebagai aplikasi teori belajar konstruktivisme (Pokok Bahasan ke 5) B. KOMPETENSI DASAR : 1. Mampu mengenali macam model pembelajaran dalam biologi yang digunakan guru dalam contoh strategi pembelajaran biologi yang disajikan. 2.
Mampu mengenali langkah-langkah pelaksanaan model-model pembelajaran biologi.
3. Mampu menganalisis model-model pembelajaran biologi sebagai aplikasi teori belajar konstruktivisme.
26
C. PENGEMBANGAN MATERI AJAR : 1. Pengantar Sering terdengar keluhan dari paraguru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua, apabila menerapkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran bidang studi di dalam kelas. Keadaan ini berlaku juga dalam pembelajaran Biologi. Beberapa pendekatan yang telah diperkenalkan seperti pendekatan ketrampilan proses, pendekatan inkuari, pembelajaran terpadu, pendekatan sains-teknologi-masyarakat (STM), pendekatan sains-lingkungan-teknologi-masyarakay (salingtemas). Betulkah semua itu ? Apakah yang menjadi tujuan pembelajaran Bioloi di SLTP? Dalam program pengenalan lapangan (PPL) untuk pembelajaran konsep ekosistem di SLTP dua orang praktikan melaksanakannya dengan pendekatan yang berbeda. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan denan pengertian ekosistem dan komponen-komponennya, praktikan A meneruskannya dengan menjelaskan pengertian satuan-satuan dalm ekosistem. Praktikan A memulai pembelajaran, setelah melakukan apersepsi dengan cara yang sama (mengajukan beberapa pertanyaan), dengan memberikan kesempatan kepada siswanya untuk bekarja dalam kelompok-kelompok kecil mendata organisme (jenis dan jumlah) yang ada di lingkungan sekolah. Berdasarkan data yang ditemukan siswa dan didiskusikan antar kelompok, praktikan B memperkenalkan pengertian individu, populasi, komunitas, habitat, dan seterusnya. Contoh diatas menunjukkan bagaimana untuk topik yang sama dapat dilakukan pembelajaran yang berbeda, berdasarkan pandangan yang berbeda tentang mengajar dan belajar biologi yang bermakna. Penganut pandangan bahwa belajar adalah transfer pengetahuan akan langsung menerangkan materi pelajarannya, sedangkan penganut pandangan belajar sebagai suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa sendiri akan memilih pendekatan yang sama sekali berbeda dengan yang sebelumnya. Hal ini tentunya jua bergantung pada tujuan yang inin dicapai. Segala yang kita kerjakan sebaiknya mengacu pada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan kurikuler yang merupakan tujuan umum (global atau menyeluruh),maupun tujuan pengajaran kelas, dan tujuan pembelajaran umum. Proses mengajar tidak sama dengan proses membelajarkan. Hal itu terdeteksi dari hasil mengajar seorang guru yang
27
tidak selalu dapat membelajarkan siswanya. Hasil belajar siswanya bervariasi. Apalagi, jika kegiatan mengajar seorang guru tidak mempunyai tujuan atau tidak mengacu pada tujuan. 2. Pandangan tentang Belajar dan Mengajar Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa apabila seorang guru mengajar tidak secara otomatis kegiatan itu menjadikan siswanya belajar. Tugas guru dalam menajar antara lain adalah membantu transfer belajar. Tujuan trasfer belajar ialah menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru, artinya apa yan telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui penugasan dan diskusi kelompok, misalnya seorang guru dapat membantu trasfer belajar. Untuk itu fakta, ketrampilan, konsep dan prinsip yang diperukan untuk hal itu sudah dikuasai oleh para siswa yang sedang belajar. Bigge (dalam Dahar, 1989) merangkum perbedaan penting antara teori belajar perilaku dan teori belajar kogntif. Seorang guru penganut teori perilaku berkeinginan untuk mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru yang berorientasi teori kognitif berkeinginan untuk menolong siswanya mengubah pemahamn siswanya. Sesunguhnya ada dua kutub belajar dalam pendidikan, yaitu tabula rasa dan konstruktivisme. Menurut rujukan tabula rasa siswa diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulisi apa saja oleh gurunya atau ibarat wadah kosong yang dapat diisi apa saja oleh gurunya. Dengan pendapat ini seakan-akan siswa pasif dan memiliki keterbatasan dalam belajar. Menurut rujukan konstruktivisme setiap orang yang belajar sesungguhnya membangun pengetahuannya sendiri. Jadi siswanya aktif dapat terus mengembangkan diri dalam kondisi tertentu. a. Struktur kognitif Struktur kognitif seseorang pada suatu saat meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari oleh seseorang (Ausubel dalam Klausmeier, 1994: 22). Hasil belajar dapat dikategorikan menjdi informasi verbal, ketrampilan, konsep, prinsip, struktur penetahuan, taksonomi dan keterampilan memecahkan masalah, strategi belajar, dan strategi mengingat. Seuruh hal ini dipelajari ”initially”, direpresentasikan secara internal, diatur, dan disimpan dalam bentuk ”images”, simbol, dan makna.Struktur kognitif mengalami
28
perubahan sejak lahir maju berkelanjutan sebagai hasil proses belajar dan pendewasaan/kematangan. Konsep, prinsip dan struktur pengetahuan (termasuk taksonomi dan hierarkinya) dan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting dalam ranah kognitif. b. Konsep dan konsepsi Konsep dan konsepsi merupakan dua istilah yang sering dipertukarkan penggunaanya, padahal keduanya berbeda baik dalam pengertian maupun penggunaanya. Konsep bersifat lebih umum dan dikenal atau diumumkan berdasarkan kesepakatan, sedangkan konsepsi bersifat khusus atau spesifik dan individual. Di dalam kamus konsep diartikan sebagai sesuatu yang diterima dalam pikiran, atau suatu gagasan yang umum dan abstrak. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1989:8) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian, kegiatan, atau hubunan, yang memiliki atribut yang sama. Konsep merupakan abstraksi yang berdasarkan pengalaman. Karena pengalaman dua orang tidak sama, maka konsep yang dibentuk juga munkin berbeda. Walaupun konsep-konsepnya berbeda, konsep-konsep itu cukup serupa bai kita untuk dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan nama atau label konsep. Nama atau label konsep itu adalah simbol yang digunakan untuk menyatakan konsep, yang merupakan abstraksi internal. Nama atau label itu sendiri bukanlah konsep. Dengan kata lain konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili sekelompok stimulus. Contohnya konsep tumbuhan, sel hidup. Bell (1995) memberikan batasan konsep dalam dua dimensi, yakni dimensi individual dan dimensi sosial. Dalam dimensi pertama konsep dianggap sebagai konstruk mental seseorang, sedangkan dalam dimensi kedua konsep berupa satu atau konstruk mental seseorang, sedangkan dalam dimensi kedua konsep berupa satu atau lebih kata yang dianggap bermakna apabila diekspresikan dan diterima secara luas.Biasanya pengertian konsep menurut dimensi kedua ini berada dalam lingkungan masyarakat bidang studi atau disiplin tertentu, yang biasa
dipelajari oleh siswa di sekolah.
Pendidikan formal kebanyakkan diarahkan untuk mempelajari konsep dan struktur pengetahuan yang berhubung-hubungan tempat diorganisasinya konsep dan prinsip.
29
Walupun tidak sama, konsep dan prinsip memiliki hubungan yang sangat erat. Prinsip merupakan gabungan dari konsep-konsep dalam hubungan tertentu. Terdapat empat (4) tipe dasar hubungan yang dinyatakan dalam prinsip : sebab akibat (cause-and effect), korelasional (corelational), peluang (probability), dan aksioma (axiomatic). Contoh : Penyakit TBC disebabkan oleh organisme yang disebut Mycobacterium tuberculosis (hubungan sebab akibat) . Perkembangan teori sel berlangsung sejalan dengan perkembangan temuan alat dan prosedur dalam mempelajari sel (korelasional). Setiap organisme (pada umumnya) dapat hidup baik pada suhu optimumnya (peluang). Gadis atau dara adalah perempuan dan belum/tidak kawin (aksiomatik). Pengalaman seseorang tentang sesuatu (stimulus) menghasilkan konsepsi. Konsepsi seseorang berbeda dengan konsepsi orang yang lain. Konsepsi berasal dari kata to conceive yang artinya cara menerima. Contohnya konsepsi awam tentang konsep berarti draft (seperti konsep surat) atau konsepsi awam tentang “sel” yang berarti ruang kecil di tahanan lembaga pemasyarakatan. 2. Pandangan Konstruktivis tentang Belajar IPA a. Belajar sebagai perubahan konsepsi Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar
bergantung bukan
hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan ”makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar (West & Pines, 1985). Pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut. Jadi siswa memiliki tanggung jawab akhir atas belajar mereka sendiri, seperti dikemukakan oleh Fensham (1994). Menurut Fensham (1994:
5) penganut konstruktivisme memiliki pandangan
tentang balajar bahwa orang membangun makna tentang hal-hal yang dialami atau diceritakan secara aktif oleh diri mereka sendiri. Makna yang dibangun bergantung pada pengetahuan yang sudah ada pada diri mereka seseorang. Oleh karena pengalaman dan hasil bacaan perorangan berbeda-beda, maka hasil pemaknaan juga boleh jadi menjdi berbeda.
30
b. Perubahan Konsepsi dalam pembelajaran Biologi. Implikasi dari pandangan dengan konstruktivisme di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran uru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pernyataan ini peneliti pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa (Piaget dalam Dahar, 1996), sehingga disini perang guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosa dan fasilitator belajar siswa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pembelajaran dan perspektif konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti. Pertama, pembelajaran konstruktivisme berkaitan dengan pengetahuan awal (prior knowedge) siswa. Kedua, pembelajaran konstruktivisme mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience). Ketiga, dalam pembelajaran konstruktivisme terjadi interaksi sosial (social interaction), Keempat, pembelajaran konstruktivisme membentuk kepekaan siswa terhadap lingkungan (sense making). Dari uraian di atas dan dari hasil bacaan terhadap beberapa artikel dan buku yang ditulis para pakar (Driver et al : Osborne & Freyberg) yang dirangkum oleh Tyler (1996) tentang implikasi pandangan konstruktivisme untuk pembelajaran dapat disarikan kebaikkan pembelajaran berdasarkan konstruktivisme. Pertama, pembelajaran konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. Kedua, pembelajaran konstruktivisme memberi penalaman yang berhubunan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa dengan maksud agar siswa memperluas pengetahuan mereka
tentang
fenomena dan diberi kesempatan untuk merangkai fenomena, sehinga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yan menantang siswa. Ketiga, pembelajaran konstruktivisme memberikan kesempatan siswa untuk berpikir tentan pengalamannya aar siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang teori dan model, mengenalkan gagasan-gagasan sains pada saat yang tepat.
31
Kempat, pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar. Kelima, pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasikan perubahan gagasan mereka. Keenam,
pembelajaran
konstruktivisme
memberikan
lingkungan
belajar
yang
mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak dan menghindari kesan selalu ada sati ”jawaban yang benar”. Jadi dalam perspektif konstruktivisme belajar itu sebagai proses perubahan konsepsi. Karena belajar dipandang sebagai perubahan konsepsi, maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau berkeinginan mengubah pikirannya (West & Pines, 1985: 11214). Dalam perubahan konsepsi siswa dipandang sebagai pemroses pengalaman dan informasi, bukan hanya sebagai tempat penampung pengalaman dan informasi. Jadi belajar sebagai kegiatan yang rasional, maksudnya adalah belajar itu apa yang dilakukan oleh seseorang terhadap ide atau gagasan yang telah dimilikinya. Pandangan perubahan konsepsi menyatakan bahwa kemampuan siswa untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa tergantung pada konsepsi yang dibawanya dalam pengalaman tersebut. Gagasan yang baru tidak begitu saja ditambahkan pada gagasan yang telah ada, tetapi mereka saling berinteraksi yang kadang-kadang memerlukan perubahan. Perubahan ini menurut Dykstra (1992; Dagher, 1994) dikelompokkan menjadi tiga kateori. Pertama, pembedaan atau differentiation, artinya konsep baru muncul dari konsep lebih umum yang sudah ada. Kedua, perluasan konsepsi atau class extention, yaitu konsep lama yang mengalami pengembangan menjadi konsep baru. Ketiga, konseptualisasi ulang atau reconceptualization, yaitu terjadi perubahan signifikan dalam bentuk dan hubungan antar konsep (Dykstra, 199; Daher; 1994). Konseptualisasi ulang disebut juga restrukturisasi (Carey, 1985; Dagher, 1994)
32
c. Pentingnya Konteks Gagasan siswa yang diperoleh dari persepsinya terhadap alam sekitar, yang dibawa dari rumah seringkali berbeda dengan gagasan ilmiah. Hal ini dibiarkan berlanjut dan menghambat siswa dalam belajar sains selanjutnya (Dahar, 1996). Untuk itu perlu diupayakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dengan sadar mengubah apa yang diyakininya yang ternyata tidak konsisten dengan konsep ilmiah. Dengan kata lain informasi dan pengalaman yang dirancang guru-guru untuk siswa seharusnya koheren dengan konsep yang dibawa anak atau disesuaikan dengan pengetahuan awal siswa. Untuk itu mengungkapkan pengetahuan awal siswa merupakan hal yang urgen untuk dilakukan oleh seorang guru. Pemilihan terhadap konsepsi yang baru pada diri seseorang dipengaruhi oleh struktur kognitif yang telah ada dan ekologi konsepsi yang dimiliki oleh orang tersebut (Posner et al. Dalam West & Pines, 1985). Dengan kata lain perubahan konsepsi akan terjadi apabila kondisi yang memungkinkan terjadinya perubahan konsepsi terpenuhi dan tersedia konteks ekologi konsepsi untuk berlangsungnya perubahan itu (Posner et al., dalam West & Pines, 1985; Dahar, 1996). Ekologi konsepsi yang dimaksud adalah (a) anak merasa tidak puas dengan gagasan yang dimilikinya; (b) gagasan baru harus dapat dimengerti (inteligible); (c) konsepsi yang baru harus masuk akal (plausible); dan (d) konsepsi yang baru harus dapat memberi suatu kegunaan (fruitful). 3. Model-model Pembelajaran untuk Perubahan Konsepsi Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran IPA maka akhir-akhir ini para ahli mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piaget. Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan memperleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989:160). Oleh karena itu setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa hal yang perlu ditekankan dalam konstruktivisme, yaitu : (1) peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, (2) pentingnya membuat kaitan antar gagasan oleh siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan; (3) mengaitkan antara gagasan siswa dengan informasi baru di kelas (Tasker, 1992 : 30).
33
Konstruktivisme yang menggunakan kegiatan hand-on serta memberi kesempatan yang luas untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya akan dapat meningkatkan pengembangan konsep dan ketrampilan berpikir para siswa. Ada beberapa model pembelajaran yang dilandasi konstruktivisme yaitu model siklus belajar
(Learning
cycle).
Model
pembelajaran
generatif
(generative
learning
model),model pembelajaran interaktif (interactive learning model), model CLIS (Children learning in science) dan model strategi pembelajaran kooperatif atau CLS (Cooperative learning strategies). Masing-masing model tersebut memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Kekhasan model-model tersebut tampak pada tahapan kegiatan pembelajarn yang dilakukan. Tyler (1996:11-17) menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu menggali gagasan siswa, mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut, kemudian merefleksikannya secara eksplisit. Perbandinan fase-fase dari model-model tersebut tampak pada table dibawah ini. Tabel 1. Perbandingan Fase Pembelajaran Pada Model Pembelajaran Konstruktivisme Model Siklus Belajar
I Eksplorasi
Fase-fase Pembelajaran II III Pengenalan Penerapan
IV -
V -
Pembelajaran
Persiapan
Konsep Fokus
Konsep Tantangan
Aplikasi
-
Generatif Pembelajaran
Persiapan
Eksplorasi
Pertanyaan
Refleksi
-
Interaktif CLIS Pembelajaran
Orientasi Orientasi
Elisitasi Elisitasi
siswa Restrukturisasi Restrukturisasi
Aplikasi Aplikasi
Refleksi Refleksi
Kooperatif 4. Contoh Model Pembelajaran Konstruktivisme
34
Dewasa ini telah dilakukan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran biologi di sekolah. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran biologi sekolah lanjutan dan menengah ádalah model pembelajaran yang didasarkan pada pandangan konstruktivisme karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Hali ini tampak dengan banyaknya tulisan tentang pandangan konstruktivisme dalam bentuk jornal hasil penelitian atau penuangan gagasan dalam upaya mengembang model pembelajaran IPA. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah. Disarankan oleh Bell (1993:16) agar penetahuan siswa yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal sasaran relajar, karena
Sangat
mungkin
terjadi
miskonsepsi.
Sebaliknya
apabila
guru
tidak
mempedulikan konsepsi atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks. Menurut pandangan konstruktivis dalam proses pembelajran biologi seyogyanya disediakan serangkaian penalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses relajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata. Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan sistem konsepsi IPA begi yang mempelajarinya. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai pengetahuan
deklaratif
maupun
pengetahuan
prosedural.
Componen-komponen
pembentuk model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan sifat model pembelajaran yang disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran itu. Pembentukan sistem konseptual bukan dengan cara memasangkan (match) dengan kenyataan di alam, melainkan dengan mencocokkan (fit) dengan kenyataan. Model konstruktivisme menekankan pandangan instrumental tentang pengetahuan atau sistem konseptual. Pada proses pembentukkannya sistem konseptual mengalami pengujian secara terus menerus. Sistem konseptual IPA sebagai suatu pengetahuan logikmatematik dan fisik hanya dapat dipelajari melalui penyesuaian arti antara pengajar dan pelajar (Herron, 1978). Kerangka konseptual atau sistem konseptual IPA biasanya terdiri
35
atas konsep-konsep IPA dengan hubungan-hubungan bermakna antara konsep-konsep yang dipelajari dengan yang telah ada. Karena itu pembentukan sistem konseptual IPA haruslah melalui hubungan kebermaknaan antar konsep yang telah dipelajari. Hubungan bermakna ini dapat bersifat superordinat, subordinat dan koordinat, sesuai dengan ruang lingkup konsep IPA yang dapat lebih luas, lebih sempit atausama luas. Jadi hubungannya dapat bersifat vertikal dan horisontal. Dari enam model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Joyce et al (1992) model perolehan konsep tempaknya cocok denan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk memperoleh konsep dan menganalisis strategi berpikir. Model pembelajaran yang dikembangkan hendaknya memberikan kesempatan untuk terjadi transaksiaktif antara individu dengan data, dan proses berpikir berurutan. Selain itu model pembelajaran yang dikembangkan juga memperhatikan perkembangan kognitif anak. Sejumlah kaidah psikologi, pendekatan dan pandangan tentang pembelajaran merupakan komponen yang tidak terpisah atau berdiri sendiri-sendiri. Kesemuanya akan bermakna apabila diwujudkan dalam suatu model pembelajaran. Model pembelajaran sebagai suatu rencana atau kerangka yang dapat digunakan untuk merancang mekanisme pengajaran yang bermakna. Menurut Westbrook & Rogers (dalam Nuryani Rustaman, 2001) jenis program pembelajaran yang diterapkan mempengaruhi pengembangan kemampuan penalaran siswa. Komponen utama yang secara langsung membentuk model pembelajaran adalah materi subyek yang dibahas, guru pengajar, tahap berpikir siswa sebagai subyek belajar, pendekatan dan metode, serta alat evaluasi yang digunakan. Materi subyek yang dibahas harus dapat dikaitkan dengan konsep IPA yang telah dimiliki siswa/anak. Konsep yang dimiliki siswa adalah apresiasinya terhadap konsep yang disepakati para IPAwan. Konsep tersebut dipelajari dengan menggunakan analogi terhadap konsep-konsep yang berhubungan dan ditemukan dalam kehidupannya seharihari, yang merupakn dasar pemahaman terhadap konsep-konsep IPA (Flick, 1991). Pendidik atau guru dapat mempengaruhi siswa dalam eksplanasinya di kelas. Pada saat belajar dengan bahan bacaan yang sama dapat diamati ada sejumlah eksplanasi yang dapat dikemukakan guru. Dalam suatu model pembelajaran dapat dikembangkan cara membaca bahan ajar, bartanya, menerapkan konsep dan prinsip, berorientasi pada masalah dan menyelesaikan materi subyek dengan refleksi dan pemahaman
36
9Whittington, 1994). Alat evaluasi suatu program pembelajaran dapat dirumuskan dengan jelas apabila dirumuskan berdasarkan peta atau bagan konsep materi subyek yang dikembangkan. Model pembelajaran konstruktivisme yang akan diperkenalkan disini terbatas hanya pada model siklus belajar dan model pembelajaran perubahan konsepsi. Adapun topik yang dipilih adalah konsep yang banyak manfaatnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (nilai ekonomi dan ekologi untuk cacing tanah) dan/atau yang merupakan konsep esensial yang mendasari konsep-konsep lainnya dalam biologi (untuk sel). a. Model Siklus Belajar. Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadi situasi konflik siswa. Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka menduga cecak atau cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih adri satu genus (bukan hanya berbeda spesies). Berikut ini akan dicontohkan model untuk pembelajaran mengenai cacing tanah. Fase Eksplorasi *. Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan ”Apa yang kau ketahui tentang cacing tanah?” * Semua jawaban siswa ditampung (ditulis di papan tulis jika perlu) * Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula. Fase Klarifikasi •
Guru memperkenalkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
•
Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
•
Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangkan.
37
•
Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikannya.
•
Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
•
Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
Fase Aplikasi •
Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.
•
Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin ber”ternak” cacing tanah.
•
Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang peri kehidupan jenis cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.
b. Model Perubahan Konsepsi Salah satu konsep yang sangat pesat berkembang adalah konsep tentang sel. Terjadi perubahan yang sangat besar dalam cara pandang biologiwan tentang sel sehubungan dengan berkembangnya alat dan teknik penelitian dalam mempelajari sel. Penemuan teknik dan peralatan yang canggih untuk mengamati sel turut mempengaruhi konsepsi dan cara pandang mahasiswa calon guru maupun siswa yang belajar biologi. Oleh karena itu perlu dikemukakan perbandingankarakteristik penampakan sel di bawah mikroskop cahaya, mikroskop eleptron (scanning dan transmission). Penampakan dengan mikroskop elektron (scanning) yang tiga dimensi tentunya memberikan interpretasi yang berbeda dengan penampakan dua dimensi di bawah mikroskop cahaya atau mikroskop elektron transmisi. Hasil pemotretan dengan mikroskop elektron perlu direkonstruksi terlebih dahulu untuk dapat diinterpretasikan oleh mahasiswa dan siswa yang belajar biologi. Sebenarnya tidak ada pola khusus untuk model pembelajaran prubahan konsepsi. Yang penting melalui pembelajaran tersebut siswa mengubah konsepsinya dengan 38
bantuan guru. Perubahan konsepsi tentang sel dalam pemebelajarn biologi sangat penting untuk dilakukan karena konsep sel melandasi konsep-konsep lainnya dalam biologi, seperti konsep metabolisme sel, reproduksi sel, bioteknologi. Pembelajaran untuk mengubah konsepsi siswa tentang sel mirip dengan yang dikemukakan untuk model siklus belajar, yaitu dimulai dengan eksplorasi dengan melakukan pengamatan berbagai sel eukariot (sel-sel tumbuhan dan sel-sel hawan). Melalui kegiatan tersebut diharapkan terjadi konflik kognitif pada diri siswa, kemudian siswa diharapkan meminta klarifikasi. Pada kesempatan inilah kepada siswa dikenalkan konsep yang baru tentan sel untuk selanjutnya konsep sel ini dimantapkan oleh guru dengan memberikan tugas untuk menerapkannya pada situasi lain. 5. Penutup Sudah waktunya para guru melakukan tugasnya secara profesional, tidak sekedar bekerja atau mengajar secara rutin dan monoton. Siswa adalah subyek belajar, bukan obyek belajar. Memahami pendekatan mengajar yang dapat membelajarkan siswa secara aktif akan sangat membantu siswa belajar IPA/biologi secara bermakna. Di negara lain pembelajaran dengan merujuk pada konstruktivitas sudah lama dilaksanakan . Marilah kita segera mulai! Biar terlambat, daripada tidak!. Model-model pembelajaran diberikan contohnya agar dikenal oleh para guru (dan calon guru). Diharapkan dengan demikian guru dan calon guru termotivasi untuk mempelajarinya lebih intensif. Sudah banyak peneliatian yang dilakukan pada jenjang S2 untuk berbagai konsep dan dengan berbagai model. 6. RANGKUMAN Dari berbagai teori belajar yang dikemukakan para ahli ada dua kelompok besar, yaitu kelompok teori-teori belajar perilaku dan kelompok teori-teori belajar kognitif. Keduanya berbeda dalam hal penekanan atau fokus. Kedua kelompok teori mash potencial untuk digunakan. Teori belajar perilaku diperlukan untuk perilaku, sedangkan teori belajar kognitif ingin mengubah pemahaman siswa tentang konsep yang sedang dipelajari. Dalam rentang dua kutub pandangan orang tentang kondisi siswa yang relajar (tabula rasa dan konstruktivisme) terdapat berbagai model dan pendekatan yang lebih
39
cenderung ke arah salah satu dari kedua kutub tersebut. Untuk kegiatan ketrampilan tampaknya teori belajar perilaku lebih sesuai terutama apabila siswa sama sekali belum pernah melakukannya. Namun untuk penguasaan konsep-konsep IPA?Biologi tampaknya model-model pembelajaran dan pendekatan yang sesuai untuk dikembangkan ádalah pandangan konstruktivisme, karena siswa sudah berinteraksi dengan alam lingkungannya, bahkan sudah pernah mempelajari konsep-konsep tertentu di jenjang pendidikan sebelumnya yang lebih rendah. Dari sejumlah model pembelajaran yang sudah diteliti dan diperkenalkan dalam tulisan ini, model-model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme memiliki ciri khas. Dalam setiap pembelajaran yang menghendaki perubahan konsep selalu harus ada konflik kognitif. Konflik ini dialami siswa setelah melalui fase eksplorasi. Konflik ini perlu ditangani, dinetralkan dan dimantapkan melalui tahap-tahap selanjutnya. LATIHAN 1. Apakah perbedaan mendasar antara pendapat kelompok teori belajar perilaku dengan kelompok teori belajar kognitif? Termasuk ke dalam kelompok manakah konstruktivisme? 2. Apakah hubungan antara konsepsi dan konsep, salah konsep dan miskonsepsi, konstruktivisme dan perubahan konsepsi? 3. Apakah karakteristik dari model pembelajaran berdasarkan konstruktuvisme? Gunakan data dalam Tabel 1 agar anda dapat menemukan pola (kesamaan, keteraturan)nya. 4. Menurut anda adakah perbedaan antara model mengajar dengan model pembelajaran? Jelaskan perbedaannya jika ada, dan gunakan contoh agar lebih jelas maksudnya. 5. Carilah gambar-gambar (foto-foto) struktur ultra sel yang memperlihatkan organel-organel. Gambarlah dan deskripsikan organel istimewa mitokondria dan kloroplas sehingga jelas bagi yang membacanya. 6. Carilah informasi mengenai jenis-jenis cacing yang digunakan untuk pakan ternak, sertakan fotonya (jika ada) dan biakkan dahulu sebelum anda
40
mengunakannya sebagai bahan untuk model pembelajaran siklus belajar atau learning cycle.
41
KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME : Aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri 42
Asumsi Kontruktivisme • Siswa menggunakan Pancaindera (melihat,mendengar,menjamah,mencium, merasakan), untuk mengamati/interaksi dengan Lingkungan (obyek,komunitas, budaya dll), dan dengan menggunakan Pengalaman (fisik, kognitif, mental) yang telah dimiliki siswa untuk Konstruksi makna, pengetahuan baru 43
42
Faktor yang berpengaruh • Hasil konstruksi yang telah dimiliki (Constructed Knowledge) • Domain Pengalaman (Domain of Experience) • Jaringan Struktur Kognitif (Existing Conitive Structure) 44
PENGETAHUAN • Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan merupakan interpretasi individual siswa terhadap pengalaman yang dialaminya (Meaning as internally constructed) • Perampatan makna merupakan proses negosiasi antara individual siswa dengan pengalamannya melalui interaksi dalam peoses belajar (menjadi tahu) (Learning and teaching as negotiated construction of meaning) 45
43
Makna Belajar Dalam Konstruktivisme • Belajar berarti membentuk makna • Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus • Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi proses mengembangkan pemikiran dengan membuat pengertian baru. 46
Makna Belajar Dalam Konstruktivisme • Proses belajar terjadi ketika skema seseorang dalam kesenjangan (disequilibrium) yang merangsang pemikiran lebih lanjut. • Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman interaksi individu dengan diri sendiri dan lingkungannya. 47
44
Strategi Pembelajaran Dalam Konstruktivisme • Belajar aktif • Belajar mandiri • Self Regulated Learning • Belajar kooperatif dan kolaboratif • Generative learning 48
Strategi Pembelajaran Dalam Konstruktivisme Model pembelajaran (antara lain) : 1.Cooperative and Collaborative learning 2.Generative learning. 3.Problem based learning 4.Strategi kognitif-concept mapping 5.Productive-creative learning. 49
45
Ciri Pembelajaran Konstruktivisme Orientasi Penggalian ide Restrukturisasi ide: Membandingkan * Klarifikasi dan dengan ide sebepertukaran lumnya * Konstruksi ide baru Reviu perubahan Aplikasi * Evaluasi ide ide 50
• 1.Orientasi : mahasiswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang dipelajari. • 2.Elisitasi : mahasiswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi,menulis,membuat poster dll • 3.Restrukturisasi ide: Klarifikasi ide dikontraskan dengan ide-ide orang lain. Membangun ide baru jika idenya berlawanan Mengevaluasi ide baru dengan eksperimen • 4.Aplikasi ide dalam banyak situasi Lebih lengkap dan rinci • 5. Review, bagaimana ide berubah 51
46
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
52
PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) (pembelajaran Berdasarkan Masalah) LANGKAH –LANGKAH : 1.Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan loistik yang dibutuhkan.Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yan dipilih. 2.Guru memabntu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan toipik,tugas,jadwal,dll) 53
47
3.Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis,pemecahan masalah. 4.Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. 5.Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. 54
JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (Aronson,Blaney,Stephen,Sikes,and Snapp,1978) LANGKAH-LANGKAH : 1,Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim 2.Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda 3.Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan 4.Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. 55
48
5.Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kemnali ke kelompok asal danbergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 6.Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7.Guru memberi evaluasi 8.Penutup
56
GROUP INVESTIGATION (SHARAN,1992)
LANGKAH-LANGKAH : 1.Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2.Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3.Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain 57
49
4.Masing-masing kelompok membahs materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan 5.Setelah selesai diskusi,lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok. 6.Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan 7. Evaluasi 8.Penutup
58
BERTUKAR PASANGAN LANGKAH-LANGKAH : 1.Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya) 2.Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya 3.Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain. 59
50
4.Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. 5.Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.
60
EXAMPLES NON EXAMPLES Contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar, LANGKAH-LANGKAH : 1.Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran 2.Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP 3.Guru memberi petunjuk dan kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. 61
51
4.Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. 5.Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya 6.Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7.Kesimpulan
62
MIND MAPPING Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atu untuk menemukan alternatif jawaban LANGKAH-LANGKAH : 1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2.Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban 63
52
3.Membentuk kelompok yang angotanya -tiga orang 4.Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi 5.Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru 6.Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru
64
PICTURE AND PICTURE LANGKAH-LANGKAH : 1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. 2.Menyajikan materi sebagai pengantar 3.Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi 65
53
4.Guru menunjukkan/memanggil siswa secara bergantian 5.Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6.Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai 7.Kesimpulan/rangkuman
66
MEMBERED HEADS TOGETHER (Kepala Bernomor, Spencer Kagan,1992) LANGKAH-LANGKAH : 1.Siswa dibai dalam kelompok,setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. 2.Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya 67
54
3.Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya 4.Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka 5.Tanggapan dari teman yang lain, kemudian uru menunjuk nomor yang lain 6,Kesimpulan
68
COOPERATIVE SCRIPT (Dansereau Cs.,1985) Skrip kooperatif : metode belajar dimana siswa bekerja berpasanan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,bagian-baian dari materi yang dipelajari: LANGKAH-LANGKAH : 1.Guru membagi siswa untuk berpasangan 2.Guru membaikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat rinkasan 69
55
3.Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar 4.Pembicara membacakan ringkasannya selengkap munkin,dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
70
• Sementara pendengar : – Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap – Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya 5.Bertukar peran,semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.Serta lekukan seperti diatas 6.Kesimpulan guru 7.Penutup
71
56
KEPALA BERNOMOR STRUKTUR (Modifikasi dari Number Heads) LANGKAH-LANGKAH : 1.Siswa dibagi dalam kelompok,setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor 2.Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor kartu terhadap tugas yan berangkai MIsalnya:siswa nomor satu bertugas mencatat soal.Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya. 72
3.Jika perlu,guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok.Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerjasama mereka 4.Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain. 5.Kesimpulan
73
57
STUDENT TEAMSACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)(SLAVIN,1995) LANGKAH-LANGKAH : 1.Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin,suku, dll) 2.Guru menyajikan pelajaran 74
3.Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-angota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4.Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu 5.Memberi evaluasi 6.Kesimpulan
75
58
MAKE-A MATCH (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994) LANGKAH-LANGKAH : 1.Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2.Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3.Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 76
4.Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5.Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6.Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7.Demikian seterusnya 8.Kesimpulan/penutup
77
59
COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTION (CIRC) Kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven & Slavin,1995) LANGKAH-LANGKAH 1.Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen 2.Guru memberikan wacana/kliping sesuai topik pembelajaran 78
3.Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas. 4.Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok 5.Guru membuat kesimpulan bersama 6.Penutup
79
60
INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (Lingkaran kecil-lingkaran besar) Spencer Kagan Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan,dengan pasangan yang berbeda dengan singkat teratur” LANGKAH-LANGKAH : 1.Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar 2.Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama, menghadap ke dalam 80
3.Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan. 4.Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam 5.Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.Demikian seterusnya.
81
61
D. STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK TOPIK ”MODEL-MODEL PEMBELAJARAN DALAM BIOLOGI SEBAGAI APLIKASI TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME”. Berbasis Lingkungan untuk topik/Pokok Bahasan ini menggunakan : 1. GURU-GURU BIOLOGI SMA,sebagai nara sumber (Lewat kegiatan wawancara) 2. SEKOLAH (PROSES PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH) (Lewat kegiatan eksplorasi/observasi langsung berbagai model pembelajaran konstruktivisme yang disajikan guru) 3.PROGRAM VCD BERBAGAI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME (Lewat kegiatan analisis berbagai model pembelajaran yang disajikan). BEBERAPALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME YANG DAPAT DITERAPKAN UNTUK POKOK BAHASAN INI. 1. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF FASE-FASE (LANGKAH-LANGKAH) PEMBELAJARAN KOOPERATIF : 1. Orientasi : mahasiswa diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap model-model pembelajaran dalam biologi, observasi dapat dilakukan dengan tehnik wawancara langsung dengan guru-guru biologi SMA yang didahului dengan penyusunan instrumen wawancara sesuai dengan topik. Alternatif lain mahasiswa mengamati secara langsung proses pembelajaran biologi yang disajikan guru di dalam kelas. 2. Elisitasi : Mahasiswa dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas tentang model-model pembelajaran biologi yang telah diamati, kegiatan dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, menuliskan hasil diskusi dalam bentuk laporan, membuat/merancang model pembelajaran. 3. Restrukturisasi Ide : Klarifikasi ide dikontraskan dengan ide-ide dari kelompok lain, di klarifikasi dengan hasil wawancara dari beberapa guru biologi SMA yang berpengalaman dalam mengajar. Membangun ide baru jika idenya berlawanan, mengevaluasi ide baru dengan uji model.
62
4. Aplikasi ide dalam banyak situasi : Masing-masing kelompok menampilkan model pembelajaran biologi hasil rancangannya secara lengkap dan rinci langkahlangkahnya. 5. Review /Refleksi : bagaimana ide berubah, inovasi dalam pembelajaran biologi dilakukan secara benar. 2. MODEL PROBLEM-BASED LEARNING LANGKAH-LANGKAH : 1. Dosen menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi mahasiswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah (modelmodel pembelajaran biologi) 2. Menyajikan Permasalahan ( permasalahan nyata maupun simulasi/ film atau VCD berbagai model pembelajaran dalam biologi). 3. Mahasiswa mencari solusinya melalui wawancara langsung dengan guru biologi SMA, observasi langsung terhadap proses pembelajaran biologi yang disajikan guru di kelas, melakukan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang telah dipelajari. 4. MODEL GROUP INVESTIGATION LANGKAH-LANGKAH : 1. Dosen membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen 2. Dosen menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok 3. Dosen memberi tugas model-model pembelajaran yang berbeda untuk masingmasing kelompok 4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan (dapat menggunakan program VCD model-model pembelajaran biologi atau investigasi langsung terhadap proses-proses pembelajaran yang disajikan uru di kelas). 5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok 6. Dosen memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
63
7. Evaluasi 8. Penutup. DAFTAR RUJUKAN Arends, Richard I, 1997. Classroom Instruction And Management. New York: Mc Graw Hill. Inc. Asian Development Bank. 2000. Laporan Survey. Direktorat PLP Depdiknas Jakarta. Bell, B. 1995. Children s Science, Constructivism and Learning in Science. Geelong: Deakin University. Carey, S. 1985. Conceptual Change in Chidhood, Cambridge. A Bradford Book C-stars. 2002. Contextual teahing and Learning, Seatle: Washington University. Dagher, Z.R. 1994.”Does the use of analogies contribute to conceptual change?”, In Journal of Research in Science Teacher Education, 78 (6) 601-614 Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta Penerbit Erlangga. Dahar, R.W. 1996. Konstruktivisme dalam Pendidikan IPA. Makalah pada Forum Komunikasi Integrasi Vertikal Pendidikan Sains di Cisarua. Bogor. Driver, R, & Leach. L. 1993. ”Conctructivist view of learning children s conception and the nature of Science”, In What Research Says to the Science Teacher. (7) : 103112 Dykstra, D.I. et al. 1992. “Studying conceptual change in learning physics”. In Science Education, 76 (6): 615-652. Fensham, P.J. et al. 1994. The Content of Science: A Contructivist Approoach to its Teaching & Learning. Washington DC: The Falmer Press. Flick, L. 1991. “An elaboration of a cardinal goal of science instruction”,. Educational Philosophy and Theory. 3 (1), 31-34. Glasson, G.E. & Lalik, R.V. 1993.”Reinterpreting the learning cycle from a social constructivist perspective: a qualitative study of teachers beliefs and practices”. In Journal of Research in Science Teaching. 30 (2): 167-207 Herron, J.D. 1977. “Problem associated with concept analysis”. In Journal of Science
64
Education, 61 (2), 185-199. Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : University Press. Joyce, B, Well, M ,& Showers., 1992. Models of Teaching. London: Prentice-Hall International. Lonning, R.A. 1993. “Effect of cooperative learning strategies on student verbal interaction and achievement during conceptual change instruction in 10th grade general science. In Journal of Research in Science Teaching. 30 (9): 1087-1101. Nur, Mohamad dan Soeparman Kardi. 2000. Pembelajaran Langsung. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa. Nuryani Rustaman. 2001. Model Pembelajaran IPA. Modul Universitas Terbuka. Owens T and Smith Albert J. 2000. Definition and Key Elements of Contextual Teaching and Learning. Consorsium for Contextual Teaching and Learning. Taking Paper Series. Paper * 1.04. Oktober, Http//www depts.. Washington. Edu/wet/publications/htm. Diakses 15-5-2002. Tasker, R. 199. “Effective teaching what can a constructivist view of learning offer”. In The Australian Science Teachers Journal. 38 (1): 25-34. Tytler, R. 1996. Constructivism and conceptual change views of learning in Science. Dalam Khasanah Pengajaran IPA. I(3): 4-20. West, L.H.T., & Pines, A.L. 1985. Cognitive Structure and Conceptual Change London: Academic Press INC. Woolfolk, Anna. 1993. Educational Psychology. Fifth edition. Nededgan Heibhts: Allyn and Bacon Publishers Yadani Zhahram. 2002. Problem Based Learning. Versi Transparansi ATGCI.
65
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Buku Pegangan Kuliah ini dapat terselesaikan. Buku Pegangan Kuliah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA bagi mahasiswa Program Studi S1 PAUD Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Buku Pegangan Kuliah Pendidikan Dan Perbedayaan Keluarga ini berisi kajian, pemikiran, dan uraian mengenai Pendidikan Dan Pemberdayaan Keluarga dari berbagai bahan rujukan. Dalam kajian ini dipilih beberapa Pokok Bahasan tertentu yang esensial untuk didiskusikan yaitu : telaah tentang hakekat keluarga yang mencakup pengertian, tujuan, peran, tanggung jawab keluarga; kajian perilaku anak dalam keluarga; model pendidikan orang tua dalam keluarga; interaksi sosial edukatif orang tua dengan anak; telaah perilaku dan sikap orang tua yang mendukung tumbuh kembang anak. Tersusunnya Buku Pegangan Kuliah Ini , karena ada bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UM Jember, yang telah memfasilitasi penulisan buku ini.
2.
Pembantu Dekan dan Ketua Program Studi S1 PAUD , yang telah banyak memberi masukan pada penulisan buku ini.
3.
Semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini.
Disadari atau tidak, kajian ini masih mengandung banyak kelemahan dan kekurangan, untuk itu kritik membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan di waktu yang akan datang. Akhirnya, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa Pgogram Studi S1 PAUD. Amin. Billahi illa sabiilil haqqi. Jember, Desember 2007 Dra. Sawitri Komarayanti, MS.
66
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………… i DAFTAR ISI………………………………………………………………….. ii BAB I PENDAHULUAN A. Hakekat Keluarga............................................................................... 1 B. Pengertian Keluarga........................................................................... C. Tujuan Keluarga................................................................................. D. Peran Keluarga................................................................................... E. Tanggung Jawab Keluarga.................................................................. RANGKUMAN.................................................................................................... TUGAS/LATIHAN.............................................................................................. BAB II KAJIAN PERILAKU ANAK DALAM KELUARGA RANGKUMAN TUGAS/LATIHAN BAB III MODEL PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA RANGKUMAN TUGAS/LATIHAN BAB IV INTERAKSI SOSIAL EDUKATIF ORANG TUA DENGAN ANAK RANGKUMAN TUGAS/LATIHAN BAB V PERILAKU DAN SIKAP ORANG TUA YANG MENDUKUNG TUMBUH KEMBANG ANAK RANGKULAM TUGAS/LATIHAN DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
67
68