Blok 3 Modul Ii.docx

  • Uploaded by: Anna Fitriyana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Blok 3 Modul Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,757
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN 1.1

LATAR BELAKANG Sistem kardiovaskuler adalah salah satu sistem vital yang mengatur segala proses sirkulasi peredaran darah yang terjadi dalam tubuh manusia. Sistem kardiovaskuler dapat berjalan dengan baik karena ditunjang oleh organ yang menyusunnya yaitu jantung sebagai pompa dan berbagai macam pembuluh darah sebagai saluran mengalirnya darah. Jantung mendorong darah melintasi pembuluh darah untuk disampaikan ke jaringan dalam jumlah yang mencukupi, apabila jumlah darah tidak mencukupi maka tekanan darah pada arteriarteri meningkat lebih besar agar katup semilunaris dapat terbuka. Tekanan darah di arteri disebut sebagai afterload karena merupakan beban kerja yang di timpakan ke jantung setelah kontraksi dimulai. Tekanan darah normal adalah 120/80, 120 mmHg sebagai nilai sistole dan 80 mmHg sebagai nilai diastole. Oleh karena itu pada diskusi kelompok pada modul ini, kami membahas tekanan darah, aliran darah, dan mekanismenya serta faktor yang mempengaruhi.

1.2

TUJUAN 1. Mahasiswa mampu mengetahui tekanan darah dan faktor yang mempengaruhinya 2. Mahasiswa mampu mengetahui aliran darah 3. Mahasiswa mampu mengetahui kontrol tubuh terhadap pengendalian tekanan darah

1.3 Manfaat Dengan mempelajari blok 3 modul 2 ini, kita bisa mengetahui dan memahami tentang tekanan darah, faktor yang mempengaruhi tekanan darah, aliran darah, serta kontrol tubuh terhadap pengendalian tekanan darah.

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN 1

SKENARIO : TEKANAN DARAH SAYA KOK NAIK Suatu hari Nanang bertugas sebagai seksi kesehatan di acara perlombaan jalan cepat memperingati Hari Sumpah Pemuda. Sebelum perlombaan dimulai Nanang diminta oleh Pak Udin (40 thn) untuk mengukur tekanan darahnya. Dan setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tekanan darah 120/80 mmHg berarti tekanan darah normal. Sesaat seteleh perlombaan Pak Udin meminta untuk diukur kembali tekanan darahnya, setelah Nanang memeriksanya didapatkan hasil tekanan darah sistole 140 mmHg dan diastole 90 mmHg. Melihat hasil tersebut Pak Udin menanyakan kenapa tekanan darahnya naik. Pak Nanang pun menjelaskan bahwa kenaikan tersebut akibat aktivitas fisik meningkat sehingga curah jantung juga bertambah. Nanang menasehati agar Pak Udin tidak usah khawatir karena tubuh akan melakukan kontrol dengan cara merangsang baroreseptor, juga menyebakan penurunan tahanan perifer total sebagai hasilnya tekanan darah akan kembali normal dan aliran darah dalam pembuluh darah menjadi normal. Seteleh beristirahat beberapa saat tekanan darah Pak Udin kembali normal. 2.1 STEP 1 (TERMINOLOGI KATA/ISTILAH ASING) 1. Baroreseptor

: Reseptor yang terletak di dalam sistem sirkulasi yang memantau tekanan darah.

2. Sistol

: Periode kontraksi dan pengosongan jantung, normalnya bertekanan 120 mmHg dan ditetapkan pada saat terdengar bunyi Korotkoff 1.

3. Diastol

: Periode relaksasi dan pengisian jantung, normalnya bertekanan 80 mmHg dan ditetapkan pada saat terdengar bunyi Korotkoff 4.

4. Tahanan perifel total: Pembuluh member tahanan/resistensi paling besar di arteri kecil/arteriol. Dipengaruhi oleh jari-jari pembuluh, viskositas darah, dan panjang pembuluh. 5. Curah jantung

: Volume darah yang dipompa oleh masing-masing ventrikel per menit. Dipengaruhi oleh stroke volume dan heart rate. Normalnya 5 liter/menit.

6. Tekanan darah

: Gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance atau distensibilitas (daya regang) dinding pembuluh. Dapat diukur dengan menggunakan alat Sphygmomanometer.

2.2 STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH 1. Apa saja faktor yang mempengaruhi tekanan darah? 2

2. Mengapa setelah istirahat, tekanan darah kembali normal? Serta berapa waktu yang diperlukan untuk dapat kembali normal? 3. Bagaimana aliran darah di dalam tubuh? 4. Bagaimana baroreseptor dapat menyebabkan penurunan tahanan perifer total? 5. Mengapa setelah aktivitas fisik tekanan darah meningkat? 6. Apa yang dirasakan seseorang ketika tekanan darahnya naik? 7. Selain istirahat, hal apa lagi yang dapat menurunkan tekanan darah? 8. Apa saja tipe aliran darah? 9. Mengapa saat melakukan pemeriksaan tekanan darah dapat mendengar bunyi Korotkoff? 10. Apakah tekanan darah 140/90 mmHg termasuk hipertensi? 11. Apa saja kontrol tubuh terhadap tekanan darah? 2.3 STEP 3 CURAH PENDAPAT 1. a. Cardiac output (COP), yang dipengaruhi oleh 2 hal: - Heart rate yang dipengaruhi oleh aktivitas parasimpatis dan simpatis/epinefrin. Apabila aktivitas simpatis meningkat meningkat, yang

heart rate meningkat

COP

berakibat penaikan tekanan darah (tekanan arteri rerata).

- Stroke volume yang dipengaruhi oleh aktivitas simpatis dan venous return. Venous return ditingkatkan oleh vasokonstriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis, pompa otot rangka, pompa pernapasan, dan penghisapan jantung. b. Resistensi perifer total, yang dipengaruhi oleh 2 hal: - Jari-jari arteriol yang dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal (aktivitas otot rangka) dan kontrol vasokonstriktor ekstrinsik (aktivitas simpatis dan vasopresin, angotensin II). - Kekentalan darah (viskositas) yang disebabkan oleh peningkatan sel darah merah. c. Baroreseptor

melakukan tindakan kompensasi konstriksi atau dilatasi arteriol.

2. Karena pada saat posisi tubuh istirahat, aktivitas parasimpatis sedang bekerja untuk menurunkan tekanan darah, memperlemah aktivitas konstriksi pembuluh darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh mekanisme baroreseptor. Waktu yang dibutuhkan ≥ 5 menit, tergantung dari aktivitas yang dilakukan yang memacu kenaikan proses metabolisme jaringan tubuh. 3

3. Darah (curah jantung) lebih banyak didistribusikan ke sistem pencernaan, ginjal, otak, dan otot rangka. Aliran darah akan berubah-ubah sesuai aktivitas yang dilakukan. Pada saat posisi tubuh istirahat (tidak melakukan apa-apa/tidur), jumlah aliran darah di setiap anggota tubuh sama atau konstan, berbeda saat melakukan aktivitas fisik, aliran darah akan lebih banyak dialirkan ke otot (untuk metabolisme energi, membutuhkan banyak O 2) dan kulit (untuk transport panas keluar tubuh). Tindakan kompensasi tubuh terhadap aktivitas fisik adalah perbedaan aktivitas simpatis-parasimpatis dan distribusi yang lebih kurang ke daerah ginjal dan saluran cerna. 4. Ketika tekanan darah meningkat di atas normal, maka terjadi kenaikan potensial reseptor sinus karotis dan arkus aorta yang menyebabkan kenaikan frekuensi lepas muatan di saraf aferen menuju pusat kontrol kardiovaskular. Pusat mengirim impuls eferen untuk menurunkan aktivitas saraf simpatis jantung dan vasokonstriktor simpatis tetapi menaikkan aktivitas saraf parasimpatis. Hasilnya adalah penurunan heart rate dan stroke volume serta vasodilatasi arteriol dan vena yang mengakibatkan curah jantung menurun dan resistensi perifer total menurun sehingga menurunkan tekanan darah ke arah normal. 5. Karena adanya stimulasi simpatis yang menaikkan kecepatan jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat yang berakibat penaikan tekanan darah. Kondisi arteriol yang mengalami vasokonstriksi juga meningkatkan tekanan darah karena meningkatnya resistensi perifer total. 6. Terasa pusing dan cenat cenut di kepala yang disebabkan oleh konstriksinya pembuluh darah di bagian kepala. Untuk di bagian organ lain, misal di ginjal, terjadi peningkatan laju filtrasi. 7. Mengonsumsi bayam, biji bunga matahari tanpa garam (mengandung magnesium), kacangkacangan (potassium+magnesium), pisang (kalium+serat tinggi), kentang (potassium), dark chocolate (plafonoit), alpukat, dan sebagainya. 8. Tipe aliran darah: 4

- Laminar: teratur dan tidak menimbulkan bunyi Korotkoff - Turbulen: tidak teratur dan menimbulkan bunyi Korotkoff Yang dapat mengakibatkan aliran darah turbulen (selain yang disebabkan oleh pemeriksaan tekanan darah) adalah jika terdapat adanya obstruksi, penyempitan diameter, dan belokan/tikungan yang terlalu tajam yang terjadi pada pembuluh darah. 9. Tipe aliran darah turbulen yang dikarenakan pada saat melakukan pemeriksaan tekanan darah, tekanan pada manset melebihi tekanan pembuluh darah di bawahnya, sehingga menyebabkan pembuluh darah (A. Brakhialis) tersebut tertekan atau kolaps sesaat. Sewaktu tekanan udara di manset dikurangi, tekanan manset menjadi berkurang yang menyebabkan darah lolos mengalir secara turbulen. Semburan darah turbulen inilah yang menyebabkan kita dapat mendengar bunyi Korotkoff pada stetoskop. 10. Penentuan diagnosa hipertensi pada seseorang harus disertai dengan latar belakang yang mendasari. Jika pada kasus skenario di atas, bapak tersebut naik tekanan darahnya akibat sehabis berlari, itu termasuk wajar/normal karena mengingat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah (misal stimulasi saraf simpatis). Sehingga kondisi tersebut hanya dapat dikatakan sebagai tekanan darah yang naik, bukan hipertensi. Tekanan darah 140/90 mm Hg juga masih digolongkan sebagai pre hipertensi. Terkecuali jika pada saat keadaan istirahat, seseorang memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg serta memang memiliki riwayat hipertensi, maka orang tersebut mungkin saja memang menderita hipertensi. 11. – Refleks Baroreseptor - Aktivitas Saraf simpatis dan parasimpatis - Pengaruh hormon vasopresin dan angiotensin II - Aktivitas vasomotor center - Preload dan afterload

2.4 STEP 4 STRUKTURISASI KONSEP

5

2.5

STEP 5 LEARNING OBJECT

Mahasiswa mampu menjelaskan : 1. 2. 3. 4. 5.

2.6

Tekanan darah Aliran darah Tipe Aliran darah Kontrol tubuh terhadap tekanan darah Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

STEP 6 BELAJAR MANDIRI 6

Pada step ini, kami melakukan pembelajaran mandiri secara individu dan kelompok serta mencari jawaban learning objective dari berbagai referensi.

2.7

STEP 7 SINTESIS 1. Tekanan darah : Tekanan darah, gaya yang ditimulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut diregangkan). Jika volume darah yang masuk ke arteri sama dengan volume yang keluar dari arteri selama periode yang sama maka tekanan darah arteri akan konstan. Namun, pada kenyataannya tidaklah demikian. Sewaktu sistol ventrikel, satu isi sekuncup darah masuk ke arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama diastole, tidak ada darah yang masuk ke arteri, sementara darah terus keluar dari arteri, didorong oleh recoil elastik. Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut selama sistol disebut tekanan sistolik, rerata adalah 120 mm Hg. Tekanan minimal di dalam arteri ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil di hilir sewaktu diastole disebut tekanan diastolic, rerata adalah 80 mm Hg. Meskipun tekanan ventrikel turun ke 0 mm Hg sewaktu diastole namun tekanan arteri tidak turun hingga 0 mm Hg karena terjadi kontraksi jantuk berikutnya dan mengisi kembali arteri sebelum semua darah keluar dari sistem arteri. (Sherwood, 2012, edisi 6, halaman. 373-375)

Pengukuran Tekanan Darah Menggunakan Sphygmomanometer Perubahan tekanan arteri sepanjang siklus jantung dapat diukur secara langsung dengan menghubungkan suatu alat pengukur tekanan ke jarum yang dimasukkan ke sebuah arteri. Namun, tekanan dapat diukur secara tak langsung dengan lebih mudah dan cukup akurat menggunakan alat yang bernama sphygmomanometer, yaitu merupakan suatu manset yang dapat dikembungkan dan dipasang secara eksternal 7

untuk mengukur tekanan darah. Ketika manset dilingkarkan di sekitar lengan atas dan kemudian dikembungkan dengan udara maka tekanan manset akan disalurkan melalui jaringan ke arteri brakhialis dibawahnya. Ketika tekanan manset lebih besar dari pada tekanan di pembuluh maka pembuluh akan tertekan dan menutup sehingga tidak ada darah yang mengalirinya. Ketika tekanan darah lebih besar daripada tekanan manset maka pembuluh terbuka dan darah akan mengalir melaluinya. (Sherwood, 2012, edisi 6, halaman.375) Penentuan Tekanan Sistol dan Diastole Selama penentuan tekanan darah, stetoskop diletakkan diatas arteri brakhialis disisi dalam siku tepat dibawah manset. Tidak terdengar suara ketika darah tidak mengalir melalui pembuluh atau ketika darah mengalir dalam aliran laminar normal. Sebaliknya, aliran darah turbulen menciptakan getaran yang dapat didengar. Bunyi yang terdengar ketika memeriksa tekanan darah disebut bunyi Korotkoff. (Sherwood, 2012, edisi 6, halaman. 376) Macam Suara korotkoff     

Korotkoff 1 : bunyi yang pertama kali di dengar , bunyi detaknya berlahan Korotkoff 2 : sama dengan korotkoff 1 tetapi disertai bunyi desis Korotkoff 3: sama dengan korotkoff 2 tetapi bunyinya lebih keras Korotkoff 4 : bunyi melemah Korotkoff 5 : bunyi menghilang Pada permulaan penentuan tekanan darah, manset dikembungkan kedalam

tekanan yang lebih besar daripada tekanan darah sehingga arteri brakhialis kolaps. Karena tekanan eksternal ini lebih besar daripada puncak tekanan internal maka arteri terjepi total di sepanjang siklus jantung, tidak terdengar bunyi apapun karena tidak ada darah yang mengalir. Sewaktu udara dimanset secara perlahan dikeluarkan, maka tekanan manset secara perlahan juga akan berkurang. Ketika tekanan manset turun tepat tepat dibawah tekanan sistolik puncak, arteri secara transien terbuka sedikit saat tekanan darah mencapai puncak ini. Darah sesaat lolos melewati arteri yang tertutup parsial sebelum tekanan arteri turun dibawah tekanan manset dan arteri kembali kolaps. Smeburan darah ini turbulen sehingga dapat terdengar. Karena itu, 8

tekanan manset tertinggi saat bunyi pertama dapat didengar menunjukkan tekanan sistolik. Ketika tekanan manset akhirnya turun dibawah tekanan diastole, arteri brakhialis tidak lagi terjepit dan darah dapat mengalir secara laminar. Karena itu tekanan manset tertinggi saat bunyi terakhir terdengar menunjukkan tekanan diastolik. (Sherwood, 2012, edisi 6, halaman.376) Mean Arterial Pressure / Tekanan Darah Rerata Tekanan rata-rata di seluruh system arteri pada 1 siklus jantung. Rumusnya : 1 TDR = ( TS-TD ) + TD 3 Keterangan : TDR = Tekanan Darah Rerata TS = Tekanan Sistole (120 mmHg) TD = Tekanan Diastole (80 mmHg) TDR rata-rata = 96 mmHg

Karena jantung memompa darah ke aorta secara kontinual, tekanan di aorta tinggi sekitar 100 mmHg. Selaras dengan mengalirnya darah tekanan itu turun secara perlahan sampai ke 0 mmHg. Tekanan di kapiler rerata adalah 35 mmHg dan menjadi lebih rendah sampai 10 mmHg di akhir vena. Dapat dilihat juga bahwa tekanan di sistol arteri pulmonalis adalah sebesar 25 mmHg dan tekanan diastol arteri pulmonalis sebesar 8 mmHg. Tekanan kapiler pada sekitar paru adalah 16 mmHg. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan pulsatil dari jantung.

9

2. Aliran darah : Aliran darah adalah jumlah darah yang mengalir pada titik tertentu di sirkulasi dalam periode waktu tertentu. Biasanya aliran darah dinyatakan dalam milliliter per menit atau liter per menit setiap satuan alirannya. Secara keseluruhan aliran darah pada seluruh sirkulasi total orang dewasa dalam keadaan istrahat adalah sekitar 5000 mililiter/menit. Aliran darah ini disebut curah jantung karena merupakan jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap menitnya.

Hubungan Antara tekanan, resistensi dan aliran darah. Aliran darah yang melalui pembuluh darah ditentukan oleh faktor sebagai berikut : 1. Perbedaan tekanan darah diantara kedua ujung pembuluh (gradient tekanan) di sepanjang pembuluh darah, yaitu daya yang mendorong darah melalui pembuluh. Perbedaan tekanan diantara dua ujung pembuluh menentukan kecepatan aliran. 2. Rintangan bagi aliran darah yang melalui pembuluh disebut resistensi pembuluh darah. Resistensi terjadi karena adanya gesekan aliran darah dan endotel di dalam pembuluh darah di sepanjang bagian dalam pembuluh. ∆P F= R Metode pengukuran aliran darah Dipasang berangkai dengan pembuluh darah atau beberapa keadaan, diletakkan diluar pembuluh darah untuk menukur aliran. Alat pengukur aliran disebut flow-meter. 10

a) Pengukur aliran elektromagnetik Suatu alat yang penting untuk mengatur aliran darah tanpa membuka pembuluh darah. Pembuluh darah diletakkan pada kedua sisi pembuluh tegak lurus dengan garis gaya magnetic. Bila darah mengalir melalui pembuluh, voltase listrik akan sebanding dengan kecepatan aliran darah yang ditimbulkan Antara kedua elektroda. b) Pengukur aliran Doppler ultrasonic Mampu mencatat perubahan aliran yang turun naik dan aliran kontinu secara cepat.

3. Tipe aliran darah : Aliran Darah Laminar dalam Pembuluh. Bila darah mengalir dengan kecepatan tetap melalui pembuluh darah yang panjang dan licin, darah akan mengalir dalam aliran streamline, dengan setiap lapisan darah tetap berjarak sama dari dinding pembuluh darah. Demikian pula, bagian paling tengah dari darah berada di bagian tengah pembuluh. Tipe aliran ini disebut aliran laminar atau aliran streamline, dan aliran ini berlawanan dengan aliran turbulen, yakni darah mengalir ke semua arah dalam pembuluh dan secara kontinu bercampur di dalam pembuluh, seperti yang akan dibicarakan berikut ini. Bentuk Kecepatan Parabolik Selama Aliran Laminar Bila timbul aliran laminar, kecepatan aliran di tengah pembuluh jauh lebih besar daripada yang ke arah dinding luar. Hal ini terlihat pada Gambar 14-6. Pada Gambar 14-6A, di dalam pembuluh terdapat dua macam cairan, cairan di bagian kiri diwarnai oleh zat warna,, dan 11

dibagian kanaan adalah cairan jernih, tetapi tidak ada aliran di pembuluh itu. Bila cairan dibuat mengalir; akan berbentuk batas yang berbentuk parabolik di antara cairan tersebut. Seperti yang terlihat 1 detik kemudian di Gambar 14-6B; yang memperlihatkan bahwa bagian cairan yang dekat dengan dinding pembuluh hampir tidak bergerak sama sekali, bagian yang sedikit lebih jauh dari dinding bergerak dengan jarah pendek, dan cairan yang berada di bagian tengah pembuluh telah bergerak lebih jauh lagi. Efek ini disebut “bentuk parabolik untuk kecepatan aliran darah” Penyebab dari bentuk parabolik adalah sebagai berikut: Molekul cairan yang mengenai dindinh hampir tidak dapat bergerak karena pelekatan dengan dinding oembuluh. Lapisan molekul berikutnya tergelincir di atas lapisan sebelumnya, lapisan ketiga diatas lapisan kedua, lapisan keempat diatas lapisan ketiga, begitu seterusnya. Oleh karena itu, cairan yang berada di bagian tengah pembuluh dapat bergerak secara cepat karena ada banyak lapisan molekul di antara bagian tengah pembuluh dan dinding pembuluh; jadi, setiap lapisan yang menuju ke arah tengah secara progresif akan mengalir lebih cepat daripada lapisan di luar.

Aliran Darah Turbulen pada Beberapa Keadaan Ketika kecepatan aliran darah menjadi terlalu besar, bila aliran darah melewati suatu obstruksi di pembuluh, bila aliran berbelok tajam, atau bila darah mengalir melalui permukaan kasar, aliran darah dapat menjadi turbulen atau terganggu, dan tidak laminar. Aliran turbulen berarti bahwa darah mengAalir melintang di pembuluh, biasanya membentuk pusarah dalam darah yang disebut aliran eddy. Aliran ini serupa dengan pusaran air yang sering kita lihat di sungai beraliran cepat di tempat yang terdapat hambatan. Bila timbul aliran eddy, darah mengalir dengan sistensi yang jauh lebih besar daripada bila mengalir dengan resistensi yang jauh lebih besar daripada bila mengalir laminar karena aliran eddy sangat memperbesar seluruh gesekan aliran yang terdapat hambatan.

12

Lalu tingkat kecendrungan suatu aliran menjadi turbulrn dapat diukur dengan bilangan Reynold yang disini v berarti kecepatan aliran (cm/s), d yang berarti diameter pembuluh (cm), yang berarti massa jenis dari darah yang mengalir,yang berarti viskositas dari darah yang mengalir (poise). Lalu ada hukum poiseuile, yang umumnya menerangkan huungan jari- jari pembuluh dengan laju aliran darah.

F berarti laju aliran darah, P berarti perbedaan tekanan, r berarti jari-jari pembuluh darah,berarti kekentalan darah, l berarti panjang pembuluh darah. 4. PENGATURAN SIRKULASI SECARA HUMORAL Pengaturan humoral berarti pengaturan oleh zat zat yang disekresi atau yang diabsorpsi kedalam cairan tubuh, seperti hormone dan ion . faktor-faktor humoral terpenting yang memengaruhi fungsi sirkulasi di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Hormon (1) Epinefrin dan Norepinefrin Stimulasi simpatis pada medulla adrenal menyebabkan kelenjar endokrin mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin. Norepinefrin medulla adrenal berikatan dengan reseptor α1 yang sama dengan yang diikat oleh norepinefrin simpatis untuk menimbulkan vasokonstriksi generalisata. Epinefrin, yang jumlahnya lebih banyak, berikatan dengan reseptor α1 dan β2 dengan afinitas lebih kuat terhadap β2 akan menimbulkan vasodilatasi. (2) Angiotensin II Angiotensin II adalah zat vasokonstriktor kuat lainnya. Sebanyak sepersejuta gram dapat meningkatkan tekanan arteri manusia 50 mmhg atau lebih. Pengaruh angiotensin II adalah untuk mengkontriksi arteri kecil dengan kuat. Jika hal ini terjadi di suatu area jaringan yang terisolasi, aliran darah ke area darah tersebut dapat sangat berkurang. Namun, kepentingan nyata dari angiotensin II adalah bahwa angiotensin secara normal bekerja secara bersamaan pada banyak arteriol tubuh untuk meningkatkan tahanan perifer total, yang dengan demikian akan meningkatkan tekanan arteri. Jadi, hormone ini berperan secara integral dalam pengaturan tekanan arteri. (3) Vasopressin 13

Yang di sebut juga sebagai hormone antideuretik, bahkan lebih kuat dari angiotensin II sebagai vasokonstriktor. Zat ini di bentuk di sel saraf di dalam hipotalamus otak. Namun kemudian di angkut kebawah oleh akson saraf ke kelenjar hipofisis posterior tempat zat tersebut berada yang akhirnya di sekresi ke dalam darah. Vasopressin dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada fungsi sirkulasi. Namun, dalam keadaan normal, hanya sejumlah kecil vasopressin yang di sekresikan, Vasopressin memiliki fungsi utama meningkatkan reabsopsi air dari tubulus renalis kembali kedalam darah dan karena itu akan membantu mengatur volume cairan tubuh. (4) Endotelin Merupakan vasokonstriktor kuat di pembuluh darah yang rusak yang mana ini merupakan peptide besar yang terdiri atas 21 asam amino. Zat ini terdapat pada pembuluh darah dan sel sel endotel. Misalnya kerusakan ya ng di sebabkan oleh cedera jaringan. Zat Vasodilator (1) Bradikinin Beberapa zat yang di sebut kinin dapat menyebabkan vasodilatasi kuat ketika di bentuk dalam darah dan cairan jaringan beberapa organ. Kinin merupakan polipeptida kecil yang di pisahkan oleh enzim proteolitik yang penting. Bradikinin

menyebabkan

dilatasi

kuat

arteriol

dan

peningkatan

permeabilitas kapiler kinin tersebut berperan khusus dalam pengaturan aliran darah dan bocornya cairan dari kapiler pada jaringan yang meradang. Bradikinin berperan normal dalam pengaturan aliran darah di kulit dan di kelenjar liur serta kelenjar gastrointestinal. (2) Histamine Pada dasarnya histamine di keluarkan di setiap jaringan yang mengalami kerusakan atau peradangan atau berperan pada reaksi alergi. Histamine ini memiliki efek vasodilator kuat terhadap arteriol untuk meningkatkan porositas kapiler dengan hebat. Sehinggga timbul kebocoran cairan dan protein plasma dalam jaringan.

14

5. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah

1. Tekanan arteri rata-rata dipengaruhi oleh cardiac output dan tekanan total perifer 2. Cardiac output tergantung pada heart rate (kecepatan jantung) dan stroke volume (isi sekuncup) 3. Kecepatan jantung tergantung pada keseimbangan relatif parasimpatis yang menurunkan kecepatan jantung, 4. Aktivitas simpatis mencakup epinefrin yang meningkatkan kecepatan jantung, 15

5. Isi sekuncup meningkat sebagai respons terhadap aktivitas simpatis (kontrol ekstrinsik isi sekuncup, 6. Isi sekuncup juga meningkat jika aliran balik vena meningkat (kontrol intrinsik isi sekuncup sesuai hukum Frank-Starling jantung) 7. Aliran balik vena ditingakatan oleh vasoikonstriksi vena yang diinduksi oleh saraf simpatis, 8. Aliran balik vena ditingakatan oleh vasoikonstriksi vena yang diinduksi oleh pompa otot rangka 9. Aliran balik vena ditingkatkan oleh vasoikonstriksi vena yang diinduksi oleh pompa pernapasan 10. Aliran balik vena ditingakatan oleh vasoikonstriksi vena yang diinduksi oleh penghisapan jantung 11. Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah dikembalikan ke jantung 12. Volume darah jangka pendek bergantung pada ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan cairan intersitium melewati kapiler 13. Dalam jangka panjang, volume darah bergantung pada keseimbangan garam dan air 14. Lalu secara hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem renin-angiotensin-aldosteron dan vasopresin 15. Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resistensi perifer total, bergantung pada jarijari semua arteriol serta kekentalan darah. Faktor utama yang menentukan kekentalan darah adalah jumlah sel darah merah 16. Namun jari-jari arteriola adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan resistensi perifer total 17. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal (intrinsik) yang menyamakan aliran darah dengan kebutuhan metabolik 18. Sebagai contoh, perubahan lokal yang terjadi di otot-otot rangka yang aktif menyebabkan vasodilatasi arteriola lokal dan peningkatan aliran darah ke otot-otot tersebut 19. Jari-jari arteriola juga dipengaruhi oleh aktivitas simpati 20. Satu mekanisme kontrol intrinsik yang menyebabkan vasokonstriksi arteriola untuk meningkatkan resistensi perifer total dan tekanan darah arteri rerata 21. Jari-jari arteriola juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon vasopresin dan angiotensin II, yaitu vasokonstriktor poten 22. Yang penting dalam keseimbangan garam dan air

16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jantung ketika berkontraksi melakukan tekanan pada pembuluh darah arteri. Hal ini dipengaruhi oleh cardiac output dan tahan perifer yang apabila pada pembuluh darah arteri terdapat hambatan maka akan mempersempit aliran darah, sehingga jantung akan lebih meningkatkan tekanan nya agar katup-katup semilunaris dapat terbuka dan melakukan ejection (penyemprotan). Selain itu ada juga kontrol tubuh yang berperan sebagai pengendalian tekanan darah agar tetap di dalam batas normalnya. 3.2 SARAN Adapun saran yang dapat kami berikan adalah hendaknya para mahasiswa memahami dengan baik mengenai sistem sirkulasi khususnya tekanan darah sebab tekanan darah merupakan organ vital yang mempengaruhi fungsi alat tubuh lainnya. Disamping itu sangat perlu bagi kita untuk mendalami fungsi kerja alat tubuh khususnya yang vital untuk dapat dijadikan pedoman atau bekal jika kita berada di dunia klinik.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, 1994, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC 2. Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Alih bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC 3. Masud, Ibnu. 1989. Dasar-dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

18

Related Documents


More Documents from "Anna Fitriyana"

B3m5.docx
June 2020 23
Isi.docx
June 2020 21
Isi.docx
June 2020 12