BAB I PENDAHULUAN
1.1 Belakang Masalah Anemia adalah suatu kondisi dimana sel-sel darah merah atau eritrosit dalam jumlah yang rendah. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh.1, 2 Anemia terjadi akibat defisiensi zat besi. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil meningkat sebanyak dua kali lipat akibat peningkatan
volume darah tanpa ekspansi volume plasma untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan perkembangan janin, sehingga terjadinya anemia.1 Anemia terjadi apabila kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua.2 Anemia pada kehamilan dapat meningkatkan insiden berat bayi lahir rendah (BBLR) dikarenakan adanya gangguan transfer hemoglobin ke janin melalui plasenta.3 Berat badan bayi lahir adalah hasil interaksi dari berbagai faktor melalui proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh faktor genetik. Status gizi janin dipengaruhi oleh status gizi ibu selama masa konsepsi. Faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir diantaranya umur ibu, jarak kelahiran, paritas, usia kehamilan, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, komplikasi kehamilan, penyakit pada saat kehamilan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.4 Prevalensi anemia di negara maju diperkirakan 9%, sedangkan di negara berkembang diperkirakan 43%.5 Prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia sebesar 48,2%, Afrika 57,1%, Amerika 24,1%, dan Eropa 25,1%.6 Menurut data Riset Kesehatan
Dasar
(RISKESDAS), prevalensi
anemia di Indonesia
mencapai
37,1%.6 Prevalensi anemia defisiensi zat besi di Aceh sebanyak 59,6%.7 Proporsi berat badan bayi lahir yang kurang dari 2500 gram yang terdapat pada anak umur 0–59 bulan di Indonesia mencapai 6,2%, di Aceh mencapai 6,4%, 1
terendah terdapat di daerah Jambi mencapai 2,6%, sedangkan yang tertinggi terdapat di daerah sulawesi selatan mencapai 8,9 %.8 Anemia pada trimester ketiga memiliki hubungan dengan berat badan lahir bayi. Ibu hamil dengan anemia akan melahirkan bayi dengan berat badan yang lebih rendah daripada ibu hamil normal.3 Anemia pada ibu hamil akan memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat rendah. Ibu yang menderita anemia berat akibat perdarahan sebelum dan pada saat persalinan dapat berisiko terjadinya kematian ibu dan
bayi.9 Berdasarkan beberapa jurnal peneliti yang telah dipaparkan, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “perbandingan luaran berat bayi lahir rendah terhadap ibu anemia di RSUD Meuraxa tahun 2018”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran karakteristik luaran berat badan bayi lahir terhadap ibu anemia ? 2. Apakah terdapat hubungan antara berat badan bayi lahir rendah terhadap ibu anemia ? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh antara berat badan lahir dengan ibu anemia, serta karakteristik luaran bayi lahir pada ibu anemia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik luaran berat badan bayi lahir dengan ibu anemia. 2. Untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan bayi lahir dengan ibu anemia.
2
1.4 Manfaat Penelitian Memberi masukan bagi pengembangan ilmu kedokteran dan peneliti selanjutnya tentang perbandingan luaran berat bayi lahir terhadap ibu anemia. 1.4.1
Manfaat bagi institusi Pendidikan kedokteran Sebagai informasi tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir dengan
ibu anemia. 1.4.2
Manfaat bagi Mahasiswa kedokteran
1. Sebagai dasar pengetahuan tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir dengan ibu anemia. 2. Dapat meningkatkan pemahaman akan pembelajaran profesional. 1.4.3
Manfaat bagi Peneliti
1. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir dengan ibu anemia. 2. Menambah pengalaman peneliti dalam melaksanakan penelitian. 3. Sebagai rujukan bagi peneliti maupun peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir dengan ibu anemia.
3
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Luaran Berat Bayi Lahir 2.1.1. Definisi BBLR Berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat penting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir <2500 gram tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Pada bayi BBLR, keadaan anemia fisiologis akibat supresi eritropoesis pasca lahir di perjelek oleh simpanan besi janin yang lebih sedikit dan penambahan volume darah yang lebih besar akibat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan pertumbuhan bayi cukup bulan dan karenanya anemia terjadi lebih awal dan mencapai kadar akhir yang lebih rendah.10, 11
2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Klasifikasi pengelompokan BBLR berdasarkan harapan hidup diantaranya Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan berat badan 1500-2499 g, Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat badan <1500 g, Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat badan <1000 g. Berdasarkan masa gestasi bayi kurang bulan (Preterm) bayi dilahirkan dengan masa gestasi <37 minggu (kurang dari 259 hari), bayi cukup bulan (Aterm) bayi dilahirkan dengan masa gestasi mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu (259 sampai 293 hari), bayi lebih bulan (Post-term) bayi dilahirkan dengan masa gestasi 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih).4, 12
4
2.1.3 Penyebab BBLR Penyebab terjadinya BBLR salah satu diantaranya disebabkan oleh faktor keluarga yang status ekonomi rendah, kasus-kasus gizi-gizi kurang, anemia dan penyakit pada ibu, perawatan antenatal yang tidak adekuat, adiksi obat, dan riwayat insufisiensi retroduktif ibu (infertilitas relatif,aborsi, lahir mati, bayi prematur atau BBLR), meningkatkan insidensi BBLR. Faktor yang terkait lainnya seperti keluarga dengan orang tua tunggal, kehamilan dimana ibu masih pada umur belasan tahun ,jarak kehamilan yang dekat, dan ibu-ibu yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga sering ditemukan.13 Faktor risiko kejadian BBLR terdiri dari faktor ibu berupa KEK (Kekurangan Energi Kronik), usia ibu <20 dan >35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah dan pekerjaan yang terlalu berat. Faktor kehamilan berupa hamil dengan hidramnion, hamil
ganda,
pendarahan
antepartum,
komplikasi
kehamilan
seperti
preeklamsi/eklamsi dan KPD (Ketuban Pecah Dini) dan faktor janin yang terdiri dari cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. 4, 14, 15, 16 2.1.4 Karakteristik BBLR Karakteristik BBLR diantaranya sebagai berikut 1. Berat lahir kurang <2500 gram, dapat ditimbang dengan menggunakan timbangan bayi. Bayi ditimbang dalam posisi berbaring terlentang. 2. Panjang badan <45 cm, bayi dengan diukur dengan posisi tidur terlentang tanpa menggunakan topi dan diatas tempat tidur yang keras. 3. Lingkar dada <30 cm, alat pengukuran lingkar dada yaitu pita dari metal yang fleksibel. Umumnya diukur pada bayi yang kurang dari 2 tahun. Caranya dengan meletakkan pita mengelilingi dada melalui puting susu dalam keadaan ekspirasi maksimal. Dalam keadaan normal, lingkaran dada bayi baru lahir adalah 2 cm lebih kecil daripada lingkaran kepala. Kemudian lingkaran kepala menjadi lebih besar dari kepala karena dada tumbuh lebih cepat daripada kepala. 4. Lingkar kepala <33 cm , pada bayi kurang dari 2 tahun lingkaran kepala diukur secara rutin. Pada anak yang lebih besar, lingkaran kepala baru diukur apabila terdapat kecurigaan pada kepalanya. Alat pengukur yang dipakai adalah pita metal 5
fleksibel, karena pita yang terbuat dari kain mudah meregang sehingga dapat memberikan nilai yang salah. 5. Umur kehamilan <37 minggu. 6. Kepala relatif lebih besar. 7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit berkurang. 8. Otot hipotonik lemah, pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea. 9. Ekstermita paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi sampai lurus. 10. Pernapasan sekitar 45-50 kali/menit, frekuensi napas yang terus meningkat atau selalu diatas 60 x/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya penyakit membran hialin
(sindrom
gangguan pernapasan idiopatik) atau gangguan
pernapasan.16
2.1.5 Diagnosis dan Gejala Klinik BBLR Diagnosis dan gejala klinik dibagi dua yaitu pertama sebelum bayi lahir pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya, sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum, perdarahan antepartum. Kedua setelah bayi lahir, bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat sedikit, lembek dan berwarna kehijauan. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu Jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka (doll-like), abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah dan transparan. Bayi kecil masa kehamilan (KMK) Organ dalam tubuh
6
lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur, berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup diluar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi prematur dan berat badan normal. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi.16
2.1.6 Komplikasi BBLR Komplikasi yang terjadi pada bayi BBLR antaranya kerusakan bernapas yang terjadi karena fungsi organ belum sempurna. pneumonia , aspirasi yang terjadi karena refleks
menelan
dan
batuk
belum
sempurna.
Perdarahan
intraventrikuler
menyebabkan perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.16
2.1.7 Permasalahan pada BBLR Bayi dengan BBLR lebih mudah mengalami kematian atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan risiko, semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan maka semakin besar risikonya. masalah- masalah BBLR antara lain yaitu A.
Asfiksia BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses
adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan dalam tindakan resusitasi. B. gangguan pernapasan Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami gangguan napas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang tinggi. C. hipotermi
7
Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metodo kanguru dengan kontak kulit ibu dengan kulit bayi membantu bayi BBLR agar tetap hangat. D. hipoglikemi Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru lahir dengan BBLR. bayi dengan BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan sering minum (setiap 2 jam ) pada minggu pertama. E. Masalah pemberian ASI ( air susu ibu) Masalah pada bayi BBLR yaitu ukuran tubuh bayi yang kecil, kurang energi, lemah, lambung kecil dan tidak dapat menghisap, sehingga menyebabkan bayi dengan BBLR membutuhkan bantuan dalam mendapatkan ASI, pemberian ASI dilakukan dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan >35 minggu dan berat badan lahir >2000 gr umumnya langsung menetek. F. Infeksi Infeksi terjadi karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik. G. Ikterus ( kadar bilirubin yang tinggi) Ikterus terjadi karena fungsi hati belum matang. Bayi dengan BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya. H. Masalah perdarahan Masalah
perdarahan
berhubungan
dengan
belum
matangnya
sistem
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K1 dengan dosis 1 mg intramuskular segera sesudah lahir (dalam 6 minggu pertama). Untuk semua bayi baru lahir dengan mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi dilakukan [ada bagian paha kiri.11
2.1.8 Penatalaksanaan BBLR Saat Lahir
8
Seperti bayi baru lahir lainnya, bayi dengan BBLR perlu mendapatkan perhatian dan tatalaksana yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat pelayanan neonatal esensial. a.
Tatalaksana bayi pada saat lahir yaitu persalinan yang bersih dan aman,
stabilisasi suhu, inisiasi pernapasan spontan, pemberian ASI dini ( inisiasi menyusui dini/ IMD) dan ASI Eksklusif serta pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi. b.
Tatalaksana
saat lahir mencakup, penilaian BBLR saat lahir dengan
menggunakan parameter yaitu bernapas spontan atau menangis dan air ketuban ( keruh atau tidak), dan asuhan bayi baru lahir. c.
Asuhan bayi baru lahir
1.
BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria bayi lahir tanpa asfiksia.
Bayi tersebut dalam keadaan bernapas baik dan warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan asuhan asfiksia sebagai berikut diantaranya adalah bersihkan lendir secukupnya bila perlu. Keringkan dengan kain yang kering dan hangat. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi. Segera memberikan ASI dini dengan membelai. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam atau dari 24 jam jika bayi hipotermi <36C, suhu lingkungan dingin. Profilaksis suntikan vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri anterolateral. Salep mata antibiotic. Perawatan tali pusat, kering , bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka. Bila lahir >2000 gr dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan vaksinasi hepatitis B pertama pada paha kanan. 2.
BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukan ke dalam kategori lahir dengan
asfiksia dan harus segera dilakukan langkah awal resusitasi dan tahapan resusitasi yang diperlukan diantaranya diputuskan berdasarkan penilaian keadaan bayi baru lahir, yaitu bila air ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/ gawat janin) dan bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan atau bernapas mengap-mengap, langkah awal resusitasi yaitu jaga bayi dalam keadaan hangat, atur posisi kepala bayi sedikit tengadah, isap lendir di mulut kemudian hidung , keringkan smbil dilakukan rangsang taktil, reposisi kepala, nilai keadaan bayi dengan melihat parameter yaitu
9
usaha napas bila setelah dilakukan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan teratur.11, 17
2.2 Anemia dalam kehamilan
2.2.1 Definisi anemia Anemia adalah penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin dalam darah di bawah normal, diukur per mm kubik atau sebagai volume packed red cells per 100 ml darah, terjadi ketika keseimbangan antar kehilangan darah (melalui perdarahan atau perusakan) dan produksi darah terganggu.18 Anemia adalah penurunan daya angkut oksigen dari darah. Dapat timbul jika konsentrasi hemoglobin (Hb) sel darah merah (sel darah merah) atau volume sel dikemas RBCs (PCV) berada di bawah batas bawah interval referensi untuk usia, jenis kelamin, lokasi geografis, dan status fisiologis.19
2.2.2. Etiologi anemia Etiologi anemia dalam kehamilan terbagi menjadi dua yaitu : 1) Didapatkan (acquired) , diantaranya ada anemia defisiensi besi, anemia karena kehilangan darah secara akut, anemia karena inflamasi atau keganasan, anemia megaloblastik, anemia hemolitik, anemia aplastik 2) Herediter, diantaranya ada thalasemia, hemoglobinopati, hemoglobinopati sickle cell, dan anemia hemolitik herediter.16 Anemia yang disebabkan oleh penurunan produksi darah yaitu hemopoetik, peningkatan pemecahan sel darah (hemolitik), atau kehilangan darah yaitu hemoragik. Anemia pada ibu hamil disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh. Anemia defisiensi zat besi ini diakibatkan oleh kurangnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, ketersediaan zat besi yang rendah dan ketidak adekuatan kandungannya yang menjadi penyebab anemia zat defisiensi zat besi.20 Anemia akibat defisiensi besi dalam kehamilan merupakan faktor penting yang terkait dengan peningkatan risiko ibu, janin, dan neonatal kematian. Hasil
10
kehamilan yang buruk seperti berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur; gangguan perkembangan kognitif, berkurang kapasitas belajar, dan berkurangnya kinerja sekolah di Indonesia anak-anak, dan penurunan produktivitas pada orang dewasa.19
2.2.3 Faktor-faktor penyebab anemia A. Asupan Fe yang tidak memadai Hanya sekitar 25% WUS memenuhi kebutuhan Fe sesuai AKG (26 μg/hari). Secara rata-rata, wanita mengkonsumsi 6,5 μg Fe per hari melalui diet makanan. Ketidakcukupan Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan sumber Fe ( daging, sapi, ayam, ikan, telur), tetapi dipengaruhi oleh variasi penyerapan Fe. Variasi ini disebabkan oleh perubahan fisiologis tubuh seperti ibu hamil dan menyusui sehingga meningkatkan kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang dikonsumsi, dan faktor diet yang mempercepat ( enhancer) dan menghambat (inhibitor) penyerapan Fe. Heme iron dari Hb dan mioglobin hewan lebih mudah dicerna dan tidak dipengaruhi oleh inhibitor Fe. Nonheme iron yang membentuk 90% Fe dari makanan non daging ( termasuk biji-bijian, sayuran, buah, telur) tidak mudah diserap oleh tubuh.21 B. Peningkatan kebutuhan fisiologi Kebutuhan Fe meningkat selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan. Peningkatan absorpsi Fe selama trimester II kehamilan membantu peningkatan kebutuhan. Beberapa studi yang menggambarkan pengaruh antara suplementasi Fe selama kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat meningkatkan berat lahir
bayi
dan
usia
kehamilan.21
C. Malabsorpsi Episode diare yang berulang akibat kebiasaan yang tidak higienis dapat mengakibatkan malabsorpsi. Insiden diare yang cukup tinggi, terutama di negara berkembang. Infestasi cacing, khususnya cacing tambang dan ascaris menyebabkan kehilangan besi dan malabsorpsi besi. Di daerah endemik malaria, serangan malaria
11
yang
berulang
menimbulkan
anemia
defisiensi
zat
besi.21
D. simpanan zat besi yang buruk Simpanan zat besi dalam tubuh orang Asia memiliki jumlah yang tidak besar, terbukti dari rendahnya hemosiderin dalam sumsum tulang da rendahnya simpanan zat besi di dalam hati. Jika bayi dilahirkan dengan simpanan zat besi yang buruk, maka defisiensi akan semakin parah pada bayi yang hanya mendapatkan ASI saja dalam periode waktu yang lama.21 E. kehilangan banyak darah Kehilangan banyak darah terjadi melalui operasi, penyakit dan donor darah. Wanita ynag kehilangan darah terjadi melalui menstruasi. Wanita hamil yang mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan. Efek samping atau akibat kehilangan darah tergantung pada jumlah darah yang keluar dan cadangan Fe dalam tubuh.21
2.2.4 Manifestasi klinis anemia Gejala klinis dari anemia bervariasi, tergantung pada tingkat anemia yang diderita.Berdasarkan gejala klinis anemia dapat dibagi menjadi anemia ringan, sedang dan berat. Tanda dan gejala klinisnya adalah : a)
Anemia ringan: adanya pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu dan sesak.
b)
Anemia sedang: adanya lemah dan lesu, palpitasi, sesak, edema kaki, dan
tanda malnutrisi seperti anoreksia, depresi mental, glositis, gingivitis, emesis atau diare. c) Anemia berat: adanya gejala klinis seperti anemia sedang dan ditambah dengan tanda seperti demam, luka memar, stomatitis, koilonikia, pika, gastritis, thermogenesis yang terganggu, hepatomegali dan splenomegali bisa membawa seorang dokter untuk mempertimbangkan kasus anemia yang lebih berat.3,6
2.2.5 Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan Beberapa Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut etiologi yaitu 1.
Anemia defisiensi besi (Fe)
12
Merupakan anemia tersering yang terjadi selama kehamilan dan masa nifas akibat kekurangan besi dalam darah dan gangguan reabsorbsi duodenum. Masa gestasi biasa dengan satu janin, kebutuhan ibu akan besi yang dipicu oleh kehamilan mendekati 800mg, sekitar 500 mg, bila tersedia untuk ekspansi massa hemoglobin ibu sekitar 200 mg atau lebih keluar melalui usus, urin dan kulit. Jumlah total ini 1000 mg melebihi cadangan besi pada sebagian wanita. Gejala klinis cepat lelah, nafsu makan kurang, berdebar-debar dan takikardi.22, 23 2. Anemia megaloblastik Merupakan anemia yang terjadi akibat kekurangan asam folat, dengan gejala klinis berupa mual muntah,kurang nafsu makan, cepat lelah, sering pusing dan sinkop. 3. Anemia defisiensi vitamin B12 Merupakan anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12, penyebab dari kekurangan vitamin B12 adalah gangguan reabsorbsi, ileus gastrointestinal yang direseksi dan diare.24 4. Anemia karena penyakit kronis Selama kehamilan, sejumlah penyakit kronis dapat menyebabkan anemia, seperti gagal ginjal kronis, kemoterapi, toksis karsinoma, pyelonephritis yang menyebabkan gangguan pembentukan darah pada sumsum tulang.22 Anemia semakin berat seiring dengan meningkatnya volume plasma melebihi ekspansi massa sel darah merah. Gejala-gejala yang timbul seperti tubuh lemah, penurunan berat badan, dan pucat.23 5. Anemia hemolitik Merupakan anemia yang disebabkan oleh destruksi sel darah merah lebih tinggi dari pembentukannya. Ini disebabkan oleh (a) faktor intrakorpuskuler dijumpai pada anemia hemolitik herediter, thalasemia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobin , C, D, G, H,I dan paroksismal nokturnal hemoglobinuria. (b) faktor ekstrakorpuskuler disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat leukemia, penyakit hodgkin.23
13
serta obat-obatan,
Gejala dengan kelainan gambaran darah, kelelahan,kelemahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.24 6. Anemia aplasia-hipoplasia Merupakan anemia akibat hipofungsi sumsum tulang untuk membentuk sel darah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan diantaranya darah tepi lengkap,pemeriksaan fungsi eksternal dan pemeriksaan retikulasi.22
2.2.6 Diagnosa anemia Untuk menegakkan diagnosis anemia dalam kehamilan dibutuhkan anamnesis, pada anamnesa akan didapatkan keluhan berupa pucat, lelah, anoreksia, lemah, lesu, sesak, berdebar-debar, muntah-muntah lebih hebat pada hamil muda.24 Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan adalah ada infeksi, darah dalam feses, limfadenopati dan splenomegali serta petekie yang mendasari penyakitpenyakit tertentu penyebab anemia dan dilakukan pemeriksaan hematologi dasar untuk menentukan ada tidaknya anemia yaitu penetapan kadar hemoglobin dan nilai hematokrit.25, 22 Pemeriksaan penunjang dan pengawasannya dapat dilakukan dengan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut: a. Tidak anemia
: Hb 11gr %
b. Anemia ringan
: Hb 10 – 11 gr%
c. Anemia sedang
: Hb 7 – 10 gr%
d. Anemia berat
: Hb<7 gr%.
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,yaitu pada trimester I dan trimester II.24
2.2.7 Penatalaksanaan anemia A.Tatalaksana Umum Apabila diagnosis anemia telah ditegakkan, lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.Bila pemeriksaan apusan darah tepi tidak tersedia, berikan suplementasi besi dan asam folat. Tablet yang saat ini
14
banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental dan 250 µg asam folat. Pada ibu hamil dengan anemia, tablet tersebut dapat diberikan 3 kali sehari. Bila dalam 90 hari muncul perbaikan, lanjutkan pemberian tablet sampai 42 hari pasca salin.Apabila setelah 90 hari pemberian tablet besi dan asam folat kadar hemoglobin tidak meningkat, rujuk pasien ke pusat pelayanan yang lebih tinggi untuk mencari penyebab anemia. Tabel dibawah ini adalah jumlah kandungan besi elemental yang terkandung dalam jenis suplemen besi yang beredar yaitu Jumlah sediaan
Dosis sediaan
Kandungan besi elemental
Sulfas ferosus
325
65
Fero fumarat
325
107
Ferro glukonat
325
39
Besi polisakarida
150
150
Tabel 2.2.6 Jumlah kandungan besi elemental
B. Tatalaksana Khusus 1.
Defisiensi besi,
lakukan
pemeriksaan ferritin.
Apabila
ditemukan kadar ferritin < 15 ng/ml, berikan terapi besi dengan dosis setara 180 mg besi elemental per hari. Apabila kadar ferritin normal, lakukan pemeriksaan SI dan TIBC. 2.
Anemia makrositik hiperkrom dapat ditemukan pada keadaan defisiensi asam
folat dan vitamin B12 berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250 – 1000 µg 3.
Transfusi untuk anemia dilakukan pada pasien dengan kondisi, apabila kadar
Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %, dan kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis
15
pusing, pandangan berkunang-kunang, atau takikardi (frekuensi nadi >100x per menit) 4.
Lakukan penilaian pertumbuhan dan kesejahteraan janin dengan memantau
pertambahan tinggi fundus, melakukan pemeriksaan USG, dan memeriksa denyut jantung janin secara berkala.25
2.2.8 Komplikasi Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia seperti berikut : 1) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, seperti Abortus (keguguran), persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), mudah terjadi infeksi, hiperemesis gravidarum, perdarahan sebelum persalinan, ketuban pecah dini. 2) Pengaruh Anemia terhadap Persalinan, seperti gangguan his, kala II dapat berlangsung lama dan partus lama, kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan kelemahan his. 3) Pengaruh Anemia pada saat Nifas, seperti terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum, pengeluaran ASI berkurang, terjadinya dekompensasi kordis. 4) Pengaruh Anemia terhadap Janin, seperti kematian janin dalam kandungan, berat bayi lahir rendah , kelahiran dengan anemia, cacat bawaan, mudah terinfeksi hingga kematian perinatal.14
2.2.9 Prognosis Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan pada umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak atau adanya komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia
16
defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin (Hb) yang rendah, namun cadangan zat besinya kurang sehingga baru beberapa bulan kemudian akan tampak sebagai anemia infantum. Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak, kebutuhan asam folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik berat dalam kehamilan yang tidak diobati mempunyai prognosis buruk.12,26
2.3 Penelitian relevan Hasil dari penelitian sebelumnya tentang perbandingan luaran berat badan bayi lahir terhadap ibu anemia yang berbeda-beda setiap lokasinya yaitu 1.
Menurut hasil penelitian Silvia Ari Agustina dan Liberty Baroqah (2018)
menyatakan status Hb ibu dengan anemia 39% melahirkan BBLR, sedang normal hanya 32,8%. 2.
Menurut hasil penelitian Aristyawati (2011) menyatakan kejadian BBLR 3,57
kali lebih besar pada ibu hamil yang menderita anemia dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak menderita anemia.
17
2.4 Kerangka teori
Faktor Penyebab BBLR
Faktor Internal
Faktor Maternal
Usia ibu (<20 dan >35 tahun) Jarak kehamilan
Faktor Eksternal
Faktor janin
Antenatal Care
Kehamilan ganda
Pendapatan
Gangguan pertumbuhan intauterin
Status gizi
Jumlah paritas IMT sebelum hamil
Kehamilan genetik
Ketuban pecah dini Usia kehamilan (<37 minggu)
BBLR
Komplikasi kehamilan
18
Riwayat Anemia
Bagan 2.4 Kerangka Teori
Ket : : Tidak di teliti : di teliti
2.5 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Ibu Anemia
Luaran Berat Badan Bayi Lahir Bagan 2.5 Kerangka Konsep
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional). Cross sectional adalah suatu bentuk studi observasional (non eksperimental) dan pengukuran variabel (independen dan dependen) dilakukan hanya satu kali pada satu waktu. Penelitian ini menggunakan desain studi retrospektif yaitu mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung dan kejadian yang telah terjadi dikaitkan dengan penyebabnya.27 Peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan luaran berat badan bayi lahir terhadap ibu anemia di RSUD Meuraxa.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi penelitian Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu hamil yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yang tercatat dalam buku register pada tahun 2018 di RSUD Meuraxa. 3.2.2. Sampel Penelitian
20
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah pengambilan sampel yang sama dengan jumlah populasi yang ada. 3.2.3. Kriteria Sampel Kriteria inklusi dalam penelitian ini merupakan semua ibu anemia dan tidak anemia yang melahirkan BBLR di RSUD Meuraxa, dan ibu hamil yang melahirkan di RSUD Meuraxa memiliki data lengkap. Semua bayi yang lahir dengan cukup bulan (>37 minggu). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini merupakan ibu hamil yang melahirkan di RSUD Meuraxa
dengan data rekam medis tidak lengkap , dengan adanya
komplikasi seperti, preeklamsia-eklamsia, perdarahan antepartum. 3.3 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu faktor yang berkaitan satu sama lain dalam variabel penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini variabel independen dan variabel dependen. 3.2.1
Variabel independen Variabel independen adalah variabel bebas yang diduga sebagai faktor yang
berhubungan dengan variabel terikat (variabel dependen). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu ibu anemia. 3.2.2
Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas (independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah luaran berat badan bayi lahir. 3.4 Definisi Operasional N o.
Variabel
Defini
Cara
Alat
Operasional
Ukur
Ukur
21
Hasil Ukur
Skala Ukur
Independent 1.
Ibu
Kondisi ibu
Analisi
Data
1.
anemia
hamil dengan
data
rekam
anemia =
hb <11 gram.
rekam
medis
Hb 11
medis
Tidak ordinal
gram% 2. Anemia = Hb <11 gram %
Dependent 2
Berat
Bayi yang
Analisis
Data
1.
.
badan bayi
mempunyai
data
rekam
R <2500
lahir
berat badan
rekam
medis
gram
2500 – 4000
medis
gram.
2.
BBL
ordinal
Non
BBLR >2500 gram
Tabel 3.4 Definisi Operasional
3.5 Instrumen Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan catatan rekam medis pasien yang melahirkan di RSUD Meuraxa yang diambil pada tahun 2018. Rumah sakit
Data sekunder
Ruang obgyn
Rekam medis
22 Sampel data Ibu melahirkan di Rumah
Bagan 3.5 Instrumen Pengumpulan Data 3.6 Tempat dan Waktu Penelitian 3.6.1
Tempat Tempat penelitian adalah suatu tempat/lokasi yang digunakan untuk
mengambil laporan kasus atau observasi.27 Penelitian ini akan dilakukan di ruang bersalin rumah sakit ibu dan anak. 3.6.2
Waktu Waktu penelitian adalah suatu waktu atau saat yang digunakan untuk
pelaksanaan penelitian atau observasi.27 Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai Mei. 3.7 Rancangan Pengolahan Data a. Mengedit (editing) Mengedit yaitu memeriksa/meneliti setiap data yang lengkap untuk mengoreksi data yang tidak jelas, sehingga kekurangan data dengan mudah terlihat dan segera dapat dilakukan perbaikan. b. Pengkodean (coding) Setelah data terkumpul dan selesai diedit. Tahap selanjutnya adalah mengkode data yaitu melakukan pemberian kode untuk setiap agar mudah dalam
23
pengolahan data. Pemberian kode pada tiap variabel disesuaikan pada pemberian skor pada variabel independen dan dependen meliputi ibu anemia dan luaran berat badan bayi lahir. c. Tabulasi (tabulating) Tabulasi deskriptif
yaitu
pengelompokan
data,
kemudian
ditampilkan
secara
dalam bentuk tabel sebagai bahan informasi. Data yang terkumpul
dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia kemudian dihitung. Proses tabulasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah perhitungan manual dan menggunakan program komputer.
3.2.8 Rancangan Analisis Data 3.8.1 Analisa Univariat ( analisis deskriptif) Analisa univariat adalah analisa yang digunakan dengan menjabarkan secara deskriptif untuk melihat variabel yang diteliti yaitu variabel independen maupun variabel dependen.27 Semua variabel ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang terdiri dari nilai persentase, dengan rumus P=
F x 100% n
Keterangan : P= persentase n= Sampel F= Frekuensi teramati
3.8.2 Analisa bivariat Analisa bivariat digunakan untuk menganalisis terhadap 2 variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.27 Untuk menguji hipotesis dilakukan
24
analisis statistika dengan Uji Chi square Test pada tingkat kemaknaan 95% (p<0,05). Rumus chi square adalah
𝑥2 = ∑
(0−𝐸)2 𝐸
Keterangan : χ2 = nilai chi square 0 = nilai hasil pengamatan ( observes) E = nilai ekspektasi ( expected) Nilai p (p-value) akan dibandingkan dengan nilai α = 0,05 : 1. Jika p value >0,05, maka hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan pada α = 0,05. 2. Jika p value <0,05, maka hubungan kedua variabel adalah signifikan pada α = 0,05. 3.9 Etika Penelitian 1.Informed consent (lembar persetujuan) Menjelaskan kepada responden mengenai penelitian yang akan dilakukan sehingga tidak ada tuntutan dikemudian hari serta tidak ada yang merasa dirugikan dua belah pihak baik penelitian maupun responden. 2. Anonymity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, cukup memberikan kode pada lembar penelitian tersebut. 3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan
ditanggung
oleh
peneliti
dengan
cara
menjaga
dan
memperhatikan dengan baik serta tidak akan membicarakan identitas dan mempermasalahkan responden dengan orang lain, hanya kelompok data tertentu akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian
25
26
DAFTAR PUSTAKA 1.
Astriana W. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan Usia. J Aisyah J Ilmu Kesehat. 2017;2(2):123-130. doi:10.30604/jika.v2i2.57
2.
Youssry mohammed abdelaziz, Radwan ahmed mohamed, Gebreel mohamed amin, Patel tabarak ahmed. Prevalence of Maternal Anemia in Pregnancy : The Effect of Maternal Hemoglobin Level on Pregnancy and Neonatal Outcome. 2018:676-687. doi:10.4236/ojog.2018.87072
3.
Syifaurrahmah M, Yusrawati, Edward Z. Hubungan Anemia dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah pada Kehamilan Aterm di RSUD Achmad Darwis Suliki. J Kesehat Andalas. 2016;5(2):470-474.
4.
Nasution SM. Pengaruh Usia Kehamilan, Jarak Kehamilan, Komplikasi Kehamilan, Antenatal Care Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD DR.Pirngadi Kota Medan Tahun 2017. 2017.
5.
World Health Organization. Anaemia Policy Brief. Glob Nutr Targets 2025. 2014;(6):8. doi:WHO/NMH/NHD/14.4
6.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013:1-306. doi:1 Desember 2013
7.
Rahmiyanti D, Darmawati. PREVALENSI ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI PADA IBU HAMIL. JIM FKE. 2018;III(3):93-100.
8.
Kementrian Kesehatan RI. Hasil Utama Laporan Riskesdas 2018. 27
Kementeruian Kesehat embangan KesehatanRI Bahan Penelit dan Peng Dep Kesehat Republik Indones. 2018:1-220. doi:1 Desember 2013 9.
Agustina SA, Barokah L. Determinan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). J kebidanan. 2018;8(November):143-148.
10.
Kliegman RM. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 17. Volume 1.; 2012.
11.
Sulistiani K. Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2014. 2014.
12.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetrics, 25 Th Education.; 2018.
13.
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A. Buku Ajar Neonatologi. Edisi Kedua. Badan Penerbit IDAI.; 2014.
14.
Manuaba dr. IAC, Munuaba dr. IBGF, Manuaba prof. dr. IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan Edisi 2.; 2012.
15.
Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1.; 2012.
16.
Manuaba I. Ilmu Kebidanan ,Kandungan Dan KB.; 2013.
17.
Depkes RI. Kumpulan Buku Acuan Kesehatan Bayi Baru Lahir.; 2009.
18.
Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 31.; 2010.
19.
Gebreweld A, Tsegaye A. Prevalence and Factors Associated with Anemia among Pregnant Women Attending Antenatal Clinic at St. Paul’s Hospital Millennium Medical College, Addis Ababa, Ethiopia. Adv Hematol. 2018;2018:1-8. doi:10.1155/2018/3942301
20.
Alleyne M, MD, Horne MK, MD, Miller JL, MD. Individualized Treatment for Iron-deficiency Anemia in Adults. Am J Med. 2008;121(11):943-948. doi:10.1016/j.amjmed.2008.07.012
21.
Ekmawanti. Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Puskesmas Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2015 hingga 2016. 2017.
22.
Manuaba I. Pengantar Kuliah Obdstetrik.; 2012.
23.
Roosleyn IPT. Strategi dalam penanggulangan pencegahan anemia pada
28
kehamilan. J Ilm Widya. 2016;3:1-9. 24.
prof.Dr.dr.M.Farid Aziz S, Dr.andrijono S, Prof.dr.Abdul Saifuddin, SpOG(K) M. Buku Ancuan Nasional Onkologi Ginekologi. Edisi Pertama , Cetakan Kedua.; 2010.
25.
pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan.; 2013.
26.
Benson RC, Pernoll ML. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Edisi 9.; 2013.
27.
prof.Dr.dr.Sudigdo Sastroasmoro S. (K), Prof.Dr.Sofyan Ismael SA (K). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi Ke 4.; 2011.
29