Biomedik 2.docx

  • Uploaded by: adena
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Biomedik 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,242
  • Pages: 33
BIOMEDIK 2 REGIO FACEI

Disusun oleh:

Aufa Nida F. Cahyaning Anisya P. Chantika Reftinanda G. Chika Cattleya R. Chrisnitha Fitria P. B. Deni Julian P. Dhea Adena Shara Enda Syafitri

201811030 201811033 201811035 201811036 201811037 201811039 201811043 201811047

Kelas B Kelompok 3 Dosen Pembimbing: Sinta Deviyanti, drg., M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia nikmatnya sehingga makalah Biomedik 2 yang berjudul “Regio Facei” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas makalah topik 2 Biomedik 2. Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dari penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi. Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 8 Maret 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ............................................................ 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2 2.1 Regio Facei .................................................................................... 2 2.1.1 Musculli ............................................................................... 2 2.1.2 Kelompok Orbitalis ............................................................. 2 2.1.3 Kelompok Nasalis ............................................................... 3 2.1.4 Kelompok Oralis ................................................................. 3 2.1.5 Kelompok Musculi Oralis Bawah ....................................... 4 2.1.6 Kelompok Musculi Oralis Atas ........................................... 4 2.1.7 Kelompok Musculi Lain ...................................................... 5 2.2 Origo, Insersio, Inervasi dan Otot Kepala ..................................... 6 2.2.1 Otot-otot Mimik .................................................................. 6 2.2.2 Otot-otot Mata ..................................................................... 7 2.2.3 Otot-otot Pengunyah Utama ................................................ 8 2.3 Percabangan Pembuluh Arteri di kepala ....................................... 9 2.4 Percabangan Pembuluh Vena di Kepala ....................................... 11 2.4.1 Vena Transversa Faciei ....................................................... 12 2.4.2 Hubungan-hubungan Venae Intracraniale ........................... 12 2.5 Saraf-saraf di Kepala ..................................................................... 13 2.5.1 Saraf Sensorium .................................................................. 13 2.5.2 Saraf Motorium ................................................................... 15 2.6 Mekanisme Persepsi Nyeri ............................................................ 24 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 29 3.1 Kesimpulan .................................................................................... 29 3.2 Saran .............................................................................................. 29 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 30

iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tatap muka merupakan hal yang penting dalam pertemuan pertama antar individu. Sebagian dari proses ini menggunakan ekspresi wajah untuk menyampaikan emosi. Melalui pengamatan wajah, seorang dokter dapat memperoleh informasi yang penting tentang kondisi kesehatan umum seorang penderita. Oleh karena itu, pemahaman tentang susunan unik berbagai struktur yang terdapat di antara arcus superciliaris di superior, margo inferior mandibula di sisi inferior, dan ke belakang sejauh auris/telinga di kedua sisi area yang disebut sebagai regio facialis (wajah) sangat berguna khususnya dalam praktek kedokteran. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1

Bagaimana pembagian regio facei

1.2.2

Bagaimana Anatomi regio facei

1.2.3

Bagaimana Fisiologi regio facei

1.2.4

Bagaimana percabangan pembuluh arteri dan vena di kepala

1.2.5

Bagaiman saraf-saraf di kepala dan apa fungsinya

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1

Menjelaskan pembagian regio facei

1.3.2

Menjelaskan Anatomi regio facei

1.3.3

Menjelaskan Fisiologi regio facei

1.3.4

Menjelaskan percabangan pembuluh arteri dan vena di kepala

1.3.5

Mejelaskan saraf-saraf di kepala beserta fungsi system saraf di kepala

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Regio Facei 2.1.1

Musculi Musculi faciales berkembang dari arcus pharyngeus kedua dan dipersarafi oleh cabang-cabang nervus facialis [VII]. Musculi ini berada dalam fascia superficialis, dengan origo pada tulang atau fascia, dan berinsertio pada kulit.1

Gambar 2.1.1 Musculi Faciales

Oleh karena musculi tersebut mengontrol ekspresi wajah, maka musculi ini disebut juga musculi "ekspresi wajah". Musculi tersebut juga berfungsi sebagai sphincter dan dilator bagi orifictum/lubang-lubang yang berada di regio facialis (yakni. orbita/rongga mata, nasus externus/ hidung, dan cavitas oris/ rongga mulut). Pengaturan susunan ini ke dalam kelompok fungsinya akan memudahkan dalam memahami musculi tersebut.1 2.1.2

Kelompok orbitalis Terdapat 2 musculus pada kelompok ini yaitu orbicularis oculi dan corrugator supercilii.

2

Orbicularis oculi merupakan musculus besar yang mengelilingi orificium orbita dengan sempurna dan membentang hingga masingmasing palpebrae. Musculus ini menutup palpebrae. Musculus ini mempunyai 2 bagian utama: o sisi luar disebut pars orbitalis; dan o sisi dalam disebut pars palpebralis. Musculus kedua dalam kelompok orbitalis merupakan musculus yang lebih kecil corrugator supercilii, yang terletak di sebelah dalam dari alis mata dan musculus orbicularis oculi dan bekerja saat mengerutkan dahi.1

Gambar 2.1.2 Kelompok Orbitalis1

2.1.3

Kelompok nasalis Terdapat 3 musculus dalam kelompok nasalis yaitu nasalis, procerus, dan depressor septi nasi. Musculus yang paling besar dan paling berkembang pada kelompok nasalis adalah musculus nasalis, yang bekerja saat nares mengembang. Procerus merupakan musculus kecil yang terletak di superficial dari tulang nasale dan bekerja saat mengernyit. Musculus terakhir dalam kelompok nasalis adalah depressor septi nasi, musculus lain yang membantu memperlebar nares.1

2.1.4

Kelompok oralis Musculi kelompok oralis menggerakkan labii/bibir dan regio buccalis. Musculi ini meliputi musculi orbicularis oris dan buccinator serta kelompok musculi atas dan bawah. Beberapa musculus tersebut saling bersilangan di modiolus yang terletak di lateral dari masingmasing angulus oris. Orbicularis oris merupakan 3

musculus

yang

kompleks

dengan

sabut-sabut

seluruhnya

mengelilingi cavitas oris/ mulut. Musculus ini akan bekerja saat kita mengerucutkan labil seperti bersiul. Buccinator membentuk komponen musculare yang mengisi regio buccalis dan aktif saat udara menggembungkan regio buccalis kemudian ditiupkan keluar.1

Gambar 2.1.4 Kelompok Oralis1

2.1.5

KeIompok musculi oralis bawah Musculi dalam kelompok bawah terdiri dari depressor anguli oris, depressor labii inferioris, dan mentalis. Depressor anguli oris aktif saat mengernyit. Depressor labii inferioris akan mendepresi labium inferius dan menggerakkannya ke lateral sedangkan mentalis berfungsi menyesuaikan posisi labii saat minum maupun saat cemberut.1

2.1.6

Kelompok musculi oralis atas Musculi pada kelompok musculi oralis atas terdiri dari risorius. zygomaticus major, zygomaticus minor, levator labii superioris, levator labii superioris alaeque nasi, dan levator anguli oris. Risorius aktif saat meringis: zygomaticus major dan zygomaticus minor bekerja saat tersenyum; levator labii superioris akan memperdalam sulcus nasolabialis di antara nasus dan oris selama ekspresi sedih; Tevator labli superioris a1aeque nasi membantu memperlebar nares;

4

dan levator anguli oris mengangkat angulus oris dan dapat membantu memperdalam sulcus nasolabialis di antara nasus dan angulus oris saat sedih.1

2.1.7

Kelompok musculi lain Beberapa musculus tambahan atau kelompok musculi yang tidak berada pada daerah yaang didefinisikan sebagai regio facialis, namun berasal dari arcus pharyngeus kedua dan dipersarafi oleh nervus facialis [VII], juga dianggap musculi ekspresi wajah. Termasuk dalam kelompok musculi ini adalah musculi platysma, auricularis dan occipitofrontalis. Platysma merupakan musculus besar, lembaran tipis yang berada di fascia superficialis regio cervicalis. Musculus tersebut akan menegangkan kulit regio cervicalis dan menggerakkan labium inferius dan angulus oris ke bawah. Tiga musculus yang berhubungan dengan auris/telinga juga termasuk "kelompok musculi ekspresi wajah yang lain". Yang termasuk musculi ini adalah musculi auricularis anterior, superior, dan posterior. Occipitofrontalis

merupakan

musculus

terakhir

yang

termasuk dalam kelompok ini dan berhubungan dengan scalp. Musculus ini terdiri dari venter frontalis di anterior dan venter occipitalis di posterior. Di antara keduanya dihubungkan oleh tendo aponeurosis.1

5

2.2 Origo, Insersio, Inervasi dan Otot-otot Kepala

2.2.1 Otot-otot mimik Otot-otot mimik adalah otot yang berorigo pada tulang tengkorak dan berinsersio pada kulit muka dan kepala. Sifat-sifat 1. Lokalisasinya sangat dangkal 2. Penguraiannya sukar karena saling berhubungan 3. Dipersyarafi oleh nervus ke VII (N. facialis). 4. Embriologisnya diterjemahkan dari arcus branchialis (lengkung insang) ke II.

6

Menurut lokalisasinya, otot mimik dibagi menjadi 1. Otot mimik, penutup calvaria dan epikran auricular 2. Otot mimik disekitar mata 3. Otot mimik disekitar hidung 4. Otot mimik disekitar mulut . 5. Otot mimik dileher m. calvaria (Mm.epicrani) Otot penutup Calvaria 1. m. oksipitalis Origo: linea nuchae superior, processus mastoideus. Insersio: galea aponcurotica

2.

m. frontalis Origo: galea aponeurotica inserio: otot-otot sekitar kulit hidung, kulit sepanjang alis Fungsi otot frontalis -

Menggerakan mengangkat alis

-

Menyebabkan lipatan transversal kulit dahi

-

Menjadi antagonis m. orbicularis occuli.

3. m. auricularis terdiri dari: -

m. auricularis anterior. Origo pada galea aponeurotica.

-

m auricularis superior. Origo pada galea aponeurotica.

-

m. auricularis posterior. Origo pada proc. Mastoideus

Ketiganya

berinsersio

pada

auricula,

dan

ketiganya

menglubungkan auricula. dengan fascia dari cranium. Fungsi: m. auricularis anterior menarik auricula ke depan, m. auricularis superior menarik auricular ke atas, m. auricularis posterior menarik auricular ke dorsal.2

2.2.2

Otot-otot sekitar mata

1. m. orbicularis oculi, merupakan otot sphincter yang tipis pipih, berbentuk elips, mengatur mata. Bagian dari para brbitalis fungsinya

7

melindungi mata terhadap cahaya yang kuat mengatasi bahaya dari luar (menutup mata). Para palpebralis: fungsi menggoyangkan mata dengan halus misal waktu tidur dan mengejapkan mata - para lacrimalis, fungsi untuk mengosongkan sancus lacrimalis (kantong air mata).2 2.

M. corrugator supercilli Otot ini bergabung dengan ni. Otot kelopak mata. Letaknya diujung medial alis dibawah m. frontalis. Origo: arcus supercilljaris medjalis. Fungsinya menyebabkan kerutan vertikal pada dahi (terlihat waktu marah) dilindungi mata dari sinar (kilauan cahaya).2

2.2.3

Otot-otot pengunyah utama 1. M. masseter. Merupakan otot multipennatus, memegang ramus ascendens mandibula Origo: os zygomaticus, proc. Zygomaticus Insersio:

angulus

mandibulae,

ramus

ascendens

mendibulac. Innervasi: n. massetericus (vabang n. mandibularis) Fungsi: menarik mandibula kedorsal kranial akibatnjya mulut tertutup.2 2. M. temporalis. Bentuk seperti kipas, tertutup oleh fasia temporalis origo: Fase awal temporalis, dasar fossa temporalis Insersio: proc.muscularis (corondideus) mandibuia. Fungsi: menarik mandibula ke dorsal dan ke kranial, mencari membuka mulut.: nervus temporalis profunda (cabang n. mandibularis). File otot ini terdiri dari 2 bagian: Innervasi - pars horizintalis, yang menarik caput mandibula dari tuberculuin artikula re ke fossa mandibulac (ke dorsal) pars vertikalis (ventrakalis menarik mandibula ke kranial.2 3. M. pterygoideus medialis, terdapat 2 kaput yaitu

8

-kaput dangkal, origonya: umbi maksila, os palatine - kaput profunda, origonya: fossa pterygoidea. Kedua kaput bersatu dengan kaput inferior n. Pterygoideus lateralis. Rsio kanan kaput di samping medial angulus mandibulac. Kontraksi Apab ketika anya sebclaà

yang

bekegjs

menyebabkan

penarikan

mandibula ke reitrolateral dan bersama-sama dengan M. pterygoideus laterali's tegad ama-sama dengan M. pierygoideus lateralis tep Arah adi gerakan kunyah.2

2.3 Percabangan Pembuluh Arteri di Kepala Vaskularisasi Regio Capitis Berasal dari cabang arteri carotis externa. 

 -

 -

-

Cabang-cabang arteri carotis externa adalah : A. Facialis, sama dengan A. Maxillaris externa. Pembuluh darah ini keluar sedikit di atas os hyoid, tertutup m. Platysma ke ventral menembus gl. Submandibularis melingkari tepi bawah mandibula terus ke medial membelok ke atas menuju ke sudut mata medial.5 Cabang-cabang arteri facialis adalah : Pars cervicalis, yang terdiri dari : A. Palatina ascendens, memberikan darahnya untuk palatum molle, dinnding pharynx, tuba eustachii. Ramus tonsilaris, satu-satunya arteri untuk tonsila palatine. Rami glandularis untuk gl. Submaxillaris. A. Submentalis. Pembuluh darah ini berjalan ke depan m. Mylohyoideus pada dagu belok ke atas pada tepi bawah mandibularis.5 Pars facialis, yang terdiri dari : A. Labialis inferior, menembus m. Orbicularis oris untuk kkulit dan mucosa bibir bawah. Arteri ber-anastomose dengan a. Labialis inferior yang contra lateral. A. labialis superior, untuk hidung, otot, mucosa bibir atas, septum nasi dan ala nasi. Rami nasalis lateralis untuk ad anasi dan dosum nasi. A. angularis. Merupakan ujung akhir dari a. facialis. Letaknya pada sudut mata medial.5

9

Gambar 2.3 Sumber Aliran Arteri di Wajah5

Hitam: dari arteri karotis interna (melalui arteri ophthalmica) Merah: dari arteri karotis eksterna

I. A. infra orbitalis. Pembuluh darah ini memberikan darahnya untuk palpebra inferior, palpebra superior, pipi, sacsus lacrimalis (pembuluh darah ini merupakan cabang maxillaries interna yaitu cabang a. carotis externa di daerah gladula parotis).5 II. A. temporalis superficialis. Merupakan ujung akhir dari a. carotis externa. Memberikan darahnya untuk : - Gl. Parotis, persendian mandibula, meatus acusticus externus, otot dan kulit regio auricularis.5 III. A. transversa facei (cabang a. temporalis superficialis). Untuk gl. Parotis, oto masseter.5 IV. A. auricularis posterior. Merupakan cabang dorsal dari a. carotis kestema. Melayani auricula media, cellulae mastoidea.5 V. A. occipitalis, cabang dorsal a. carotis externa. Cabangcabangnya untuk : - Auris media - Kulit regio sternocleidomastoidea - Durameter5

10

Gambar 2.3 Vaskularisasi Regio facei5

2.4 Percabangan Pembuluh Vena di Kepala Vena facialis merupakan vena utama yang mengalirkan darah regio facialis. Vena ini dimulai di dekat sudut medial orbita sebagai vena supratrochlearis dan vena supraorbitalis yang bergabung membentuk vena angularis. Kemudian vena ini akan menjadi vena facialis yang berjalan ke inferior, di posterior dari arteria facialis. Vena facialis turun menyeberangi regio facialis bersama arteria facialis sampai margo inferior mandibulae. Di sini arteri dan vena berpisah, vena facialis berjalan superficial terhadap glandula submandibularis dan masuk ke dalam vena jugularis interna. Sepanjang perjalanannya, vena facialis menerima percabangan dari vena yang mengalirkan darah palpebrae, sisi luar nasus, labia, regio buccalis, dan regio mentalis, yang menyertai beberapa cabang arteria facialis.1

11

2.4.1

Vena Transversa Faciei Vena transversa faciei merupakan vena kecil yang menyertai perjalanan arteria transversa facialis saat menyeberangi regio facialis. Vena ini bermuara ke vena temporalis superficialis di dalam jaringan glandula parotidea.1

2.4.2

Hubungan-hubungan Vena intracraniale Saat

melintasi

regio

facialis,

vena

facialis

mempunyai beberapa hubungan dengan vena yang berjalan di daerah regio capitis yang lebih dalam: -

Di dekat sudutmedial orbita, vena ini akan berhubungan dengan vena ophthalmica.

-

Di daerah regio buccalis, vena ini berhubungan dengan vena yang berjalan ke dalam foramen infraorbitale.

-

Vena ini berhubungan dengan venae yang berjalan di daerah regio facialis yang lebih dalam (misalnya, vena facialis profundus yang berhubungan dengan plexus venosus pterygoideus).1 Semua saluran vena tersebut saling berhubungan dengan sinus cavernosus intracranialis melalui venae emissariae yang menghubungkan vena intracranialis dan vena extracranialis. Tidak didapatkan katup/valva pada vena

12

facialis atau saluran venae lain di regio capitis, sehingga darah dapat mengalir ke arah manapun. Oleh karena adanya venae yang saling berhubungan, maka infeksi di wajah, terutama daerah di atas mulut ("area berbahaya") harus ditangani dengan hati-hati untuk mencegah penyebaran infeksi ke intracranialis.1

2.5 Saraf-saraf di Kepala Selama perkembangan, sebuah nervus cranialis berhubungan dengan masing-masing arcus pharyngeus. Oleh karena regio facialis terutama berasal dari arcus pharyngeus pertama dan kedua, persarafan strukturstruktur yang berdekatan dengan struktur-struktur regio facialis bervariasi sebagai berikut: 

Nervus trigeminus [V] mempersarafi struktur-struktur regio facialis yang berasal dari arcus pertama.



Nervus facialis [VII] mempersarafi struktur-struktur regio facialis yang berasal dari arcus kedua.1

2.5.1

Saraf Sensorium Karena dalam perkembangannya regio facialis berasal dari beberapa struktur arcus pharynx pertama, maka persarafan kulit regio facialis dipersarafi oleh cabang-cabang nervus trigeminus [V]. Nervus trigeminus bercabang menjadi 3 divisi utama nervus ophthalmicus [V1], nervus maxillaris [V2], dan nervus mandibularis [V3] sebelum keluar dari fossa cranii media. Masing-masing divisi keluar dari cavitas cranii untuk mempersarafi bagian regio facialis, sehingga sebagian besar kulit yang menutupi regio facialis dipersarafi cabang-cabang nervus trigeminus [V]. Pengecualian adalah daerah kecil yang menutupi angulus dan tepi bawah ramus mandibulae serta bagian-bagian auris, yang dipersarafi oleh nervus trigeminus [V], nervus facialis [VII], nervus vagus [X], dan nervi cervicales.1

13

Gambar 2.5.1 Nervus Trigeminus [ v ]

Nervus ophthalmicus [V1] Nervus ophthalmicus [V1] keluar dari cranium melalui fissura orbitalis superior dan masuk ke dalam orbita Cabang-cabangnya yang mempersarafi regio facialis termasuk: 

nervus supraorbitalis dan nervus supratrochlearis, yang keluar di superior dari orbita dan mempersarafi palpebra superior, regio frontalis/dahi, dan scalp;



nervus infratrochlearis, yang keluar dari orbita pada sudut medial untuk mempersarafi bagian separuh medial palpebra superior, kulit di daerah sudut medial dan sisi nasus externus/ hidung;



nervus lacrimalis, yang keluar dari orbita pada sudut lateral untuk mempersarafi bagian separuh lateral palpebra superior dan kulit di daerah sudut lateral; dan



ramus/nervus nasalis externus, yang menyuplai bagian anterior nasus externus/hidung.

Nervus maxillaris

[V2]

Nervus maxillaris [V2] keluar dari cranium melalui foramen rotundum. Cabang-cabangnya yang mempersarafi regio facialis meliputi:

14



cabang

kecil

zygomaticotemporalis,

keluar

dari

tulang

zygomaticum dan menyuplai daerah kecil bagian anterior regio temporalis/pelipis di atas arcus zygomaticus; 

cabang kecil ramus zygomaticofacialis, yang keluar dari tulang zygomaticum dan mempersarafi daerah kecil kulit di atas tulang zygomaticum; dan



nervus infraorbitalis yang besar, yang keluar dari maxilla melalui foramen infraorbitale dan segera bercabang menjadi beberapa cabang yang mempersarafi palpebra inferior, regiobucclis, sisi nasus/hidung, dan labium superius.1

Nervus mandibularis [V3] Nervus mandibularis [V3] keluar dari cranium melalui foramen ovale. Cabang-cabangnya yang mempersarafi regio facialis diantaranya: 

nervus auriculotemporalis, yang memasuki regio facialis di posterior dari sendi temporomandibularis, berjalan melalui glandula psrotidea, dan naik di anterior dari auris untuk mempersarafi meatus acusticus externus, permukaan membrana tympani (gendang telinga), dan sebagian besar daerah regio temporalis/pelipis;



nervus buccalis, yang berada di permukaan musculus buccinator mempersarafi regio buccalis;



nervus mentalis, yang keluar dari mandibula melalui foramen mentale dan segera bercabang menjadi beberapa cabang yang mempersarafi kulit dan membrana mukosa labium inferius dan kulit regio mentalis/dagu.1

2.5.2

Persarafan motorium Musculi regio facialis, dan juga musculi yang berhubungan dengan auris dan scalp, berasal dari arcus pharyngeus kedua. Nervus cranialis yang berhubungan dengan arcus tersebut adalah nervus

15

facialis [VII], sehingga cabang-cabang nervus facialis [VII] mempersarafi seluruh musculus tersebut.1 Nervus facialis [VII] keluar dari fossa cranii posterior melalui meatus acusticus internus. Saraf ini berjalan melalui tulang temporale, memberikan beberapa cabang, dan keluar dari basis cranii melalui foramen stylomastoideum. Di sini nervus ini memberi cabang nervus auricularis posterior. Cabang ini berjalan ke atas, di belakang auris, untuk mempersarafi venter occipitalis musculus occipitofrontalis scalp dan musculus auricularis posterior auris.1 Kemudian cabang utama nervus facialis [VII] memberikan cabang lagi, yang mempersarafi venter posterior musculus digastricus dan musculus stylohyoideus. Pada titik ini, nervus facialis [VII] akan memasuki permukaan profundus glandula parotidea.1 Dalam glandula parotidea, biasanya batang utama nervus facialis [VII] bercabang menjadi cabang atas (temporofacialis) dan bawah (cervicofacialis). Cabang-cabang tersebut berjalan melalui jaringan

glandula

parotidea,

cabang-cabang

tersebut

dapat

bercabang lebih kecil lagi atau ikut membentuk jejaring anastomosis (plexus parotideus).1 Adapun bentuk antar hubungan yang terjadi, kelima cabang terminal nervus facialis [VII] rami temporales,rami zygomatici, rami buccales, ramus marginalis mandibulae, dan ramus colli keluar dari glandula parotidea. Walaupun terdapat variasi pola distribusi kelima kelompok percabangan terminal, pola dasarnya adalah sebagai berikut: 

Rami temporales keluar dari tepi superior glandula parotidea untuk mempersarafi musculi daerah regio temporalis/pelipis, regio frontalis, dan daerah supraorbitalis.



Rami zygomatici keluar dari tepi anterosuperior glandula parotidea untuk mempersarafi musculi daerah infraorbitalis, daerah nasalis lateralis, dan labium superius.

16



Rami buccales keluar dari tepi anterior glandula parotidea untuk mempersarafi musculi regio buccalis, labium superius, dan angulus.



Ramus marginalis mandibulae keluar dari tepi anteroinferior glandula parotidea untuk mempersarafi musculi labium inferius dan regio mentalis/dagu.



Ramus colli keluar dari tepi inferior glandula parotidea untuk mempersarafi musculus platysma.1

Gambar 2.5.2 Nervus Facialis Cabang Terminal

Gambar 2.5.2 Nervus Facialis Sebelum Masuk Glandula Parotidea

2.5.3

Fungsi Sistem Saraf di Mata  N.cranial II (optikus), saraf sensoris membawa impuls dari mata ke otak  Nervus cranial III (okulomotorius) mempersarafi, m.rektus superior, m.rektus medialis, m.rektus inferior, dan m.oblikus inferior  Nervus cranial IV (trokhlearis) mempersarafi, m.oblikus superior  Nervus cranial VI (Abdusens) mempersarafi mempersarafi m.rektus lateralis.  Nervus cranial VII, merangsang sekresi air mata Jalur Persarafan Mata 17





Nervus optikus dari mata menuju optic chiasma (menyilang) -> lateral geniculate body (lateral geniculate nucleus) dari talamus -> berakhir di lobus occipitalis korteks visual. Jalur kolateral berjalan dari talamus ke midbrain -> bersinaps dengan neuron eferen (nervus cranial III) untuk mengontrol diameter pupil.

Gambar 2.5.3 Jalur Refleks Pupil4

2.5.4

Fungsi Sistem Saraf di Hidung

Gambar 2.5.4 Transduksi Sinyal Penghidu4

18

Mekanisme Eksitasi pada Sel-Sel Olfaktorius. Bagian sel olfaktorius yang memberi respons terhadap rangsang kimia olfaktorius adalah silia olfaktorius. Zat yang berbau, yang tercium pada saat kontak dengan permukaan membran olfaktorius, mulamula menyebar secara difus ke dalam mukus yang menutupi silia. Selanjutnya, akan berikatan dengan protein reseptor di membran setiap silium. Setiap protein reseptor sebenarnya merupakan molekul panjang yang di membran melipat ke arah dalam dan ke arah luar kira-kira sebanyak tujuh kali. Bau tersebut berikatan dengan bagian protein reseptor yang melipat ke arah luar. Namun demikian, bagian dalam protein yang melipat akan saling berpasangan untuk membentuk protein-G, yang merupakan kombinasi dari tiga subunit. Pada perangsangan protein reseptor, subunit alfa akan memecahkan diri dari proteinG dan segera mengaktivasi adenilat siklase, yang melekat pada sisi dalam membran siliar di dekat badan sel reseptor. Siklase yang teraktivasi kemudian mengubah banyak molekul adenosin trifosfat intrasel menjadi adenosin monofosfat siklik (cAMP). Akhirnya, cAMP ini mengaktivasi protein membran lain di dekatnya, yaitu gerbang kanal ion natrium, yang akan membuka "gerbang" dan memungkinkan sejumlah besar ion natrium mengalir melewati membran ke dalam sitoplasma sel reseptor. Ion natrium akan meningkatkan potensial listrik ke arah positif di sisi dalam membran sel, sehingga merangsang neuron olfaktorius dan menghantarkan potensial aksi ke sistem saraf pusat melalui nervus olfaktorius. Makna yang penting dari mekanisme ini pada aktivasi sarafsaraf olfaktorius adalah bahwa mekanisme tersebut sangat melipatgandakan efek perangsangan, bahkan dari bau yang paling lemah sekalipun. Untuk ringkasnya: (1) Aktivasi protein reseptor oleh substansi bau dapat mengaktivasi kompleks protein-G. (2) Hal ini kemudian mengaktivasi banyak molekul adenilat siklase di

19

bagian dalam membran sel olfaktorius. (3) Selanjutnya, hal ini akan menyebabkan pembentukan jumlah molekul cAMP menjadi berkali lipat lebih banyak. (4) Akhirnya, cAMP tetap membuka kanal ion natrium yang jumlahnya semakin banyak. Oleh karena itu, bau tertentu dengan konsentrasi yang paling kecil, tetap dapat memulai rangkaian efek yang akan membuka banyak sekali kanal natrium. Hal ini menimbulkan sensitivitas yang sangat besar pada neuron-neuron olfaktorius, meskipun jumlah bau itu sedikit sekali.4

Agar dapat dihidu, suatu bahan harus (1) cukup mudah menguap sehingga sebagian molekulnya dapat masuk ke hidung melalui udara inspirasi dan (2) cukup larut air sehingga dapat masuk ke lapisan mukus yang menutupi mukosa olfaktorius. Seperti reseptor kecap, agar dapat terdeteksi oleh reseptor olfaktorius, molekul harus larut.3

20

2.5.5

Fungsi Sistem Saraf di Telinga

Gambar 2.5.5 Jalur Persarafan Suara4

menggambarkan jaras pendengaran utama. Tampak bahwa serat saraf dan ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medula. Disini, semua serat bersinaps, dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serat tingkat kedua lain juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama.4 Dari nukleus olivarius superior, jaras pendengaran berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Sebagian serat berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan terus ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serat pendengaran bersinaps. Dari sini, jaras berjalan

21

ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serat betul-betul bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak di girus superior lobus temporalis.4 Beberapa hal penting harus diperhatikan. Pertama, sinyal dari kedua telinga dihantarkan melalui jaras kedua sisi otak, dengan penghantaran yang lebih besar pada jaras kontralateral. Pada sekurang-kurangnya tiga tempat di batang otak, terjadi persilangan antara kedua jaras ini: (1) di korpus trapezoid, (2) di komisura antara dua inti lemniskus lateralis, dan (3) di komisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior.4 Kedua, banyak serat kolateral dari traktus auditorius berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus ke atas dalam batang otak dan ke bawah ke dalam medula spinalis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk berespons terhadap bunyi yang keras. Kolateral-kolateral lain menuju ke vermis serebelum, yang juga diaktivasi seketika itu juga jika ada bunyi keras yang mendadak.4 Ketiga, orientasi spasial berderajat tinggi dipertahankan dalam traktus serat yang berasal dari koklea sampai ke korteks. Pada kenyataannya, terdapat tiga pola spasial untuk menghentikan berbagai frekuensi bunyi di inti koklea, dua pola di kolikulus inferior, satu pola yang tepat untuk berbagai frekuensi bunyi yang khas di korteks auditorik, dan sekurang-kurangnya lima pola lainnya yang kurang tepat di korteks auditorik dan area asosiasi auditorik.4 2.5.6

Fungsi Sistem Saraf di Lidah

22

Gambar 2.5.6 Penghantaran Sinyal Pengecapan ke Saraf Pusat4

jaras saraf untuk transmisi sinyal pengecap dari lidah dan daerah faringeal ke sistem saraf pusat. Impuls pengecap dari dua pertiga anterior lidah mula-mula akan diteruskan ke nervus lingualis, kemudian melalui korda timpani menuju nervus fasialis, dan akhirnya ke traktus solitarius di batang otak. Sensasi pengecap dari papila sirkumvalata di bagian belakang lidah dan dari daerah posterior

rongga

mulut

dan

tenggorokan

lainnya,

akan

ditransmisikan melalui nervus glossofaringeus juga ke traktus solitarius, tetapi pada tempat yang sedikit lebih posterior. Akhirnya, beberapa sinyal pengecap dari dasar lidah dan bagianbagian lain di daerah faring, akan dihantarkan ke traktus solitarius melalui nervus vagus. Semua serat pengecapan bersinaps di batang otak bagian posterior

dalam

nukleus

traktus

solitarius.

Nukleus

ini

mengirimkan neuron orde-kedua ke daerah kecil di nukleus medial posterior ventral talamus, yang terletak sedikit ke medial Dari talamus, neuron orde ketiga dihantarkan ke ujung bawah girus postsentralis pada korteks serebri parietalis, tempat neuron ini

23

melipat ke dalam fisura sylvii, dan ke dalam daerah operkularinsular. Daerah ini terletak sedikit ke lateral, ventral, dan rostral dari daerah untuk sinyal taktil lidah di area somatik serebri I. Dari penjelasan mengenai jaras pengecap ini, dapat terlihat jaras ini mengikuti dengan ketat jaras somatosensorik dari lidah.

2.6 Mekanisme Persepsi Nyeri Nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara menghilangkan stimulus nyeri. Misalnya bila kulit menjadi nyeri akibat iskemia, dalam keadaan bawah sadar, orang itu akan mengubah posisinya. Pasien yang kehilangan sensasi nyeri, setelah mengalami kecelakaan pada medula spinalis, tidak akan merasakan nyeri sehingga tidak akan mengubah posisinya. Akhirnya, keadaan ini akan menimbulkan kerusakan dan deskuamasi kulit pada daerah yang tertekan.5 2.6.1

Jenis Nyeri Terdapat dua jenis nyeri yaitu nyeri cepat dan nyeri lambat. Perbedaan dari keduanya adalah kecepatan hantaran impulsnya yang sangat ada kaitannya dengan neuron penghantarnya. Pada nyeri cepat, disalurkan ke medulla spinalis oleh serat A-δ (A-delta) dan dirasakan hanya dalam waktu 0,1 detik. Sedangkan pada nyeri lambat disalurkan oleh serat aferen C dan dirasakan dalam waktu 1 detik.1 Perbedaan kecepatan hantaran ini disebabkan oleh perbedaan histologi dari serat A-δ dengan serat C. Pada serat A-δ, neuronnya bergaris tengah kecil (diameter kecil) dan sedikit mielin. Sedangkan pada serat C, neuronnya tidak bermielin dan diameter lebih kecil dari serat A-δ. Ada dan tidaknya mielin inilah yang menyebabkan adanya perbedaan kecepatan antara keduanya. Neuron yang memiliki mielin memiliki kecepatan menghantar impuls lebih cepat daripada neuronyang tidak memiliki mielin. Selain itu pengaruh diameter

24

pada axon juga mempengaruhi kecepatan hantaran impuls. Semakin besar diameternya maka akan semakin cepat hantaran impulsnya.5 2.6.2

Reseptor Nyeri Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas. Reseptor nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan lain semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan dalam tertentu, misalnya periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, dan falks serta tentorium tempurung kepala.5 Stimulus Nyeri dapat disebabkan oleh berbagai jenis rangsangan. Terdapat tiga jenis stimulus yang merangsang reseptor nyeri, adalah •

Mekanis



Suhu, dan



Kimiawi.

Pada umumnya, nyeri cepat disebabkan oleh rangsangan jenis mekanis atau suhu, sedangkan nyeri lambat disebabkan oleh ketiga jenis rangsangan tersebut.5,6 2.6.3

Jaras Nyeri pada Medulla Spinalis dan Batang Otak Sewaktu memasuki medula spinalis, sinyal nyeri melewati dua jaras ke otak, melalui •

traktus neospinotalamikus



traktus paleospinotalamikus

Traktus neospinotalamikus untuk nyeri cepat. Serat nyeri cepat tipe A6 terutama mengirimkan nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serat ini berakhir pada lamina I (lamina marginalis) pada kornu dorsalis, dan

di

sini

merangsang

neuron

orde

kedua

traktus

neospinotalamikus. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serat panjang yang segera menyilang ke sisi medula spinalis yang berlawanan melalui komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateral.5

25

Gambar 2.6.3 Pengiriman Sinyal Nyeri5

Pengiriman baik sinyal nyeri "cepat-tajam" maupun "lambatkronis" ke dalam dan melalui medulla spinalis dalam perjalanannya menuju ke otak.

Gambar 2.6.3 Pengiriman Sinyal Nyeri menuju ke Otak5

Pengalaman

nyeri

melibatkan

serangkaian

proses

neurofisiologis yang kompleks, secara kolektif disebut sebagai nosisepsi, dengan empat komponen berbeda:

26



Transduksi, proses dimana rangsangan berbahaya (contohnya panas, dingin, distorsi mekanis) dikonversikan menjadi suatu impuls elektik pada ujung akhir saraf sensoris.



Transmisi, konduksi berbagai impuls elektrik ini menuju CNS dengan hubungan utama untuk saraf-saraf ini berada dalam kornu dorsalis saraf tulang belakang dan thalamus dengan proyeksi menuju cingulate, insular, dan korteks somatosensoris.



Modulasi, proses mengubah transmisi nyeri. Kemungkinan bahwa baik mekanisme inhibitor dan eksitatoris memodulasi transmisi impuls nyeri (nosiseptif) dalam PNS dan CNS.



Persepsi. Persepsi nyeri dianggap dimediasi melalui thalamus yang bertindak sebagai stasiun relay pusat untuk sinyal rasa sakit yang masuk dan korteks somatosensoris primer yang melayani untuk diskriminasi pengalaman sensoris spesifik.5,6

2.6.4

Mekanisme Persepsi Nyeri Informasi nyesi diterima oleh receptor kemudian serat nyeri cepat tipe A6 terutama mengirimkan nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serat ini berakhir pada lamina I (lamina marginalis) pada kornu dorsalis. Neuron ini akan mengirimkan sinyal ke serat panjang yang segera menyilang ke sisi medula spinalis yang berlawanan melalui komisura anterior dan selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateral.5 Beberapa serat traktus neospinotalamikus berakhir di daerah retikularis batang otak, tetapi sebagian besar menuju ke talamus tanpa hambatan, berakhir di kompleks ventrobasal di traktus kolumna dorsalis–lemniskus medialis. Beberapa serat juga berakhir di kelompok nukleus posterior talamus. Dari daerah talamus ini, sinyal akan dihantarkan ke daerah basal otak lain, dan juga ke korteks somatosensorik.5 Jaras paleospinotalamikus adalah sistem yang jauh lebih tua dan mengirimkan nyeri terutama dari serat nyeri lambat-kronis tipe C

27

perifer, walaupun jaras ini juga mengirimkan beberapa sinyal dari serat tipe ‘Dalam’ jaras ini, serat-serat perifer berakhir di dalam medula spinalis hampir seluruhnya di lamina II dan III kornu dorsalis, yang bersama-sama disebut substansia gelatinosa. Sebagian besar sinyal kemudian melewati satu atau lebih neuron serat pendek tambahan di dalam kornu dorsalisnya sendiri sebelum terutama memasuki lamina V, juga di kornu dorsalis. Di sini, neuron-neuron terakhir dalam rangkaian ini membentuk akson-akson panjang yang sebagian besar bergabung dengan seratserat dari jaras nyeri cepat, mula-mula melewati komisura anterior ke sisi berlawanan medula spinalis, kemudian naik ke otak dalam jaras anterolateral.5 2.6.5

Teori Gerbang Teori nyeri tentang kontrol gerbang pertama kali diajukan oleh Ronald Melzack dan Patrick Wall pada tahun 1965 untuk menggambarkan jaringan persarafan pada modulasi nyeri (“gerbang” neurologis) pada kornu dorsalis korda spinalis. Menurut teori ini, informasi mengenai rasa sakit dihantarkan ke daerah otak supraspinal jika gerbangnya terbuka, dimana stimulus nyeri tidak dirasakan jika gerbang tersebut terututup oleh impuls penghambat yang bersamaan. Berikut adalah contoh yang umum digunakan untuk menggambarkan bagaimana jaringan neuron ini memodulasi transmisi nyeri. Biasanya, menggosok kulit pada daerah yang menyakitkan dapat menghilangkan rasa sakit yang terkait dengan benturan siku. Dalam kasus ini, menggosok kulit mengaktifkan aferen termielinisasi berdiameter besar (Aβ), yang “lebih cepat” daripada serat A𝛿 atau serat C dalam menyampaikan informasi yang rasa sakit.6 Serat Aβ ini memberikan informasi tentang tekanan dan sentuhan pada kornu dorsalis dan melalui beberapa pesan rasa sakit (“menutup gerbang”) yang dibawa oleh serat A𝛿 dan C dengan mengaktifkan interneuron penghambat di kornu dorsalis.6

28

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Ciri-ciri utama regio facialis berhubungan dengan lubang- lubang orbita, cavitas nasi, dan cavitas oris di anterior. Fissura palpebralis/rima palpebrarum terletak di antara palpebra superior dan inferior yang dapat dibuka dan ditutup. Fissura oralis/rima oris merupakan celah di antara labium superius dan labium inferius dan juga dapat dibuka dan ditutup. Musculi sphincter fissura oralis dan palpebralis, masingmasing adalah musculi orbicularis oris dan orbicularis oculi. Musculi ini dipersarafi oleh nervus facialis [VII]. Nares merupakan apertura anterior cavitas nasi dan selalu terbuka. Sulcus vertikal pada garis tengah di antara nasus externus dan labium superius adalah philtrum. Persarafan sensorium regio facialis dibawa oleh nervus trigeminus [V]. Ketiga divisi nervus tersebut direpresentasikan pada regio facialis dan dapat diperiksa dengan sentuhan di regio frontalis (nervus ophthalmicus [VI]), regio buccalis anterior (nervus maxillaris [V2]), dan kulit di atas corpus mandibulae bagian anterior (nervus mandibularis [V3]). 3.2 Saran Pemahaman tentang regio facei ini diperlukan karena akan mengacu pada pendidikan atau perkuliahan yang sedang dijalani. Oleh karena itu pemahaman dalam regio facei ini perlu ditingkatkan untuk menunjang perkuliahan kedepannya.

29

DAFTAR PUSTAKA 1. Drake RL, Vogl Wayne, Mitchell AWM. Gray's Basic Anatomy.Int ed. Canada: Elsevier; 2012: 446-458. 2. Drake R, Vlog AW, mitchell AWM. Grays Anatomy for Student. Canada: Churchill Livingstone; 2009: 385-419. 3. Sherwood L, Introduction to Human Physiology. 8th ed. Canada: Brooks/Cole; 2010: 233-280. 4. Guyton, Hall. Medical of Physiology. 12th ed. USA: Elsevier; 2011: 644673. 5. Drake RL, Vogl Wayne, Mitchell AWM. Gray's Basic Anatomy.Int ed. Canada: Elsevier; 2012: 456-457. 6. Netter, FH. Atlas Of Human Anatomy. 6th ed. Philadelphia: Elsevier; 2014: p.20

30

Related Documents

Biomedik Ii.docx
October 2019 28
Biomedik 2.docx
November 2019 23
Makalah Biomedik Ii.docx
December 2019 12
Makalah Ilmu Biomedik Dasar
October 2019 39

More Documents from ""