Biokim Makalah.docx

  • Uploaded by: Nur Azimah
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Biokim Makalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,956
  • Pages: 7
STUDI KLINIK EKSPERIMEN EKSKRESI OBAT Nama : Nur Azimah 207115028/B1/2017

ABSTRAK

Ekskresi obat termasuk dalam proses farmakokinetik, farmakokinetik adalah proses untuk mengetahui perjalanan obat dalam tubuh. Salah satu organ untuk ekskresi adalah ginjal. Pengeluaran sistem ekskresi dapat melalui urin, saliva dan keringat. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas obat setelah masuk ke dalam tubuh. Dilakukan pada dua probandus yaitu probandus yang mengeluarkan urin dengan berpuasa sebelumnya dengan meminum obat deksametason dan probandus untuk saliva yang hanya berpuasa. Sampel urin dan saliva direaksikan dengan beberapa larutan seperti NaNO2, H2SO4 dan amilum. Pengukuran absorbansi pada sampel urin dan saliva menggunakan alat spektofotometri UV Visible, bertujuan untuk mengetahui kadar urin atau saliva dengan perhitungan. Dari pengambilan 6 sampel urin dengan waktu yang berbeda, absorbansi tertinggi 0,932 pada menit ke 15 dengan kadar 1,353 × 10-6 mg/dL dan warna kuning emas. Absorbansi terendah sampel urin 0,287 pada menit ke 90 dengan kadar 4,168 × 10-7 mg/dL dan warna kuning jernih. Untuk sampel saliva didapatkan absorbansi tertinggi 1,933 dengan kadar 2,807 × 10-6 mg/dL dan warna putih keruh. Absorbansi terendah sampel saliva 0,545 dengan kadar 7,915 × 10-7 mg/dL dan warna putih keruh. Studi klinis eksperimen eksresi obat perlu dilakukan untuk menentukan kesesuaian dosis, dan mengetahui obat yang diberikan memberikan efek terapetik atau efek toksik. Kata kunci : Ekskresi obat, urine, saliva, farmakokinetika

A. PENDAHULUAN 1. DASAR TEORI Farmakokinetika merupakan suatu ilmu yang menjabarkan mengenai absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat di dalam tubuh. Fase farmakokinetika merupakan perjalanan obat mulai titik masuk obat ke dalam badan hingga mencapai tempat aksi dalam konsentrasi yang cukup agar dapat menimbulkan respon atau untuk memberikan efek terapi atau farmakologi. Proses ADME biasanya berjalan bersama waktunya secara langsung atau tak langsung, biasanya meliputi perjalanan obat melintasi sel membran.[1] Proses eksresi obat lewat ginjal meliputi filtrasi glomerulus, sekresi tubular aktif, reabsorpsi tubular.[2] Selain itu ada pula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama keringat, paru-paru, empedu, air susu, dan usus.[3] Proses pembentukan urin di dalam ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan).[4] Urine memiliki komponen organic dan anorganik. Urea, asam urat dan kreatinin merupakan beberapa komponen organic dari urine. Ion-ion seperti Na, K, Ca serta

anion Cl merupakan komponen anorganik dari urine. Warna kuning pada urine, disebabkan oleh urokrom, yaitu family zat empedu, yang terbentuk dari pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam udara terbuka, urokrom dapat teroksidasi, sehingga urine menjadi berwarna kuning tua. Pergeseran konsentrasi komponen-komponen fisiologik urine dan munculnya komponen-komponen urine yang patologik dapat membantu diagnose penyakit.[5] Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan oleh kedua ginjal kiri dan kanan setiap menitnya dan dalam 2 jam dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi kandung kemih. Saat kandung kemih sudah terisi urin sebanyak itu mulai terjadi rangsangan

pada kandung kemih sehingga yang bersangkutan dapat

merasakannya. Keinginan mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa ditahan jika volumenya masih berkisar dibawah 150 cc.[6]

2. TUJUAN Mahasiswa mengerti tentang aktivitas obat setelah masuk di dalam tubuh. a.

METODE Pada Praktikum ekskresi obat menggunakan beberapa alat dan bahan. Alat yang digunakan antara lain : tabung reaksi beserta rak, Pasteur pipettes, pipet ukur, dan gelas beaker. Dan bahan yang digunakan antara lain : obat deksametason, larutan 1% KI, Larutan 10 NaNO2, Larutan Dilusi H2SO4, dan Larutan 1% Amilum. Dilakukan prosedur kerja dengan menyiapkan 1 probandus untuk diambil urin dan 1 probandus untuk diambil saliva. Semua probandus berpuasa dari jam 00.00-06.00. Probandus yang diambil urin diberi deksametason 1 tablet diminum setelah mandi. Semua probandus harus menandatangani informed consent yang menunjukan persetujuan terhadap eksperimen. Probandus urin disiapkan urin setiap 15 menit setelah penghantaran obat, dilakukan 6 kali pengambilan, untuk probandus saliva disiapkan setiap 5 menit dilakukan 6 kali pengambilan. Selanjutnya pada tabung 1 dimasukkan 1 ml 1% KI dalam 1 mL amilum. Tabung ke 2 berisi 1 mL 1% KI ditambahkan 3 tetes larutan 10% NaNO2 dan 3 tetes larutan H2SO4 serta ditambahkan 1% amilum. Tabung 3 berisi 1 mL urin, ditambah 3 tetes larutan 10% NaNO2 dan 3 tetes larutan H2SO4 serta ditambahkan 1% amilum. Tabung 4 berisi 1 mL saliva ditambahkan 3 tetes larutan 10% NaNO2 dan 3 tetes larutan H2SO4 serta ditambahkan 1% amilum. Ke empat tabung diamati perubahan warna yang terjadi. Tabung 3 dan 4 yang berisi urin dan saliva selanjutnya di ukur absorbansinya menggunakan alat

spektofotometri UV Visible dengan cara memasukkan larutan tabung 3/4 ke kuvet. Kuvet pertama untuk blanko berisi aquades, kuvet ke 2, 3, 4 berisi sampel yang akan dicari absorbansinya. Alat penarik ditarik sesuai urutan jika ingin mengetahui sampel kedua ditarik dua kali, dan lihat angka absorbansi hingga stabil(tidak berubah), selanjutnyan kuvet dibersihkan dengan aquadest dan etanol. Lakukan pengulangan pada tabung 3 dan 4 untuk sampel urin dan saliva periode waktu selanjutnya sebanyak 6 kali. b. HASIL DAN PERHITUNGAN 1. Hasil Menit Tabung 1 KI + Amilum

0

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90

Tabung 2 KI + H2SO4 + Amilum

Warna

Warna

Bening, sedikit Keruh -

Hijau tua, ada endapan -

Tabung 3 urin + NaNO2 + H2SO4 + Amilum Absor bansi -

Warna

0,932 0,420 0,373 0,396 0,291 0,287

Kuning Emas Kuning Emas Kuning Muda Kuning Bening Kuning Bening Kuning Jernih

-

Tabung 4 Saliva + NaNO2 + H2SO4 + amilum Absor Warna bansi -

1,933 0,545 0,634 0,726 0,838 0,696 -

Putih Keruh Putih Keruh Putih Keruh Putih Keruh Putih Keruh Putih Keruh -

2. Perhitungan Rumus : A = Ɛ × b × 𝑪 A = Absorbansi Sampel Ɛ = epsilon (153000/Mcm) b = Tinggi kuvet (4,5 cm) C = Kadar (mg/dL) I. Sampel Urin 1. Menit Pertama A

= Ɛ × b×𝐶

2. Menit Kedua A

= Ɛ × b×𝐶

0,932 = 153000 × 4,5 × C

0,420 = 153000 × 4,5 × C

0,932 = 688.500 × C

0,420 = 688.500 × C

0,932

0,420

C = 688.500

C

= 688.500

C = 1,353 × 10-6 mg/dL

C

= 6,100 × 10-7 mg/dL

3. Menit Ketiga A

= Ɛ × b×𝐶

4. Menit Ke empat A

= Ɛ × b×𝐶

0,373 = 153000 × 4,5 × C

0,396 = 153000 × 4,5 × C

0,373 = 688.500 × C

0,396 = 688.500 × C

0,373

0,396

C

= 688.500

C

= 688.500

C

= 5,417 × 10-7 mg/dL

C

= 5,751 × 10-7 mg/dL

5. Menit Ke Lima A

= Ɛ × b×𝐶

6. Menit Ke enam A

= Ɛ × b×𝐶

0,291 = 153000 × 4,5 × C

0,287 = 153000 × 4,5 × C

0,291 = 688.500 × C

0,287 = 688.500 × C

0,291

0,287

C

= 688.500

C

= 688.500

C

= 4,226 × 10-7 mg/dL

C

= 4,168 × 10-7 mg/dL

II. Sampel Saliva 1. Menit Pertama A

= Ɛ × b×𝐶

A

= Ɛ × b×𝐶

1,933 = 153000 × 4,5 × C

0,726 = 153000 × 4,5 × C

1,933 = 688.500 × C

0,726 = 688.500 × C

1,933

A

0,726

C = 688.500

C

= 688.500

C = 2,807 × 10-6 mg/dL

C

= 1,054 × 10-6 mg/dL

2. Menit Kedua = Ɛ × b×𝐶

5. Menit Ke Lima A

= Ɛ × b×𝐶

0,545 = 153000 × 4,5 × C

0,838 = 153000 × 4,5 × C

0,545 = 688.500 × C

0,838 = 688.500 × C

0,545 688.500

C

=

C

= 7,915 × 10-7 mg/dL

3. Menit Ketiga A

c.

4. Menit Ke empat

= Ɛ × b×𝐶

0,838

C

= 688.500

C

= 1,217 × 10-6 mg/dL

6. Menit Ke enam A

= Ɛ × b×𝐶

0,634 = 153000 × 4,5 × C

0,696 = 153000 × 4,5 × C

0,634 = 688.500 × C

0,696 = 688.500 × C

0,634 688.500

C

=

C

= 9,208 × 10-7 mg/dL

0,696 688.500

C

=

C

= 1,010 × 10-6 mg/dL

DISKUSI Berdasarkan hasil praktikum mengenai ekskresi obat dalam tubuh dengan menggunakan sampel urin yang meminum obat deksametason dan sampel saliva dengan pengambilan urin setiap 15 menit dan saliva 5 menit kemudian direaksikan dengan penambahan larutan NaNO2, larutan H2SO4 dan larutan amilum untuk diamati perubahan warna yang terjadi. Sampel urin dan saliva yang telah direaksikan dengan larutan tersebut diukur absorbansinya menggunakan alat spektofotometri UV Visible. Didapatkan nilai absorbansi dari sampel urin tidak stabil (naik turun setiap periode waktu selanjutnya) dengan nilai absorbansi tertinggi pada menit ke 15 yaitu 0,932 dengan warna sampel kuning emas dan perhitungan kadar yang didapat yaitu 1,353 × 10-6mg/dL. Sedangkan nilai absorbansi terendah pada menit ke

90 yaitu 0,287 dengan warna sampel kuning muda dan perhitungan kadar yang didapat yaitu 4,187 × 10-7 mg/dL. Perubahan nilai absorbansi dan warna dapat disebabkan karena pada saat menit awal kadar obat masih banyak, sedangkan pada menit akhir kadar obat sudah mulai habis yang terbuang pada pembuangan urin sebelumnya, dapat juga disebabkan karena probandus terlalu banyak meminum air putih. Untuk sampel saliva didapatkan nilai absorbansi yang tidak stabil (naik turun setiap periode waktu berikutnya) dengan nilai absorbansi tertinggi pada menit ke 5 yaitu 1,933 dengan warna putih keruh dan perhitungan kadar yang didapat yaitu 2,807 × 10-6 mg/dL, sedangkan nilai absorbansi terendah pada menit ke 10 yaitu 0,545 dengan warna sampel putih keruh dan perhitungan kadar yang didapat yaitu 7,915 ×10-7 mg/dL. Perbedaan nilai absorbansi dapat dikarenakan probandus yang kurang minum air putih dan kesalahan praktikan pada penetesan larutan seperti NaNO2 yang tidak langsung mengenai sampel namun menempel pada dinding tabung reaksi. Nilai absorbansi urin dan saliva dapat disebabkan juga karena larutan yang dimasukkan ke kuvet tidak penuh (hanya setengah). Berdasarkan referensi jurnal mengenai kajian probabilitas interaksi obat antiepilepsi fenitoin di satu Rumah Sakit Swasta Kota Bandung. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kuantitas dan jenis interaksi obat fenitoin, serta bagaimana mekanisme dan efek yang ditimbulkan dari interaksi tersebut. Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat berubah akibat adanya obat lain, obat alami, makanan, minuman atau senyawa kimia lain. Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki atau efek yang tidak dikehendaki yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat dalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian non-eksperimental yaitu studi retrospektif dan data sampel yang didapat dikaji secara deskriptif berdasarkan penelusuran pustaka. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 255 resep yang berpotensi interaksi dari 392 sampel resep secara keseluruhan dengan 58 interaksi obat fenitoin (52 interaksi farmakokinetik dan 6 interaksi yang tidak diketahui mekanismenya). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi penggunaan obat oleh Komite Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit Umum Swasta yang menjadi tempat penelitian khususnya dan fasilitas pelayanan kesehatan lain pada umumnya.

d. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum dan hasil referensi jurnal. Studi klinis eksperimen eksresi obat perlu dilakukan karena dapat menentukan kesesuaian dosis obat, dan mengetahui apakah obat yang akan diberikan kepada pasien memberikan efek terapetik sesuai yang diharapkan atau efek toksik dengan mengamati dan memahami aktivitas obat setelah masuk dalam tubuh (proses farmakokinetik). Pengamatan dapat dilakukan pada sampel saliva dan urin yang merupakan hasil ekskresi.

F. REFERENSI [1]

Anief, M. 1990. Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press [2] Shargel, L. dan Yu. (2005). Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 449-453. [3] Tjay, T.H., dan Rahardja, K.. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efekefek Sampingnya. Edisi Kelima [4] Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi.EGC : Jakarta [5] Jan Koolman, Klaus-Heinrich Rohm, 2001, Atlas Berwarna & Teks Biokimia, Alih bahasa ; dr. Septilia Inawati Wanandi, Hipokrates, Jakarta. [6] Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem – edisi 6, (diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Related Documents

Biokim-temu7
November 2019 45
Biokim New.pptx
November 2019 33
Biokim N.pdf
November 2019 35
Biokim Grafik.xlsx
November 2019 45
Biokim Makalah.docx
April 2020 33
Biokim Doc.docx
July 2020 15

More Documents from "Medhy Ugi Pratiwi"

Biokim Makalah.docx
April 2020 33
Hari
October 2019 38
Pemulihan.docx
October 2019 36
Jadual Kelas.docx
October 2019 33
Doc1.docx
December 2019 27