BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang
memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek. Mata adalah organ penglihatan berupa struktur yang sangat khusus dan kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral.Mata terletak di dalam struktur tengkorak yang melindunginya, yaitu orbita. Banyak sekali penyakit yang bisa menyerang pada mata, walaupun mata berukuran sangat kecil dibandingkan dengan ukuran bagian tubuh yang lain. Penyakit mata ini sangat mengganggu penderitanya karena dapat menyebabkan hilangnya penglihatan. Salah satu penyakit mata adalah glaucoma dimana mata merah dengan penglihatan turun mendadak, terjadi aposisi iris dengan jalinan trabekular pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris terdorong atau menonjol kedepan maka outflow akuos humor akan terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Jika penutupan sudut terjadi secara mendadak, maka gejala yang akan timbul sangat berat seperti nyeri pada mata, sakit kepala, pandangan kabur, haloe, mual, muntah. Dalam pengobatan berbagai penyakit dan kondisi pada mata, ada beberapa bentuk sediaan pada obat mata, dimana masing-masing obat mata tersebut memiliki mekanisme kerja tertentu. Salah satunya bentuk sediaan obatnya adalah tetes mata. Namun salah satu bentuk sediaan obat mata konvensional ini dianggap tidak lagi cukup untuk memerangi penyakit mata. Ketersediaan hayati obat sering menjadi tantangan besar untuk diatasi. Penghantaran obat ke mata juga terhambat oleh ada barier yang melindungi mata. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi absorpsi sediaan obat mata. Faktor-faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 1. Faktor fisiologi 2. Faktor fisikokimia 3. Faktor formulasi
1.2.
Tujuan Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca mengenai
faktor fisiologis yang mempengaruhi penghantaran sediaan obat mata dalam terapi penyakit mata.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi Mata Mata merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam
lingkaran bertulang yang berfungsi untuk memberi perlindungan maksimal sebagai pertahanan yang baik dan kokoh. Mata mempunyai pertahanan terhadap infeksi, karena sekret mata mengandung enzim lisozim yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu mengeliminasi organisme dari mata Mata adalah organ penglihatan yang mana memiliki struktur yang sangat khusus dan kompleks. Menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Indra penglihatan yang terletak pada mata ( organ visus ) terdiri dari organ okuli assesoria (alat bantu mata) dan okulus (bola mata).
Gambar 1. Anatomi mata normal
2.1.1. Organ Okuli Assesoria Organ okuli assesoria (alat bantu mata), terdapat disekitar bola mata yang sangat erat hubungannya dengan mata dan terdiri dari : a. Kavum orbita Merupakan rongga mata yang bentuknya seperti kerucut dengan puncaknya mengarah ke depan dan ke dalam. Dinding rongga mata dibentuk oleh tulang: os.frontalis, os. Zigomatikum, os. Sfenoidal, os. Etmoidal, os. Palatum, os. Lakrimal, rongga mata mempunyai beberapa celah yang berhubungan dengan rongga otak, rongga hidung, rongga etmoidalis, rongga bola mata ini berisi jaringan lemak, otak, fasia, saraf dan pembuluh darah.
b. Supersilium ( alis mata ) Merupakan batas orbita dan potongan kulit tebal yang melengkung, dan ditumbuhi oleh bulu pendek yang berfungsi sebagai pelindung mata dari sinar matahari. c. Palpebra ( kelopak mata ) Merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak didepan bulbus okuli. Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung mata terhadap gangguan yang datang dari luar misalnya serangga, melindungi bola mata dari trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Pada bagian kelopak mata yang berlipat-lipat terhadap tarsus, yang mana pada kedua tarsus terdapat kelenjar tarsalia. Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain; kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis pada pangkal rambut bulu mata, serta kelenjar meibom pada tarsus.Kelopak mata merupakan pelindung mata yang paling baik dengan membasahi mata da melakukan penutupan mata bila terjadi rangsangan dari luar d. Aparatus lakrimalis (air mata) Air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis superior dan inferior. Melalui duktus ekskretorius lakrimalis masuk ke dalam sakus konjungtiva. Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus inferior. e. Muskulus okuli (otot mata) Merupakan otot ekstrinsik mata, yang terdiri dari 7 buah otot, dimana 6 buah otot diantaranya melekat dengan os. Kavum orbitalis dan 1 buah mengangkat kelopak mata ke atas.
Muskulus levator palpebris superior inferior, fungsinya mengangkat kelopak mata.
Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata, fungsinya untuk menutup mata.
Muskulus rektus okuli medial ( otot disekitar mata ), fungsinya menggerakkan bola mata.
Muskulus obliques okuli inferior, fungsinya menggerakkan bola mata ke bawah dank e dalam.
Muskulus obliques okuli superior, fungsinya memutar bola mata ke atas, ke bawah dan ke luar.
f. Konjungtiva
Merupakan membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan kemudian berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata (bulbar). Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang bersifat membasahi bola mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet. Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu ; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus bulbi okuli serta menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. 2.1.2. Okulus Okulus ( mata ) meliputi bola mata ( bulbus okuli ) a.) Tunika okuli Tunika okuli terdiri dari :
Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya. Kornea merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata. Kornea terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan endotel. Saraf sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke dalam stroma korneamenembus membran Bowman dan melepaskan selubung Schwannya. Sklera, merupakan lapisan fibrosa yang elastis yang merupakan bagian putih mata. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sklera mempengaruhi tekanan bola mata. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masingmasing terisi oleh cairan: 1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian: a. Bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris b. Bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris. 2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina. Segmen anterior berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen posterior berisi humor vitreus. Cairan tersebut membantu menjaga bentuk bola mata.
b.) Tunika vaskulosa okuli Tunika vaskuli okuli merupakan lapisan tengah dan sangat peka oleh rangsangan pembuluh darah. Lapisan ini menurut letaknya terbagi 3 bagian, yaitu :
Koroid, merupakan selaput yang tipis dan lembab. Dimana fungsinya memberikan nutrisi pada tunika.
Korpus siliaris, merupakan lapisan yang tebal dan berfungsi dalam terjadinya akomodasi.
Iris, merupakan bagian terdepan tunika vaskuola okuli, yang berwarna karena mengandung pigmen. Di bagian tengah terletak bagian yang berlubang yang di sebut pupil. Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke mata.
c.) Tunika nervosa Tunika nervosa merupakan lapisan terdalam bola mata yang disebut retina. Retina dibagi atas 3 bagian :
Pars optika retina, dimulai dari kutub belakang bola mata sampai di depan khatulistiwa bola mata.
Pars siliaris, merupakan lapisan yang dilapisi bagian dalam korpussiliar
Pars iridika melapisi bagian permukaan belakang iris.
Didalam mata terdapat dua macam cairan yaitu: 1. Aqueus humor Cairan ini berada di depan lensa.Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL dan kecepatan pembentukannya yang memiliki variasi diurnal adalah 2,5 µL/mnt. Tekanan osmotiknya lebih tinggi sedikit dari plasma. Komposisi aqueous humor sama dengan plasma, kecuali konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi, protein, urea dan glukosa yang lebih rendah. Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah masuk ke bilik mata belakang, aqueous humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular di sudut bilik mata depan.. selain itu terjadi pertukaran diferensial komponen-komponen aqueous dengan darah di iris.
2. Vitreus humor Cairan albumin berwarna keputih-putihan seperti agar-agar yang berada dibelakang mata, mulai dari lensa hingga retina. (Evelin C Pearce: 317). Dalam hal ini
ciran yang mengalami gangguan yang dihubungkan dengan penyakit glaukoma adalah aqueus humor, dimana cairan ini berasal dari badan sisiari mengalir kea rah bilik anterior melewati iris dan pupil dan diserap kembali kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai saluranschlemm. (Evelin C. Pearce : 317). Secara normal TIO 10-21 mmHg karena adanya hambatan abnormal terhadap aliran aqueus humor mengakibatkan produksi berlebih badan silier sehingga terdapat cairan tersebut. TIO meningkat kadang-kadang mencapai tekanan 50-70 mmHg.
Gambar 2. Aliran humor aqueus pada mata normal 2.2.Struktur Pelindung Mata Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, irus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. Struktur yang melindungi mata antara lain adalah: a) Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata. b) Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering dan terluka. Bagian dalam kelopak mata adalah konjungtiva yang merupakan membran mukosa tipis yang vaskular dan transparan, yang juga membungkus permukaan mata.
c) Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). d) Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi. Air mata adalah kelenjar yang diproduksi oleh proses lakrimasi (bahasa Inggris: lacrimation atau lachrymation; (dari bahasa Latin lacrima, artinya "air mata") untuk membersihkan dan melumasi mata. Sistem lakrimal berfungsi menjaga kelicinan mata, melindungi kornea dari penguapan dan menetralkan efek sediaan tetes mata. Pada manusia, selaput air mata yang membungkus mata, dikenal sebagai selaput prekorneal (precorneal film), terdiri dari 3 lapisan yang berbeda, dari permukaan paling luar sampai ke dalam: 1) Lapisan Lemak (Lipid layer) berfungsi membungkus lapisan berair (aqueous layer); memberikan halangan tahan air (hydrophobic barrier) yang membungkus air mata dan mencegahnya meluap ke pipi. Kelenjar ini dijumpai di antara lempengan tarsal (tarsal plates) pada pelupuk mata (tarsus). Jadi, cairan mata disimpan di antara bola mata dan lapisan minyak pada pelupuk mata. 2) Lapisan berair (Aqueous layer) berfungsi meningkatkan penyebaran selaput air mata; meningkatkan penanganan atas penyebab infeksi; meningkatkan pengaturan osmosis. 3) Lapisan mukosa (Mucous layer) berfungsi membungkus kornea; meningkatkan lapisan tahan air; meratakan penyebaran air mata; menutupi kornea e) Enam otot ekstraokular mengelilingi tiap bola mata dan menggerakan mata. Kekuatan dan presisi yang diperlukan di sini benar-benar merupakan hal yang mengagumkan. Selama melakukan gerakan mata yang berlangsung sekitar 1/10 per detik, bola mata bergerak dengan kecepatan luar biasa dan berhenti hampir seketika. Untuk menghasilkan kekuatan yang cukup untuk melakukannya, otot
ekstraokular memiliki kekuatan 200 kali lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk memutar mata dalam soketnya .
2.3.Gejala Penyakit Pada Mata Gejala penyakit pada mata antara lain sebagai berikut : 1) Kehilangan Penglihatan Bila pasien mengeluh tentang hilangnya penglihatan sangat penting untuk memastikan sifat akut hilangnya penglihatan dan ada tidaknya perasaan nyeri. Hilangnya penglihatan mendadak tanpa rasa nyeri dapat terjadi akibat oklusi pembuluh darah retina atau ablastio retina. Hilangnya penglihatan mendadak dengan disertai rasa nyeri terdapat pada serangan glaukoma sudut sempit akut. Hilangnya penglihatan yang berangsur tanpa rasa sakit biasanya pada glaukoma simpleks menahun. 2) Nyeri mata Nyeri dimata banyak penyebabnya. Nyeri mungkin dirasakan seperti terbakar, berdenyut, nyeri tekan, atau perasaan tertarik yang kemungkinan hal tersebut berkaitan dengan etiologinya. Nyeri dalam mata sewaktu berkedip terdapat pada abrasi kornea dan benda asing di dalam mata. Fotofobia adalah nyeri mata yang berhubngan dengan cahaya, seperti terdapat pada radang iris. Radang konjungtiva (konjungtivitis) menimbulkan rasa gatal. Penyakit pada kornea disertai nyeri yang agak berat karena kornea mempunyai persyarafan yang luas. Nyeri kepala dan nyeri pada mata sering dijumpai pada glaukoma sudut sempit. 3) Diplopia Diplopia atau penglihatan ganda merupakan keluhan yang umum. Diplopia terjadi akibat penyesuaian yang keliru dari mata. Biasanya bila mata mengamati suatu objek, objek ini terlihat jelas. Bayangan yang agak berbeda tersebut disatukan oleh otak; penyatuan ini yang menghasilkan penglihatan binokuler atau persepsi kedalaman.
4) Mata berair atau kering Terlalu banyak air mata atau kekeringan merupakan keluhan yang umum. Air mata yang berlebihan mungkin disebabkan produksi airmata yang berlebihan atau oleh karena bendungan/obstruksi aliran keluarnya. Kekeringan terjadi
akibat gangguan sekresi kelenjar lakrimal. Penyebab umum ialah Sindrom Sjogren, kegagalan umum kelenjar sekretoris. 5) Mata mengeluarkan secret Sekret dari mata mungkin sekret berair, agak berlendir atau bernanah. Yang bersifat cair atau mukoid seringkali berhubungan dengan keadaan alergi atau penyakit virus, sedangkan yang purulen terdapat pada infeksi bakteri. 6) Mata merah Mata merah seringkali dijumpai. Mata mungkin tampak merah Mata mungkin tampak merah darah. Kemerahan tersebut dapat terjadi karena trauma, infeksi, alergi atau peningkatan tekanan dalam mata. Banyak batuk, muntah berulang dapat berakibat perdarahan subkonjungtival.
2.4. Sediaan Obat Mata Sediaan obat mata terdiri dari : 1) Tetes mata Tetes mata menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata steril harus memenuhi syarat sterilitas, berupa larutan jernih, bebas partikel asing serat dan benang, isotonis dan isohidris Pada dasamya komponen tetes mata steril adalah : a. Zat aktif b. Cairan pembawa berair c. Zat pengawet seperti : fenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002%b/v, benzalkonium klorida 0,01 % b/v atau klorheksidina asetat 0,01 % b/v yang pilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan, sebagai contoh benzalkonium tidak cocok digunakan sebagai pengawet untuk tetes mata yang mengandung anestetik local. 2) Salep mata Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok. Cara pembuatannya bahan obat ditambahkan sebagai larutan steril
atau sebagai serbuk steril termikronisasi pada sar salep steril, hasil akhir dimasukkan secara aseptic dalam tube steril . Bahan obat dan dasar salep disterilkan dengan cara yang cocok, sedangkan tube disterilkan dalam otoklaf pada suhu antara 115 ° sampai 116 ° selama tidak kurang dari 30 menit. Salep mata steril harus memenuhi syarat: a. Homogenitas , tidak boleh mengandung bagian yang kasar yang dapat teraba. b. Sterilitas
BAB III PEMBAHASAN
Setiap pengobatan yang tersedia untuk mencegah penyakit mata salah satunya glaukoma progresif melibatkan sejumlah resiko dan biaya keuangan. Pengobatan lini pertama konvensional glaukoma biasanya dimulai dengan menggunakan topikal selektif atau nonselektif β-blocker atau analog prostaglandin topikal. Obat pilihan lini kedua termasuk αagonis dan inhibitor topikal karbonat anhydrase. Agen parasympathomimetic, paling sering pilocarpine, dianggap sebagai pilihan pengobatan lini ketiga. Untuk pasien yang tidak menanggapi obat-obatan antiglaucoma, laser trabeculoplasty dan bedah insisional adalah metode lebih lanjut yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular. Penghantaran obat mata terhambat oleh adanya barrier yang melindungi mata. Ketersediaan hayati zat aktif obat ini sering menjadi rintangan besar untuk diatasi. Bentuk sediaan obat mata konvensional, termasuk tetes mata, tidak lagi cukup untuk memerangi penyakit mata. Ada dua barier yaitu, barier statis dan dinamis yang membatasi pengiriman okular obat. Barier Statis terdiri dari segmen yang berbeda dari mata seperti kornea, sclera, retina dan barier darah-retina sedangkan hambatan dinamis terdiri dari aliran darah neovaskularisasi dan konjungtiva, limfatik clearance, dan pengenceran air mata. Hambatan ini akhirnya mempengaruhi ketersediaanhayati berbagai obat yang disampaikan melalui rute ini. Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketersediaan obat tetes mata topikal yaitu: 1. pengeluaran obat dengan lapisan air mata Air mata keluar sekitar 16% per menit, kecuali selama waktu tidur atau selama anestesi. Volume air mata normal adalah hanya 7 mikroliter, sehingga menyebabkan obat hilang 2. terbatasnya kapasitas konjungtiva Daerah precorneal dapat menyimpan sekitar 30 mikroliter, termasuk air mata ketika mata tidak berkedip. Volume berkurang sampai 10 mikroliter pada mata berkedip. Oleh karena itu, kelebihan volume yang diteteskan atau cepat mengalir dari mata ke duct nasolacrimal dengan berikutnya penyerapan ke dalam sirkulasi sistemik. Pengeringan larutan yang diteteskankan dari mata bertanggung jawab atas hilangnya obat dan karenanya mempengaruhi aktivitas biologis obat di mata. Tingkat drainase ini berkaitan dengan volume larutan obat yang diteteskan dan peningkatant dengan meningkatkan volume. Tingkat drainase adalah sekitar 100 kali lebih cepat daripada tingkat penyerapan kornea. semakin rendah tingkat drainase dan lebih besar tingkat penyerapan oftalmik. 3. pengenceran oleh air mata dan aqueous humor berdasarkan fungsi dari air mata yang dapat menetralkan efek sediaan obat mata, maka air mata dianggap sebagai salah satu penghambat penghantaran obat mata sehingga
penggunaan obat mata tidak memberikan efek farmakologis karena obat mengalami pengenceran. Air mata juga mengandung antibodi sehingga dapat mencegah masuknya benda asing ke dalam mata. Eliminasi dari mata terjadi biasanya selama aliran aqueous humor atau bagian melintasi barier darah-okular. 4. drainase ke saluran nasolakrimalis Permukaan konjungtiva besar dan mukosa hidung memungkinkan sebagian obat topikal yang tidak diserap ke dalam mata untuk memasuki sirkulasi sistemik. 5. mengikat protein Air mata biasanya, mengandung sekitar 0,7% protein dan tingkat protein meningkat selama infeksi atau peradangan. Tidak seperti darah, dimana kompleks obat-protein terusmenerus beredar, air mata diganti dengan cepat dengan demikian memindahkan senyawa bebas dan obat terikat. 6. metabolisme dalam jaringan mata. metabolisme obat dalam mata merupakan aspek penting dari aksi obat. obat yang dirusak oleh oksidasi atau reduksi kecil kemungkinannya untuk dapat dimetabolisme di mata daripada mereka yang dirusak oleh hidrolisis. Kornea epithelium dan iris tubuh cilliary aktif secara metabolik karena kehadiran reduktase esterase, aminopeptidases dan keton. Terbatasnya ketersediaanhayati obat dari bentuk sediaan okular adalah terutama karena faktor precorneal, yang mencakup drainase larutan, lakrimasi, aliran/pergerakan air mata, pengenceran oleh air mata, pergantian air mata, penyerapan konjungtiva, penyerapan non produktif, waktu tinggal sementara di cul-de-sac, dan impermeability relatif membran epitel kornea adalah tantangan besar untuk penghantaran obat pada bagian anterior mengikuti rute topikal. Karena keterbatasan fisiologis dan anatomi ini, hanya sebagian kecil dari obat tersebut, secara 1% efektif atau bahkan kurang dari dosis digunakan, adalah diserap pada okular. Untuk efektifitas secara klinis, formulasi topikal harus memiliki keseimbangan antara lipofilitas dan hidrofilisitas yang lebih tinggi dengan kontak waktu. Pasien dengan kornea tipis (struktur jelas di depan mata) berada pada peningkatan risiko glaukoma.Hal ini karena obat-obatan yang ditempatkan di mata diserap ke dalam pembuluh darah konjungtiva pada permukaan mata itu. Persentase tertentu dari bahan aktif obat, meskipun kecil, akan masuk ke aliran darah dan mungkin dapat mempengaruhi fungsi seperti detak jantung dan pernapasan. Penyerapan obat di mata sering diasumsikan bahwa obat-obatan yang diberikan dalam mata sepenuhnya dan dengan cepat diserap namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi penghantaran obat pada mata. Penyerapan obat berlangsung di route kornea atau non-kornea.
Rute non-kornea melibatkan penyerapan di sclera dan konjungtiva yang menahan masuknya obat ke aqueous humor. Maksimum penyerapan berlangsung di kornea yang mengarahkan obat ke aqueous humor. Sebagian besar obat yang diberikan untuk mata telah hilang sehingga ketersediaanhayati okular berkurang. Eliminasi obat dari cairan lachrymal, obat-obatan terutama dieliminasi dari cairan lachrymal precorneal oleh pengeringan larutan, lacrimasi dan penyerapan non produktif oleh konjungtiva mata. Hanya sedikit persentase dosis yang diterapkan sampai ke dalam jaringan intra okular, sementara sebagian besar (50-100%) dosis yang diserap secara sistemik. Kendala pra-kornea meliputi: 1) pengenceran obat oleh selama aliran 2) pengenceran obat oleh air mata 3) penyerapan saluran Nasolachrymal conjunctival 4) Metabolisme enzim , Berbagai enzim hadir dalam jaringan okular (protease, peptidase dan esterase) mungkin dapat memetabolisme banyak obat-obatan okular selama atau setelah penyerapan. Penetrasi Trans-kornea dipengaruhi oleh barier kornea, sifat fisikokimia obat dan sistem transportasi ion aktif pada kornea. Epitel Kornea adalah barier utama untuk penyerapan obat di mata. Epitel Kornea berlapis bertindak sebagai barier pelindung terhadap masuknya molekul asing dan juga barier untuk ion transportasi. Pada saluran sempit epitel kornea transseluler yang sehat benar-benar mengelilingi kebanyakan permukaan sel-sel. Sebuah saluran sempit berfungsi sebagai penghalang selektif untuk molekul kecil dan mereka benar-benar mencegah difusi makromolekul melalui rute Para selular, seperti molekul kecil mampu menembus ruang interselular epitel kornea. Kornea stroma adalah jaringan sangat hidrofil sebagian besar berisi air, dan adalah sebuah struktur yang relatif terbuka. Tingkat penetrasi kornea stroma adalah membatasi tingkat langkah untuk obat lipofilik. Obat Hidrofil terutama menembus jalur Para selular yang melibatkan difusi pasif dan aktif, sementara obat lipofilik lebih suka rute Trans-seluler. Untuk obat topikal difusi pasif dengan cara Trans-seluler / Paraseluler adalah mekanisme utama permeasi. Lipofilitas, kelarutan, ukuran molekul, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi rute penetrasi dalam kornea. epitel Kornea berisi saluran ion yang selektif untuk kation anion dan juga nampaknya meralat saluran anion dalam membran apikal dan saluran konduktif tinggi kalium. Penyerapan Non-kornea, rute ini melibatkan penetrasi obat melintasi konjungtiva yg berhubungan dengan bengkak dan mendasari sclera di saluran uveal dan vitreous humor. Rute
ini penting bagi molekul hidrofil besar dan dengan permeabilitas kornea kecil. Saluran sempit dari epitel konjungtiva bulat merupakan barier utama penetrasi obat. permeabilitas konjungtiva dari obat tertentu memiliki jarak lebih besar daripada penetrasi kornea melalui sclera yang terutama melalui ruang perivascular, melalui media berair gel seperti mucopolysaccharide atau melalui ruang antara jaringan kolagen. Sclera memiliki permeabilitas lebih dibandingkan kornea. Batasan penghantaran obat okular konvensional untuk penyakit mata, administrasi topikal biasanya lebih disukai daripada administrasi sistemik sehingga untuk menghindari toksisitas sistemik, untuk tindakan onset cepat, dan untuk penurunan dosis yang diperlukan. Meskipun penghantaran topikal menawarkan banyak keuntungan untuk mengobati gangguan mata bagian anterior, itu dapat kerugian serius dari ketersediaanhayati yang sedikit karena beberapa faktor biologis yang ada untuk melindungi mata dan akibatnya membatasi masuknya obat-obatan okular. Kelemahan dari formulasi oftalmik topikal
Mereka memiliki ketersediaanhayati yang sedikit
karena cepatnya eliminasi
precorneal, penyerapan konjungtiva, pengeringan larutan oleh gravitasi, disebabkan lacrimasi, Pergantian air mata normal.
penggunaan terkonsentrasi obat yang sering diperlukan untuk mencapai efek terapeutik. Penyerapan obat secara sistemik dan pengeringan zat melalui saluran nasolachrymal dapat mengakibatkanefek yang tidak diinginkan.
Jumlah obat yang disampaikan selama aplikasi eksternal dapat bervariasi. Ukuran tetesan obat okular ini tidak seragam dan dosis yang disampaikan umumnya tidak benar. Persyaratan sistem penghantaran obat okular terkendali
Untuk mengatasi efek samping dari pemberian dosis dan konsentrasi tinggi yang diproduksi oleh sistem konvensional.
Menyediakan penghantaran obat berkelanjutan dan dikendalikan.
Meningkatkan ketersediaanhayati obat okular oleh meningkatkan waktu kontak cornea.
Kelebihan dari formulasi optalmik topikal Kemudahan kenyamanan, pengobatan dilakukan sendiri, kepatuhan pasien ditingkatkan dan peningkatan penetrasi hidrofil dan berat molekul obat rendah. Penyerapan cepat dan onset cepat , menghindari metabolisme lintas pertama melewati hepatic.
BAB IV KESIMPULAN
Berdasarkan peninjauan jurnal Opthalmic Drug Delivery in Glaucoma dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut,
1. Glaukoma adalah gangguan okular yang ditandai dengan perubahan pada pusat saraf optik (lempeng optik) dan kehilangan sensitivitas visual dan jarak pandang. 2. Ketersediaan hayati zat aktif obat ini sering menjadi rintangan besar untuk diatasi. Bentuk sediaan obat mata konvensional, termasuk tetes mata, tidak lagi cukup untuk memerangi penyakit mata seperti glaukoma. 3. Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketersediaan obat tetes mata topikal: pengeluaran obat dengan lapisan air mata, terbatasnya kapasitas konjungtiva, pengenceran oleh air mata dan aqueous humor, drainase ke saluran nasolakrimalis, mengikat protein, metabolisme dalam jaringan mata.
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar,Nida.2013.Vesicular Ocular drug Delivery System :Preclinical and Clinical Perspektive
Of
Drugs
Delivered
Via
Niosomes.International
Journal
of
Biopharmaceutics Page 38. India :IFTM University. Ingrida, Januleviciene et al.2012.Ophthalmic Drug Delivery In Glaucoma. Eye Clinic of Lithuanian University of Health Sciences.Lithuania Sidarta, Ilyas,dkk.1981.Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Gaya Baru Vaughan D. and Riordan-Eva P. Glaucoma. In: Vaughan D, Asbury T, Riordan-Eva P, editors. General ophtalmology. 15th edition. USA: Appleton and Lange; 1999. p. 200-14. Wijaya, Nana.1983.Ilmu Penyakit Mata. Jakarta https://kpsfkunmul.files.wordpress.com/2014/02/trapmed-pemeriksaan-mata-funduskopiblok-16.pdf
Penyerapan kornea obat yang diberikan melalui kornea berangsur-angsur harus menembus mata. Penyerapan kornea lebih efektif dari penyerapan scleral atau konjungtiva. Banyak obat tetes mata adalah basa lemah dan diterapkan pada mata sebagai larutan garam. Basa bebas dan garam akan berada dalam keseimbangan yang akan tergantung pada pH dan karakteristik individu dari senyawa. Untuk membantu dalam menjaga stabilitas penyimpanan dan kelarutan, obat mungkin bersifat asam namun pada saatnya akan berangsur-angsur aksi dinetralkan dari cairan lakrimal yang akan mengubahnya dengan cepat ke kisaran pH fisiologis (sekitar pH 7,4), di mana akan ada cukup bebas hadir dasar untuk memulai penetrasi epitel kornea. Setelah didalam epitel yang memisahkan basa bebas tak terdisosiasi menjadi segera terdisosiasi. Bagian gugus disosiasi kemudian akan cenderung menembus stroma karena sifatnya yang larut air. Di junction stroma dan endotelium proses yang sama yang berlangsung di permukaan luar epitel harus terjadi lagi. Akhirnya, obat terdisosiasi meninggalkan endotelium aqueous humor. Disini dapat dengan mudah berdifusi ke iris dan ciliary body, ke situs aksi farmakologis (menurut RPS hal. 1583).
1. Non-Corneal Absorption •
Penetrasi melalui Sclera & Conjuctiva untuk masuk ke dalam jaringan mata.
•
Non-Productive: karena penetrasi obat diabsorpsi ke sirkulasi umum.
2. Corneal absorpsi •
Outer Epithelium: rate limiting barrier, dengan ukuran pori 60å, hanya bisa untuk ion kecil & molekul lipofilik.
•
Trans cellular transport: transport between corneal epithelium & stroma (menurut, web ppt)
Absorpsi pemakaian pada mata (web PDF)
Obat hrs menembus bgn dalam mata, baik struktur hidrofil maupun lipofil.
Epitel kornea dan endotel kornea berfungsi sbg pembatas lipofil, sdgkan zat hidrofil dpt berdifusi melalui stroma.
Dengan demikian, kondisi penembusan akan sangat menguntungkan untuk obat yg dapat menunjukkan sifat lipofil dan hidrofil bersama-sama.
Ini terjadi pada asam lemah dan basa lemah yg sebagian dalam btk tak terionisasi, shg bersifat larut lemak dan bgn yang terionisasi shg bersifat larut dalam air.
Menurut, farmasetika, moh.Anief 1993). Masuknya obat ke dalam mata dapat digambarkan sebagai berikut: Kebanyakan substansi ini akan mudah melalui kornea apabila zat tersebut mempunyai kelarutan bifase. Biasanya obat untuk tetes mata adalah basa lemah dan merupakan garamnya dalam larutan ini. Selanjutnya, air mata akan menetralkan larutan tetes mata sampai range pH fisiologis (pH = 7,4), dan tergantung pada derajat dissosiasinya, sebagian garamnya akan berubah menjadi bentuk basa bebas, umumnya larut dalam lipoid, maka itu mudah diangkut kedalam sel epitel yang kaya lipoid. Bentuk basa bebas masuk ke dalam substanti propria yang merupakan lapisan laminair, sedikit mengandung lipoid dan kaya dalam sifat berair. Tergantung dari lingkungan berair dalam substansi propria, basa bebas berubah menjadi proton, dan waktu mau melalui lapisan lipoid dari endothelium, berubah lagi menjadi basa bebas masuk aquaeous humor dan segera berdifusi ke dalam air dan ciliary body dimana aksi farmakologis terjadi.
MAKALAH BIOFARMASI FAKTOR PATOFISIOLOGI SEDIAAN MATA “PENGHANTARAN OBAT TETES MATA PADA GLAUKOMA”
Disusun oleh :
KELOMPOK 2 1. Arif Sarifudin
(066111088)
2. Nandika Putri Trisani
(066111094)
3. Monica Prabawati
(066111111)
4. Rizky Farouk F.
(066111117)
5. Sugeng Rachmanto
(066111125)
6. Zunita Arisma S.
(066111133)
7. Fitriani Awaliah
(066111138)
8. Septyana Kumalasari
(066111153)
Dosen Pengampu : Septia Andini, M.Farm.,Apt.
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2014
LAMPIRAN
TETES MATA OBAT PENGIRIMAN DI GLAUKOMA Abstrak
Glaukoma merupakan penyakit mata dimana tekanan cairan bola mata menjadi tinggi. Tekanan yang berlebih dalam bola mata terjadi karena terbatasnya permeabilitas anterior mata, pengeluaran kembali dan drainase. Tetes mata mengandung sejumlah besar zat aktif. Peningkatan penetrasi yang efektif menimbulkan
iritasi
sehingga
menyebabkan
ketidaknyamanan
okular.
Meskipun khasiat obat ditentukan oleh zat aktif, namun zat aktif juga dapat mempengaruhi toleransi dan dapat menyebabkan iritasi konjungtiva dan hyperemia (konjungtivitas akut serta mempengaruhi kualitas hidup pasien.
1. Perkenalan Glaukoma adalah neuropati optik progresif dan terapi medis merupakan pilihan awal untuk pengobatan kondisi yang berpotensi kebutaan ini. Penetesan tetes mata topikal dari botol adalah bentuk pemberian obat tetes mata umum. Tetes mata biasanya menembus melalui kornea atau rute sclera, meskipun beberapa kontribusi konjungtiva dicatat. Pemberian senyawa farmakologis dari botol tetes kadang-kadang dapat menjadi masalah bagi berbagai alasan. Pertama, permukaan okular anterior memiliki permeabilitas yang terbatas dan terus dicuci dengan air mata. Bagian lakrimal dan saluran nasolakrimalis pengeluaran air mata dan zat lain dari mata ke rongga hidung. Karena permeabilitas yang terbatas dari permukaan okular anterior, pembersihan dan pengeringan alami, tetes mata mengandung banyak bahan-bahan inaktif. Peningkat penetrasi yang efektif dikenal sebagai iritasi menyebabkan ketidaknyamanan ocular. Kelemahan lain dari tetes mata topical yang digunakan termasuk permasalahan jadwal dan kesulitan dalam penerapan tetes mata. Berbagai efek samping yang berkaitan dengan obat topikal dapat memiliki efek negatif pada kepatuhan pasien terhadap pengobatan medis, hubungan dokter-pasien dan kualitas hidup pasien. Namun, obat topikal memiliki kelebihan pemberian topikal yang jelas dan merupakan cara yang lebih nyaman administrasi serta menghindari metabolisme lintas pertama oleh hati. Perangkat penghantaran obat implan saat ini menangani pasien yang tidak patuh dan masalah fluktuasi tekanan intraokular (TIO), bagaimanapun, juga memiliki keterbatasan yang jelas-tidak mungkin untuk mengubah, menambah atau mengurangi, atau menghentikan penghantaran obat setelah itu dimasukkan ke mata . Untuk kondisi kronis seperti glaukoma, akan optimal untuk mengatur pemberian obat tergantung pada respon terapi dan perkembangan
penyakit. Kesulitan lain dengan sistem penghantaran obat implan adalah prosedur pembedahan untuk menanamkan invasif dan membutuhkan ahli bedah vitreoretinal yang terampil. Uji klinis disediakan untuk elusi pemasukan punctal obat diteliti sebagai berkelanjutan-release sistem pengiriman obat untuk beberapa obat glaukoma. Penelitian belum dipublikasikan, namun data awal dari salah satu uji coba menunjukkan bahwa perangkat tidak secara signifikan menurunkan TIO [ 5 ].
2. Aspek Fisiologis topikal Obat Pengiriman ke Mata Konsentrasi obat di lokasi reseptor adalah penentu penting tingkat onset, intensitas dan durasi efek farmakologis. Efek obat tergantung pada aktivitasnya, afinitas untuk reseptor atau enzim dan kemampuan untuk mencapai lokasi aksi dalam konsentrasi yang cukup. Farmakokinetik obat menyelidiki penyerapan obat, distribusi dan eliminasi dalam tubuh [ 1 , 6 ]. Topikal obat pada pengiriman ke situs media aksi muka dengan vaskularisasi yang berbeda (dari retina yang sangat vascularized lensa avascular atau kornea), serta jaringan konsistensi beraneka ragam, dari aqueous humor cair lensa padat, sehingga menentukan berbeda difusi obat [ 2 ]. Setelah pemberian topikal melalui proses penyerapan, obat memasuki aqueous humor.Penyerapan dipengaruhi oleh kelarutan obat
dalam air mata dan permeabilitas permukaan
mata.Konjungtiva dan jaringan scleral memiliki permeabilitas yang mirip dengan obat hidrofilik, sementara kornea adalah 15-25 kali lebih permeabel [ 7 ]. Bioavailabilitas dalam oftalmologi mengacu pada jumlah obat yang masuk aqueous humor. Obat ini lebih ditransfer dan didistribusikan dalam jaringan-konjungtiva intraokular, kornea, lensa, iris, tubuh ciliary, koroid, badan vitreous, retina dan saraf optik. Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketersediaan obat tetes mata topikal: siram dengan air mata film, terbatasnya kapasitas konjungtiva cul-de-sac, pengenceran oleh air mata dan aqueous humor, drainase ke saluran nasolakrimalis, mengikat melatonin atau protein, metabolisme dalam jaringan mata. Semua jaringan mata yang mampu mengakumulasi obat. Permukaan konjungtiva besar dan mukosa hidung memungkinkan sebagian obat topikal yang tidak diserap ke dalam mata untuk memasuki sirkulasi sistemik. Penghapusan dari mata terjadi biasanya selama omset humor berair atau bagian melintasi penghalang darah-okular. Berbagai pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan bioavailabilitas obat tetes mata dengan meningkatkan penetrasi kornea atau tetes viskositas. Penyerapan mata meningkat dengan menambahkan siklodekstrin, sisipan padat dan sistem koloid terhadap obat tetes
mata. Tetes viskositas yang lebih tinggi merupakan molekul dengan berat molekul tinggi tidak melintasi membran biologis. Memiliki panjang mencuci-out dari film air mata tetes kental tinggal lebih lama di permukaan periokular dan meningkatkan pemberian obat pada struktur mata yang lebih dalam [ 2 ]. Di sisi lain, viskositas tinggi mengganggu gerakan kelopak mata, visi [ 8 ] dan kenyamanan pasien. Situasi ekonomi mewajibkan mencari pilihan pengobatan yang lebih murah dan umumnya konvensional.Masih beberapa keraguan ada jika obat generik yang persis seperti yang efektif dan ditoleransi dengan obat bermerek. Bahkan memiliki bahan aktif yang sama, bioekivalensi, bagaimanapun, tidak dapat guarantied.Ukuran yang berbeda dari partikulat obat dan pH dapat mengubah farmakokinetik dan distribusi dalam jaringan. Selain itu bahan-bahan aktif yang berbeda dan pengawet dapat menentukan penetrasi yang berbeda, penyerapan dan ketersediaan bahan aktif di lokasi aksi [ 9 ]. Sensitivitas permukaan mata untuk bahan aktif dan pengawet dalam persiapan mata, yang diketahui bervariasi antara obat generik bermerek dan agen, mungkin jauh mengubah distribusi obat dalam jaringan dan tolerabilitas. Perubahan kecil dalam kemanjuran IOP penurun obat anti-glaukoma dapat memiliki efek merusak pada mata dalam jangka panjang, seperti yang terkenal bahwa bahkan sedikit peningkatan TIO dapat memperburuk perkembangan glaukoma hilangnya lapang pandang.
3. Pentingnya Film Air Mata Film air mata sangat penting untuk menjaga kesehatan kornea dan konjungtiva. Karena air mata film adalah permukaan pembiasan pertama dan paling kuat dari mata, penyimpangan dalam ketebalan film air mata dapat menyebabkan penyimpangan optik pada mata. Untuk menjaga permukaan mata yang sehat kuantitas air mata adalah penting, tetapi juga komposisi kimia yang tepat untuk memelihara dan melindungi sel-sel permukaan mata. Film air mata terdiri dari: (1) komponen lipid yang mengandung ester lilin, ester sterol, asam lemak dan alkohol lemak; (2) komponen mukosa terdiri dari mucin yang merupakan sebagian besar dari gula; (3) komponen berair, yang merupakan sebagian besar dari film air mata, yang terdiri dari 98% air, tetapi juga garam, mucins, dan protein termasuk Hyaluronan, lisozim, laktoferin, lipocalin, dan imunoglobulin sekretorik [ 10 ]. Gangguan homeostasis dari hasil film air mata dalam peradangan permukaan mata, yang dapat menyebabkan kerusakan sel. Kelainan komponen air mata dapat mengakibatkan ketidakstabilan film air mata dan hyperosmolarity [ 11 , 12 , 13 ].
PH air mata yang sehat dilaporkan berkisar 7,3-7,7, hal ini dipengaruhi oleh zat terlarut, terutama oleh bikarbonat karbon dioksida sistem penyangga. PH air mata terendah setelah wakening karena produk sampingan asam yang terkait dengan penutupan kelopak mata berkepanjangan. Ketika kelopak mata terbuka, pH meningkat cepat karena karbon dioksida kerugian [ 14 ]. Hal ini diketahui mata yang turun dalam pH 6-9 kisaran tidak menyebabkan ketidaknyamanan, sementara tetes dengan pH di luar tingkat ini meningkatkan produksi cairan air mata karena iritasi dan menurunkan bioavailabilitas oleh meluap obat [ 2]. Osmolaritas adalah ukuran dari konsentrasi zat terlarut, didefinisikan sebagai jumlah osmol (Osm) dari zat terlarut per liter (L) larutan (osmol / L atau Osm / L) [ 15 ]. Sebagai ukuran kimia film air mata, osmolaritas dapat berguna untuk mengevaluasi kualitas air mata pasien. Secara umum, osmolaritas menggambarkan jumlah zat terlarut dalam suatu larutan; menangis, secara khusus mengacu pada konsentrasi protein kecil dan elektrolit, termasuk
sodium,
potasium,
dan
klorida. Meskipun
mengukur
osmolaritas
tidak
mengungkapkan komposisi kimia yang tepat dari air mata, itu mengkuantifikasi bagaimana terkonsentrasi mereka, dan penelitian telah menunjukkan bahwa pengetahuan film osmolaritas air mata dapat secara klinis berharga untuk menilai penyakit mata kering. Film osmolaritas air mata bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi. Menurut konsep yang berlaku umum, air mata yang isoosmotik dengan 1,4 persen larutan natrium klorida, dan rekomendasi untuk menyesuaikan konsentrasi osmotik collyriums untuk tonisitas diduga ini telah ditemukan di seluruh dunia penerimaan. Air mata manusia film 305310 mOsm / L. Hyperosmolarity menyebabkan kerusakan sel permukaan mata, yang dapat dilihat oleh mata pewarnaan permukaan. Kerusakan ini terjadi karena membran sel permukaan mata yang permeabel; ketika mereka terkena air mata hyperosmotic, air mengalir keluar dari sel-sel dalam upaya untuk menyeimbangkan osmolaritas cairan intraseluler dengan osmolaritas air mata di sekitarnya. Ketika ini terjadi, sel-sel permukaan mata bisa mengalami dehidrasi, kerusakan membran sel yang dan mengubah cara protein melindungi permukaan mata. Sebuah hypoosmolarity dari 150 mOsm / L subyektif diterima dengan baik oleh pasien, tapi 75 mOsm / L menghasilkan iritasi mata. The hypoosmolarity mutlak (0 mOsm / L) air destilasi, yang menyebabkan gatal-gatal dan pembengkakan epitel.
4. Persarafan Permukaan okuler Permukaan terkena mata yang kaya diinervasi oleh serabut saraf sensorik berasal di neuron ganglion trigeminal. Mereka mencapai kornea dan konjungtiva bulbar tipis mielin atau unmyelinated serabut saraf kurang dari morfologi spesialisasi terminal. Namun, penelitian elektrofisiologi menunjukkan bahwa neuron sensorik innervating mata secara fungsional heterogen. Berdasarkan tanggapan mereka terhadap rangsangan tertentu, jenis fungsional yang berbeda dari serabut saraf sensorik telah diidentifikasi dalam kornea dan konjungtiva bulbar. Serat Mechanonociceptor (~ 20% dari total) bereaksi hanya terhadap kekuatan mekanik; Serat nociceptor polimodal (~ 70%) menanggapi kekuatan mekanik, tetapi juga panas, iritasi kimia eksogen dan mediator inflamasi endogen; serat dingin sensitif (~ 10-15%) menampilkan suatu kegiatan yang sedang berlangsung impuls pada suhu basal kornea dan meningkatkan frekuensi nyata menembak mereka dengan pendinginan moderat. Selama peradangan, luka bedah, kekeringan aktivitas permukaan mata serabut saraf sensorik mata perubahan nyata sebagai akibat dari perubahan jangka pendek dalam ion ekspresi saluran sekunder untuk rilis lokal agen inflamasi dan faktor pertumbuhan, dan modifikasi tahan lama dalam gen ekspresi. Hal ini menyebabkan perkembangan aktivitas spontan dan respon abnormal terhadap rangsangan alami. Selain peran mereka dalam produksi sadar sensasi berbahaya dan beracun disebut permukaan mata, serat sensorik tampaknya memainkan peran dalam pemeliharaan homeostasis permukaan mata, termasuk basal dan modulasi refleks robek dan pemeliharaan trofik dari kornea dan konjungtiva jaringan [ 16 ]. 5. Pengaruh Obat topikal pada Okuler Permukaan Obat glaukoma topikal telah dikaitkan dengan penyakit permukaan mata seperti setelah tetes berangsur-angsur berinteraksi dengan jaringan permukaan mata. Interaksi ini dapat melibatkan agen aktif sendiri atau pengawet yang digunakan untuk menyimpan botol steril dan / atau untuk menstabilkan agen aktif dalam larutan. Kebanyakan pengawet bertindak seperti deterjen dan mungkin juga mempengaruhi permeabilitas kornea obat topikal dengan menyebabkan pemisahan epitel [ 17 ]. Pengawet yang paling populer adalah surfaktan kationik termasuk benzalkonium klorida banyak digunakan (BAK). Sebagai surfaktan, BAK dapat meningkatkan kelarutan obat yang hidrofilik dan mengerahkan efek bakterisida mereka dengan emulsifikasi dinding sel bakteri. Kerusakan mata dari agen ini kemungkinan besar karena emulsifikasi dari lipid membran sel [ 18 ]. BAK telah terbukti menjadi racun bagi conjuctival [ 19 ] dan kornea sel endotel [20 ]. Hal ini juga telah terbukti menyebabkan kekeruhan peningkatan hidrasi dan
ketebalan kornea [ 21 ] dan juga menyebabkan iritasi dan kemerahan mata. BAK menjadi deterjen kationik menyebabkan toksisitas epitel dan juga bertanggung jawab untuk pemendekan film air mata break-up waktu, gangguan lapisan sel permukaan dan memperlambat proses penyembuhan epitel. Penelitian telah menunjukkan bahwa bahan pengawet lain memiliki efek yang sama pada permukaan mata [ 22 ]. Secara keseluruhan, tampaknya pengawet merusak epitel kornea tetapi mereka meningkatkan permeabilitas kornea pada saat yang sama. Penetrasi obat yang lebih tinggi biasanya berhubungan dengan efek farmakologis yang lebih baik. Namun, penyerapan sistemik obat melalui konjungtiva atau lapisan mukosa hidung juga meningkatkan [ 23 ]. Efek ini sering bermasalah untuk obat dengan aktivitas sistemik kuat, seperti timolol.Dapat dikatakan untuk penggunaan hati-hati dari senyawa ini. Saat ini wadah dosis tunggal yang tersedia yang tidak mengandung bahan pengawet. Ini dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk mereka yang memiliki mata sensitif atau kering tapi harus dipertimbangkan untuk pasien yang lebih tua atau dengan pembatasan gerakan lengan, tangan atau jari. Salah satu cara untuk meningkatkan penetrasi kornea adalah dengan meningkatkan lipofilisitas obat. Latanoprost (Xalatan), travoprost (Travatan) adalah contoh prodrugs dikembangkan untuk tujuan ini. Kelompok ester dalam senyawa ini meningkatkan lipofilisitas mereka dan meningkatkan permeabilitas kornea. Prodrugs ini kemudian diubah menjadi obat aktif, bentuk asam, oleh enzim esterase di kornea. Prodrugs memungkinkan meningkatkan penetrasi ke dalam bilik anterior dan dapat mengurangi efek samping lokal dan sistemik dengan mengurangi konsentrasi obat yang dibutuhkan [ 24 ]. Penyakit permukaan mata menjadi semakin lebih umum dengan usia dan glaukoma juga lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua. Lansia pasien pengobatan glaukoma jangka panjang dengan beberapa obat topikal pada akhirnya memiliki penyakit permukaan mata peningkatan risiko yang mungkin berkontribusi terhadap kepatuhan pasien miskin dan perkembangan penyakit [ 25 ]. Hal ini juga penting untuk dicatat bahwa dengan usia ada aktivasi glia dalam kepala saraf optik, peningkatan matriks ekstraselular penurunan sel ganglion retina, menyebabkan perkembangan percepatan proses glaukoma dan pengobatan lebih agresif diperlukan. 6. Mekanisme Aksi topikal hipotensi Obat Untuk pengobatan glaukoma IOP dapat diturunkan dengan tiga mekanisme dasar: penekanan pembentukan aqueous humor, peningkatan outflow trabekular dan peningkatan outflow uveal. Untuk mempengaruhi arus jalur konvensional, obat harus disampaikan kepada
trabecular meshwork dan bagian memanjang dari otot siliaris dan mungkin ke pembuluh episcleral dan myofibroblast dari memacu scleral. Untuk mempengaruhi obat keluar uveoscleral harus sampai ke jaringan interstitial otot siliaris. Untuk mempengaruhi obat sekresi air harus ditargetkan untuk proses silia, yang merupakan target utama dari beta-blocker. -Beta adrenergik reseptor (β1 dan β2) tersebar luas di mata. Mereka ditemukan di permukaan mata, di pembuluh mata, trabecular meshwork, epitel lensa, tubuh ciliary dan retina. Β2reseptor mendominasi dalam jaringan mata, termasuk proses silia, di mana mereka mewakili 75-90% atau lebih dari reseptor β [26 ]. Beta blockers adalah antagonis kompetitif dari reseptor β-adrenergik. Mereka menghambat aktivasi reseptor ini dalam proses silia dengan menghalangi pengikatan neurotransmiter adrenergik endogen.Dengan blokade siklik ini tingkat AMP menurun dan akibatnya produksi humor aqueous ditekan [ 27 ]. Karbon anhidrase di mata adalah yang paling melimpah dalam tubuh silia, terutama tipe II dan IV, tetapi dapat ditemukan dalam jaringan mata lain juga. Inhibitor anhydrase karbonat (CAI) menghambat karbonat anhidrase dalam epitel silia dan mengurangi produksi ion bikarbonat, yang merupakan komponen penting untuk transportasi ion aktif dalam pembentukan air. Penurunan bikarbonat membatasi natrium dan transportasi cairan di epitel silia dan menurunkan produksi humor aqueous [ 27 ]. Mekanisme utama dimana sebagian prostaglandin (PG) mengurangi TIO adalah dengan meningkatkan aliran, terutama melalui jalur keluar uveoscleral, mungkin dengan relaksasi dari otot siliaris dan lisis dari ekstraselular matriks jaringan ikat [ 28 , 29 ], bukan dengan mengurangi aqueous humor produksi [ 30 ].PG mengikat reseptor khusus untuk PG hadir di hampir semua jaringan mata.
7. okuler Iritasi dan Aliran Darah Stimulasi ganglion kompleks sphenopalatina, sebuah fenomena yang dikenal selama iritasi mata dapat menyebabkan peningkatan aliran darah otak dan karena ganglion sphenopalatina adalah ganglion parasimpatis yang mengirimkan serat pasca-ganglionik ke kelenjar lakrimal, disarankan bahwa stimulasi serat yang membentuk dahan eferen dari sekresi refleks air mata yang disebabkan kenaikan diamati ini aliran darah okuler [ 31 ]. Masih harus dievaluasi apakah iritasi selain ketidaknyamanan subjektif mungkin berguna dan memiliki efek positif pada sirkulasi mata.
Aliran darah mata dapat dibagi menjadi choroidal, retrobulbar, dan aliran darah retina. Dengan usia, perubahan dalam pembuluh darah sebagai penebalan membran arteriol basement, penurunan elastin, mungkin menyebabkan penurunan aliran darah, meningkatkan resistensi terhadap aliran dan penurunan aktivitas oksida nitrat. Pembuluh darah choroidal menunjukkan kepadatan menurun, diameter lumen dan volume darah dengan usia. Dikombinasikan dengan peningkatan kekakuan scleral dan tekanan darah sistemik, ini menyebabkan penurunan suplai darah mata. Sirkulasi retrobulbar mengalami penurunan kecepatan aliran dan peningkatan resistivitas. Aliran darah retina menunjukkan penurunan yang sama dalam volume dan kecepatan, yang mengarah ke penurunan optik sirkulasi kepala saraf [ 32 ]. Ini masih harus dilihat apa efek dari obat mata dan sistemik pada aliran darah mata. Sebagian besar obat topikal dalam penurunan konvensional berukuran diserap ke dalam sistem darah di konjungtiva atau saluran naso-lakrimal atau sistem pencernaan, dan dari situ dapat menembus jaringan mata dari kedua mata. Penetrasi dikendalikan oleh darah retina penghalang [ 33 ]. Rute sistemik penetrasi dapat menyediakan sebagian besar dari jumlah yang sangat kecil dari obat yang ditemukan dalam vitreous atau retina setelah pemberian topikal dan efek kontralateral signifikan juga telah dilaporkan pada manusia.Ketika molekul obat memasuki vitreous, kemungkinan besar di zona anterior, mereka dapat berkembang lebih lanjut untuk fundus dengan difusi melalui gel ketika dibentuk atau konveksi ketika cair. Gerakan ini dapat divisualisasikan oleh pelacak neon atau MRI [ 34 ]. Kebanyakan tetes mata yang sangat terikat pada uveal dan jaringan retina. Ini membatasi jumlah obat bebas yang tersedia untuk bertindak pada reseptor pembuluh darah pada tahap awal penetrasi obat ke dalam segmen posterior. Pengikatan obat harus sesuai dengan memperluas volume vitreous, sehingga konsentrasi terikat bentuk aktif farmasi di dalamnya akan berkurang selama tahap masuknya administrasi dan berkepanjangan ketika pengobatan terganggu atau dihentikan. Pada konsentrasi obat sisi lain dalam vitreous belum tentu merupakan indikasi tindakan pada retina: mungkin mewakili adanya reseptor vasomotive dalam jaringan retina atau kurangnya akses kepada mereka [ 35] 8. Kesimpulan Glaukoma adalah penyakit yang mengancam visi yang membutuhkan pengobatan seumur hidup dan kepatuhan pasien. Topical IOP Menurunkan telah menjadi standar emas dalam terapi glaukoma selama beberapa dekade. Memiliki keuntungan yang jelas dari dosis yang mudah dan aplikasi, bersama-sama dengan penyerapan sistemik minimum, namun kelemahan
utamanya adalah kepatuhan pasien miskin dan kontrol ketekunan. Hal ini masih akan menyelidiki apakah obat glaukoma topikal dapat meningkatkan hemodinamik okular dan fungsi visual yang sangat penting dalam pengelolaan glaukoma.