TEKNOLOGI BIOENERGI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH
DISUSUN OLEH
:
Jenni Hilmasari 5EGB 061640411925 DOSEN PENGAMPUH
:
Zurohaina, S.T, M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2018
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah Teknologi Bioenergi dengan judul “BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
i|Page
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 1.1.
LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
1.2.
RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 2
1.3.
TUJUAN ............................................................................................................. 2
BAB II................................................................................................................................. 3 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3 2.1. Pengertian Minyak Jelantah .................................................................................... 3 2.2. Apa yang dimaksud dengan Biodiesel .................................................................... 4 2.3. Bahan Baku Pembuatan Biodiesel .......................................................................... 5 2.4. Transesterifikasi ...................................................................................................... 6 2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi .................................. 8 2.6. Proses Pembuatan Biodiesel ................................................................................. 10 2.7. Kelebihan dan kelemahan Biodiesel dari minyak jelantah ................................... 13 BAB III ............................................................................................................................. 15 PENUTUPAN ................................................................................................................... 16 3.1.
KESIMPULAN ................................................................................................. 16
3.2.
Saran ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17
ii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak aktivitas manusia yang menimbulkan dampak negative baik bagi kesehatan maupun lingkungan mereka sendiri. Salah satunya aktivitas menggoreng yang menghasilkan limbah berupa sisa minyak goreng yang biasa disebut dengan minyak jelantah. Minyak jelantah (waste cooking oil ) merupakan limbah dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik . Senyawa-senyawa karsinogenik dapat terbentuk selama proses penggorengan. Jadi jelaslah bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia,menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangikecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugiandari aspek kesehatan manusia dan lingkungan. Salah satu bentuk pemanfaatan minyak jelantah agar dapat bermanfaatlagi ialah dengan mengubahnya menjadi biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asamlemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel danterbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan (Anonim,2009). Selain dari minyak jelantah, biodiesel juga dapat dibuat dari beberapa bahan misalnya, dari minyak biji jarak, minyak sayuran, dan minyak kelapasawit. Pada penelitian ini menggunakan minyak Jelantah karena minyak jelantahmudah didapat dan harganya cenderung lebih murah dibandingkan bahan lainnya.Pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan proses tanpa reaksi kimia dan prosesdengan reksi kimia. Adapun proses tanpa reaksi terdiri dari proses direct and bleanding dan microemulsion. Proses dengan reaksi terdiri dari proses pyrolisis dan transesterifikasi. Pada penelitian ini pembuatan biodiesel dari minyak jelantah digunakan proses Transesterifikasi karena proses transesterifikasi dapat diterapkan dalam
1|Page
skala laboratorium. Proses transesterifikasi adalah proses reaksi antara minyak lemak dengan alcohol membentuk methyl ester (biodiesel) dan glycerol.Pada prinsipnya, proses transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak dan mereaksikan asam lemak bebasnya dengan alcohol (misalnya methanol) menjadi alcohol ester atau biodiesel. Reaksi pada proses ini memerlukan panas dan katalis basa untuk mencapai derajat konversi tinggi dari minyak jelantah menjadi produk yang terdiri dari biodiesel dan gliserin.
1.2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan minyak jelantah ? 2. Apa yang dimaksud dengan Biodiesel ? 3. Apa saja bahan baku pembuatan Biodiesel ? 4. Apa yang dimaksud dengan proses Transesterifikasi ? 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi ? 6. Bagaimana proses pembuatan Biodiesel melalui proses Transesterifikasi ? 7. Apa kelebihan dan kelemahan Biodiesel dari minyak jelantah ?
1.3. TUJUAN 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan minyak jelantah 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan biodiesel 3. Untuk mengetahui bahan baku pembuatan biodiesel 4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan proses transesterifikasi 5. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
reaksi
transesterifikasi 6. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi 7. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan biodiesel dari minyak jelantah
2|Page
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Minyak Jelantah Istilah minyak jelantah merujuk pada suatu jenis minyak yang diperoleh dari sisa penggorengan berbagai kebutuhan konsumen rumah tangga. Atau dengan kata lain minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai. Minyak ini merupakan limbah dari rumah tangga atau limbah domestik dapat juga limbah dari rumah makan atau limbah industri. Limbah minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik. Senyawa karsinogenik timbul ketika minyak dipakai atau dipanaskan pada temperature penggorengan. Minyak goreng dapat dikatakan sebagai minyak jelantah, jika sudah digunakan dua kali menggoreng. Minyak ini dikategorikan sebagai limbah mengingat minyak sudah mengandung zat karsinogenik yang membahayakan kesehatan tubuh manusia. Zat karsinogenik dapat menimbulkan berbagai keluhan dan penyakit seperti menimbulkan penyakit kanker, penyakit jantung, dan menghambat atau menurunkan kecerdasan generasi berikutnya. Di Indonesia minyak goreng merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian sisa pakainya, disadari atau tidak, dapat mengotori lingkungan, yang pada akhirnya dapat menggangu kesehatan dan lingkungan. Data statistik menunjukkan bahwa terdapat kencenderungan peningkatan produksi minyak goreng. Dari 2,49 juta ton pada tahun 1998, menjadi 4,53 juta ton tahun 2004 dan 5,06 juta ton pada tahun 2005. Namun ternyata minyak jelantah ialah minyak yang mempunyai kandungan trigliserida yang sangat tinggi di samping asam lemak bebas. Trigliserida ini dapat diolah menjadi biodiesel melalui reaksi kimia transestrifikasi. Biodiesel saat ini sedang berkembang pesat di indonesia.
3|Page
Tabel 1. Karaktersitik minyak goreng bekas (Sidjabat,2004)
2.2. Apa yang dimaksud dengan Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkylester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif untuk bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nabati atau lemak hewan (Anonim:2009). Biodiesel merupakan bahan bakar yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol dimesin sekarang ini.(Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopidia bebas). Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel lebih sering digunakan sebagai penambah untuk diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas. Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.
4|Page
Tabel 2. Sifat kimia fisika Biodiesel
2.3. Bahan Baku Pembuatan Biodiesel 1. Minyak Nabati Minyak nabati adalah limbah yang berasal dari jenis minyak goreng. Minyak ini adalah minyak bekas pemakaian rumah tangga atau industri. Minyak jelantah tersebut dapat dilakukan kembali hanya saja bila komposisi kimianya# minyak jelantah mengandung senyawa1senyawa yang bersifat karsinogen. sangat jelas dikatakan bahwa pemakaian minyak jelantah yang berulang1ulang dapat merusak dan menimbulkan penyakit.
2. Metanol Metanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana pada keadaan atmosfer, metanol berebentuk cairan yang ringan, mudah menguap tidak berwarna, mudah terbakar dan beracun dengan bau khas. Methanol dapat dibantu dengan mereaksikan hidrogen dan karbon dioksida. Metanol banyak dipakai pada industri sebagai starting.(Taufik,2012). Sifat fisika kimia Metanol dapat dilihat pada Tabel 3.
5|Page
Tabel 3. Sifat fisika dan kimia metanol
3. Katalis Katalis adalah zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu tanpa mengalami perubahan. Katalis basa yaitu natrium hidroksida. Katalis NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap kerbon dioksida dari udara bebas. NaOH dapat larut dalam etanol dan metanol. (Ayuk,2012) Sifat fisik kimia NaOH dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sifat fisika dan kimia NaOH
2.4. Transesterifikasi Transesterifikasi adalah proses transformasi kimia molekul trigliserida yang besar, bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai lurus, dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar diesel. Minyak nabati atau lemak hewani bereaksi dengan alkohol (biasanya metanol) dengan bantuan katalis (biasanya basa) yang menghasilkan alkil ester (atau untuk metanol, metil ester) (Knothe et al., 2005 dalam herlina 2014).
6|Page
Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester adalah :
Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat. (Mittlebatch, 2004). Katalis yang bisa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Tidak seperti esterifikasi yang mengkonversi asam lemak bebas menjadi ester, pada transesterifikasi yang terjadi adalah mengubah trigliserida menjadi ester. Perbedaan antara transesterifikasi dan esterifikasi menjadi sangat penting ketika memilih bahan baku dan katalis. Transesterifikasi dikatalisis oleh asam atau basa, sedangkan esterifikasi, bagaimanapun hanya dikatalisis oleh asam (Nourredine, 2010). Reaksi transesterifikasi dengan katalis basa biasanya menggunakan logam alkali alkoksida, NaOH, KOH dan NaHCO3 sebagai katalis. Katalis basa ini lebih efektif dibandingkan katalis asam, konversi hasil yang diperoleh lebih banyak, waktu yang dibutuhkan juga lebih singkat serta dapat dilakukan pada temperatur kamar. (Anonim, 2005). Agar reaksi berjalan cepat tahap transesterifikasi memerlukan pengadukan dan pemanasan ( 50- 55°C ) atau dibawah titik didih methanol (64,7 °C) untuk memisahkan gliserin dan metil ester (biodiesel). Pada reaksi transesterifikasi ini, sebagai reaktan dapat digunakan methanol atau ethanol. Pada proses ini dipilih methanol sebagai reaktan karena merupakan alkohol dengan atom C lebih sedikit mempunyai kereaktifan yang lebih tinggi dari pada alkohol dengan atom C lebih banyak.
7|Page
2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi Menurut Arpiwi (2015), faktor–faktor yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut: 1. Lama Reaksi Semakin lama waktu reaksi semakin banyak produk yang dihasilkan karena keadaan ini akan memberikan kesempatan terhadap molekulmolekul reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu reaksi tidak mempengaruhi reaksi. 2. Rasio perbandingan alkohol dengan minyak Rasio
molar
antara
alkohol
dengan
minyak
nabati
sangat
mempengaruhi dengan metil ester yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah alkohol yang dugunakan maka konversi ester yang dihasilkan akan bertambah banyak. Perbandingan molar antara alkohol dan minyak nabati yang biasa digunakan dalam proses industri untuk mendapatkan produksi metil ester yang lebih besar dari 98% berat adalah 6 : 1. 3. Jenis katalis Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi, namun tidak menggeser letak keseimbangan. Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Tanpa katalis reaksi transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu 250oC. Ketika reaksi selesai, kita akan mendapatkan massa katalis yang sama seperti pada awal kita tambahkan. Katalis yang dapat digunakan dapat berupa katalis homogen atau heterogen. 4. Suhu Kecepatan reaksi transesterifikasi akan meningkat pada suhu yang mendekati titik didih alhohol yang digunakan. Suhu selama reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada rentang suhu 300C - 65°C dan dijaga selama proses, tergantung dari jenis minyak yang digunakan. Dalam proses transesterifikasi perubahan suhu reaksi menyebabkan
8|Page
gerakan molekul semakin cepat sehingga bisa mengatasi energi aktivasi. Suhu mempengahuhi viskositas dan densitas, karena viskositas dan densitas merupakan dua parameter fisis penting yang mempengaruhi pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar. Semakin tinggi suhu menyebabkan gerakan molekul semakin cepat atau energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul pereaksi semakin besar sehingga tumbukan antara molekul pereaksi juga meningkat. 5. Pengadukan Peningkatan kecepatan pengadukan meningkatkan kecepatan reaksi karena dengan pengadukan akan mempercepat pergerakan molekul dan memperbesar peluang terjadinya tumbukan antar molekul. 6. Lama Waktu Pengendapan (Settling) Lama waktu pengendapan berpengaruh pada proses tranesterifikasi 2 tahap yaitu melakukan dua kali proses transesterifikasi. Pengendapan bertujuan
untuk
memisahkan
gliserol
dan
biodiesel.
Waktu
pengendapan metil ester mempengaruhi bilangan asam. Ketika pengendapan yang lebih lama, diduga tingkat oksidasi pada proses dua tahap lebih tinggi dari pada proses satu tahap. Hal ini mengakibatkan bilangan asam menjadi lebih tinggi. 7. Kandungan Air Kandungan air yang berlebihan dapat menyebabkan sebagian reaksi dapat berubah menjadi reaksi sabun atau saponifikasi yang akan menghasilkan sabun, sehingga meningkatkan viskositas, terbentuknya gel dan dapat menyulitkan pemisahan antara gliserol dan Biodiesel. 8. Methanol Jenis alkohol yang selalu dipakai pada proses transesterifikasi adalah metanol dan etanol. Metanol merupakan jenis alkohol yang paling disukai dalam pembuatan biodiesel karena methanol (CH3OH) mempunyai keuntungan lebih mudah bereaksi atau lebih stabil dibandingkan dengan etanol (C2H5OH) karena metanol memiliki satu ikatan carbon sedangkan etanol memiliki dua ikatan karbon, sehingga lebih mudah memperoleh pemisahan gliserol dibanding dengan etanol.
9|Page
9. Kosolven Pembuatan
biodiesel
merupakan
reaksi
yang
lambat
karena
berlangsung dalam dua fase, permasalahan tersebut dapat di atasi dengan penambahan kosolven kedalam campuran minyak nabati, metanol dan katalis, sehingga penambahan kosolven bertujuan untuk membentuk sistem larutan menjadi berlangsung dalam satu fase. Reaksi transesterifikasi tanpa kosolven ternyata berlangsung lambat dan menghasilkan metil ester yang kurang signifikan dibanding penambahan kosolven (Baidawi, A., 2007), Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kelarutan antara minyak nabati dengan metanol, dalam metanol campuran reaktan membentuk dua lapisan (membentuk dua fase) dan diperlukan waktu beberapa saat agar minyak nabati dapat larut di dalam metanol. 10. Homogenisasi reaksi (pencampuran) Homogenisasi campuran dalam reaksi mempengaruhi efektifitas reaksi karena tumbukan akan terjadi yang pada akhirnya akan mempengaruhi laju reaksi, konstanta reaksi, energi aktivasi dan lama reaksi. Transesterifikasi tidak akan berlangsung baik bila campuran bahan tidak dihomogenisasi terutama selama tahap awal proses. Pengadukan yang kuat 34 (vigorous stirring) merupakan salah satu metode homogenisasi yang cukup berhasil untuk proses yang dilakukan secara batch dan kontinyu[4] .
2.6. Proses Pembuatan Biodiesel Proses transesterifikasi 1. Minyak jelantah hasil pemurnian kemudian dipanaskan sampai suhu 100°C untuk menghilangkan kandungan airnya. Gunakan alat pengaduk untuk memudahkan penghilangan uap air. Setelah air yang mendidih dalam minyak mulai hilang, selanjutnya panaskan sampai suhu 130°C selama 10 menit, dan dinginkan. 2. Titrasi untuk menentukan banyaknya katalis (KOH/NaOH) yang diperlukan, dengan cara:
10 | P a g e
a) Siapkan alat titrasi terdiri buret dan gelas piala kecil b) Siapkan larutan 1 gram KOH/NaOH ke dalam 1 liter air suling (larutan 0,1 % KOH/NaOH) c) Larutkan 1 ml minyak jelantah ke dalam 10 ml isopropil alkohol, dipanaskan sambil diaduk sampai campuran jernih d) Tambahkan 2 tetes larutan PP. e) Isi buret dengan larutan KOH 0,1 %, teteskan larutan tersebut tetes demi tetes ke dalam larutan minyak jelantah-alkohol-PP, sambil diaduk sampai larutan berwarna merah muda selama 10 detik f) Lihat pada buret, volume (ml) larutan 0,1 % KOH yang digunakan, dan tambahkan 5 maka ketemu jumlah gram KOH yang diperlukan per liter minyak. 3. Penyiapan kalium/natrium metoksida (K + / Na+ CH3O-), dengan cara sebagai berikut: a) Siapkan metanol, umumnya kebutuhannya adalah 20 % dari volume minyak jelantah. Apabila ada 100 liter minyak jelantah maka dibutuhkan 20 liter metanol. b) KOH/NaOH sebesar 5 gr setiap 1 liter minyak jelantah, dimasukkan ke dalam methanol/ethanol, dicampur rata sampai terlarut sempurna, dan terbentuk kalium/natrium metoksida. c) Hati-hati dengan kalium/natrium metoksida, gunakan masker, jangan hirup uapnya, dan apabila mengenai kulit menyebabkan kulit terbakar tanpa terasa karena menyebabkan mati rasa. Kalium metoksida, juga sangat korosif. KOH dapat bereaksi dengan alumunium, tin dan seng, jadi gunakan wadah dari gelas tahan panas atau yang terbaik adalah dari stainless steel. 4. Pemanasan minyak jelantah dan pencampuran dengan kalium/natrium metoksida, dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Minyak jelantah dipanaskan sampai 48-54°C. b) Siapkan alat pengaduk dan diatur pada kecepatan penuh. c) Sambil diaduk, tambahkan kalium/natrium metoksida, dan diaduk terus antara 50-60 menit.
11 | P a g e
d) Proses trans-esterifikasi akan menghasilkan metil ester (minyak biodiesel) dan hasil samping gliserin. 5. Pendiaman dan pemisahan metil ester (minyak biodiesel) dengan gliserin. Cara pemisahannya adalah: a) Proses dibiarkan sampai sempurna sedikitnya 8 jam dan suhu dipertahankan pada 38°C. b) Biodiesel akan berada di bagian atas, dan gliserin ada di bagian bawah berwarna coklat gelap. Gliserin merupakan cairan kental yang dapat memadat dibawah suhu 38°C. c) Alirkan gliserin dengan hati-hati dari bagian bawah reaktor, sehingga biodiesel dapat dipisahkan kemudian ditempatkan di wadah lain. d) Apabila gliserin memadat maka dapat dipanaskan kembali agar mencair. e) Gliserin masih bercampur dengan sisa reaktan dan alkohol, maka dinetralisasi menggunakan asam mineral dan dipanaskan pada suhu 66°C untuk mengambil kembali alkohol, sehingga diperoleh gliserin kemurnian tinggi. 6. Hasil biodiesel sering tercampur dengan sabun. Biodiesel dicuci menggunakan air suling untuk menghilangkan sabun dan sisa-sisa bahan lain. Proses pencuciannya adalah sebagai berikut: a) Pada pencucian pertama, biodiesel ditambah sedikit larutan asam asetat, kemudian diaduk agar terjadi netralisasi. b) Tuangkan air suling dalam wadah, kemudian dituangi biodiesel yang akan dicuci, kemudian diaduk. c) Setelah didiamkan antara 12-24 jam, minyak biodiesel akan terpisah dengan air pencuci. d) Minyak yang telah bersih dialirkan untuk memisahkan dengan air yang mengandung sabun. e) Proses pencucian ini diulang 2-3 kali, tanpa penambahan asam. Pada pencucian ketiga, biodiesel hasil pencucian dipanaskan untuk menghilangkan air yang masih terikut. Dan didapatkan biodiesel
12 | P a g e
sebesar 930 ml, pH biodiesel hasil pencucian mempunyai pH 7 (netral). 7. Pengecekan kualitas biodiesel. Biodiesel yang akan digunakan untuk bahan bakar mesin diesel seperti pada mobil, memerlukan kualitas biodiesel yang tinggi.
Bagan alir proses pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Sifat fisik dan kimia biodiesel hasil penelitian
2.7. Kelebihan dan kelemahan Biodiesel dari minyak jelantah 13 | P a g e
2.7.1. Kelebihan 1. Lebih irit Biodiesel yang dipakai sebagai bahan bakar mesin diesel lebih irit dibandingkan dengan menggunakan solar. 2. Mengurangi emisi asap Menggunakan biodiesel dapat mengurangi emisi asap yang dikeluarkan oleh mesin, sehingga dapat menjegah polusi udara yang mencemari lingkungan sekitar. Artinya biodiesel lebih ramah lingkungan. 3. Mengurangi emisi CO2 Biodiesel mengeluarkan emisi karbon dioksida (CO2) lebih sedikit dari pada emisi yang dikeluarkan oleh bahan bakan diesel standar yaitu solar. Emisi CO2 yang dikeluarkan biodiesel mencapai 75% lebih sedikit dari pada emisi yang dikeluarkan solar. Sehingga dengan memakai biodiesel dapat mengurangi dampak perubahan iklim akibat pemanasan global. 4. Tidak menghasilkan SO2 Hasil pembakaran pada mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar alternatif yaitu biodiesel, tidak menghasilkan Sulfur dioksida (SO2).
SO2
berbahaya
bagi
kesehatan
manusia
karena
mengandung racun. 5. Terbarukan Biodiesel merupakan bahan alternatif yang dapat diperbaharui, karena bisa dibuat dari tumbuh-tumbuhan dan lemak hewan. Minyak nabati yang sering digunakan dalam pembuatan biodiesel, seperti minyak kelapa, minyak kedelai, minyak sawit dan lain sebagainya. Tidak seperti solar yang merupakan minyak fosil yang semakin lama diambil akan habis.
2.7.2. Kelemahan
14 | P a g e
1. Energi biodiesel lebih rendah Energi yang dihasilkan mesin dengan menggunakan biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan energi yang dihasilkan mesin dengan menggunakan bahan bakar solar. Kandungan energi biodiesel diketahui 11% lebih kecil dari bahan bakar diesel yang berbasis minyak bumi. Ini berarti kapasitas pembangkit listrik dari mesin yang digunakan akan menurun ketika menggunakan biodiesel. 2. Kualitas oksidasi rendah Biodiesel memiliki kualitas oksidasi yang rendah sehingga biodiesel dapat menyebabkan beberapa masalah ketika disimpan. Bila disimpan untuk waktu yang lebih lama, biodiesel cenderung berubah menjadi gel (lihat minyak goreng yang disimpan di kulkas),
yang
dapat
menyebabkan
penyumbatan
berbagai
komponen mesin. Biodiesel ini juga dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba, sehingga menyebabkan beberapa kerusakan pada mesin. 3. Mengganggu ketahanan pangan Biodiesel dapat menggangu ketahanan pangan, karena bahan baku pembuatan biodiesel berasal dari tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikonsumsi sebagai makanan. Tumbuh-tumbuhan yang biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel yaitu: jagung, kedelai, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas lainnya cenderung mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan biodiesel.
BAB III
15 | P a g e
PENUTUP 3.1. KESIMPULAN 1. minyak jelantah adalah minyak goreng bekas pakai. Minyak ini merupakan limbah dari rumah tangga atau limbah domestik dapat juga limbah dari rumah makan atau limbah industri. Limbah minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik. Senyawa karsinogenik timbul ketika minyak dipakai atau dipanaskan pada temperature penggorengan. 2. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran monoalkylester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif untuk bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak nabati atau lemak hewan (Anonim:2009). 3. Bahan Baku Pembuatan Biodiesel
Minyak nabati
Methanol
Katalis
4. Transesterifikasi adalah proses transformasi kimia molekul trigliserida yang besar, bercabang dari minyak nabati dan lemak menjadi molekul yang lebih kecil, molekul rantai lurus, dan hampir sama dengan molekul dalam bahan bakar diesel. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Transesterifikasi
Lama Reaksi Rasio perbandingan alkohol dengan minyak Jenis katalis Suhu
Pengadukan
Lama Waktu Pengendapan (Settling) Kandungan air
Methanol
Konsolven
Homogenisasi reaksi (pencampuran) 6. Kelebihan dan kelemahan Biodiesel dari minyak jelantah
16 | P a g e
Kelebihan
Lebih irit
Mengurangi emisi asap
Mengurangi emisi CO2 Tidak menghasilkan SO2 Energi terbarukan
Kelemahan
Energi biodiesel lebih rendah Kualitas oksidasi rendah Mengganggu ketahanan pangan
3.2. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, maka kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang materi diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat kepada pembaca dan terlebih lagi kepada penulis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
17 | P a g e
Hadrah, dkk.2018.” Analisis Minyak Jelantah Sebagai Bahan Bakar Biodiesel
dengan
Proses
Transesterifikasi”.
Jurnal
DAUR
LINGKUNGAN. 1 (1),16-2.
Wahyuni,Silvira,dkk.2015.” Pengaruh Suhu Proses Dan Lama Pengendapan Terhadap Kualitas Biodiesel Dari Minyak Jelantah”. PILLAR OF PHYSICS. 6, 33-40.
Aziz,Isalmi,dkk.2011.”Pembuatan Produk Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas Dengan Cara Esterifikasi Dan Transesterifikasi”.Valensi. 2 (3),443-448.
Trizilo,Joe.2011.”Ayo Kumpulin Minyak Jelantah Untuk Dibuat Biodiesel”. https://joetrizilo.wordpress.com/2011/07/17/ayo-kumpulin-minyak-jelantahuntuk-dibuat-biodiesel/. Diakses tanggal 12 November 2018.
V.R,Yandri.2012.”Pemanfaatan Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel Untuk Bahan Bakar Bus Kampus Unand di Padang”. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat.1(2),119-125.
18 | P a g e