Bilbil.docx

  • Uploaded by: Nabilah Widya Ismaya
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bilbil.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,470
  • Pages: 10
LAPORAN PRAKTIKUM

MENGHITUNG PERNAPASAN HEWAN Diajukan untuk memenuhi tugas biologi

Disusun Oleh : Nabilah Widya Ismaya

KELAS: XI MIPA 6

SMA NEGERI 3 KARAWANG 2018/2019

BAB 1 PENDAHULUAN A. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu: 1. Membandingkan proses respirasi pada reptil dan serangga 2. Mengetahui jumlah udara pernapasan pada reptil dan serangga 3. Memahami pengaruh berat tubuh terhadap kecepatan pernafasan pada hewan dengan menggunakan respirometer sederhana 4. Mengetahui fungsi KOH/ NaOH pada percobaan 5. Mengetahui sebab eosin dapat bergerak pada percobaan 6. Mengetahui faktor –faktor apa yang dapat mempengaruhi kecepatan respirasi

B. Dasar Teori Bernapas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering disama artikan dengan istilah respirasi, walau kedua istilah tersebut berbeda secara harfiah. Bernapas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan sisa pernafasan dari dalam ke luar tubuh. Respirasi merupakan proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik dari makanan yang digunakan untuk menghasilkan energi. Pada hewan-hewan tingkat tinggi terdapat organ yang diperlukan dalam proses pernafasan seperti paru-paru, insang dan trakea sedangkan pada hewan-hewan tingkat rendah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida dilakukan melalui proses difusi pada permukaan sel-sel tubuh. a. Pernapasan pada reptil Secara umum reptilia bernapas menggunakan paru-paru. Tetapi pada beberapa reptilia, pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit disekitar kloaka. Pada reptilia umumnya udara luar masuk melalui lubang hidung, trakea, bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di ujung kepala atau moncong. Udara keluar dan masuk ke dalam paru-paru karena gerakan tulang rusuk. Sistem pernafasan pada reptilia lebih maju dari Amphibi. Dinding laring dibentuk oleh tulang rawan kriterokoidea dan tulang rawan krikodea. Trakhea dan bronkhus berbentuk panjang dan dibentuk oleh cincin-cincin tulang rawan. Tempat percabangan trakhea menjadi bronkhus disebut bifurkatio trakhea. Bronkhus masuk ke dalam paru-paru dan tidak bercabang-cabang lagi. Paru-paru reptilia berukuran relatif besar, berjumlah sepasang. Struktur dalamnya berpetak-petak seperti rumah lebah, biasanya bagian

anterior lebih banyak berpetak daripada bagian posterior. Larinx terletak di ujung anterior trachea. Dinding larinx ini disokong oleh cartilago cricoida dan cartilago anytenoidea. Kearah posterior trachea membentuk percabangan (bifurcatio) menjadi bronchus kanan dan bronchus kiri, yang masing-masing menuju ke pulmo kanan dan pulmo kiri. Pulmo lacertilia dan ophidia ialah relatif sederhana. Pada beberapa bentuk, bagian internal pulma terbagi tidak sempurna menjadi dua bagian, ialah bagian anterior berdinding saccuter sedang bagian posterior berdinding licin, tidak vasculer dan berfungsi terutama untuk reservoir. Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan – belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara. b. Pernapasan pada serangga Sistem pernapasan pada serangga adalah Sistem trakea yang serangga tersusun dari saluran yang menyerupai tabung dan memiliki lubang yang terhubung dengan udara luar yang disebut spirakel. Trakea di dalam tubuh serangga selanjutnya akan membentuk percabangan yang lebih kompleks dan tipis yang disebut dengan trakeolus. Ukuran diameter trakeolus pada serangga kurang dari 1 µm dan hal ini yang memungkinkan proses difusi oksigen dan karbon dioksida pada serangga. Dinding trakea serangga tersusun oleh kitin yang membuat struktur trakea lebih kokoh sehingga meskipun udara dibawah tekanan normal, serangga tetap dapat bertahan. Hal inilah yang menjelaskan mengapa serangga meiliki ukuran tubuh yang kecil. Spirakel pada serangga contohnya belalang dilindungi oleh katup atau valve yang diatur oleh otot sehingga belalang bisa membuka dan menutup spirakel. Spirakel juga memiliki rambut halus yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk dari debu dan kotoran. Biasanya serangga memiliki spirakel yang tersusun secara lateral pada bagian abdomen tubuh serangga dan terdapat sepasang spirakel pada setiap segemn tubuh. Namun tidak semua serangga memiliki spirakel di setiap segemen tubuhnya, belalang hanya memiliki spirakel pada segmen pertama dan ketiga tubuhnya. Pada beberapa spesies serangga seperti lalat Drosophila memiliki T-tubulus trakeolus yang dapat masuk jauh ke dalam sel dan membawa oksigen ke daerah sekitar mitokondria yang berperan langsung dalam memproduksi energi untuk pergerakan serangga.

c. Fungsi Respirometer Alat yang digunakan dalam mengukur kecepatan pernapasan dipercobaan kali ini adalah respirometer sederhana.Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga.Prinsip kerja alat ini adalah bekerja atas suatu prinsip yaitu jika dalam pernafasan terdapat oksigen (O2) yang dinutuhkan

organisme tentu ada karbondioksida (CO2) yang dikeluarkan olehnya. Apabila organisme yang hidup dan bernapas itu dimasukkan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat dalam hal ini dengan kristal eosin, maka udara akan menyusut. Selanjutnya, kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala. d. Fungsi KOH Penggunaan Kristal KOH pada percobaan ini berfungsi sebagai pengikat gas CO2 : 1. Agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak bisa bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak bisa diukur. 2. Agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin/tinta benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat higroskopis. Apabila dalam tabung respirometer tidak terdapat zat pengikat karbondioksida, maka karbondioksida akan bercampur dengan oksigen dan gas lainnya. Sehingga lama-kelamaan udara didominasi oleh karbondioksida. Hal itu akan menyebabkan jangkrik memiliki frekuensi respirasi yang cepat dan eosin tidak bergerak seiring jangkrik bernapas. Selain itu KOH akan bersifat panas, sehingga harus dibungkus dengan kapas. Berikut reaksi kimia antara KOH dapat berikatan dengan CO2, yaitu: i. KOH(solid) + CO2(gas) → KHCO3(solid) ii. KHCO3(solid) + KOH(solid) → K2CO3(solid) + H2O(liquid) e. Fungsi Larutan Eosin Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada repirometer sederhana. Larutan eosin akan selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan (jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 dan CO2 yang dikeluarkan telah diikat oleh KOH sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak melalui pipa sederhana. Dari pergerakan eosin dapat diketahui volume dari udara yang diserap oleh jangkrik per satuan waktu. f. Faktor yang Mempengaruhi Volume Respirasi Setiap mahluk hidup memiliki volume udara untuk inspirasi yang berbeda-beda sesuai kebutuhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam maupun luar tubuh diantaranya didapat dari beberapa sumber yaitu : a. Berat tubuh, semakin berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan karena memiliki aktivitas dalam tubuh yang lebih ekstra dan sebaliknya bagi hewan yang lebih kecil.

b. Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen semakin banyak. Selain karena itu, luas permukaan dan bagian tubuh pada organisme semakin lebar sehingga oksigen yang dibutuhkan juga menyesuaikan. c. Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat atau proses menghirup lebih rentan/cepat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen. Sebaliknya bila kadar oksigen dalam udara tinggi maka respirasi akan terbilang tenang dengan frekuensi normal atau lamban sesuai kondisi kesehatan tubuh organisme. d. Aktivitas, organisme yang melakukan aktivitas membutuhkan energi. Sehingga, semakin tinggi dan berat aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya untuk diolah menjadi tenaga,akibatnya pernafasannya semakin cepat. e. Habitat yang ditempati atau faktor lingkungan, sebenarnya juga berhubungan dengan kadar O2 dan proses aktivitas organ dalam tubuh. Sebagai contoh habitat organisme atau makhluk hidup itu sendiri berada di daerah yang panas, sejuk, dingin, dataran tinggi atau rendah, udara, darat, maupun air.

C. Metode Praktikum 1. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut: Hari/tanggal : Kamis, 17 Januari 2019 Waktu : 12.35 – 14.10 WIB Tempat: Laboratorium SMA Negeri 3 Karawang

BAB 2 PEMBAHASAN A. Alat dan Bahan a. Alat Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini: 1. Neraca 4 lengan 2. Respirometer sederhana 3. Stopwatch. 4. Pipet b. Bahan Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini: 1. Cicak 2. Jangkrik 3. KOH 4. larutan Eosin 5. Plastisin B. Cara Kerja Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut 1. Menimbang bobot tubuh hewan uji dengan menggunakan neraca analitik 2. Menyiapkan respirometer, kemudian membungkus KOH dalam kapas lalu memasukkan kedalam tabung respirometer bersama dengan hewan uji. 3. Bungkus menggunakan plastisin pada mulut tabung respirometer 4. Memasukkan larutan eosin pada respirometer sebanyak 1-2 ml dengan menggunakan pipet. Mengamati pergerakan eosin selama 2 menit sebanyak 5 kali pengulangan. 5. Mengulangi perlakuan tersebut pada hewan uji yang lain

Jenis hewan

Cicak pertama Cicak kedua Jangkrik pertama Jangkrik kedua

D. Hasil pengamatan Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: Berat Volume Udara Pernapasan Setiap 2 menit selama 10 menit Jumlah Tubuh Udara Menit Menit Menit Menit Menit (gram) Pernapasan pertama kedua ketiga keempat kelima 10 menit(mL)

Volume Rata-rata Respirasi (mL/Menit)

BAB 3 PENUTUP A.

Kesimpulan Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa:

• Pernapasan pada hewan dipengaruhi oleh berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh, dan usia. • KOH/ NAOH dalam percobaan berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas. •

Pergerakan larutan eosin hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen.

More Documents from "Nabilah Widya Ismaya"

Indobil.docx
July 2020 4
Bilbil.docx
July 2020 5
Sejarah.docx
July 2020 3
November 2019 11
Tips Menulis Jurnal.docx
November 2019 13