Bertambahnya Kendaraan Bermotor Menimbulkan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan.docx

  • Uploaded by: Zaroul Mufida
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bertambahnya Kendaraan Bermotor Menimbulkan Dampak Negatif Terhadap Lingkungan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 510
  • Pages: 4
GREEN BELT UNTUK MENGATASI PENCEMARAN UDARA DI LINGKUNGAN POLUTAN

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA Terapan Yang dibina Oleh Bapak Drs. Ridwan Joharmawan, M.Si Dan Ibu Erti Hamimi S.Pd., M.Sc

Oleh : Zaroul Mufida ( 160351606453)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA Februari 201

Bertambahnya

kendaraan

bermotor

menimbulkan

dampak

negatif terhadap lingkungan, berupa gas buang dari knalpot serta bunnyi

yang

ditimbulkan.

Gangguan

tersebut

mengakibatkan

pencemaran udara yang menyebabkan timbulnya polusi udara dan gangguan kesehatan. Untuk mengatasi masalah tersebut diciptakan vegetasi alami atau vegetasi yang direncanakan dalam bentuk green belt.

Hal

tersebut

di

harapkan

dapat

mengurangi

ataupun

menghilangkan dampak negatif polusi udara. Evektivitas gren belt didasarkan pada jenis tanaman dan struktur green belt.bentuk daun dan

struktur

daun

mempengaruhi

penguramgan

polusi

udara.

Sedangkan struktur menunjukkan tata letak dan kombinasi pohon. Unsur utama green belt adalah vegetasi alamiah yang berfungsi sebagai pembersih atmosfer dengan menyerap polutan. Green belt yaitu pemisah fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka hijau (Anggraeni,2005). Grren belt berfungsi sebagai daerah penyangga dan membatasi penggunan lahan agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya. Species tanaman dengan sensitifitas tinggi berguna untuk peringatan awal indikasi adanya bahan pencemar di udara, sedangkan untuk species tanaman dengan tingkat toleransi tinggi akan mengurangi tingkat polusi di udara secara menyeluruh. Hal tersebut menjelaskan bahwa green belt merupakan faktor pengontrol tingkat polusi. Kualitas hidup manusia ditentukan dari segala aspek kehidupan, salah satu aspek terpenting adalah kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat perkotaan ditentukan oleh kondisi lingkungan yang bersih dan bebas pencemaran, baik pencemaran air, tanah, dan udara. Manfaat dari adanya tajuk vegetasi di green belt area adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat, jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota. Disinilah peranan green belt untuk kesehatan masyarakat perkotaan, khususnya untuk atau sebagai pengendali pencemaran atau polusi udara. Selain kesehatan, masyarakat juga berhak dan memerlukan kehidupan sosial yang baik yang dapat terpenuhi dengan adanya green belt yang berfungsi sebagai tempat rekreasi

bagi masyarakat perkotaan. Green belt merupakan unsur signifikan bagi suatu sistem perkotaan sebagai kontrol polusi dan menjaga kualitas hidup masyarakat perkotaan. Jika luasan Green belt semakin besar maka kontrol polusi meningkat sehingga kualitas hidup masyarakat meningkat. Sedangkan penurunan luasan green belt menyebabkan polusi udara meningkat dan menurunkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Sumber pencemaran udara paling utama adalah beraal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar mengandung bahan pencemar (Fardiaz, 1992). Zat pencemaran udara berupa gas dan partikel. Pencemaran berupa gas dibedakan menjadi golongan belerang, golongan nitrogen, golongan karbon, dan golongan gas. Komponen

pencemaran

udara

yang

bersumber

dari

kegiatan

transportasi di Indonesia yang paling berpengaruh adalah karbon monoksida dan nitogen oksida (Nugrahani, 2005).

Daftar Pustaka Anggraeni, Mustika. 2005. Green Belt dan Hubungannya dengan Kualitas Hidup Masyarakat di Perkotaan.Yogyakarta : Makalah Biologi Lingkungan, Program Studi Ilmu Lingkungan, Prog. Pascasarjana Univ. Gadjah Mada. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Nugrahani, P. 2005. Faktor Fisiologis Tanaman yang Menentukan Serapan Polutan Gas NO2 dan Nilai Visual Jalur Hijau Jalan Kota Surabaya. Tesis Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Related Documents


More Documents from "Hetty Susilawati"