Bencana Alam Kliping.docx

  • Uploaded by: Raizha Amanda
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bencana Alam Kliping.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,822
  • Pages: 13
BENCANA ALAM KEKERINGAN

Disusun oleh ol

Jelita Rahadian Kusuma Wardhani IX-1 SMP NEGERI 2 TANJUNG PURA T.A 2016-2017

A. Pengertian Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata. Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia.

Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan

akibat

gangguan pada pertanian dan

ekosistem

yang

ditimbulkannya. Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya.

Datangnya bencana kekeringan belum dapat diperkirakan secara teliti, namun secara umum berdasarkan statistik terlihat adanya fenomena terjadinya kekeringan setiap empat atau lima tahun sekali. Bencana kekeringan dapat disebabkan oleh curah hujan yang jauh di bawah normal pada areal yang airnya telah dimanfaatkan secara maksimal atau pada musim kemarau panjang. Dari segi sosial, dampak yang ditimbulkan oleh bencana kekeringan berbeda dengan dampak bencana banjir, tanah longsor, tsunami, ataupun gempa bumi. Pada keempat jenis bencana tersebut, secara sosial dengan cepat dapat menghimpun bantuan dari berbagai pihak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Berbeda halnya, bencana kekeringan malahan dapat menimbulkan perpecahan dan konflik, baik konflik antar pengguna air dan antar pemerintah. Kekeringan perlu dikelola dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 

terus meningkatnya luas sawah yang terkena kekeringan sehingga berdampak pada penurunan produksi sampai gagal panen



terjadinya kekeringan pada tahun yang sama saat terjadi anomali iklim maupun kondisi iklim normal



periode ulang anomali iklim cenderung acak sehingga sulit untuk dilakukan adaptasi



kekeringan berulang pada tahun yang sama di lokasi yang sama



dampak anomali iklim bervariasi antara wilayah



kekeringan hanya dapat diturunkan besarannya dan tidak dapat dihilangkan. Dengan pertimbangan tersebut sehingga diperlukan pengelolaan terencana dengan semua pemangku kepentingan.

B.

Tanda-Tanda Umum Kekeringan Gejala terjadinya kekeringan adalah sebagai berikut: 1. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan. 2. Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan. 3. Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode

waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering. C. Faktor – Faktor Terjadinya Kekeringan Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan: 1. Lapisan tanah tipis Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Hal ini dapat terjadi karena air akan lebih cepat mengalami penguapan oleh panas matahari. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan kars, karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis. 2. Air tanah dalam Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama.Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya. Air tanah yang dalam menyebabkan sumbersumber mata air mengalami kekeringan di musim kemarau, karena air yang terdapat jauh di bawah lapisan tanah tidak mampu naik, sehingga kalaupun ada sumber mata air yang tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau, itu jumlahnya terbatas. 3. Tekstur tanah kasar Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air. Di lain sisi, air yang terkandung dalam tanah yang memiliki tekstur yang kasar akan mengalami penguapan relatif lebih cepat, karena rongga-rongga tanah jelas lebih lebar dan sangat mendukung terjadinya proses penguapan. 4. Iklim Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim. Misalnya: Akibat perubahan kondisi iklim, menyebabkan musim kemarau berjalan lebih lama daripada musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih lama tentunya akan

memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. Karena kebutuhan air kurang terpenuhi di musim kemarau. 5. Vegetasi Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak,daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah. Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan. Vegetasi lain yang dapat memicu kekeringan adalah tanaman bambu. Bambu memiliki struktur yang sangat rumit, dan menutupi permukaan tanah (lapisan tanah atas) di sekitar bambu itu tumbuh. Sehingga kemungkinan tanaman lain untuk tumbuh sangat kecil. Dengan demikian tanaman yang seharusnya berfungsi untuk menyimpan air tidak ada atau terbatas jumlahnya. 6. Topografi Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah. Dengan kata lain.di dataran tinggi kemungkinan terjadi bencana kekeringan lebih besar daripada di dataran rendah. Karena dataran tinggi tidak mampu menyimpan air lebih lama.

D. Dampak Kekeringan

1.

Fisik a. Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang. b. Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah. c. Kerusakan spesies tanaman. d. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi). e. Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas udara (debu, polutan, berkurangnya

daya

pandang). f. Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian. g. Keadaan suhu siang hari pada saat kekeringan akibat musim kemarau menjadikan suhu udara sangat tinggi dan sebaliknya pada malam hari suhu udara sangat dingin. Perbedaan suhu udara yang berganti secara cepat antara siang dan malam menyebabkan terjadinya pelapukan batuan lebih cepat. 2.

Non fisik a. Ekonomi 1) Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan. 2) Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 3) Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung. 4) Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi. 5) Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energi. 6) Kerugian-kerugian yang terkait dengan produksi pertanian. 7) Menurunya produksi pangan dan meningkatnya harga-harga pangan. 8) Pengangguran sebagai akibat menurunnya produksi yang terkait dengan kekeringan. 9) Kerugian-kerugian pendapatan pemerintah dan meningkatnya kejenuhan pada lembaga-lembaga keuangan. b. Sosial Budaya 1) Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk. 2) Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).

3) Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-

kondisi

yang terkait dengan kekeringan. 4) Konflik di antara penggunan air. 5) Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air. 6) Ketidakadilan dalam distribusi akibat dampak-dampak kekeringan dan bantuan pemulihan. 7) Menurunnya kondisi-kondisi kehidupan di daerah pedesaan. 8) Meningkatnya kemiskinan, berkurangnya kualitas hidup. 9) Kekacauan social, perselisihan sipil. 10) Pengangguran meningkat, karena yang tadinya bertani kehilangan mata pencaharian. 11) Migrasi

penduduk

untuk

mendapatkan

pekerjaan

atau

bantuan

pemulihan,banyaknya TKI (tenaga kerja indonesia) yang memilih keluar negeri. c. Politik Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia yaitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).

E. Upaya Pengelolaan Bencana Kekeringan Upaya pengelolaan bencana kekeringan adalah sebagai berikut: 1.

Pra bencana a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif. b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih. c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita. d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan. e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.

f.

Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air

g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya. h. Panen dan konservasi air Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air. Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau. Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan. 1)

Rorak Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 3080 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi. Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau infiltrasinya rendah—dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.

2) Saluran buntu Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada akar. 3) Lubang penampungan air (catch pit) Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air,

sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-hari karena akan menyebabkan kematian tanaman. 4) Embung Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau. Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan air tidak terlalu besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air akan banyak hilang kecuali bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi. 5) Bendungan Kecil (cek dam) Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya. 6) Panen air hujan dari atap rumah Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi. Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang. a) Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering): 

Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.



Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.



Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk.

b.



Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.



Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.



Penyiapan cadangan pangan.



Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.



Persiapan tindak darurat.



Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.



Penyediaan air minum dengan mobil tangki.



Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.



Penyediaan pompa air.

Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain: 

Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.



Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).



Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai.



Penggunaan air secara hemat.



Penciptaan alat sanitasi hemat air.



Pembangunan prasarana daur ulang air.



Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.

2. Saat terjadi Bencana Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui: 

Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.



Penyediaan air minum dengan mobil tangki.



Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.



Penyediaan pompa air.



Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara lain dengan upaya:

a.

Dampak Sosial:  Penyelesaian konflik antar pengguna air.  Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.

b.

Dampak Ekonomi:  Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.  Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.  Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan melalui diversifikasi usaha.  Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan sistem pemasaran.

c.

Dampak Keamanan:  Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.  Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.

d. Dampak Lingkungan:  Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).  Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.  Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.  Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran udara dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan terjadinya pencemaran udara.  Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa pembakaran.

3. Pasca Bencana Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana kekeringan antara lain:  Bantuan sarana produksi pertanian.  Bantuan modal kerja.  Bantuan pangan dan pelayanan medis.

 Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.  Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.  Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air. Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem lingkungan, sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial, yang pada dasarnya terarah pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan dampak (Yevjevich-1978).

Kekeringan saat

ini

telah membawa

dampak yang lebih parah dan ancaman bencana ekologis. Dampak kekeringan bisa kita periksa dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial, medis, dan

konflik

dalam

kehidupan

masyarakat.

Dampak tersebut akan saling berpengaruh dan berkaitan satu sama lainnya. Secara ekologi, kekeringan telah berakibat pada kuantitas air di sumber-sumber air semakin berkurang seperti mata air, sungai, situ, embung-embung, waduk hingga berkurangnya ketersediaan air bawah tanah. Kekeringannya juga bisa mengancam terjadinya kebakaran hutan, seperti yang dialami oleh hutan-hutan di Gunung Papandayan dan Ciremai Kuningan. Kekeringan juga menunjukan fenomena ketidakseimbangan siklus hidrologi. Mengeringnya sumber-sumber air, membawa dampak pada lahan-lahan pertanian dan perikanan. Menurut HKTI, kekeringan di Jawa Barat akan mengancam sekitar 650.000 ha lahan pertanian sawah. Selain itu, ketersediaan air bersih untuk rumah tangga pun semakin berkurang. Secara ekonomi, kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian sawah dan ladang berpangaruh pada menurunnya produksi hasil tani terjadinya puso dan gagal panen sehingga berpengaruh pada berkurangnya pendapatan para petani dan buruh tani. Bagi lahan-lahan pertanian di Jawa Barat, dampak kekeringan ini sudah di alami masyarakat dan kaum tani perdesaan.

Kelangkaan air akibat kekeringan juga akan berdampak pada potensi konflik sosial di masyarakat. Masyarakat akan melakukan tindakan-tindakann sendiri karena air merupakan kebutuhan dasar manusia.. Di beberapa daerah di Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon, Bandung dan daerah lainnya, kita bisa menyaksikan bagaimana masyarakat yang haus air melakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan air. Kondisi ini, sungguh ironi dengan semakin merebaknya usaha jual beli air yang dilakukan perusahaan negara, swasta dan pribadi baik yang memanfaatkan air permukaan dan air bawah tanah. Ancaman kekeringan juga akan berpangaruh pada kesehatan (medis). Sengatan panas karena kenaikan suhu udara, dehidrasi karena kekuarangan asupan oksigen dari air dan udara bersih merupakan ancaman yang serius. Bahkan, kelaparan dan kekurangan gizi pada wilayah-wilayah tertentu bisa terjadi karena karakter alam tanah yang semula memang kering.

Related Documents

Bencana Alam
May 2020 31
Bencana Alam
May 2020 29
Bencana Alam
June 2020 26
Bencana Alam K3
May 2020 24

More Documents from "Frima Harsawati"

Bsk.pptx
June 2020 21
Bab I.docx
June 2020 13
Ppt Tifoid Anak.ppt
June 2020 14