BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sistem endokrin adalah jaringan tubuh manusia dari kelenjar yang menghasilkan lebih dari 100 hormon untuk mempertahankan dan mengatur fungsi tubuh dasar. Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah menuju ke jaringan dan organ, merangsang mereka untuk melakukan beberapa tindakan. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. Sistem endokrin mengawasi banyak proses kehidupan kritis. Ini melibatkan pertumbuhan, reproduksi, kekebalan (kemampuan tubuh untuk melawan penyakit), dan homeostasis (kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan fungsi internal) (Adnyane et al, 2014). Kelenjar endokrin menghasilkan hormon yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, prilaku, reproduksi, keseimbangan, dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam sistem peredaran darah menuju dan mempengaruhi kerja organ yang berada jauh dari kelenjar endokrin. Jumlah hormon yang diperlukan untuk mempengaruhi organ sasaran sangat sedikit dan reaksinya lama. Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh (Rahayu et al, 2015). Berdasarkan macam dan lokasi kerjanya, ada beberapa kelenjar endokrin, seperti hipofisis, tiroid, paratiroid, pankreas, adrenal, ovarium, testis, kelenjar pineal, timus, dll. Hipotalamus merupakan master dari hipofisis pada tubuh
manusia.
Selain sebagai pengatur penting dalam sistem saraf,
Mensekresikan berbagai jenis hormon yang kerjanya mempengaruhi hipofisis. Sel-sel pembebas hormon di hipotalamus adalah dua kelompok sel-sel neurosekresi Beberapa jenis hormon yang disekresikan oleh hipofisis, dihasilkan oleh sel-sel hipotalamus, yaitu ADH, TSH, dan maupun berupa oksitosin (Izza et al, 2016).
Universitas Sriwijaya
Kelenjar Pituitari (hipofisis) bagian depan (Hipofisis Anterior atau Andenohipofisis) berfungsi mempengaruhi
untuk
menghasilkan
hormon
yang
dapat
pengeluaran hormon-hormon lain; somatotropin, titrotropin,
ACTH, FSH, LH, dan prolaktin. Hipofisis bagian tengah (Hipofisis Lobus Intermediet) berfungsi untuk mensekresikan hormon melanocyt stimulating hormone (MSH) atau melanotrin. mensekresikan MSH. Hipofisis bagian belakang (Hipofisis Lobus Posterior atau Neurohipofisis) banyak mengandung serabutserabut saraf yang menghubungkan lobus posterior dengan hipotalamus. Memproduksikan hormon ADH dan oksitosin (Agungpriyono et al, 2015). Kelenjar Tiroid (kelenjar gondok) terdiri dari dua lobus lateral yang dihubungkan oleh isthmus. Kelenjar tiroid menghasilkan kelenjar tiroksin yng tersusun atas asam amino dan iodium. Kelenjar Paratiroid menghasilkan hormon parathormon (PTH) untuk mengatur dan mengontrol kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Kekurangan PTH mengkibatkan kejang-kejang. Kelenjar Adrenal (kelenjar anak) kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar (korteks) dan
bagian
dala (medula). Pada korteks adrenal dihasilkan mineralokortikoid, glukokortikoid, dan gonadokortikoid (Rianto, 2016). Kelenjar Pankreas didalam pankreas terdapat bagian yang disebut pulaupulau Langerhans terdiri dari dua jenis sel yaitu, sel alfa dan sel beta. Sel alfa menghasilkan hormon glukagon sehingga kadar glukosa darah naik. Sel beta memproduksi hormon insulin yang berfungsi mengubah glukosa menjadi glukogen dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Kelenjar kelamin pria sel-sel intertistial
atau
menyeksresikan
sel
Leydig
hormon
pada
kelenjar
kelamin
testoteron.
Hormon
ini
laki-laki
berfungsi
(testis)
merangsang
pematangan sperma dan pembentukan tanda-tanda kelamin sekunder laki-laki. Kelenjar kelamin wanita hormon estrogen dan progesteron. Estrogen berfungsi untuk oogenesis(pembentukan sel telur) (Haviz, 2015).
1.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme yang berbeda dari aksi hormone dan dapat mengetahui hubungan antara sistem saraf pusat dan kelenjar endokrin
Universitas Sriwijaya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kelenjar Endokrin Organ utama dari sistem endokrin adalah Hipotalamus, Kelenjar hipofisa, Kelenjar tiroid, Kelenjar paratiroid, Pulau-pulau pancreas, Kelenjar adrenal, Buah zakar, Indung telur. Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin. Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yanglainnya menekan pelepasan hormon hipofisa (Izza et al, 2016). Kelenjar hipofisa kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisa mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormon hipofisa memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormon oleh organ lainnya. Hipofisa mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya (Adnyane et al, 2014). Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa; beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah.nSel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak, sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat dan medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatis (Rahayu et al, 2015). Banyak organ yang melepaskan hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada suatu sistem saraf (Haviz, 2015).
Universitas Sriwijaya
2.2. Sistem Endokrin 2.2.1. Hormon Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas (Rianto, 2016). Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan.
Hormon
mengendalikan
pertumbuhan
dan
perkembangan,
perkembangbiakan dan ciri-ciri seksual. Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energi. Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah (Adnyane et al, 2014). Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pulau pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh (Rianto, 2016). 2.2.2 Pengendalian Endokrin Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormone (Rahayu et al, 2015). Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa
Universitas Sriwijaya
tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (Izza et al, 2016). Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya. Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon terhadap semacam jam biologis (Haviz, 2015).
2.3. Faktor Yang Merangsang Pembentukan Hormon Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa) menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin. Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi (Agungpriyono et al, 2015). Kelenjar semacam pulau pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka memiliki sistem sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah makan karena tubuh harus mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah. Kadar hormon lainnya bervariasi berdasarkan alasan yang kurang jelas. Kadar kortikosteroid dan hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja hari (Rahayu et al, 2015). Selain itu efek keracunan kronis dari paparan merkuri pada pekerja tambang emas tradisional, yang dapat mempengaruhi sistem endokrin, yang mempengaruhi gangguan fungsi tiroid akibat dari terhalangnya penyerapan iodium oleh merkuri di dalam tubuh, yang menyebab kanter hambatnya sekresi T3 dan T4, dan menyebabkan kadar TSH meningkat sebagai umpan balik kegiatan sekresi dan sintesi hormon tiroid (Rianto, 2016).
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Adnyane IKM, Novelina S, Sari DK, WresdiyatiT, Agungpriyono S. 2014. Perbandinganantara mikroanatomi bagian endokrinpankreas kambing dan domba lokal dengantinjauan khusus pada distribusi danfrekuesi sel-sel glukagon pankreas. Jurnal Veteriner.8(1): 5-9. Agungpriyono S, Macdonald AA, Leus KY,Kitamura N, Adnyane IKM, Goodall GP,Hondo E, Yamada J. 2015. Immunohis-tochemical study on the distribution ofendocrine cells in the gastrointestinal tractof the babirusa, Babyrousa babyrussa(Suidae). Anat Histol Embryol. 29: 173-178. Haviz, M. 2015. Dua Sitem Tubuh Reproduksi Dan Sistem Endokrin. Jurnal Saintek. 5(2). 153-168. Izza Hananingtyas, Shurtono, dan Nurjazuli. 2016. Hubungan Paparan Merkuri (Hg) dengan Gangguan Fungsi Tiroid pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 12(1): 34-38. Rahayu EY, Adnyane IKM, Agungpriyono S, dan Novelina S. 2015. Studi histologi sel-selekstra insular pankreas kambing dan domba lokal. J.urnal Veteriner UNUD. 6(1): 25-30. Rianto, S. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 11(1): 56-60.
Universitas Sriwijaya