MASALAH-MASALAH BELAJAR MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Novitawati, S.Psi, M.Pd
Disusun Oleh: Kelompok 2 Ikhfa Ariyanti
(1710120220008)
Rinda Oktavia Novianti
(1710120120022)
Rizki Intan Pertiwi
(1710120220028)
Kelas: A2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT SEPTEMBER 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Masalah-Masalah Belajar. Makalah ini telah kami susun secara maksimal dengan mendapatkan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam penyusunannya tidak mendapati banyak masalah yang akan menghambat proses diskusi. Untuk itu kami selaku anggota kelompok yang ditugasi menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun agar ke depannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik dan bisa menjadi pedoman bagi generasi mendatang. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Masalah-Masalah Belajar” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Banjarmasin, September 2018. Tim Penyusun.
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2 1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2 1.4 Manfaat .................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3 2.1 faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan masalah belajar ............. 3 2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ....................................... 3 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah dalam belajar ................................................................................................ 9 2.2 Ciri-ciri anak yang bermasalah ................................................................ 11 2.3 Prinsip-prinsip perbaikan (remedial) dan pengayaan dalam pembelajaran ............................................................................................ 13 BAB III PENUTUP ....................................................................................... 15 3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 15 3.2 Saran ......................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 16
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Belajar merupakan usaha seorang individu untuk merubah tingkah laku menjadi lebih baik, baik dari segi afektif, kognitif dan psikomotor. Belajar juga dapat diartikan sebagai aktivitas siswa di dalam lingkungan belajar yang didapat dari pendidikan formal maupun non formal. Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Namun adakalanya didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami siswa tersebut. Masalahmasalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari luar siswa itu sendiri). Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera di atasi tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya atau tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif. Terkhusus bagi kita sebagai calon guru masa depan, penting bagi kita untuk mengetahui masalah-masalah dalam belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam masalah belajar dan ciri-ciri siswa yang bermasalah dalam belajar, guna membantu peserta didik untuk mengatasi hal tersebut. Namun tentunya masalahmasalah belajar yang dihadapi tiap peserta didik akan berbeda satu dengan yang lainnya, tugas kita sebagai guru adalah mebimbing peserta didik untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar untuk tiap anak yang memiliki beragam karakteristik dan beragam pula maslah belajarnya. Untuk itulah sangat penting bagi kita mengetahui
1
masalah-masalah belajar yang dihadapi setiap anak guna menemukan solusi yang tepat bagi masalah-masalah itu.
1.2
Rumusan Masalah 1.2.1
Apa saja faktor-faktor kemunculan masalah dalam belajar?
1.2.2
Apa saja ciri-ciri anak yang bermasalah dalam belajar?
1.2.3
Apa saja prinsip-prinsip perbaikan (remedial) dan pengayaan dalam pembelajaran?
1.3
Tujuan 1.3.1
Untuk mengetahui faktor-faktor kemunculan masalah dalam belajar.
1.3.2
Untuk mengetahui ciri-ciri anak yang bermasalah dalam belajar.
1.3.3
Untuk mengetahui prinsip-prinsip perbaikan (remedial) dan pengayaan dalam pembelajaran.
1.4
Manfaat Pada penulisan makalah ini diharapkan agar kita semua memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar, ciri-ciri anak yang bermasalah dalam belajar, dan prinsip-prinsip perbaikan (remedial) dan pengayaan dalam pembelajaran.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Faktor Kemunculan Masalah 2.1.1
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: Faktor Internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor Pendekatan Belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan dalam mempelajari materi materi dalam pembelajaran (Syah, 2010: 129). Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan memengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan kuat dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas belajar. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor di atas maka muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang kompeten dan
professional
diharapkan
mampu
mengantisipasi
kemungkinan-
kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka. Berikut ini uraian dari ketiga faktor di atas: a.
Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni: 1. Aspek Fisiologis
3
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga sangat dianjurkan memilih pola istirahat dan
olahraga
ringan
yang
terjadwal
secara
tetap
dan
berkesinambungan. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingka kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat memengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Untuk mengatasi kemungkinan timbulnya masalah mata dan telinga, maka sebagai guru harus berkerja sama dengan pihak sekolah untuk memeroleh bantuan pemeriksaan rutin dari dinas-dinas kesehatan setempat. Langkah bijaksana ini perlu diambil untuk mempertahankan self-esteem dan self-confidence siswa-siswa khusus tersebut. Kemerosotan selfesteem dan self-confidence (rasa percaya diri) seorang siswa akan menimbulkan frustasi, secara cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi underachiever atau mungkin gagal, meskipun kondisi kognitif mereka normal atau lebih tinggi daripada teman-temannya. (Syah, 2010: 130-131) 2. Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: a) Intelegensi Siswa Menurut Wechler (Monks & Konoers, Siti Rahayu Haditono) intelegensi adalah kecakapan suatu global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan terebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam
4
belajar atau kehidupan sehari-hari. (Dimyati & Mudjiono, 2015: 245) Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memeroleh kesuksesan. Selanjutnya, di antara siswa-siswa yang mayoritas berintelegensi normal mungkin terdapat satu atau dua orang yang tergolong gifted child atau talented child, yakni anak sangat cerdas dan sangat berbakat (IQ 140 ke atas). Di samping itu, mungkin ada pula siswa yang bekecerdasan di bawah batas rata-rata (IQ 70 ke bawah). b) Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relaif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negative siswa terhadap guru dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi dengan kebencian terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi haknya. c) Bakat Siswa Secara umum, bakat (attitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi 5
sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi. Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang brhubungan dengan bdang tersebut disbanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus. Bakat akan memengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar di bidang-bidang studi tertentu. Oleh karena itu, hal yang tidak bijaksana apabila orangtua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak dan ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya. d) Minat Siswa Secara
sederhana,
minat
berarti
kecenderungan
dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat memengaruhi pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. e) Motivasi Siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organism, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya 6
melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru merupakan contoh-contoh motivasi ekstrinsik. (Syah, 2010: 131-134)
b.
Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal terdiri atas: 1. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan pula dapat memberikan pengaruh negatif terhadap siswa. Ilustrasi berupa contoh seorang siswa bernama Rudi yang diungkapkan pada awal bagian ini merupakan salah satu bentuk lingkungan sosial berupa teman sebaya yang membawa Rudi terpengaruh dengan kebiasaan rekan-rekannya sehingga mendatangkan dampak negatif terhadap proses dan hasil belajar yang ia peroleh. Banyak contoh lain berupa lingkungan sosial yang tidak menguntungkan perkembangan siswa dan memberi pengaruh negatif terhadap kegiatan belajar siswa. Pada sisi lain, lingkungan sosial tentu juga dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar. (Aunurrahman, 2016: 193-194) 2. Keadaan keluarga Ada keluarga yang miskin, ada pula yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tentram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya, adakeluarga yang terdiridari ayah-ibu yang terpelajar dan ada pula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang mempunyai cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialamidan dicapai oleh anak-anak. Termasuk dalam keluarga ini, ada 7
tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula. 3. Guru dan Cara Mengajar Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian serta tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. 4. Alat-Alat Pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat dilepaskan dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak. 5. Motivasi Sosial Karena belajar itu adalah suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan pelajaran itu, jikadiberi perangsang, diberi motivasi yang baik dan sesuai. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang-orang lain di sekitarnya, seperti dari orang-orang tetangga, sanak saudara yang berdekatan dengan anak-anak itu, dan dari temanteman sepermainan di sekolahnya. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula tidak dengan sadar. 6. Lingkungan dan Kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Umpamanya
8
karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anakanak yang tidak dapat belajar dengan baik dan
tidak dapat
mempertinggi belajarnya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari. (Purwanto, 1990: 104-105) 7. Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat belajar, cuaca dan waktu belajar yang diperlukan siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar, seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Di antara siswa ada yang siap belajar pada pagi hari, sore hari bahkan tengah malam. Waktu yang digunakan siswa untuk belajar sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan system memori siswa dalam menyerap, mengelola dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut. (Syah, 2010: 136)
c.
Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. (Syah, 2010: 136)
2.1.2
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Munculnya Masalah dalam Belajar Menurut W.H. Burton faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut: 9
1. Ketidakseimbangan mental atau ganggauan fungsi mental a. Kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial (kecerdasan). b. Kurangnya
kemampuan
mental,
seperti
kurangnya
perhatian,
adanyakelainan,lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energy untuk
bekerja atau belajar karena
kurangnya makananyang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental. c. Kesiapan diri yang kurang matang. 2. Gangguan fisik a. Kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara. b. Gangguan kesehatan (sakit-sakitan). 3. Gangguan emosi a. Merasa tidak aman. b. Kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi,maupun kebutuhan. c. Adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan), perasaan takut yangberlebihan(phobia), perasaan ingin melarikan diri atau menghindar darimasalahyang dialami. d. Ketidakmatangan emosi.
Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam: 1. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisanhubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2. Lingkungan
perkampungan
atau
masyarakat,
contohnya:
wilayah
perkampungan kumuh (slum area), teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah. (Yuanda, 2010: 4)
10
2.2
Ciri-ciri Anak yang Bermasalah dalam Belajar Ciri-ciri masalah belajar sendiri dapat dilihat dari bentuk verbal dan non verbal. Bentuk verbal dapat berupa: a. Sering membantah ketika dinasehati. b. Mengeluarkan perkataan dan melakukan tindakan yang tidak sopan. Sedangkan bentuk non verbal dapat dilihat dari gerak-gerik siswa seperti: a. Tidak fokus pada pelajaran dengan menunjukkan sikap tidak acuh. b. Termenung dan menolak mengikuti aktivitas belajar mengajar. (Yuanda, 2010: 6) Selain itu, anak yang memiliki kesulitan dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Gangguan Internal Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam anak itu sendiri.Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian, sehingga kemampuan perseptualnya terhambat.Kemampuan perceptual yang terhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses pemahaman terhadap objek yang didengar) maupun persepsi taktilkinestetis (proses pemahaman terhadap objek yang diraba dan digerakkan).Faktor-faktor internal tersebut menjadi penyebab kesulitan belajar, bukan faktor eksternal (yang berasal dari luar anak), seperti faktor lingkungan keluarga, budaya, fasilitas, dan lain-lain. 2. Kesenjangan antara Potensi dan Prestasi Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal, bahkan beberapa diantaranya di atas rata-rata.Namun demikian, pada kenyataannya mereka memiliki prestasi akademik yang rendah.Dengan demikian, mereka memiliki kesenjangan
yang
nyata
antara
potensi
dan
prestasi
yang
ditampilkannya.Kesenjangan ini biasanya terjadi pada kemampuan belajar akademik yang spesifik, yaitu pada kemampuan membaca (disleksia), menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia). 3. Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental
11
Anak berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik dan/atau mental. Kondisi kesulitan belajar berbeda dengan kondisi masalah belajar berikut ini: a. Tunagrahita (Mental Retardation) Anak tunagrahita memiliki inteligensi antara 50-70. Kondisi tersebut menghambat prestasi akademik dan adaptasi sosialnya yang bersifat menetap. b. Lamban Belajar (Slow Learner) Slow learner adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan, sehinggaproses belajarnya menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka sedikit dibawah rata- rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan belajar mereka merata pada semua mata pelajaran. Slow learner disebut anak border line (“ambang batas”), yaitu berada di antara kategori kecerdasan rata-rata dan kategori mental retardation (tunagrahita) c. Problem Belajar (Learning Problem) Anak dengan problem belajar (bermasalah dalam belajar) adalah anak yang mengalami hambatan belajar karena faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut berupa kondisi lingkungan keluarga, fasilitas belajar di rumah atau di sekolah, dan lain sebagainya. Kondisi ini bersifat temporer/sementara dan mempengaruhi prestasi belajar. (Suryani, 2010: 37-38) Menurut Valett (dalam Sukadji, 2000) terdapat tujuh karakteristik yang ditemui pada anak dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar disini diartikan sebagai hambatan dalam belajar,bukan kesulitan belajar khusus. Tujuh karakteristik tersebut antara lain: Sejarah kegagalan akademik berulang kali Pola kegagalan dalam mencapai prestasi belajar ini terjadi berulangulang. Tampaknya memantapkan harapan untuk gagal sehingga melemahkan usaha. Hambatan fisik/tubuh atau lingkungan Berinteraksi dengan kesulitan belajar, adanya kelainan fisik, misalnya penglihatan yang kurang jelas atau pendengaran yang terganggu berkembang menjadi kesulitan belajar yang jauh di luar jangkauan kesulitan fisik awal. Kelainan motivasional
12
Kegagalan berulang, penolakan guru dan teman-teman sebaya, tidak adanya reinforcement. Semua ini ataupun sendiri cenderung merendahkan mutu tindakan, mengurangi minat untuk belajar, dan umumnya merendahkan motivasi atau memindahkan motivasi ke kegiatan lain. Kecemasan yang samar-samar, mirip kecemasan yang mengambang Kegagalan yang berulang kali, yang mengembangkan harapan akan gagal dalam bidang akademik dapat menular ke bidang-bidang pengalaman lain. Adanya antisipasi terhadap kegagalan yang segera datang, yang tidak pasti dalam hal apa, menimbulkan kegelisahan, ketidaknyamanan, dan semacam keinginan untuk mengundurkan diri. Misalnya dalam bentuk melamun atau tidak memperhatikan. Perilaku berubah-ubah, dalam arti tidak konsisten dan tidak terduga Rapor hasil belajar anak dengan kesulitan belajar cenderung tidak konstan. Tidak jarang perbedaan angkanya menyolok dibandingkan dengan anak lain. Ini disebabkan karena naik turunnya minat dan perhatian mereka terhadap pelajaran. Ketidakstabilan dan perubahan yang tidak dapat diduga ini lebih merupakan isyarat penting dari rendahnya prestasi itu sendiri. Penilaian yang keliru karena data tidak lengkap Kesulitan belajar dapat timbul karena pemberian label kepada seorang anak berdasarkan informasi yang tidak lengkap. Misalnya tanpa data yang lengkap seorang anak digolongkan keterbelakangan mental tetapi terlihat perilaku akademiknya tinggi, yang tidak sesuai dengan anak yang keterbelakangan mental. Pendidikan dan pola asuh yang didapat tidak memadai Terdapat anak-anak yang tipe, mutu, penguasaan, dan urutan pengalaman belajarnya tidak mendukung proses belajar. Kadang-kadang kesalahan tidak terdapat pada sistem pendidikan itu sendiri, tetapi pada ketidakcocokan antara kegiatan kelas dengan kebutuhan anak. Kadang-kadang pengalaman yang didapat dalam keluarga juga tidak mendukung kegiatan belajar. (Suryani, 2010: 38)
2.3
Prinsip-Prinsip Perbaikan (Remedial) dan Pengayaan dalam Pembelajaran Prinsip-prinsip kegiatan pengayaan menurut Khatena (1992) dalam mengonsep program pengayaan perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 13
1. Inovasi Guru perlu menyesuaikan program yang diterapkannya dengan kekhasan peserta didik, karakteristik kelas serta lingkunga hidupdan budaya peserta didik. 2. Kegiatan yang memperkaya Dalam menyusun materi dan mendesain kegiatan pembelajaran pengayaan, membangkitakan minat, merangsang pertanyaan, dan sumber-sumber yang bervariasi dan memperkaya. 3. Merencanakan metode yang luas dan metode yang bervariasi Misalnya dengan memberikan project, mengembangkan minat dan aktiitasaktivitas mengunggah. Menerapkan informasi baru, hasil-hasil penelitian atau kemajuan program-program terkini (Khatena, 1982).
14
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan masalah belajar - Faktor internal - Faktor eksternal - Faktor pendekatan belajar
b.
Ciri-ciri anak yang bermasalah dalam belajar - Bentuk verbal - Bentuk non verbal
c.
Prinsip-prinsip perbaikan (remedial) dan pengayaan dalam pembelajaran - Inovasi - Kegiatan yang memperkaya - Merencanakan metode yang luas dan metode yang bervariasi
3.1 Saran Dalam masalah-masalah belajar pada siswa, guru atau calon guru harus dapat memahami bahwa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar. Guru atau calon guru dapat memotivasi belajar siswa dengan menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar dan hasil belajar yang diharapkan. Guru atau calon guru mampu merencanakan kegiatan belajar dengan baik, menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang tepat, serta menerapkan pendekatan-pendekatan dan bimbingan belajar yang sesuai dengan kondisi siswa agar guru atau calon guru mampu merubah hasil belajar siswa yang rendah menjadi lebih baik. Dalam hal ini guru atau calon guru juga baiknya selalu menjaga hubungan baik dengan anak-anak didiknya agar guru atau calon guru semakin mudah untuk mengetahui penyebab-penyebab masalah belajar siswa dan cara mengatasinya
15
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2016. Belajar & Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Dimyati & Mudjiono. 2015. Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Khatena, J. 1982. Educational Psychology of The Gifted. New York: John Wiley & Sons.
Ngalim, Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Rosda: Jakarta.
Suryani, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar. Jurnal Magistra. Vol. 7 No. 73.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Rosda : Bandung.
Yuanda, Harris. 2010. Pola Komunikasi Efektif dalam Mengatasi Masalah Belajar.Jurnal Pendidikan.Vol.9 No. 11.
16