Belajar geometri 51: Mandala dalam mandala Om Tris Tanggal 9 Mei 2009, umat Budha merayakan upacara Waisak, suatu malam bulan purnama di bulan Mei. Tiga peristiwa penting yang terkandung di dalam bulan Waisak adalah, Pangeran Siddharta Gotama dilahirkan pada 623 SM, Pertapa Siddharta Gotama mencapai Penerangan Agung, dalam usia 31 tahun, pada 588 SM, dan Buddha Gotama wafat, dalam usia 80 tahun, menuju Parinibbana pada 543 SM. Seperti juga umat beragama yang lain, umat Budha juga mengenal berbagai lambang keagamaan yang digunakan umatnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan religiusnya. Salah satu dari simbol-simbol itu adalah Mandala. Sebuah simbol ke-satu-an. Sebuah tanda bagi alam semesta. Sebuah emblem dari semua ciptaan-Nya. Entah dalam arti religius, entah dalam arti personal sebagai sebuah karya seni, mandala memiliki makna yang universal dan abadi. Mandala adalah perwujudan dari semua titik di jagad raya. Secara umum mandala dapat dikelompokkan menjadi garbha-dhatu (rahim alam semesta) dan vajra-dhatu (mutiara dunia). Kalau dalam garbha-dhatu, manusia bergerak dari ‘tunggal’ ke ‘jamak’ maka dalam varja-dhatu manusia bergerak dari ‘jamak’ ke ‘tunggal’. Mandala (Lihat Gambar-gambar terlampir) bermula dari sebuah titik. Sebuah titik yang menjadi pusat bidang. Dari titik ini memancar garisgaris dan garis-garis membentuk bangun-bangun berdimensi dua, berdimensi tiga. Jadilah alam semesta. Pada hakekatnya mandal berupa serangkaian lingkaran-lingkaran yang berpusat pada titik awal tersebut. Di dalam lingkaran dibuat persegipersegi yang luasnya disesuaikan dengan lingkaran luarnya. Dengan begitu, persegi-persegi itu juga berpusat pada titik awal yang sama dengan titik awal lingkaran. Pada masing-masing sisi dari bangun yang berstruktur persegi memiliki pintu. Jika lingkaran-lingkaran melanbangkan keabadian maka persegipersegi ini melambangkan kebijaksanaan. Sedangkan keempat pintu ini menyimbolkan tentang penyatuan keempat rasa dalam alam kesadaran manusia: kasih, sabar, simpati dan bahagia. Serangkaian persegi-persegi ini dicakup oleh sejumlah lingkaran luar. Bahkan kadang-kadang lingkaran luar itu berupa lingkaran api. Lingakaran luar ini menajdi sarana membersihkan diri, menyucikan diri sebelum memasuki lingkaran dalamnya.
Selain lingkaran api, dalam mandala juga terdapat lingkaran halilintar. Lingakaran halilintar melambang semangat spiritualitas yang masih membara. Itu menjadi bagian dari proses transformasi dalam alam fana ke alam mental menuju Yang Satu. .Pada lingkaran sebelah luarnya lagi terdapat delapan crematorium. Kedelapan tempat crematorium itu melambangkan keterkaitan kesadaran manusia dengan penomena alam semesta dan lingkaran siklus hidup manusia dari lahir hingga mati. Selain itu, bidang mandala juga dibagi mejadi empat kuadran. Masingmasing kuadran diberi warna yang berbeda: putih, kuning, merah, hijau dan biru. Warna ini terkait dengan lima sifat kurang baik manusia. Bagi semua orang, mandala dapat dijadikan sarana dialog spiritual dengan alam semesta. Mandala dapat membantu seseorang memfokuskan diri kepada San Kreator, Sang Arsitek alam semesta, Yang Maha Agung. Ini sebagian makna bentuk-bentuk geometris yang terdapat pada sebuah mandala. Geometri semacam ini dikenal sebagai ’Sacred geometry’-geomatri sakral. Kepada umat Budha, disampaikan ucapan ’Selamat melaksanakan upacara Waisak 2009’ . Sampai jumpa!