Batam Sejak 1968 Hingga Era Otonomi Daerah.docx

  • Uploaded by: Muhammad Zulham
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Batam Sejak 1968 Hingga Era Otonomi Daerah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,664
  • Pages: 6
BATAM SEJAK 1968 HINGGA ERA OTONOMI DAERAH (Sebuah Pengantar untuk Melihat Tantangan yang dihadapi) Country Province Government • Mayor • Vice Mayor • Chairman of BP Batam Area • Total • Land • Water Population (May 2015) • Total • Density Time zone Postal code Area code(s) Vehicle registration

Indonesia Riau Islands Drs. H. Ahmad Dahlan, MH, Ph.D H. Muhammad Rudi, SE, MM Ir. Mustofa Widjaja 1,595 km2 (616 sq mi) 715 km2 (276 sq mi) 880 km2 (340 sq mi) 1,035,280 650/km2 (1,700/sq mi) WIB (UTC+7) 29453 +62 778 BP

Batam refers to both an island, municipality (an Indonesian kotamadya), the largest city in the Riau Islands Province of Indonesia, across the Strait of Singapore, the third-largest city in Sumatra region after Medan and Palembang, and the eighth-largest city in Indonesia after Jakarta Raya, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang, Makassar, and Palembang. Batam is an industrial boomtown, an emerging transport hub, a part of a free trade zone (A free trade zone (FTZ) is a specific class of special economic zone. They are a geographic area where goods may be landed, handled, manufactured or reconfigured, and reexported without the intervention of the customs authorities. Organized around major seaports, international airports, and national frontiers—areas with many geographic advantages for trade) the Indonesia–Malaysia–Singapore Growth Triangle, located 20 km (12 mi) off Singapore's south coast. The 715-km2 (276-mi2) island, now just barely smaller in sizes to Singapore due to the latter's reclamation, is the core part of the municipality, of which 450 km2 is classified as urban. Batam's 2,200 km2 municipality (administratively) covers a number of scattered islands and islets, with Galang and Rempang islands to the immediate south connected to Batam by short bridges, collectively called Barelang with these two islands maintaining their rural character. Bulan Island is also rural. The municipality has a population of 1,035,280 (prediction in May 2015).,[1] also It is the closest part of Indonesia to Singapore, at a minimum land distance of 5.8 km, similar in length to the Transbay Tube. As per the 2010 Census, it was the fastest-growing municipality in the nation, with a population growth rate of 11% per year.[2]

Ethnics The society of Batam is a heterogeneous society consisting of diverse ethnicity and classes. The dominant races, among others, are Malays, Javanese, Batak, Minangkabau, and Chinese. As a shelter, it upholds Bhinneka Tunggal Ika. Batam is conducive in the aspects of economic, sociopolitical, and cultural society. In April 2012, Batam had a population of 1,153,860 inhabitants and the population growth rate is increasing. Between 2001 and April 2012, it had a population growth rate of more than 8% per year. Religion Islam is the religion followed by the majority in Batam, with the number of followers as much as 76.69% of the population, followed by Christians (17.02%), Buddhists (5.79%), and Hinduism (0.40%). Mosque Batam, located in the city center, adjacent to the main square, the mayor's office and the office Parliament, became a symbol of the religious people of Batam. Christianity and Catholicism are also widely embraced by people of Batam, especially those from the Batak tribe and Flores. The majority of the Chinese population practises Buddhism. A number of Viharas are in Batam, of which Vihara Duta Maiteriya is one of the popular ones. It is the largest Vihara in Southeast Asia with an area of 4.5 hectares. Economy Beginning in the 1970s, the island underwent a significant transformation from a largely forested area into a major harbour and industrial zone.[citation needed] Shipbuilding and electronics manufacturing are important industries on the island. Being located close to the ports of Singapore, the speed of goods shipping and product distribution is increased, benefiting the island's economy. With lower labour costs and special government incentives, it is the site of many factories operated by foreign companies. Ferry The local ferry terminal ports connect to nearby Singapore and Bintan, and provides routes to Johor Bahru (Malaysia). Five ferry terminals are on the island: Harbourbay, Nongsapura Ferry Terminal, Sekupang, Waterfront City, and Batam Centre International Ferry Terminal. Dulu Batam yang berpusat di Batam Centre ini hanya kota kecil yang terdiri dari 12 kecamatan..??? Nama Batam sendiri dahulunya adalah Pulau Batang - yang ditandai pada sebuah peta perlayaran VOC tahun 1675 yang masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden. Bahkan sumber lain menyebutkan nama Batam saat ini hanya ditemukan di Traktat London tahun 1824. Menurut sejarah, Batam pertama kali dihuni oleh orang Laut, sebutan lain untuk orang Laut ini adalah orang Selat. Diperkirakan merekalah suku asli Batam yang ber-ras Melayu. Orang Selat ini menghuni Batam pertama kali pada 231 M yang disebut Pulau Ujung pada zaman Singapura. Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa Pulau yang pernah dijadikan sebagai medan peperangan oleh Laksamana Hang Nadim dalam menumpas Penjajah ini telah ditempati oleh Orang Selat pada abad ke 14, atau tepatnya

diakhir tahun 1300an. Mereka menempati wilayah ini sejak Zaman kerajaan Tumasik - yang saat ini disebut - Singapura.

SEJARAH PEMBANGUNAN KOTA BATAM PERIODE PEMBANGUNAN KOTA BATAM (1968 - SEKARANG) TAHUN

PERIODE

1968 1970-1976

Batam sebagai pangkalan logistik PN.Pertamina Periode Persiapan Pemimpin : Ibnu Sutowo 1976-1978 Periode Konsolidasi Pemimpin : JB. Sumarlin 1978-1998 Periode Pembangunan Prasarana & Penanaman Modal Pemimpin : BJ. Habibie 1998- 2005 Periode Pengembangan Pembangunan Prasarana & Penanaman Modal Pemimpin : Ismeth Abdullah Periode Peningkatan sarana & Prasarana, Penanaman 2005 � sekarang Modal serta Kualitas Lingkungan hidup Pemimpin : Mustofa Widjaya Investasi menurut Sumber Rasio Total Investasi Tahun Investasi Pemerintah (US$ Milyar) dan Swasta Pemerintah Asing Domestik 2005 11,89 2,34 4,08 5,47 1 : 4,1 2004 11,53 2,28 3,81 5,44 1 : 4,06 2003 10,28 2,19 3,63 4,46 1 : 3,7 2002 9,46 2,14 3,62 3,70 1 : 3,4 2001 8,80 2,10 3,40 3,20 1 : 3,2

PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DI KOTA BATAM Perkembangan pemerintahan Kota Batam sejak awal pembangunannya pada tahun 1968 hingga saat ini, secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode. Masing-masing periode tersebut telah membawa konsekuensi terhadap arah perkembangan kota Batam. Ringkasan dari tiap periode sebagaimana rincian di bawah ini. 1. Era tahun 1971 sampai 1983 Pemerintahan tunggal oleh Badan Otorita Batam 2. Sejalan dengan perkembangan pembangunan Batam, pertumbuhan penduduk Batam-pun secara perlahan tapi pasti meningkat dan menumbuhkan adanya jasa perkotaan. Oleh sebab itu, di awal Tahun1980-an dipandang perlu adanya pengaturan khusus dalam hal penyelenggaraan pemerintahan. Dengan kata lain, perlu ada lembaga di luar Badan Otorita Batam yang berperan untuk mengatur fungsi pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna. Atas pertimbangan ini, Pemerintah Pusat kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 34/1983 mengenai Pembentukan Kota Administratif Batam di Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Riau sebagai perangkat dekonsentrasi. Sejak saat itu pula, pengelolaan

kawasan Batam melibatkan dua lembaga, yakni Badan Otorita Batam dan Pemerintah Kota Administratif. 3. Perubahan besar terjadi setelah dikeluarkan dan diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Daerah, yang menjadikan Batam sebagai daerah Pemerintahan Kota Otonom yang sama kedudukannya dengan kabupaten dan kota-kota lainnya di Indonesia. Kedua peraturan ini selanjutnya dirubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DI KOTA BATAM (1968 - SEKARANG) TAHUN 1971 - 1983 1983 - 1999 1999 � sekarang

PERIODE Era Pemerintahan Tunggal Otorita Batam Era Dualisme Pemerintahan - Otorita Batam dan Pemerintah Kota Administratif Era Dualisme Pemerintahan - Otorita Batam dan Pemerintah Kota Otonom

Tidak diragukan lagi tantangan utama yang harus dihadapi oleh Kota Batam saat ini adalah bagaimana mengharmoniskan pembagian wewenang dua pemerintahan sehingga pengelolaan kotanya dapat berkembang dengan optimal. Perlu dicari terobosan taktis dan strategis agar hubungan keduanya menjadi sinergi dan bukannya kontroversi. Dengan adanya sinergi maka tujuan awal pembangunan kota Batam yang secara terencana memang dimaksudkan untuk memberikan kontribusi dalam kemajuan ekonomi Nasional, pada era otonomi Daerah ini tetap dapat dilaksanakan.

Mengenal Sejarah Singkat Jembatan Barelang-Batam Jembatan Barelang "Icon Kota Batam" Keenam jembatan ini dimulai pembangunannya pada oktober 1993 dan selesai secara bertahap pada tahun 1996 hingga 1998. Dengan menelan biaya lebih dari Rp 400 miliar.Lokasi Jembatan Barelang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Batam, provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Jembatan Barelang terdiri dari enam buah jembatan yang menghubungkan tiga pulau besar dan beberapa pulau kecil yang termasuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Nama Barelang sendiri merupakan kepanjangan dari Batam-Rempang-Galang. Batam-Rempang-Galang adalah nama tiga buah pulau besar yang dihubungkan oleh jembatan ini. Jembatan dengan total panjang 2.264 meter ini terdiri dari rangkaian enam jembatan yang masing-masing diberi nama raja yang pernah berkuasa pada zaman Kerajaan Melayu Riau pada abad 15-18 Masehi. Jembatan Barelang 1/ Jembatan Tengku Fisabilillah. Jembatan Barelang 2/ Jembatan Narasinga.

Jembatan Barelang 3/ Jembatan Ali Haji Jembatan Barelang 4/ Jembatan Sultan Zainal Abidin Jembatan Barelang 5/ Jembatan Tuanku Tambusai Jembatan Barelang 6/ JembatanRaja Kecil Jembatan keenam ini sangat dikenal karena nilai sejarah dari pulau yang dihubungkannya. Di Pulau Galang ini pernah dijadikan tempat penampungan sedikitnya 250.000 pengungsi dari Vietnam pada tahun 1975-1996.

Indonesia Republic of Indonesia Republik Indonesia

Flag

National emblem

Motto: "Bhinneka Tunggal Ika" (Old Javanese) "Unity in Diversity" Population •

2015 estimate



2011 census 237,424,363[4] (4th)



Density

255,461,700[3]

124.66/km2 (84th)

322.87/sq mi GDP (PPP)

2015 estimate



Total

$2.840 trillion[4] (8th)



Per capita

GDP (nominal) •

Total



Per capita

$11,135[4] (102nd) 2015 estimate

$895.677 billion[4] (16th) $3,511[4] (117th)

Indonesia (Listeni/ˌɪndəˈniːʒə/ IN-də-NEE-zhə or /ˌɪndoʊˈniːziə/ IN-doh-NEE-zee-ə; Indonesian: [ɪndonesia]), officially the Republic of Indonesia (Indonesian: Republik Indonesia [rɛpublik ɪndonesia]), is a sovereign island country in Southeast Asia and Oceania. Indonesia is the largest island country in the world by the number of islands, with more than fourteen thousand islands.[8] Indonesia has an estimated population of over 255 million people and is the world's fourth most populous country and the most populous Muslimmajority country. The world's most populous island of Java contains 51% of the country's population. Indonesia consists of 34 provinces. Indonesia is the world's most populous Muslim-majority country, at 87.2% in 2010, with the majority being Sunni Muslims (99%). The Shias and Ahmadis respectively constitute 0.5% and 0.2% of the Muslim population.

Related Documents

1968
May 2020 14
Otonomi Daerah.docx
October 2019 41
Otonomi Pendidikan
October 2019 26
Otonomi Daerah.docx
May 2020 12
Otonomi Daerah.docx
May 2020 21

More Documents from "Mahesa Yudhistira"