Baimala Rumasoreng.docx

  • Uploaded by: Malla Rumasoreng
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Baimala Rumasoreng.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,320
  • Pages: 14
TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH : FORMAKOLOGI DOSEN M.K

:

Disusun oleh

Nama : Baimala Rumasoreng NIM

: PO7120318037

Tingkat : 1B

KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLTEKNIK KEMENKES KESEHATAN MALUKU PRODI KEPERAWATAN MASOHI T.A 2019-2020

1. fase formakologi obat : farmasetika, formakokinetik dan formakodinamika.....? jawaban: fase biofarmasi atau farmasetika : fase ini meliputi waktu mulai penggunaan sediaan obat melalui mulut hingga pelepasan zat aktifnya ke dalam cairan tubuh. misalnya : tablet hanya mengandung 5-10% zat aktif, 90% zat tambahan yang terdiri dari 80% zat pengencer, zat pengikat dan 10% zat penghancur tablet. yang penting dalam hubungannya dengan fase ini adalah kesediaan farmasi dari zat aktifnya, yaitu obat siap diabsorpsi. fase farmakokinetika fase ini meliputi waktu selama obat diangkut ke organ yang ditentukan, setelah obat dilepas dari bentuk sediaan. obat harus diabsorpsi ke dalam darah, yang segera akan didistribusikan melalui tiap-tiap jaringan tubuh. dalam darah, obat dapat terikat protein darah dan mengalami metabolisme, tetapi hanya sedikit yang tersdia untuk diikat pada struktur yang telah ditentukan. perlu diketahui bahwa jaringan yang ditentukan tidak perlu identik dengan reseptor. fase farmakodinamika bila obat berinteraksi dengan sisi reseptor, biasanya protein membran, akan menimbulkan respon biologik. tujuan pokok dari fase ini adalah optimalisasi dari efek biologik

1. tujuan fase farmakodinamika, apa itu reseptor, dan perananya dalam fase ini…….? jawaban: tujuan fase formakodinamika: 1.meneliti efek utama obat 2. mengetahui interaksi obat dengan sel 3. mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respon yang terjadi reseptor: reseptor adalah makromolekul ((biopolimer)khas atau bagiannya dalam organisme yakni tempat aktif obat terikat. komponen yang paling penting dalam reseptor obat adalah protein. struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan affinitasnya terhadap reseptor dan aktivitas intrinsiknya, sehingga perubahan kecil dalam molekul obat dapat menimbulkan perubahan yang besar.

peranannya reseptor:

reseptor obat pada umumnya merupakan suatu makromolekul fungsional, yang pada umumnya juga bekerja sebagai suatu reseptor fisiologis bagi ligan-ligan endogen (semisal: hormon dan neurtransmiter). interaksi obat dengan reseptor pada tubuh dapat mengubah kecepatan kegiatan fisiologis, namun tidak dapat menimbulkan fungsi faali yang baru.

2. defenisi istilah berikut.......? jawaban: mekanisme kerja obat obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membran sel atau dengan beinteraksi dengan tempat reseptor. jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh (khususnya dengan menetralisasi kadar asam lambung). obat-obatan, misalnya gas anestsi mum, beinteraksi dengan membran sel. setelah sifat sel berubah, obat mengeluarkan pengaruhnya. mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel. reseptor melokalisasi efek obat. tempat reseptor berinteraksi dengan obat karena memiliki bentuk kimia yang sama. obat dan reseptor saling berikatan seperti gembok dan kuncinya. ketika obat dan reseptor saling berikatan, efek terapeutik dirasakan. setiap jaringan atau sel dalam tubuh memiliki kelompok reseptor yang unik. misalnya, reseptor pada sel jantung berespons pada preparat digitalis

efek terapeutik adalah hasil penanganan medis yang sesuai dengan apa yang diinginkan, setakar dengan tujuan pemberian penanganan, baik yang telah diperkirakan maupun yang tidak diperkirakan. lawan dari efek terapeutik adalah efek merugikan/non terapeutik, yaitu efek lain dari obat yang tidak sesuai dengan efek terapi yang diinginkan.

efek samping dalam dunia kedokteran adalah suatu dampak atau pengaruh yang merugikan dan tidak diinginkan, yang timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan atau intervensi lain seperti pembedahan. suatu pengaruh atau dampak negatif disebut sebagai efek samping ketika hal itu timbul sebagai efek sekunder dari efek terapi utamanya. jika efek itu muncul sebagai hasil dari dosis atau prosedur yang tidak tepat maka disebut sebagai kesalahan medis. efek samping terkadang mengacu kepada iatrogenik karena hal itu ditimbulkan oleh dokter/pengobatan

toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme. toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri, atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau organ tubuh seperti hati

(hepatotoksisitas). secara metafora, kata ini bisa dipakai untuk menjelaskan dampak beracun pada kelompok yang lebih besar atau rumit, seperti keluarga atau masyarakat.

definisi implikasi kata implikasi memiliki arti yang cukup luas sehingga maknanya cukup beragam. implikasi didefinisikan sebagai suatu akibat yang terjadi karena suatu hal , implikasi memiliki makna bahwa sesuatu yang disimpulkan dalam suatu penelitian yang lugas dan jelas. implikasi dalam bahasa indonesia adalah efek yang ditimbulkan dimasa depan atau dampak yang dirasakan ketika melakukan sesuatu. implikasi adalah akibat langsung yang terjadi karena suatu hal misalnya : penemuan atau karena hasil penelitian

3.

jelaskan indikasi kontra indikasi, mekanisme kerja obat, efek samping, dan interaksi obat.

jawaban: kontra indikasi kontraindikasi bisoprolol untuk syok kardiogenik, gagal jantung tidak stabil, sick sinus syndrome, blok nodus sinoatrial (sa), blok atrioventrikular derajat 2 atau 3, asidosis metabolik, penyakit arteri perifer berat, penyakit paru obstruktif kronis (ppok), asma berat, dan phaeochromocytoma yang tidak diobati. mekanisme obat gagal jantung glikosida jantung mempunyai efek inotropik positif, yaitu memperkuat kontraksi otot jantung sehingga meningkatkan curah jantung. efek inotropik positif terjadi melalui peningkatan konsentrasi ion ca sitoplasma yang memacu kontraksi otot jantung glikosida jantung alamiah dapat diperoleh dari berbagai tanaman, yaitu: 1) folia digitalis purpurea menghasilkan digitoksin, gitoksin, dan gitalin. 2) folia digitalis lanata menghasilkan lanatosid a (hidrolisisnya menghasilkan digitoksin) lanatosid b (hidrolisisnya menghasilkan gitoksin) dan lanatosid c (hidrolisisnya menghasilkan digoksin) 3) strofantus gratus menghasilkan glikosid ouabain dan strofantus kombe menghasilkan glikosid strofantin. 4) urginea maritime (ganggang laut) menghasilkan skilaren, yakni zat aktif yang memacu kerja jantung. farmakodinamik, semua glikosida jantung mempunyai farmakodinamika yang sama, dan hanya berbeda dalam farmakokinetiknya, glikosida jantung mempunyai efek : 1) meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (kerja inotropik positif). 2) memperlambat frekuensi denyut jantung (kerja kronotropik negatif). 3) menekan hantaran rangsang (kerja dromotropik negatif). 4) menurunkan nilai ambang rangsang. hal ini akan mempermudah timbulnya rangsangan heterotropik, yang kemudian menyebabkan ekstrasistol. mekanisme kerja, glikosida jantung bekerja menghambat enzim natrium-kalium atp-ase pada reseptor di membran sel. kemudian di miokardium, khususnya pertukaran ion-ion na+- k+, diubah menjadi pertukaran ion-ion na+ ca++ meningkatkan influx ca++ menjadi protein kontraktil tergantung-ca2+ pada sel otot jantung. pada nodus av, glikosida bekerja memperpanjang periode refrakter dan menurunkan kecepatan impuls supraventrikel yang ditransmisikan ke ventrikel. mekanisme efek ini kurang dimengerti, tetapi tampaknya melibatkan peningkatan aktivitas vagal dan pengurangan sensitivitas nodus av terhadap impuls simpatik; kedua hal ini menyebabkan penekanan konduksi yang melewati nodus farmakokinetik, bioavailabilitas sediaan oral sangat bervariasi sehingga perlu memantau kadarnya dalam serum. absorbsinya dihambat oleh adanya makanan dalam saluran cerna, perlambatan pengosongan lambung, malabsorbsi, dan antibiotika. ekskresi digitalis berbeda menurut jenisnya masing-masing. ekskresi terutama melalui ginjal dalam bentuk utuh dan sebagian dalam bentuk yang telah diubah. sediaan yang paling lambat diekskresikan adalah digitoksin dan yang paling cepat adalah ouabain. (katzung 2015)

digitalis, dalam darah digitalis berikatan dengan albumin plasma. ikatan ini berbeda untuk tiap sediaan digitalis. metabolismenya terutama terjadi dalam hepar, sehingga pada penderita payah jantung dengan fungsi hepar terganggu kemungkinan terjadinya intoksikasi digitalis lebih besar. (katzung 2015) digoksin, obat ini terikat dengan protein plasma sebanyak 25%; sebagian besar ekskresi melalui urine dalam bentuk utuh. pada keadaan gagal ginjal dosisnya harus diturunkan. waktu paruh sekitar 1,6 hari (40 jam). (katzung 2015) digitoksin, sebanyak 90% digitoksin diikat oleh protein plasma. senyawa ini dimetabolisasi oleh enzim mikrosom hati (salah satu hasil metabolismenya adalah digoksin). digitoksin mengalami sirkulasi enterohepatik yang nyata, dan waktu paruhnya 4-7 hari. metabolit hepatik diekskresikan dalam urine. indikasi klinik glikosida digitalis, diindikasikan untuk (1) lemah jantung kongestif, dan (2) depresi nodus av. tujuan pemberian glikosida pada depresi nodus av ialah untuk mengontrol respons ventrikel terhadap takikardi supraventrikel paroksimal, flutter atrial atau fibrilasi atrial. efek samping 1) gejala saluran cerna, hilangnya nafsu makan dan mual/muntah merupakan gejala paling dini yang timbul pada keracunan digitalis. 2) efek pada jantung, antara lain ekstrasistol, fibrilasi atrium, fibrilasi ventrikel (gangguan pembentukan rangsangan), serta dapat terjadi blok sa dan blok av. 3) susunan saraf, sakit kepala, trigeminal neuralgia, capai/lemah, disorientasi, afasia, delirium, konvulsi dan halusinasi. 4) gangguan penglihatan, kromatopsia (buta warna sebagian atau seluruhnya); penglihatan kabur, diplopia dan skotomata (adanya daerah buta/sebagian buta dalam visus). kromatopsia yang sering terjadi adalah warna hijau dan kuning (xantopsia). 5) gejala lain: (1) pada laki-laki ada kalanya terjadi ginaekomastia (menyerupai efek estrogen), (2) kelainan kulit dapat berupa urtikaria (jarang sekali), (3) eosinofilia yang nyata dalam darah, dan (4) koagulasi darah, belum ada data-data yang jelas dari klinik. interaksi obat 1) hipokalemia dan hipomagnesemia merupakan predisposisi untuk intoksikasi digitalis. 2) kalsium dan digitalis mempunyai efek yang sama pada miokard. efek inotropik digitalis yang positif kemungkinan besar melalui efek kalsium. 3) barbiturat, rifampisin, fenilbutazon, dan fenitoin menginduksi enzim mikrosomal hati sehingga meningkatkan metabolisme digitoksin (metabolitnya digoksin). 4) diuretik (potassium loosing diuretic), klortalidon, etakrinik, furosemid, dan golongan diuretik tiazid saling memperkuat efek glikosida jantung. 5) obat simpatomimetik memudahkan terjadinya ectopic pacemaker. neomisin mengganggu absorbsi digitalis.

kontra indikasi. glibenclamid adalah obat penurun gula darah bagi penderita kencing manis (diabetes). terdapat beberapa golongan obat diabetes. glibenclamid termasuk dalam golongan obat yang disebut sebagai sulfonilurea. golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan hormon insulin.

mekanisme kerja obat pada antidiabetes obat ini menghambat enzim alfa glukosidase yang terletak pada dinding usus halus dan menghambat enzim alfa-amilase pankreas, sehingga secara keseluruhan menghambat pencernaan dan absorpsi karbohidrat.acarbose tidak merangsang sekresi insulin oleh sel-sel ß-langerhans kelenjar pankreas.

efek samping. acarbose tidak diserap ke dalam darah, oleh sebab itu efek samping sistemiknya minimal. efek samping yg sering terjadi, terutama gangguan lambung, lebih banyak gas, lebih sering flatus dan kadangkadang diare, yg akan berkurang setelah pengobatan berlangsung lebih lama. efek samping ini dapat berkurang dgn mengurangi konsumsi karbohidrat. kadang-kadang dapat terjadi gatal-gatal dan bintikbintik merah pada kulit, sesak nafas, tenggorokan serasa tersumbat, pembengkakan pada bibir, lidah atau wajah. bila diminum bersama-sama obat golongan sulfonilurea atau dengan insulin, dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi dengan glukosa murni, jadi tidak dapat diatasi dengan pemberian sukrosa (gula pasir).

interaksi obat.  

alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik suplemen enzim pencernaan seperti pancreatin (amilase, protease, lipase) dapat mengurangi efek acarbose apabila dikonsumsi secara bersamaan.



antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransi glukosa



antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik



obat-obat yang dapat mempengaruhi kadar glukosa darah, seperti obat-obat diuretika (misalnya hidroklortiazida, klorotiazida, klortalidon, indapamid, dan lain-lain), senyawa steroid (misalnya prednisone, metilprednisolon, estrogen), senyawa-senyawa fenotiazin (misalnya klorpromazin, proklorperazin, prometazin), hormone-hormon tiroid, fenitoin, calcium channel blocker (misalnya verapamil, diltiazem, nifedipin)

kontra indikasi. amoksisilin adalah salah satu obat antibiotika yang banyak diresepkan di indonesia. bahkan orang awam sering kali ditemukan membeli obat ini secara bebas tanpa resep dokter. perlu menjadi perhatian bahwa hal tersebut tidak tepat karena penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya malah menyebabkan seseorang kebal (resisten) terhadap antibiotik tersebut. mekanisme kerja obat pada antibiotik. penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. antibiotik berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. desinfektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup. mekanisme kerja antibiotik yaitu: 1. menghambat metabolisme sel, seperti sulfonamide dan trimethoprim. 2. menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan seperti fenicillin, vankomisin, dan sefalosporin. 3. menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya hingga bersifat permeabel akibatnya zat-zat penting dari isi sel keluar, seperti polimiksin. 4. menghambat sintesa protein sel dengan melekatkan diri ke ribosom akibatnya sel terbentuknya tidak sempurna, seperti tetrasiklin, kloramfenikol, streptomosin, dan aminoglikosida. 5. menghambat pembentukan asam-asam inti (dna dan rna ) akibatnya sel tidak dapat berkembang seperti rifampisin.

efek samping. reaksi alergi → syok anafilaksis → kematian, gangguan lambunng dan usus. pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik

interaksi obat. interaksi obat satu di antara faktor-faktor yang dapat mengubah respon obat-obatan adalah pemberian secara bersamaan dengan obat-obat lain. seseorang mengkonsumsi obat, tentunya bertujuan agar penyakit ataupun gejala penyakitnya cepat hilang. namun, tujuan yang hendak dicapai tidak selalu sesuai harapan, bahkan terkadang justru memperberat penyakit yang diderita. hal yang tidak diinginkan itu bisa timbul, manakala seseorang mengonsumsi lebih dari satu macam obat dalam waktu yang bersamaan atau dikenal dengan polifarmasi. saling berpengaruhnya macam-macam obat yang diminum, dikenal dengan interaksi obat.

mekanisme kerja obat pada aids obat yang tersedia untuk penderita hiv/aids hingga saat ini adalah anti retroviral (arv) yang berfungsi mengurangi viral load atau jumlah virus dalam tubuh penderita. pengobatan arv terbukti berperan dalam pencegahan penularan hiv, karena obat arv memiliki mekanisme kerja mencegah replikasi virus yang secara bertahap menurunkan jumlah virus dalam darah. berdasarkan mekanisme kerjanya, obat arv dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu 1. nucleoside reverse transcriptase inhibitor (nrti), 2. nonnucleoside-based reverse transcriptase inhibitor (nnrti), 3. protease inhibitor (pi).

efek samping. 1. 2. 3. 4.

anemia, neutropenia, sakit kepala, mual diare, pankreatitis, neuropati perifer neuropati perifer, stomatitis, ruam, dan pancreatitis neuropati perifer. pernah terjadi asidosis laktat, peningkatan enzim transminase sementara. efek samping lain yang sering terjadi adalah sakit kepala, mual dan ruam

interaksi obat.

dapat mengubah kinerja obat anda atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. tidak semua kemungkinan interaksi obat tercantum dalam dokumen ini. simpan dan informasikan pada dokter anda daftar semua produk yang sedang anda gunakan maupun yang sudah dihentikan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) selama terapi. jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apapun tanpa persetujuan dokter.        

artemether/lumefantrine, bupropion, rifabutin, sertraline, warfarin (coumadin, jantoven) obat-obatan antifungal—itraconazole, ketoconazole, posaconazole, voriconazole obat-obatan penurun kolesterol—atorvastatin (lipitor), pravastatin, simvastatin (zocor) obat-obatan penyakit jantung atau tekanan darah—diltiazem, felodipine, nicardipine, nifedipine, verapamil obat-obatan hepatitis c –boceprevir, telaprevir immunosuppressant–cyclosporine, sirolimus, tacrolimus obat-obatan hiv atau aids lainnya–atazanavir, indinavir, lopinavir/ritonavir, maraviroc, raltegravir, saquinavir; atau obat-obatan kejang–carbamazepine, phenytoin

kontrasi indikasi. ranitidin adalah obat yang diindikasikan untuk sakit maag. pada penderita sakit maag, terjadi peningkatan asam lambung dan luka pada lambung. hal tersebut yang sering kali menyebabkan rasa nyeri ulu hati, rasa terbakan di dada, perut terasa penuh, mual, banyak bersendawa ataupun buang gas. mekanisme kerja obat pada lambung. obat menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membran sel atau dengan beinteraksi dengan tempat reseptor. jel aluminium hidroksida obat mengubah zat kimia suatu cairan tubuh (khususnya dengan menetralisasi kadar asam lambung). obat-obatan, misalnya gas anestsi mum, beinteraksi dengan membran sel. setelah sifat sel berubah, obat mengeluarkan pengaruhnya.mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada tempat reseptor sel. reseptor melokalisasi efek obat. efek samping.

 aborsi atau keguguran, akibat misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan (gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid.  ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta morfin.  kerusakan janin, akibat thalidomide dan accutane  pendarahan usus, akibat aspirin.  penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat cox-2.  tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik gentamisin.  kematian, akibat propofol.  depresi dan luka pada hati, akibat interferon.  diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.  diare, akibat penggunaan orlistat.  disfungsi ereksi, akibat antidepresan.  demam, akibat vaksinasi  glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.  rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia  hipertensi, akibat penggunaan efedrin. hal ini membuat fda mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.  kerusakan hati akibat parasetamol.  mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.  bunuh diri akibat penggunaan fluoxetine, suatu antidepresan.

interaksi obat. perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian. sebuah

studi di amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi dan/atau efek samping obat.

5. jelaskan indeks keamanan kehamilan masing-masing 10 jenis obat yang termasuk katagori a, b, c, d, x jawaban:

pola penggunaan obat yang aman bagi ibu hamil dan menyusui di indonesia belumlah menjadi sebuah pemahaman yang dimengerti dengan baik bukan hanya bagi masyarakat, melainkan di kalangan tenaga kesehatan itu sendiri. hal ini tidaklah mengherankan, pemerintah sendiri, dalam hal ini kemenkes dan bpom sejauh ini memang belum mengeluarkan regulasi atau rilis ilmiah mengenai hal ini. secara ilmiah, kita masih berpatokan pada penggolongan keamanan obat pada kehamilan yang dikeluarkan oleh fda. fda (food and drug administration) adalah badan pom-nya amerika serikat. fda bertugas mengatur makanan, suplemen makanan, obat-obatan, produk biofarmasi, transfusi darah, piranti medis, piranti untuk terapi dengan radiasi, produk kedokteran hewan, dan kosmetik yang beredar di amerika serikat. naskah asli dalam bahasa aslinya dapat anda baca disini. namun demikian jika anda malas mentranslate, penjelasannya adalah seperti ini, fda menggolongkan tingkat keamanan penggunaan obat pada kehamilan dalam 5 kategori yaitu : 1. kategori a : studi kontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin pada kehamilan trimester i (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester selanjutnya), dan sangat rendah kemungkinannya untuk membahayakan janin. contoh : vitamin c, asam folat, vitamin b6, zinc. kebanyakan golongan obat yang masuk dalam kategori ini adalah golongan vitamin, meski demikian terdapat beberapa antibiotik yang masuk dalam ketegori a ini 2. kategori b : studi pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. atau studi terhadap reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping obat (selain penurunan fertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi terkontrol pada wanita hamil trimester i (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada trimester berikutnya). contoh : acarbose, acyclovir, amiloride, amoxicillin, ampicillin, azithromycine, bisacodyl, buspirone, caffeine, cefaclor, cefadroxil, cefepime, cefixime, cefotaxime, ceftriaxone, cetirizine, clavulanic acid, clindamycine, clopidogrel,

clotrimazole, cyproheptadine, dexchlorpheniramine oral, dicloxaciline, dobutamin, erythromycin, famotidin, fondaparinux sodium, fosfomycin, glibenclamide + metformin oral, glucagon, ibuprofen oral, insulin, kaolin, ketamine, lansoprazole, lincomycin, loratadine, meropenem, metformin, methyldopa, metronidazole, mupirocin, pantoprazole, paracetamol oral, ranitidine, sucralfat, terbutalin, tetracycline topical, tranexamic acid, ursodeoxycholic acid, vancomycin oral. 3. kategori c : studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embriosidal atau efek samping lainnya) dan belum ada studi terkontrol pada wanita, atau studi terhadap wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. obat hanya dapat diberikan jika manfaat yang diperoleh melebihi besarnya resiko yang mungkin timbul pada janin. contoh : acetazolamide, albendazole, albumin, allopurinol, aminophylin, amitriptyline, aspirin, astemizol, atropine, bacitracin, beclometasone, betacaroten, bupivacaine, calcitriol, calcium lactate, chloramphenicol, ciprofloxacin, clidinium bromide, clobetasol topical, clonidine, cotrimoxazole, codein + paracetamol, desoximetasone topical, dextromethorphan, digoxin, donepezil, dopamine, enalapril, ephedrine, fluconazole, fluocinonide topical, gabapentin, gemfibrozil, gentamycin (parenteral d), griseofulvin, guaifenesin, haloperidol, heparin, hydrocortisone, inh, isosorbid dinitrate, ketoconazole, lactulosa, levofloxacine, miconazole, nalidixic acid, nicotine oral, nimodipine, nystatin (vaginal a), ofloxacin, omeprazole, perphenazine, prazosin, prednisolone, promethazine, pseudoephedrine, pyrantel, pyrazinamide, rifampicin, risperidone, salbutamol, scopolamine, simethicon, spiramycin, spironolactone, streptokinase, sulfacetamide opth & topical, theophyline, thiopental sodium, timolol, tramadol, triamcinolone, trifluoperazine, trihexyphenidil. 4. kategori d : terbukti menimbulkan resiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh jika digunakan pada wanita hamil dapat dipertimbangkan (misalnya jika obat diperlukan untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa atau penyakit serius dimana obat yang lebih aman tidak efektif atau tidak dapat diberikan). contoh: alprazolam, amikacin, amiodarone, atenolol, bleomycin, carbamazepine, chlordiazepoxide, cisplatin, clonazepam, cyclosphosphamide, diazepam, kanamycin, minocycline,phenytoin, povidon iodine topical, propylthiouracil, streptomycin inj, tamoxifen, tetracycline oral dan ophthalmic, valproic acid. 5. kategori x : studi pada binatang percobaan atau manusia telah memperlihatkan adanya abnormalitas janin dan besarnya resiko obat ini pada wanita hamil jelas-jelas melebihi manfaatnya. dikontraindikasikan bagi wanita hamil atau wanita usia subur. contoh : alkohol dalam jumlah banyak dan pemakaian jangka panjang, amlodipin + atorvastatin, atorvastatin, caffeine + ergotamine, chenodeoxycholic, clomifene, coumarin, danazol, desogestrel + ethinyl estradiol, dihydroergotamine, ergometrine, estradiol, (+ norethisterone), fluorouracil, flurazepam, misoprostol, oxytocin, simvastatin, warfarin. lebih gampangnya dapat diartikan sebagaimana berikut :  

a= tidak berisiko b= tidak berisiko pada beberapa penelitian

  

c= mungkin berisiko d= ada bukti positif dari risiko x= kontraindikasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Obat Generik, Harga Murah Tapi Mutu Tidak Kalah. http://medicastore.com/obat_generik/ . Diakses pada 18 Januari 2010B a d a n P e n g a w a s O b a t d a n M a k a n a n R e p u b l i k I n d o n e s i a , 2 0 0 2 . K e p u t u s a n K e p a l a B a d a n Pengawas Obat dan Makanan Nomor : HK.00.05.3.02152Hildayani, 2009. Obat Generik Berlogo. http://obatgenerikberlogo.blogspot.com/ . Diakses pada18 Januari 2010

Related Documents


More Documents from "Malla Rumasoreng"