Bahasa indonesia ‘pada dasarnya berahsal dari bahasa melayu, pada zaman dahulu lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu banyak digunakan sebagai bahasa penghubung antar suku di plosok nusantara. Selain itu bahasa melayu juga di gunakan sebagai bahasa perdagangan antara pedagang dalam nusantara maupun dari luar nusantara. Bahasa melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan penyebaran agama islam, serta makin kokoh keberadaan nya karena bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara karena bahasa melayu digunakan sebagai penghubung antar suku, antar pulau, antar pedagang, dan antar kerajaan.
Sejarah Bahasa Indonesia Bahasa melayu mulai dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M (palembang), talang tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M (bukit barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis. Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia. Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
1. Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan. 2. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). 3. Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional 4. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu 2. Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara 3. Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. 4. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
Bahasa indonesia merupakan bahasa nasional negara Indonesia, Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi.
Bahasa indonesia pada dasarnya berasal dari bahasa melayu, pada zaman dahulu lebih tepatnya pada zaman kerajaan sriwijaya bahasa melayu banyak digunakan sebagai bahasa penghubung antar suku di plosok nusantara. Selain itu bahasa melayu juga di gunakan sebagai bahasa perdagangan antara pedagang dalam nusantara maupun dari luar nusantara. Bahasa melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan penyebaran agama islam, serta makin kokoh keberadaan nya karena bahasa melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara karena bahasa melayu digunakan sebagai penghubung antar suku, antar pulau, antar pedagang, dan antar kerajaan. Bahasa melayu mulai dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di kedukan bukit karangka tahun 683 M (palembang), talang tuwo berangka tahun 684 M (palembang), kota kapur berangka tahun 686 M (bukit barat), Karang Birahi berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf pranagari berbahasa melayu kuno. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa indonesia. (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “Bahasa Persatuan Bangsa” pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di
Jakarta, Yamin mengatakan, “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.” Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia. Pada tahun 2008 dicanangkan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu, sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1 November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan pandangannya dalam kongres ini. Ada empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia yaitu :
Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kedudukan Bahasa Indonesia 1. Sebagai Bahasa Nasional Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut. Lambang jati diri (identitas). Lambang kebanggaan bangsa. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai
latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda. Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah 2. Sebagai Bahasa Resmi/Negara Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut. Bahasa resmi negara . Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan. Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa;
Sumber dari bahasa indonesia adalah bahasa melayu Bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis Bahasa Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Bahasa Melayu di angkat menjadi bahasa indonesia karena bahasa melayu telah digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan bahasa melayu sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa.
Sekilas Tentang Sejarah Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara. Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitu
Pengertian Diksi – Diksi merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam dunia sastra. Istilah diksi merujuk kepada berbagai macam makna kata atau pun kalimat yang ada di dalam karya sastra. Penggunaan diksi biasanya dilakukan untuk membuat karya sastra menjadi lebih menarik, lebih mudah difahami, dan juga lebih sesuai dengan apa yang ingin digambarkan oleh si pengarang karya sastra.
Definisi dan Pengertian Diksi Secara singkat, diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, pengertian diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti apa yang diharapkan). Fungsi Diksi Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih faham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang. Membuat komunikasi menjadi lebih efektif. Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis atau pun terucap). Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau pun pembacanya.
Macam – macam Diksi
1. Sinonim Sinonim merupakan pilihan kata yang memiliki persamaan makna. Penggunaan kata sinonim biasanya dimaksudkan untuk membuat apa yang dikatakan / dituliskan menjadi lebih sesuai dengan ekspresi yang ingin diungkapkan. Contohnya : mati (ekspresi pengungkapan yang kasar) dan wafat (ekspresi pengungkapan yang lebih halus) 2. Antonim Antonim merupakan pilihan kata yang memiliki makna berlawanan atau pun berbeda. Contoh kata antonim adalah besar dan kecil. 3. Polisemi Poisemi merupakan frasa kata yang memiliki banyak makna. Contohnya kata kepala yang dapat bermakna bagian tubuh yang terletak di atas leher, atau dapat juga bermakna bagian yang terletak di sebelah atas atau pun depan. 4. Homograf Homograf merupakan kata – kata yang memiliki tulisan sama akan tetapi memiliki arti dan bunyi yang berbeda. 5. Homofon Homofon merupakan kata – kata yang memiliki bunyi yang sama akan tetapi makna dan ejaannya berbeda. 6. Homonim Homonim merupakan kata – kata yang memiliki ejaan yang sama namun makna dan bnyinya berbeda. Contoh Asep (nama orang) dan asep (asap). 7. Hiponim Hiponim merupakan kata yang maknanya telah tercakup di dalam kata lainnya. Contohnya kata Salmon yang telah termasuk ke dalam makna kata ikan. 8. Hipernim Hipernim merupakan kata yang telah mencakup makna kata lain. Contohnya ada pada kata sempurna yang telah mencakup kata baik, bagus, dan beberapa kata lainnya. Demikianlah sedikit informasi mengenai pengertian diksi, fungsi diksi, dan macam – macam diksi yang dapat kami bagikan untuk Anda. Semoga bermanfaat ya!
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi antara lain :
Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans. Macam macam hubungan makna : 1. Sinonim Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat. 2. Antonim. Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil. 3. Polisemi. Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain. 4. Hiponim. Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan. 5. Hipernim. Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain. 6. Homonim. Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti. 7. Homofon. Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8. Homograf. Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda. Makna Denotasi Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Contoh : Adik makan nasi. Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
Makna Konotasi Kalau makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistik di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan. Contoh: Pak Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”. Dalam ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
PENGERTIAN KALIMAT Kridalaksana berpendapat bahwa kalimat adalah satuan gagasan yang relatif berdiri sendiri, mempunyai ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Keraf memberi definisi kalimat sebagai satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Menurut Alwi kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan maupun tulisan yang terangkai untuk mengungkapkan suatu pemikiran yang utuh seperti gagasan, perasaan maupun pemikiran. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kalipat dan diakhiri dengan titik (.), tanda tanya (?) maupun tanda seru (!). Kalimat umumnya berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek (S) dan predikat (S). Dalam wujud lisan kalimat diawali kesenyapan, diiringi alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi finaldan diiringi dengan kesenyapan akhir. Kesenyapan digambarkan sebagai ruang kosong saat memulai maupun mengakhiri kalimat. B. UNSUR – UNSUR KALIMAT Unsur unsur pembentuk kalimat terdiri dari satuan kata dan ada pula yang berupa kelompok kata. Kelompok kata dapat berupa frase atau klausa. Klausa adalah kelompok kata yang tidak melebihi fungsi kalimat dan masih mempertahankan makna aslinya seperti bayi besar. Berikut jenis dari unsur-unsur kalimat :
1. Subjek (S)
Subjek merupakan hal yang penting dalam sebuah kalimat sebagai unsur pokok yang mendampingi predikat. Fungsinya untuk menandai apa yang dinyatakan. Dengan adanya gambaran subjek, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya. Misalnya : Saya, Lida, Rumah dsb
2. Predikat (P) Predikat secara khusus menjelaskan atau menggambarkan keterangan subjek. Fungsi predikatdapat dicari dengan menanyakan mengapa. Predikat dapat berupa sifat, situasi, status, ciri atau jati diri subjek.
3. Objek (O) Objek menunjuk kepada tujuan kalimat atau kepada apa kalimat itu ditujukan. Objek hanya memiliki tempat dibelakang predikat. Atau lebih jelasnya untuk melengkapi fungsi predikat. Fungsi objek dapat berubah menjadi subjek akibat pemasifan kalimat.
4. Pelengkap (Pel) Pelengkap memiliki fungsi untuk melengkapi predikat. Sama halnya dengan objek, tetapi fungsi yang satuini tidak memiliki fungsi khusus pada saat pemasifan kalimat.
5. Keterangan (K) Keterangan digunakan sebagi unsur peluasan kalimat yang menjelaskan lebih terperinci apa yang dimaksud oleh kalimat. Keterangan dapat ditandai dengan kemampuannya untuk berpindahpindah tempat. Keterangan memiliki beberapa jenis seperti keterangan waktu, keterangan cara, keterangan penyebab, keterangan tujuan, keterangan aposisi (penjelasan kata benda), keterangan
tambahan, keterangan pewatas (pembatas kata benda), keterangan penyerta, keterangan alat, keterangan similatif (kesetaraan), keterangan kesalingan (perbuatan silih berganti) dan lainnya.
D. STRUKTUR KALIMAT Semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa struktur ataupun pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut dapat dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Kalimat dasar berpola S P Kalimat dasar semacam ini hanya memiliki unsur subjek dan predikat. Predikatnya dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, ataupun kata bilangan. Contohnya : Truk itu besar. S
P
Jendela kamar Tina longgar. S
P
2. Kalimat dasar berpola S P O Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Unsurnya ada subjek predikat dan objek. Contohnya : Anti mengemudikan truk. S
P
3. Kalimat dasar berpola S P Pel Contohnya : Keluarganya pergi piknik. S
P
Pel
4. Kalimat dasar berpola S P O Pel Contoh : Supir angkot mengemudikan angkotnya sembarangan.
O
S
P
O
Pel
5. Kalimat dasar berpola S P K Contoh : Antoni menjahit tadi malam. S
P
K
6. Kalimat dasar berpola S P O K Contoh : Sulastri merapikan kamarnya seminggu lalu. S
P
O
K
C. SYARAT KALIMAT EFEKTIF Kalimat yang baik harus memenuhi syarat kelengkapan dan kejelasan peran setiap unsur pembentuk kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang ditujukan dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Kalimat yang baik dikategorikan kedalam kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ingin disampaikan penulisataupun pembicara. Sebuah kalimat dikatakan efektif jika telah berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud penulis maupun pembicara. Tentunya kalimat efektif punya persyaratan untuk memenuhi kalimat yang baik. Berikut persyaratannya :
Memiliki subjek dan predikat yang jelas. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa. Logis atau dapat diterima nalar. Jelas dan dapat menyampaikan maksud atau pesan dengan tepat. Tidak bertele-tele. Tepat sasaran. Informasi yang ingin disampaikan tidak memiliki dua arti atau ambigu. Adanya kesinambungan kata. Tersusun dari dua atau lebih kata.
Memiliki aturan aturan dasar pembentukannya. Memiliki paling sedikit subjek dan predikat. Memenuhi tata aturan ejaan yang berlaku. Menggunakan diksi (pemilahan dan penempatan) kata yang tepat. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis. Adanya penekanan ide pokok. Menghemat penggunaan kata (tidak ada perulangan kata). Struktur kalimat bervariasi. Bagian kalimat majemuk tidak buntung atau setengah-setengah.
D. JENIS JENIS KALIMAT Kalimat yang kita gunakan sehari-hari maupun untuk kepentingan umum memiliki macam yang perlu kita ketahui sebgai penempatan yang baik dan benar. Berikut macam-macam kalimatnya :
1. Berdasarkan Isi atau informasi a. Kalimat Berita Kalimat berita merupakan kalimat yang digunakan untuk menginformasikan sesuatu. Biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) contohnya : Harimau liar menyerang warga dengan ganasnya.
b. Kalimat Tanya Kalimat tanya mengharapkan jawaban sebagi respon atau reaksi pemberitahuan informasi yang diharapkan, biasanya diakhiri dengan tanda tanya (?). kata tanya yang digunakan bagaimana, mengapa, apa kapan, dimana dsb. Contoh kalimat tanya : bagaimana proses mesin itu dirangkai?
c. Kalimat Perintah
Kalimat yang bertujuan untuk mengintruksikan seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru. Tapi, jika diakatan langsung atau lisan biasanya ditandai dengan intonasi tinggi. Contoh : Ambilkan kopi di atas meja !
d. Kalimat Ajakan Kalimat ajakan merupakan kalimat yang memancing minat lawan bicara. Kata yang sering digunakan adalah Ayo, Mari dsb. Biasanya ada pada iklan. Contoh kalimat ajakan : Ayo, pakai pembersih pakaian merek ini!
e. Kalimat Pengandaian Kalimat pengandaian menggambarkan keinginan atau tujuan dari penulis atau pembicara yang belum atau tidak kesampaian. Contoh : Andai saja aku bisa jadi dokter bedah.
2. Berdasarkan diathesis kalimat a. Kalimat Aktif Kalimat yang subjeknya langsung melakukan pekerjaan terhadap objeknya. Kata kerja kalimat aktif umumnya ditandai oleh awalan me-. Namun tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai imbuhan tersebut misal, makandan minum.. Contohnya : Laila menggunakan gelas untuk menciptakan bunyi.
b. Kalimat Pasif Kalimat pasif kata kerjanya cenderung menggunakan di- atau ter-. Contohnya : Bangunan itu dikerjakan dengan baik oleh para teknisi ternama.
3. Berdasarkan urutan kata a. Kalimat Normal Kalimat yang subjeknya mendahului predikatnya. Kalimat berpola dasar
b. Kalimat Inverse Kalimat ini merupakan kebalikan dari kalimat normal. Dimana predikatnya mendahului objek.
c. Kalimat Minor Kalimat yang memiliki satu inti fungsi gramatikalnya. Bentuk kalimat minor seperti kalimat tambahan, kalimat jawaban, kalimat salam, panggilan maupun judul.
d. Kalimat Mayor Kalimat mayor hanya memiliki subjek dan predikat. Objek, pelengkap dan keterangan boleh ditambahkan sesuka hati. Sama seperti pola dasar pertama.
4. Berdasarkan struktur gramatikalnya a. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal hanya memiliki Subjek dan Predikat. Jika dilihat dari unsur penyusunnya, kalimat yang panjang dalam bahasa indonesia dapatdikembalikan ke ebntuk dasar yang sederhana. Contoh kalimat tunggal : Bapak-bapak bersalaman S
P
Pola contoh kalimat diatas hanya memiliki subjek dan predikat sehingga termasuk kedalam kalimat tunggal.
b. Kalimat Majemuk Orang-orang sering kali menggabungkan beberapa pertanyaan ke dalam satu kalimat untuk memudahkan dalam berkomunikasi. Hasilnya, lahirlah penggabungan struktur kalimat yang didalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Penggabungan inilah yang dinamakan kalimat majemuk. Kalimat majemuk ini masih terbagi lagi dalam beberapa jenis, berikut penjelasannya :
i. Kalimat Majemuk Setara Struktur kalimat ini memiliki dua kalimat tunggal atau lebih yang jika dipisahkan dapat berdiri sendiri. Kata penghubung kalimat majemuk setara biasanya digunakan kata dan, serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau. Contoh kalimat majemuk setara : Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang telah digolongkan negara maju.
ii. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat memiliki dua kalimat yang satunya bisa berdiri sendiri (induk kalimat) atau bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak kalimat). Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat majemuk ini adalah ketika, sejak, karena, olehkarenaitu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun, walaupun, andai kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali, dengan. Contoh kalimat majemuk bertingkat : Ilmuan masih saja mencari asal usul bulan (induk kalimat) meskipun hingga sekarang masih belum ada kepastian yang jelas (anak kalimat).
iii. Kalimat Majemuk Campuran Kalimat majemuk campuran merupakan dua jenis kalimat majemuk (setara dan bertingkat) yang digabungkan. Karena hujan turun dengan derasnya, kami tidak bisa pulang dan menunggu di sekolah.
5. Berdasarkan unsur kalimat a. Kalimat Lengkap Kalimat lengkap mengikuti pola dasar dari kalimat baik yang sudah dikembangkan maupun tidak. Penggunaan unsur-unsurnya jelas. Sehingga mudah dipahami. Contoh : Warna merah melambangkan keberanian
b. Kalimat tidak Lengkap Kalimat yang satu ini tidak sempurna karena hanya memiliki salah satu dari unsurnya saja. Kalimat ini biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, setuan, larangan, sapan dsb. Contoh : Kapan pulang?
6. Berdasarkan Pengucapan a. Kalimat Langsung Kalimat yang secara detai meniru sesuatu yang diujarkan oranglain. Tanda baca kutip tidak luput dalam jenis kalimat langsung. Kutipan dalam kalimat langsung berupa kalimat tanya, kalimat berita ataupun kalimat perintah. Contohnya : “Letakkan senjatamu!” bentak pak polisi.
b. Kalimat Tak Langsung Kalimat yang melaporkan kembali kalimat yang diujarkan orang lain. Kutipan dalam kalimatnya senmuany berbentuk berita. Contohnya : Bapak Ahmadi berkata padaku bahwa lebih baik membaca daripada main-main.
Home » Bahasa » Pengertian dan jenis-jenis Makna Kata dalam Bahasa
Pengertian dan jenis-jenis Makna Kata dalam Bahasa By Muchlisin Riadi — 22.35.00 — Bahasa
Ilustrasi Makna Kata Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19).
Kata-kata yang bersal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata. Agar bahasa yang dipergunakan mudah dipahami, dimengerti, dan tidak salah penafsirannya, dari segi makna yang dapat menumbuhkan resksi dalam pikiran pembaca atau pendengar karena rangsangan aspek bentuk kata tertentu. Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan pengertian makna kata, yakni makna donatif, makna konotatif, makna leksikal, makna gramatikal.
Makna Denotatif Sebuah kata mengandung kata denotatif, bila kata itu mengacu atau menunjukan pengertian atau makna yang sebenarnya. Kata yang mengandung makna denotative digunakan dalam bahasa ilmiah, karena itu dalam bahasa ilmiah seseorang ingin menyampaikan gagasannya. Agar gagasan yang disampaikantidak menimbulkan tafsiran ganda, ia harus menyampaikan gagasannya dengan kata-kata yang mengandung makna denotative. Makna denotatif ialah makna dasar, umum, apa adanya, netral tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan Maskurun (1984:10). Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit maka wajar, yang berarti mkna kat ayang sesuai dengan apa adanya, sesuai dengan observasi, hasil pengukuran dan pembatasan (perera, 1991:69). Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu diluar bahasa atau didasarkan atas konvensi tertentu (kridalaksana, 1993:40). Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis simpulkan bahwa makna denotative adalah makna yang sebenarnya, umum, apa adanya, tidak mencampuri nilai rasa, dan tidak berupa kiasan. Apabila seseorang mengatakan tangan kanannya sakit, maka yang dimaksudkan adalah tangannya yang sebelah kanan sakit.
Makna Konotatif Sebuah kata mengandung makna konotatif, bila kata-kata itu mengandung nilai-nilai emosi tertentu. Dalam berbahasa orang tidak hanya mengungkap gagasan, pendapat atau isi pikiran. Tetapi juga mengungkapakan emosi-emosi tertentu. Mungkin saja kata-kata yang dipakai sama, akan tetapi karena adanya kandungan emosi yang dimuatnya menyebabkan kata-kata yang diucapkan mengandung makna konotatif disamping mkna denotatif. Makna konotatif adalah makna yang berupa kiasan atau yang disertai nilai rasa, tambahan-tambahan sikap sosial, sikap pribadi sikap dari suatu zaman, dan criteria-kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual. Seperti kata kursi, kursi disini bukan lagi tempat duduk, melaikan suatu jabatan atau kedudukan yang ditempati oleh seseorang. Kursi diartikan sebagai tempat duduk mengandung makna lugas atau makna denotatif. Kursi yang diartikan suatu jabatan atau kedudukan yang diperoleh seseorang mengandung makna kiasan atau makna konotatif.
Makna Leksikal akna Leksikal ialah makna kata seperti yang terdapat dalam kamus, istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Makna kata yang sesuai dengan kamus inilah kata yang bermakna leksikal. Misalnya : Batin (hati), Belai (usap), Cela (cacat).
Makna Gramatikal Makna gramatikal adalah makna kata yang diperoleh dari hasil perstiwa tata bahasa, istilah gramatikal dari kata grammar yang artinya tata bahasa. Makna gramatikal sebagau hasil peristiwa tata bahasa ini sering disebut juga nosi. Misalnya : Nosi-an pada kata gantungan adalah alat.
Makna Asosiatif Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.
1. Makna Kolokatif Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.
2. Makna Reflektif Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci/tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
3. Makna Stilistika Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu cirri pembeda
utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada eaktu komunikasi itu.
4. Makna Afektif Makna ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.
5. Makna interpretatif Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan (parera,1991:72).