Bahas Data Karakterisasi Serealia.docx

  • Uploaded by: Dwi Yanti
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahas Data Karakterisasi Serealia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 615
  • Pages: 2
Karakteristik beras Pengamatan karaterisasi beras, menggunakan sampel beras pera, pulen, KW rendah, ketan putih, ketan hitam dan merah. Parameter yang diamati adalah dimensi, chalkiness, persen beras kepala, dan densitas kamba. Beras pulen memiliki dimensi yang lebih besar ketimbang jenis beras lainnya. Sifat fisik tersebut merupakan sifat yang diturunkan dari genetik induk padinya dan dapat digunakan sebagai parameter penentuan kemurnian suatu varietas. Perbedaan karakter tiap biji beras, banyak dipengaruhi oleh sifat genetik, agroekosistem, dan kesuburan lahan (Wibowo 2008). Chalkiness dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu white center, white belly, milky white, dan opaque. Adanya chalky pada butiran beras tersebut, disebabkan granula pati di daerah chalky tidak membentuk ikatan kompak dengan daerah translusen (terbentuk opacity endosperm), sehingga pada saat proses penggilingan, beras yang memiliki chalky cenderung mudah patah (Cruz 2002). Jenis beras ketan putih, memiliki nilai chalkiness yang tinggi dibandingkan dengan jenis beras lainnya. Chalkiness untuk setiap varietas berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh faktor genetis dan juga lingkungan, contohnya beberapa varietas yang ditanam pada tanah yang berbeda serta musim dan pengolahan yang sama, akan memberikan hasil yang berbeda tingkat chalkinessnya (Breckenridge 1979). Beras Ketan hitam memiliki persen beras kepala lebih besar dari jenis beras lainnya. Beras kepala (BK) umumnya sebanding dengan keadaan beras utuh hasil penyosohan. Rendemen BK banyak dipengaruhi oleh factor lingkungan, selain dari pengaruh cara pengeringan gabahnya (Dipti 2002). Sementara jenis beras dengan persen beras kepala lebih kecil dapat diakibatkan oleh kerusakan endosperm selama proses penggilingan sehingga memberikan rendemen beras kepala yang rendah, penurunan derajat sosoh, maupun penurunan komponen nutrisi yang melebihi batas yang diinginkan (Budijanto 2011). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi persen beras kepala, maka kualitasnya akan semakin baik. Beras ketan putih memiliki densitas kamba yang lebih besar dibandingkan dengan jenis beras lainnya. Informasi densitas kamba suatu produk dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan besarnya volume yang dibutuhkan persatuan bobot produk tersebut (Herawati dan Widowati 2009). Informasi tersebut nantinya dapat berpengaruh pada tata letak tempat penyimpanan serealia. Dengan demikian dapat diartikan bahwa beras ketan putih membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih luas dibandingkan jenis beras lainnya. Karakteristik biji-bijian Kacang merah memiliki dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan bijibiji lainnya, seperti kedelai, kacang hijau, kacang tolo, jagung dan millet. Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh sifat genetik tiap tumbuhan (Wibowo 2008). Perbedaan karakteristik tersebut, berpengaruh pada besarnya densitas kamba tiap biji-bijian. Densitas kamba merupakan salah satu parameter fisik yang menunjukkan porositas dari biji-bijian. Nilai densitas kamba yaitu jumlah rongga yang terdapat diantara partikel-partikel bahan. Besarnya densitas kamba, berpengaruh dalam hal perencaan gudang, volume alat pengolahan serta alat transportasi yang akan digunakan (Syarief dan Irawati 1988). Meskipun kacang

merah memiliki dimensi yang besar, tetapi densitas kambanya lebih kecil dibandingkan dengan kacang tolo. Berdasarkan literatur sebelumnya, maka kacang tolo membutuhkan ruang penyimpanan yang lebih besar dibandingkan dengan kacang merah. DAFPUS Wibowo. 2008. Seleksi Mutu Beras Hubungannya dengan Karakteristik Beberapa Galur Padi Inbrida dan Hibrida. Seminar Nasional Padi. Badan Litbang Pertanian. Cruz D. 2002. Rice grain quality evaluation procedures, methods currently in use in the PBGB (Plant Breeding, Genetic and Biochemistry) Grain Quality Laboratory. Los Banos (PHI): International Rice Research Institute. Breckenridge C. 1979. Rice grain evaluation in Sri Lanka. Di dalam: Proceedings of the Workshop on Chemical Aspect of Rice Grain Quality. International Rice Research Institute. Los Banon. Manilla. Dipti S, Hossain ST, Bari MN, Kabir KA. 2002. Physicochemical and Cooking Properties of Some Fine Rice Varieties. Pakistan Journal of Nutrition. 1(4): 188-190. Budijanto S, Sitanggang AB. 2011. Produktivitas dan Proses Penggilingan Padi Terkait Dengan Pengendalian Faktor Mutu Berasnya. Pangan. 20 (2): 141152. Herawati H, Widowati S. 2009. Karakteristik beras Mutiara dari ubi jalar (Ipomea batatas). Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 5: 37-44 Syarief R, Irawati A. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industry Pertanian. Jakarta (ID): Medyatama Sarana Perkasa.

Related Documents


More Documents from "Dwi Yanti"