Bahan_kompre.docx

  • Uploaded by: Iqbal-Rf
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan_kompre.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 14,927
  • Pages: 37
::MATERI KOMPREHENSIF::

SEJARAH KOMUNIKASI 1. Retorika oleh Aristoteles, sebagai seni persuasi dan berbicara di depan publik melalui ethos, pathos, dan logos. Retorika ini kemudian dikembangkan oleh Cicero yang mengembangkan pengelolaan kalimat dan gagasan yang disebutnya dengan nama Orasi (pelakunya disebut orator). Cicero menyusun retorika atau orasi secara lebih sistematis melalui dasar2 penyusunan pidato yang terdiri dari pendahuluan, pemaparan, peneguhan, pertimbangan, dan penutup. 2. Jerman, yaitu Publisistik di Jerman. Adanya revolusi industri dengan ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg sehingga mendorong peranan pers dalam pembangunan pendapat umum. 3. Jurnalistik di Inggris. Lahirnya jurnalistik sebagai seni, juga sebagai ilmu sosial. Jurnalistik menjadi komunikasi massa (Harold Laswell), dan komunikasi massa menjadi cikal bakal ilmu komunikasi. Retorika Sebagai Cikal Bakal Komunikasi Era Georgias

Protagoras Socrates Plato Demosthenes Aristoteles Cicero

Perkembangan Rhetorike berasal di Yunani, dmn kaum sophis selalui berpindah tempat untuk mengajarkan politik. Politik demokrasi harus didasarkan pemilihan, makanya berpidato menjadi hal yang penting. Tapi pidato disini mengutamakan kepentingan komunikator Kemahiran bicara bukan untuk kemenangan, tapi untuk keindahan bahasa Kemahiran berbahasa akan memunculkan kebenaran kalau menggunakan dialog sebagai tekniknya Retorika berperan penting bapi persiapan seseorang untuk menjadi pemimpin Demokrasi sebagai sistem pemerintahan, sehingga memerlukan orang2 yang mahir berbicara di depan umum Retorika adalah seni persuasi, uraian harus singkat, jelas, tepat dan meyakinkan. Keindaha bahasa digunakan untuk persuasi dan defensif. Menekankan faktor ethos, pathos, dan logos. Mengembangkan retorika sebagai orasi, seni berbicara di depan publik. Menyusun tahap2 pidato, pendahuluan, pemaparan, peneguhan, pertimbangan, penutup.

Perkembangan di Jerman Cikal bakal jurnalistik sejak ditemukkan mesin cetak Gutenberg yang memungkinkan proses produksi secara massal. Namun teknologi yang ditemukan tahun 1400an ini baru digunakan dua abad setelahnya. Dan menjadi ilmu persuratkabaran. Perkembangan di USA Datang dari tahapan retorika, berkembang dan dipelajari di dua departemen: Speech (kom.interpersonal, kom.organisasi, retorika, dan persuasi) dan Journalism (aspek sosial komunikasi) Tokoh Pemikiran Benyamin Franklin Jurnalistik adalah bagian dari seni. Robert Lee Jurnalistik sebagai ilmu sosial, sudah mulai masuk dan diajarkan di universitas2 Harold Laswell Jurnalistik menjadi komunikasi massa. Melakukan analisis isi untuk penelitian media. Analisisnya tentang struktur dan fungsi komunikasi merintis jalan untuk penelitian komunikasi selanjutnya. Paradigma Laswell: suatu pernyataan yang membentuk satu pernyataan. Wilbur Schramm Komunikasi Massa menjadi ilmu komunikasi. Merintis penelitian tentang efek media massa pada pendidikan dan pembangunan nasional. Mempertemukan jurnalisme dan speech

DEFINISI KOMUNIKASI Pengertian komunikasi secara umum Estimologi (asal kata), Communication—communis: sama, sama makna. Untuk membuat sama, komunikasi adalah suatu upaya untuk menciptakan pemahaman atau penyamaan makna. Terminologis --- proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Definisi komunikasi menurut para ahli: Dari psikologi, intinya adalah merubah perilaku orang lain  Carl I. Hovland: proses dimana seseorang mengirimkan stimuli (biasanya verbal) untuk merubah tingkah laku orang lain.  Dance: usaha menimbulkan respons melalui lambang2 verbal, ketika lambang2 tersebut bertindak sebagai stimuli. Dari sosiologi, intinya terletak pada interaksi sosialnya.  William Albig: proses penyampaian lambang2 yang berarti diantara individu2 untuk merubah tingkah laku individu yang lain  Evereet M. Rogers dan D. Lawrence: komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.  Shannon dan Weaver: komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, secara atau tidak sengaja  Krech et all: Pertukaran makna2/ ide2 diantara anggota massa yang terjadi terutama melalui bahasa sampai tingkat dimana individu2 mempunyai kognisi2, keinginan2, dan sikap2 yang umum. Definisi lainnya tentang komunikasi: Komunikasi sebagai aksi Bernard Berelson dan Gary A. Steiner: “Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol—kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi Theodore M. Newcomb:

“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatifm dari sumber kepada penerima.” Carl I. Hovland: “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaiakan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).” Gerald R. Miller: “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk memengaruhi perilaku penerima.” Everett M. Rogers: “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” Raymond S. Ross: “Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.” Harold Laswell: (Cara yang baik menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut): Who Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect? Komunikasi sebagai transaksi John R. Wenburg dan William W. Wilmot: “Komunikasi adalah suatu usaha untuk memeroleh makna.” Donald Byker dan Loren J. Anderson: “Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.” William I. Gorden: “Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.” Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: “Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.” Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss:

“Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.” Jadi, komunikasi dari pengertian diatas memiliki beberapa poin penting:  Adanya stimuli verbal/ non verbal  Terjadi dalam sebuah interaksi  Merubah perilaku orang lain  Melibatkan individu baik sebagai penyampai pesan, ataupun penerima pesan.  Menciptakan pemahaman bersama. Sedangkan, komponen komunikasi yaitu:  Komunikator  Komunikan  Message/ pesan  Channel/ saluran  Media  Konteks  Aturan/ rules  Feedback  Effect Pada hakikatnya, komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang (pesan) kepada orang lain dengan menggunakan bahasa (lambang) sebagai alat penyalurnya. FUNGSI KOMUNIKASI Fungsi komunikasi paling mendasar adalah: to inform, to educate, to entertain, to persuade. Sedangkan, menurut William I. Gorden, fungsi komunikasi adalah: 1. Segi sosial: komunikasi penting untuk membangun diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, meraih kebahagiaan, menghindari ketegangan dan tekanan melalu komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.

2. Ekspresif: komunikasi menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan 3. Ritual: komunikasi erat kaitannya dengan ekspresif yang dilakukan secara kolektif, untuk menegaskan komitmen tentang tradisi ritual keluarga, suku bangsa, negara, ideologi, ataupun agama 4. Instrumental: komunikasi sebagai alat untuk menginformasikan, mengajar, mendorong, merubah sikap, keyakinan dan perilaku. Semuanya bersifat membujuk dan persuasif. Sebagai instrumen, komunikasi bisa digunakan untuk membangun ataupun menghancurkan hubungan. Prinsip-Prinsip Komunikasi (Deddy Mulyana) 1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Lambang bersifat sembarang, makna lambang ditentukan oleh manusia, sehingga makna tersebut bisa bervariasi. 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilaku sendiri. 3. Komunikasi mempunyai dimensi isi (disandi secara verbal) dan hubungan (disandi secara non verbal) 4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan 5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, sosial dan psikologis. 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi 7. Komunikasi bersifat sistemik. Sistem internal (sistem nilai individu) dan sistem eksternal (sistem lingkungan luar individu) 8. Semakin mirip latar belakang budaya, semakin efektif komunikasi 9. Komunikasi bersifat nonsekuensual. Komunikasi pada dasarnya bersifat dua arah. 10. Komunikasi bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional 11. Komunikasi Bersifat Irreversible 12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah. Konseptualisasi Komunikasi John R. Wenburg dan William Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken dalam Deddy Mulyana mengemukakan tiga konseptualisasi komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi sebagai aksi (tindakan satu arah) Penyampaian pesan searah dari seorang/ lenbaga kepada orang lain. Berorientasi sumber, komunikasi dipandang sebagai tindakan yang disengaja untuk tujuan tertentu atau memenuhi kebutuhan komunikator.Konseptualisasi komunikasi sebagai tindakan satu–arah menyoroti penyampaian pesan yang efektif dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat persuasif. 2. Komunikasi sebagai interaksi (dua arah) Komunikasi dalam konsep ini menyetarakan komunikasi sebagai sebuah proses sebak akibat, atau aksi-reaksi. Dalam konsep ini diperkenalkan feedback (apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sebagai sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya) 3. Komunikasi sebagai transaksi Komunikasi berjalan spontan dan simultan, melibatkan pesan, hubungan, dan pesan verbal dan nonverbal. Komunikasi dianggap terjadi bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain (berorientasi penerima). Komunikasi tidak terbatas hanya pada komunikasi yang disengaja ataupun respons yang terlihat.

Komponen Konseptual Pokok Definisi Komunikasi (Dance): Simbol/ verbal/ ujaran

Menghubungkan/ Menggabungkan Pengertian/ pemahaman Kebersamaan Pengurangan rasa Saluran/ Alat/ Jalur ketidakpastian Proses Replikasi Memori Pengalihan/ Tanggapan Diskriminatif Penyampaian/ Pertukaran

Stimuli Tujuan/ Kesengajaan Waktu/ Situasi Kekuasaan/ Kekuatan Interaksi/ hubungan/ proses sosial

KONTEKS KOMUNIKASI

Konteks

Beberapa pemikiran yang berkaitan dengan penelitian dan teori dalam konteks ini Interpersonal Pembentukan kesan dan pengambilan keputusan; simbol dan makna, observasi, dan penilaian; keterlibatan ego dan persuasi Antarpersonal Strategi pemeliharaan hubungan; keintiman relasi; pengendalian hubungan; ketertarikan interpersonal Kelompok Kepemimpinan gender dalam kelompok; kerentanan Kecil kelompok; kelompok dan cerita; pengambilan keputusan kelompok; kesulitan tugas Organisasi Hireraki organisasi dan kekuasaan; budaya dan kehidupan organisasi; etos kerja karyawan; opini dan kepuasan pekerja Publik/ Kegugupan dalam berkomunikasi; efektivitas Retorika penyampaian pesan; kritik pidato dan teks; penyusunan naskah yang etis; analisis budaya pop Massa Penggunaan media; afiliasi dan program televisi; televisi dan nilai; media dan pemenuhan kebutuhan Lintas Budaya Budaya dan penetapaan peraturan; budaya dan kecemasan; hegemoni; etnosentrisme KOMUNIKASI INTRA PERSONAL Yaitu: Proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang jadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami oleh seseorang melalui sistem syaraf dan inderanya. Ruang lingkupnya: SENSASI ----- PERSEPSI ----- MEMORI ----- BERPIKIR SENSASI: merupakan tahap paling awal dari informasi. Berasal dari kata sense, yang berarti penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Prosesnya adalah bila alat2 indera mengubah informasi menjadi impuls2 syaraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak. Sensasi dipengaruhi oleh sensori internal dan sensori eksternal.

PERSEPSI: pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan2 yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Proses memberikan makna pada stimuli. Faktor2 Penentu Persepsi: 1. Perhatian, yaitu proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dan kesalahan pada saat stimuli lainnya melemah (Anderson, 1972). Perhatian ditentukan oleh: (1) Eksternal: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan; (2) internal, adanya perhatian yang selektif (selective attention) yang berbeda tiap individu yang didasari oleh faktor biologis dan sosiopsikologis. 2. Faktor Fungsional, berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal2 lain yang kita sebut sebagai faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Persepsi bersifat fungsional secara selektif. Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim disebut kerangka rujukan. Kerangka rujukan (frame of experience), digunakan untuk menjelaskan persepsi sosial dan berguna dalam menganalisa interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami. 3. Faktor Struktural, berasal semata2 dari sifat stimuli fisik dan efek2 saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dalam masalah yang dihadapinya. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

 Penyimpanan (storage), adalah menentukan berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. Penyimpanan bisa aktif, dan bisa pasif  Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari2 adalah mengingat kembali, yaitu menggunakan informasi yang sudah disimpan. Proses ini melalui empat tahap, yaitu: 1. Pengingatan, proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara kata demi kata tanpa petunjuk yang jelas. 2. Pengenalan, lebih mudah ketimbang mengingat. Biasanya ada pilihan. 3. Belajar lagi, menguasai kembali pelajaran yang pernah kita peroleh. 4. Redintegrasi, merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil. (Mussen dan Rozenweig, 1973) Elemen memori, terdiri atas dua bagian: Pertama, memori jangka pendek atau short-term memory (STM), yaitu memori yang dipakai untuk mengingat peristiwa, kejadian, atau hal yang ingin kita acu yang terjadi beberapa saat yang lalu (durasinya pendek). Kedua, adalah memori jangka panjang atau long-term memory (LTM), yakni memori yang dipakai untuk mengingat atau mengacu peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu yang lama. Memori itu sendiri terdiri dari dua bagian besar. Pertama, memori episodik (episodic memory), yaitu memori yang berhubungan dengan diri kita sendiri. Kedua, memori semantik (semantic memory), yakni memori yang kita gunakan untuk menjelaskan pengetahuan tentang dunia/ realitas.

MEMORI: Sistem yang sangat berstruktur yang membuat organisme sanggup merekam fakta tentang dunianya dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Groves, 1976). Jenis memori: Pengingatan (recall), Pengenalan (recognition), Pembelajara (relearning), dan Redintegrasi (redintegration) Proses Memori:  Perekaman (encoding), pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkuit saraf internal

BERPIKIR: Dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan masalah (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Jenis berpikir realistik: Deduktif (umum ke khusus), Induktif (khusus ke umum), evaluatif (berpikir kritis berdasarkan penilaian sebelumnya) Fungsi berpikir: 1. menetapkan keputusan 2. memecahkan persoalan, faktor yang mempengaruhi: motivasi, kepercayaan dan sikap yangs alah, kebiasaan, dan emosi.

3. berpikir kreatif (berpikir analogis, mampu melihat berbagai hubungan yang tidak terlihat oleh orang lain). Proses berpikir kreatif: orientasi (masalah dirumuskan), preparasi (informasi relevan dikumpulkan), inkubasi (rehat sejenak), iluminasi (pencapaian ilham/ ide), verifikasi (menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah pada level iluminasi). Faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif: kemampuan kognitif, sikap yang tebruka, sikap yang bebas, otonom dan percaya pada diri sendiri. TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL 1. Teori Pembentukan Pribadi Dikemukakan oleh George Keely. Asumsi: Teori ini berpendapat bahwa orang memahami pengalaman dengan mengelompokkan peristiwa menurut kesamaan dan membedakan antara segala hal dengan perbedaannya. Perbedaan mempersepsikan bukan alami namun ditentukan seperangkat yang berlawanan dalam sistem kognitif individual. Pasangan-pasangan yang berlawanan seperti tinggirendah, panas-dingin, hitam-putih, digunakan untuk memahami peristiwa-peristiwa dan segala hal, disebut pembentukan pribadi. Satu sistem kognitif individu terdiri dari sejumlah perbedaan tersebut dengan mengklasifikasikan suatu pengalaman kedalam kategori individu memberikan makna terhadap pengalaman. Sehingga, misalnya orang mungkin melihat ayah tinggi dan ibu pendek, kopi panas dan susu dingin serta jaket favorit hitam dan jaket favorit putih. 2. Teori Konstruktifisme Dikemukakan oleh Jesse Delia Asumsi Teori ini mengatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realita tidak menggambarkan dirinya sendiri dalam bentuk mentah, namun harus disaring melalui cara orang itu memandang segala hal.

3.

Teori Skema Dikemukakan oleh Fiske dan Kinder. Singkatnya, skema merupakan struktur kognitif yang terdiri dari pengetahuan yang terorganisir tentang situasi dan individual yang terabstrasikan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Teori ini digunakan untuk memproses informasi baru dan menelusuri kembali data yang tersimpan (Graber: 1988: 28). 4. Teori Pengolahan Informasi Teori ini menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short term memory (STM, memory jangka pendek); lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukkan ke dalam long term memory. Otak manusia dalam teori ini dianalogikan dengan komputer. 5. Teori Aus (Disuse Theory) Asumsi: Memori bisa hilang atau memudar karena waktu. Memori akan kuat bila dilatih terus menerus, namun dalam Hunt (1982: 94) justru dikatakan bahwa makin sering mengingat, maka makin jelek kemampuan mengingat.

6.

Teori Interferensi (Interference Theory) Asumsi: teori ini menjelaskan bahwa suatu memori atau ingatan dapat terhapus atau berkurang apabila ditimpa dengan ingatan baru, ini disebut dengan hambatan kebelakang (inhibisi retroaktif). Daya ingat juga dapat menjadi semakin jelek apabila lebih sering mengingat. Ini disebut hambatan ke depan (inhibisi proaktif). 7. Teori Disonansi Kognitif Dikemukakan oleh Leon Festinger. Teori ini berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamana itu. Perasaan disonansi ini muncul keika seseorang menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, harapkan, atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang. Orang akan mencari informasi yang

mengurangi disonansi, dan menghindari informasi yang menambah disonansi. Bila terkena informasi yang menambah disonansi, orang akan menolak informasi itu, meragukan sumbernya, mencari informasi yang konsonan, atau mengubah sikap sama sekali. KOMUNIKASI INTERPERSONAL Yaitu: proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. (Joseph Devito) Karakteristik: kecenderungan tatap muka, interaksi langsung, spontan, verbal dan nonverbal, pengaruh langsung, pengungkapan diri:  Komunikasi interpersonal diawali dengan diri pribadi (self)  Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional – mengacu pada tindakan pihak2 yang berkomunikasi secara serempak, menyampaikan dan menerima pesan.  Komunikasi antarpribadi mencakup aspek2 isi pesan dan hubungan antar pribadi  Komunikasi antar pribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak2 yang berkomunikasi  Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak2 yang saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam proses komunikasi  Komunikasi antar pribadi tidak bisa diubah maupun diulang Prinsip: inescapable (tidak dapat dielakkan), irreversible (tidak dapat ditarik kembali), complicated (kompleks/ rumit), contextual (ada dalam keadaan tertentu) Komunikasi Interpersonal dilihat dari dimensi2:  Dimensi individu: memahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam proses psikologis.  Memahami diri pribadi: pengalaman dalam kehidupan akan membentuk diri pribadi setiap manusia, tetapi setiap orang harus juga menyadari apa

yang sedang terjadi dan apa yang telah terjadi pada diri pribadinya. Kesadaran pada diri dasarnya adalah suatu proses persepsi yang ditujukan pada dirinya sendiri.  Memahami orang lain: meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, ada tidak jenis informasi terpenting yang perlu kita tahu: tujuan orang tersebut, kondisi internal/ psikologis orang tersebut, dan persamaan antara kita dengan orang lain.  Memahami aspek relasional atau hubungan dalam komunikasi antar pribadi.

KOMPONEN2 KOMUNIKASI INTERPERSONAL, terdiri dari: Persepsi interpersonal, Konsep Diri, Atraksi Interpersonal, dan Hubungan Interpersonal. Persepsi Interpersonal: Persepsi pada objek berupa manusia. Perbedaan persepsi interpersonal dan persepsi objek Persepsi Objek Persepsi Interpersonal Stimuli ditangkap oleh alat indera Stimuli mungkin sampai melalui melalui benda2 fisik lambang2 verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga Hanya menanggapi sifat2 luar objek Mencoba memahami apa yang tidak itu berdasarkan apa yang dilihat oleh tampak oleh indera. Tidak hanya alat indra melihat tindakan, tetapi juga motif Objek tidak akan bereaksi terhadap Manusia akan bereaksi terhadap kita reaksi kita. Persepsi interpersonal bisa keliru karena dipengaruhi oleh faktor2 personal serta hubungan dengan orang tersebut. Objek relatif tetap Manusia berubah2. Pengaruh Faktor Situasional terhadap Persepsi Interpersonal: 1. Deskripsi verbal 2. Petunjuk proksemik, studi tentagn penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Ada empat jarak: jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. 3. Petunjuk kinesik, didasarkan pada gerakan orang 4. Petunjuk fasial, didasarkan pada mimik muka atau raut wajah. Petunjuk ini merupakan petunjuk paling penting dalam mengenali perasaan persona objek manusia. 5. Petunjuk paralinguistik, didasarkan pada bagaimana orang mengucapkan lambang2 verbal. Meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara, dialek, dan interaksi.

6. Petunjuk artifaktual, meliputi segala macam penampilan sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, tas, pangkat, dan atribut2 lainnya. Pengaruh Faktor Personal Pada Persepsi Interpersonal: 1. Pengalaman 2. Motivasi 3. Kepribadian Looking Glass-Self: membayangkan diri kita sebagai orang lain; dalam bena kita. Dengan mengamati diri kita, sampailah pada gambaran dan penilaian tentang diri kita, yaitu konsep diri. Konsep diri terdiri dari “I” yang sadar dan aktif serta “me” yang menjadi objek renungan kita. Konsep Diri: pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri ada dua, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Faktor2 yang mempengaruhi konsep diri: Orang lain dan kelompok rujukan Pengaruh konsep diri pada komunikasi interpersonal:  Nubuat yang dipenuhi sendiri, kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri.  Membuka diri. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dalam Johari Window. Berikut Gambarnya: Kita Ketahui Tidak kita ketahui TERBUKA BUTA Publik TERSEMBUNYI TIDAK DIKENAL Privat  Percaya Diri, menutup diri selain dari konsep diri negatif juga karena kurang percaya diri.

 Selektivitas, konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa seseorang membuka diri, bagaimana mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Konsep diri menyebabkan terpaan selektif, persepsi selektif, dan ingatan selektif. Atraksi Personal: Daya tarik yang muncul terhadap stimuli. Faktor Personal: Kesamaan karakteristik personal, tekanan emosional, harga diri yang rendah, isolasi sosial Faktor Situasional: Daya tarik fisik, ganjaran, familiarity, kedekatan, kemampuan Pengaruh terhadap komunikasi interpersonal: penafsiran peran dan penilaian, efektivitas komunikasi Hubungan Interpersonal Tahap2: Pembentukan hubungan interpersonal, peneguhan hubungan interpersonal, konfirmasi, diskonfirmasi, pemutusan hubungan. Faktor2 yang mempengaruhi: Percaya, Kejujuran, Sikap Suportif, Sikap Terbuka. TEORI KOMUNIKASI INTER PERSONAL Teori komunikasi inter personal, biasanya memfokuskan pengamatannya pada bentuk2 dan sifat hubungan/ relationshipnya, percakapan/ pertukaran informasi, interaksi, dan karakteristik komunikator. 1. Pertukaran informasi, teori yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:  Self Disclosure Theory, yang membahas pertukaran informasi antar pribadi, bagaimana seseorang mencari informasi mengenai orang lain dan bagaimana ia memberikan informasi tentang dirinya. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. 2. Persepsi, teori yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain:  Implicit Personality Theory

Teori ini berasumsi bahwa individu mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat2 apa dan berkaitan dengan sifat2 apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan ketika membentuk kesan tentang orang lain. Contoh, konsep baik bagi kita adalah ramah, suka menolong, jujur, dan toleran meskipun tentu saja tidak selamanya konsep tersebut benar.  Atribution Theory Teori ini berasumsi bahwa atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979). Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana seorang individu memahami apa yang menyebabkan seorang individu berperilaku seperti itu. 3. Pengembangan hubungan, teori yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:  Uncertainty Reduction Theory Dikemukakan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese. Asumsinya, ketika dua orang asing bertemu, fokus mereka adalah untuk mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai satu sama lain dan mengenai hubungan mereka. Orang dapat memiliki ketidakpastian pada dua level yang berbeda: perilaku dan kognitif. Teori ini menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian di antara orang asing yang terlibat dalam suatu pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali.  Social Penetration Theory Dikemukakan oleh.Irwin Altman dan Dalmas Taylor. Asumsinya, penetrasi sosial merujuk pada sebuah proses ikatan hubungan dimana individu2 bergerak dari komunikasi superfisial menjadi komunikasi yang lebih intim. Empat asumsi: Pertama, hubungan2 mengalami kemajuan dari tidak intim menjadi intim; kedua, secara umum perkembangan hubungan sistematis dan dapat diprediksi; ketiga, perkembangan hubungan mencakup depenetrasi (penarikan diri) dan disolusi; keempat, pembukaan diri adalah inti dari

perkembangan hubungan. Tahap orientasi penetrasi sosial: Orientasi --- Pertukaran penjajakan afektif --- pertukaran afektif --pertukaran stabil.  Social Exchange Theory Dikemukakan oleh John Thibaut dan Harold Kelley Asumsinya, menyatakan bahwa dorongan utama dalam hubungan interpersonal adalah kepuasan dari kepentingan pribadi dua orang yang terlibat. Kepentingan pribadi tidak selalu dianggap buruk dan dapat digunakan untuk meningkatkan suatu hubungan. Pertukaran interpersonal dianggap mirip dengan pertukaran ekonomis di mana orang merasa puas ketika mereka menerima kembalian yang sesuai untuk pengeluaran mereka. Manusia juga cenderung membandingkan hubungan yang ada saat ini dengan hubungan lain yang akan mereka miliki di masa mendatang.  Relational Dialectics Theory Dikemukakan oleh Lexlie Baxter dan Barbara Montgomery. Asumsinya, teori ini menggambarkan hidup hubungan sebagai kemajuan dan pergerakana yang konstan. Orang-orang yang terlibat di dalam hubungan terus merasakan dorongan dan tarikan dari keinginan-keinginan yang bertolak belakang di dalam seluruh bagian hidup berhubungan. Pada dasarnya, ketika orang berkomunikasi di dalam hubungan mereka, mereka berusaha untuk mendamaikan keinginan-keinginan yang saling bertolak belakang ini, tetapi mereka tidak pernah menghapuskan kebutuhan mereka akan kedua bagian yang saling bertolak belakang ini. Ini terjadi, karena seiring dengan perkembangan hubungan, terdapat kemungkinan akan munculnya tarikan-tarikan yang menimbulkan konflik. Mengelola ketegangan2 ini adalah esensi dari teori ini.  Communication Privacy Management Dikemukakan oleh Sandra Petronio Asumsinya, teori ini menyatakan bahwa orang yang sedang berada dalam hubungan secara konstan mengelola perbatasan-perbatasan

antara pikiran dan perasaan yang ingin dan tidak ingin mereka nyatakan. Teori ini berusaha menjelaskan proses yang digunakan orang untuk mengelola hubungan antara menutupi dan mengungkapkan informasi pribadi. CPM fokus pada pembukaan pribadi, bukan pembukaan diri seperti halnya dalam self disclosure. Beberapa Teori Inter Personal lainnya:  Teori Pelanggaran Harapan (Exoectancy Violence Theory), dikemukakan oleh Judee Burgoon. Teori ini menyatakan bahwa orang memiliki harapan mengenai perilaku nonverbal orang lain. Teori ini menyatakan bahwa ketika norma2 komunikasi dilanggar, pelanggaran ini dapat dipandang dengan positif atau negatif, tergantung dari persepsi penerima terhadap si pelanggar. Melanggar harapan seseorang biasanya merupakan strategi yang dapat digunakan dibandingkan dengan memenuhi harapan seseorang.  Teori Interaksi Simbolik, berakar dari ilmu sosiologi. Konsep ini diperkenalkan pertama kali oleh George Herbert Mead. Teori ini memiliki dua mahzab. Pertama, Mahzab Chicago yang dimotori oleh Mead dan Blumer yang menyatakan bahwa studi mengenai manusia tidak dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode yang sama seperti yang digunakan untuk mempelajari hal lainnya. Kedua, Mahzab Iowa yang dipelopori oleh Kuhn dan mengadopsi pendekatan kuantitatif untuk studinya. Tema dari teori ini adalah: (1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2) Pentingnya konsep diri, (3) Hubungan antara individu dan masyarakat.Sedangkan asumsi teori ini adalah: (1) Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, (2) Makna diciptakan dalam interaksi antar manusi, (3) Makna dimodifikasi melalui proses interpretif, (4) Individu2 mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, (5) konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku, (6) Orang dan klompok2 dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, (7) struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. KONSEP MEAD: MIND, SELF, SOCIETY

Mind: kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang sama, dan untuk mengembangkan pikiran harus melalui interkasi sosial. Self: kemampuan untuk merefleksikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Society: jejaring hubungan sosial yang diciptakan manusia. Dari Interaksionisme Simbolik lahir dua teori, yaitu Teori Dramatisme dan Teori Narasi. Kedua teori ini memusatkan perhatian pada peristiwa penggunaan simbol komunikasi. Dramatisme memandang manusia sebagai aktor di atas panggung metaforis yang sedang memainkan peranan mereka; komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku untuk menghadirkan cerita tertentu. Teori narasi memaknai pesan atau proses komunikasi sebagai sebuah proses penceritaan dengan struktur tertentu. Kedua teori ini tidak bisa dipisahkan, karena memainkan adegan berarti menceriatkan kisah secara berurut.

KOMUNIKASI KELOMPOK

Kelompok: Sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lainnya dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana) Komunikasi Kelompok:  Onong U. Effendy: Komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua.  Devito: Sekumpulan orang yang relatif kecil yang masing2 dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu diantara mereka.  Burgoon dan Ruffnerr: Komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih individu guna memeroleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat. Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok:  Kelompok meruapkan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari2  Melalui kelompok memungkinkan kita dapat berbagi informasi, pengalaman, pengetahuan kita dengan anggota kelompok lainnya Elemen Kom. Kelompok:  Interaksi Tatap Muka  Jumlah partisipan yang terlibat antara 3 – 20 orang  Adanya Maksud dan tujuan yang dikehendaki secara bersama  Kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya. Tipe Kelompok: Kelompok belajar, kelompok pertumbuhan, kelompok pemecahan masalah Karakteristik: Norma dan Peranan Perbedaan dgn kom. Interpersonal dan kom. Publik: Kompleksitas, tujuan berkomunikasi, derajat formalitas, pergantian pesan partisipan, kesegaraan arus balik, penciptaan hasil akhir. Klasifikasi kelompok:

 Menurut Cooley, terdiri dari:  kelompok primer: yaitu hubungan akrab, personal dan menyentuh hati. Contoh: keluarga  kelompok sekunder: hubungan tidak akrab, tidak personal.Contoh: organisasi massa, fakultas.  Menurut Summer, terdiri dari:  Kelompok ingroup (kelompok kita), diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, dan kesenangan serta kerjasama.  Kelompok outgroup (kelompok mereka)  Menurut Newcomb, terdiri dari:  Kelompok keanggotaan  Kelompok rujukan, yaitu kelompok yang digunaakn sebagai alat standar (alat ukur) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Fungsi: komparatif, normatif, perspektif.  Menurut Wright, terdiri dari:  Kelompok Deskriptif, yaitu klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Tiga kategori kelompok yang termasuk dalam kelompok ini adalah: 1. Kelompok tugas (Aubrey Fisher), melewati empat tahap: ORIENTASI -- KONFLIK -- PEMUNCULAN -- PENEGUHAN 2. Kelompok Pertemuan (Bennis dan Sheperd), melewati dua tahap, yaitu: Kebergantungan pada otoritas, dan kebergantungan satu sama lain 3. Kelompok penyadar (Chesebro, Cragan, dan McCullough), melewati dua tahap, yaitu: kesadaran diri akan identitas baru, dan identitas kelompok melalui polarisasi.  Kelompok Preskriptif, yaitu klasifikasi kelompok yang mengacu pada langkah2 yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Menurut Cragan dan Wright, ada enam format kelompok dalam klasifikasi ini, yaitu: 1. Diskusi meja bundar: terjadi jaringan komunikasi semua saluran

2. Simposium: serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari sebuah topik. 3. Diskusi Panel: format khusus yang anggota2nya berinteraksi, baik langsung ataupun melalui mediator. 4. Forum: waktu tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka. 5. Kolokium: format diskusi yang memberikan kesempatan kepada wakil2 khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang sudah disiapkan kepada para ahli 6. Prosedur parlementer: format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat. Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi: 1. Konformitas: perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebakai akibat tekanan kelompok – yang real ataupun yang dibayangkan. 2. Fasilitasi sosial: prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan, sehingga terasa lebih mudah. 3. Polarisasi: kecenderungan perubahan individu ke arah yang lebih ekstrem ketika sedang berada dalam kelompok. TEORI KOMUNIKASI KELOMPOK Teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan. 1. Groupthink Theory, dikemukakan oleh Irving Jannis Dalam teori ini, kelompok2 yang memiliki tingkat kohesivitas tinggi seringkali gagal untuk mempertimbangkan alternatif2 dari tindakan yang mereka ambil. Ketika anggota kelompok berpikir sama dan tidak memiliki pemikiran yang berlawanan, mereka juga memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menyatakan ide2 yang tidak popular atau tidak serupa dengan anggota kelompok lainnya. Groupthink menyatakan

bahwa kelompok2 ini membuat keputusan yang terlalu dini, dan beberapa di antara keputusan2 tersebut memiliki dampak yang tragis dan berkelanjutan. Jannis berusaha menunjukkan bagaimana kelompok yang sangat kompak mungkin menginvestasikan terlalu banyak energi untuk memelihara niat baik di dalam kelompok itu sehingga mengorbankan pengambilan keputusan. 2. Teori Fungsional Umum (General Functional Theory), dikemukakan oleh Randy Hirokawa. Teori ini secara umum melihat berbagai sumber kesalahan dalam pembuatan keputusan kelompok dengan memusatkan pada pengidentifikasian jenis-jenis hal yang harus dihadapi oleh kelompok supaya jadi lebih efektif. 3. Teori Strukturisasi, dikemukakan oleh sosiolog Anthony Giddens. Teori ini merupakan sebuah teori umum tentang tindakan sosial. Teori ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah suatu proses memroduksi dan mereproduksi berbagai sistem sosial. Kelompok-kelompok bertindak menurut aturan-aturan untuk mencapai tujuan-tujuan mereka dan dengan demikian menciptakan struktur-sturuktur yang kembali memengaruhi tindakan-tindakan yang akan datang. Struktur-struktur seperti harapanharapan relasional, peran-peran dan norma-norma kelompok, jaringanjaringan komunikasi, dan institusi-institusi kemasyarakatan memengaruhi dan dipengaruhi oleh tindakan sosial. Struktur-struktur ini memberi individu aturan-aturan yang memandu tindakan-tindakan mereka, tetapi tindakan-tindakan mereka pada gilirannya menciptakan aturan-aturan baru dan mereproduksi aturan-aturan lama. 4. Teori Konvergensi Simbolis, dikemukakan oleh Ernest Bormann. Teori konvergensi ini sering juga disebut dengan analisis tema-fantasi. Teori ini didasarkan pada penelitian Robert Bales terhadap komunikasi di antara kelompok kecil. Bales menemukan bahwa pada saat-saat tegang, kelompok-kelompok akan sering menjadi dramatis dan berbagi cerita, atau tema-tema fantasi. Teori kelompok lainnya yang memfokuskan pada interaksi adalah Social Comparison Theory, Group Syntality Theory, Group Achievement Theory,

dan Sociometric Theory, yang membahas mengenai interaksi antar anggota dalam suatu kelompok.

KOMUNIKASI ORGANISASI Yaitu: Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informalm dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. (Deddy Mulyana). Karakteristik: setiap anggota memiliki posisi/ jabatan, tugas dan pekerjaan letaknya dalam hierarki yang tertulis jelas, setiap anggota mengetahui atasan dan bawahannya, setiap anggota dipilih berdasarkan kualifikasi pekerjaan yang ditentukan oleh ukuran objektif (pendidikan, kontrak). Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi: 1. Fungsi Informatif: berkaitan dengan penyampaian dan pemenuhan informasi 2. Fungsi Regulatif: berkaitan dengan peraturan2 yang berlaku 3. Fungsi Persuasif: berkaitan dengan upaya memperoleh hasil yang diharapkan melalui kegiatan persuasi ketimbang memberi perintah. 4. Fungsi Integratif: berkaitan dengan upaya organisasi untuk menyedikan saluran agar semua orang dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan baik. Gaya Komunikasi Dalam Organisasi: Yaitu: Seperangkat perilaku interpersonal yang terspesialisasi dan digunakan dalam situasi tertentu. 1. The Controlling Style: bersifat mengendalikan; membatasi, memaksa, atau mengatur perilaku, pikiran, dan tanggapan orang lain; komunikasi satu arah. 2. The Equalitarian Style: berlakunya arus2 penyebaran pesan verbal, lisan maupun tulisan. Two way communication. 3. The Structuring Style: memanfaatkan pesan2 verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi 4. The Dynamic Style: kecenderungan agresif, action oriented.

5. The Relinguishing Style: kesediaan untuk menerima pendapat atau gagasan orang lain 6. The Withdrawal Style: melemahnya tindak komunikasi; tidak ada keinginan dari orang2 untuk berkomunikasi karena adanya hambatan2 tertentu dalam hubungan interpersonal. Pendekatan Dalam Organisasi: 1. Pendekatan Struktur dan Organisasi (Max Weber): Organisasi sebagai sistem dari suatu aktivitas tertentu yang bertujuan dan berkesinambungan. 2. Pendekatan Hubungan Manusiawi (Rensis Likert): pemberdayaan manusia, lebih kepada pendekatan ekonomi (personalia), tetapi pada perkembangannya kini lebih kepada pendekatan menjadikan manusia sebagai manusia. Empat Sistem Likert:  Exploitative Authority: Pimpinan menggunakan kekuasaan dengan tangan besi  Behevolent Authority: Hampir sama dengan exploitative, bedanya pimpinan menyadari adanya kebutuhan terhadap karyawannya.  Consultative: Pimpinan masih memegang kendali, tetapi meminta masukan dari bawah  Participate Management: memberi kesempatan penuh kepada karyawan untuk berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan. 3. Pendekatan Komunikasi Sebagai Suatu Proses Pengorganisasian: Memandang orang bukan sebagai struktur atau kesatuan, tetapi suatu aktivitas. 4. Pendekatan Organisasi Sebagai Sebuah Kultur: Organisasi merupakan pandangan hidup bagi para anggotanya. Pendekatan lain dalam teori organisasi: mekanik (motivasi ekonomi, pembagian pekerjaan dalam bagian dan sistem, kontribusi: span of control, unity of command), human relations (motivasi sosial), Systems (paduan scientific dan human relations).

Komunikasi dalam Organisasi: Upward (bawah ke atas), Downward (atas ke bawah), lateral (komunikasi sebaya/ setingkat) Peran Individu Dalam Organisasi:  Isolates, penyendiri  Opinion Leader, pemberi pengaruh  Gate keepers, pengontrol pesan  Kosmopolites, penghubung dengan lingkungan  Bridges, penghubung antar clique  Liasons, penghubung luar clique TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI Teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi (teori klasik Max Weber), hubungan antar manusia (teori human relations Lipert), komunikasi dan proses pengorganisasian (teori informasi organisasi Weick), serta kebudayaan organisasi (Teori budaya organisasi Pacanowsky dan Trujillo) 1. Teori Klasik (Max Weber), disebut juga Teori Birokarasi. Teori ini mendefinisikan organisasi sebagai sebuah sistem kegiatan yang bertujuan dan bersifat interpersonal yang dirancang untuk mengkoordinasikan tugas2. Asumsi teori ini, komunikasi akan diterima bergantung sejauh mana atasan memiliki wewenang yang absah, sehingga memunculkan kepatuhan yang efektif dan lengkap. Teori ini juga menjelaskan adanya prosedur dan birokrasi dalam mencapai efektivitas dan efisiensi perusahaan. 2. Teori Hubungan Manusiawi dari Lipert. Terdiri dari empat sistem: Exploitative, Behevolent, Consultative, dan Participative. 3. Teori Informasi Organisasi dari Karl Weick. Teori ini berusaha untuk memperjelas informasi yang kabur, salah arah, atau ambigu. Asumsi teori ini adalah aktivitas utama sebuah organisasi adalah proses memahami informasi yang tidak jelas dan ambigu. Anggota2 organisasi mencapai proses memahami ini melalui enactment, pemilihan, dan retensi

informasi. Fokus teori ini adalah pada pertukaran informasi yang terjadi dalam organisasi dan bagaimana anggota mengambil langkah untuk memahami hal ini. Anggota organisasi memegang peranan penting dalam penciptaan dan pemeliharaan makna pesan. Menurut teori ini, organisasi akan berevolusi selama mereka berusaha untuk memahami diri mereka dan lingkungannya. Proses evolusioner ini bersandar pada tiga rangkaian proses, yaitu:  Penetapan: yaitu pendefinisian situasi, atau mengumpulkan informasi yang tidak jelas dari luar.  Pemilihan: memungkinkan kelompok untuk menerima aspek2 tertentu dan menolak aspe2 lainnya dari informasi  Penyimpanan: aspek2 tertentu akan disimpan untuk digunakan di masa mendatang. Informasi yang dipertahakan diintegrasikan ke dalam kumpulan informasi yang sudah yang menjadi dasar bagi beroperasinya organisasi. Titik berat teori ini tidak terletak pada struktur organisasi, tetapi pada proses pengorganisasian anggota organisasi untuk mengelola informasi sehingga informasi yang membingungkan atau ambigu menjadi masuk akal. 4. Teori Budaya Organisasi oleh Clifford Geertz, Michael Pacanowsky, Nick O’Donnell – Trujillo. Dalam pandangan teori ini, budaya bukanlah sesuatu yang dimiliki oleh organisasi; budaya adalah sesuatu yang merupakan organisasi itu sendiri. Budaya dikonstruksi secara komunikatif melalui praktik2 dalam organisasi, dan budaya adalah nyata di dalam organisasi. Budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis, semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat produktivitas. Lebih jauh lagi, budaya organisasi mencakup semua simbol, tindakan, dan makna2 yang dilekatkan pada simbol tersebut. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interakasi antar karyawan dan manajemen. Asumsi dari teori ini: (1) anggota2 organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki bersama

mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih baik mengenai nilai2 sebuah organisasi, (2) penggunaan dan interpretasi simbol sangat penting dalam budaya organisasi, (3) budaya bervariasi dalam organisasi2 yang berbeda, dan interpretasi tindakan dalam budaya ini juga beragam. KOMUNIKASI PUBLIK (RETORIKA) Yaitu: Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah orang besar (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu persatu. (Deddy Mulyana) Inti: penyebaran informasi dari satu orang kepada orang banyak. Tujuan komunikasi Publik: to inform, to entertain, dan to persuade. Tujuan terakhir, yaitu persuasi menjadi inti dari komunikasi retorika. Retorika sendiri didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki pembicara untuk memengaruhi khalayaknya. Teori Komunikasi Publik 1. Teori Retorika dari Aristoteles. Teori ini berpusat pada pemikiran mengenai retorika, yang disebut Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Ada tiga elemen penting (tiga barang bukti) yang harus diperhatikan dalam mempersuasi khalayak, yaitu:  Logika (Logos), bukti2 logis yang digunakan oleh pembicara sebagai argumen mereka, rasionalisasi, dan wacana.  Emosi (Pathos), berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para pendengar atau khalayak.  Etika/ Kredibilitas (Ethos), merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal2 ini ditunjukkan melalui pidatonya. Sedangkan, asumsi dari teori ini adalah: (1) pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak mereka, (2) pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi mereka. Bukti ini adalah tiga elemen penting yang telah dibahas sebelumnya, yaitu logos, pathos, dan ethos.

KOMUNIKASI MASSA Yaitu:  Deddy Mulyana: komunikasi yang menggunakan media massa, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas.  Charles Wright: Bentuk baru komunikasi yang dapat dibedakan dari cara2 yang lama, karena memiliki karakteristik berikut: diarahkan pada khalayak yang luas, heterogen, dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas. Komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang kompleks yang melibatkan biaya yang besar Karakteristik Komunikasi Massa:  Komunikator: melembaga, berada atau bergerak dalam organisasi, melibatkan biaya yang besar  Pesan: umum dan disampaikan secara terbuka, cepat, serentak, dan selintas.  Khalayak: luas, tersebar, heterogen, dan anonim Dalam Ardianto dan Komala: Komunikator terlembagakan, pesan bersifat umum, komunikannya anonim dan heterogen, menimbulkan keserempakan, mengutamakan isi ketimbang hubungan, bersifat satu arah, stimulasi alat indera terbatas, umpan balik tertunda.

Komponen2 Komunikasi Massa:  Komunikator  Pesan yang terdiri dari: code (sistem simbol yang digunakan, kata lisan dan tulisan, foto2, musik, gambar hidup/ film) dan content (menunjuk pada sistem pesan)  Media

 Khalayak  Filter dan Regulator Komunikasi Massa  Gatekeeper: menyaring pesan yang diterima komunikan. Empat Tanda Pokok Komunikasi Massa (Elizabeth-Noelle Neuman): 1. Bersifat tidak langsung, harus melewati media teknis 2. Bersifat satu arah, tidak ada interaksi antara peserta2 komunikasi 3. Bersifat terbuka, ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim 4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar. Karakteristik Psikologis Sistem Komunikasi Massa: 1. Pengendalian arus informasi dikontrol penuh oleh komunikator. Komunikasi berlangsung secara satu arah, sehingga mendorong persuasi yang efektif (Cassata dan Asante). Komunikator dalam komunikasi massa sukar menyesuaikan pesannya dengan reaksi khalayak. 2. Umpan balik tertunda (delayed) 3. Stimulasi alat indera terbatas tergantung media massa yang digunakan. 4. Proporsi unsur isi lebih penting daripada unsur hubungan. Sistem komunikasi massa menekankan pada “apanya”, sehingga pesan disisin berdasarkan sistem tertentu, disampaikan dengan urutan yang sistematis dan sesuai dengan struktur yang ditetapkan. Pesan media massa pun dapat disimpan, diklasifikasi, dan didokumentasikan. Aktivitas Pokok Komunikasi Massa Menurut Laswell:  Pengawasan lingkungan: pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian2 yang berlangsung; penanganan berita.  Korelasi antar bagian masyarakat dalam menanggapi lingkungan: interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berperilaku; editorial atau propaganda.  Transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke generasi berikutnya: komunikasi pengetahuan, nilai2, dan normas2 sosial antar generasi atau antar anggota kelompok; pendidikan.

Fungsi Komunikasi Massa Umum: informing, educating, persuading, entertaining Menurut Charles Wright:  Pengawasan oleh media massa: memberikan informasi rutin kepada masyarakat, peringatan dini akan adanya bahaya, memunculkan perasaan sama dengan orang lain (egaliterianisme).  Interpretasi dan Preskripsi Media Massa: untuk mencegah konsekuensi2 yang tidak diinginkan dari pengkomunikasian berita. Pemilihan, evaluasi, dan interpretasi berita sangat penting untuk mencegah overstimuli dan overmobilisasi masyarakat.  Transmisi Kebudayaan: Hiburan Menurut Dominick:  Surveillance (Pengawasan): pengawasan peringatan akan ancaman bahaya, pengawasan instrumental untuk kebutuhan informasi sehari2.  Interpretation (Penafsiran): merupakan penafsiran media akan suatu peristiwa, bertujuan untuk mengajak khalayak agar memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi interpersonal ataupun komunikasi kelompok.  Linkage (Pertalian): media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu  Transmission of Values (Penyebaran nilai2): Fungsi sosialisasi atau penyebaran nilai dan adopsi cara atau perilaku tertentu.  Entertainment (Hiburan) Menurut Devito:  Meyakinkan: memperkuat sikap, merubah sikap, menggerakkan seseorang, memperkenalkan etika atau sistem nilai tertentu  Penganugerahan Status: menaikkan prestise melalui media (publicity)  Membius: ketika media menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa tindakan tertentu harus diambil.

 Menciptakan rasa kebersatuan: membuat seseorang merasa menjadi bagian dari suatu kelompok masyarakat.  Privatisasi: kecenderungan untuk menarik diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunianya sendiri. Efek Komunikasi Massa:  Efek Kehadiran: efek ekonomi, sosial, penjadwalan kembali, hilangnya perasaan tertentu, kepercayaan terhadap media  Efek Kognitif: pembentukan dan perubahan citra, agenda setting, efek prososial kognitif (transmisi hal2 baik)  Efek Afektif: pembentukan dan perubahan sikap, rangsangan emosional, rangsangan seksual  Efek Behavioral: efek prososial behavioral (mendorong perilaku baik), agresi sebagai efek komunikasi/ Perdebatan Audiens aktif dan audiens pasif dalam studi media massa Audiens aktif Audiens Pasif Mendasari lahirnya teori2 dengan Mendasari lahirnya teori2 dengan efek minimal efek kuat Selektivitas dalam memilih media Diterpa begitu saja oleh media tanpa yang akan digunakan (selektivitas) adanya seleksi dari dalam diri Media digunakan untuk memenuhi Tidak dapat menghindar dari terpaan kebutuhan dan mencapai tujuan media massa tertentu (utilitarianism/ azas manfaat) Menggunakan isi media untuk suatu Menggunakan media tanpa tujuan tujuan (kesengajaan) yang berarti Audiens aktif dalam menghindari, Audiens tidak mempunyai power memikirkan, atau menggunakan untuk menghindari media, sebuah media. (keterlibatan/ usaha) Tidak mudah terpengaruh Sangat mudah terpengaruh TEORI KOMUNIKASI MASSA

Memfokuskan pada hal2 yang menyangkut: struktur dan isi media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antar media dan khalayak, aspek2 budaya dari komunikasi massa, serta dampak atau hasil komunikasi massa terhadap individu.  Struktur dan isi media massa, teori yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain teori dari Innis dan McLuhan. McLuhan lah orang yang pertama kali memperkenalkan konsep “global village”, yaitu untuk mendeskripsikan bagaimana media mengikat dunia menjadi sebuah sistem politik, ekonomi, sosial, dan buadya yang besar. McLuhan mengatakan bahwa bentuk2 media itu sendiri sebenarnyalah yang menimbulkan dampak utama dari komunikasi massa, sebagaimana dia ungkapkan “medium is the message”. Teori ini dikenal dengan nama Teori Ekologi Media, dimana McLuhan merasa bahwa masyarakat sangat bergantung pada teknologi yang menggunakan media dan bahwa keterlibatan sosial suatu masyarakat didasarkan pada kemampuannya untuk menghadapi teknologi tersebut. Media, secara umum bertindak secara langsung untuk membentuk dan mengorganisasikan sebuah budaya. Teori yang membahas mengenai isi media adalah semiotics theory yang menekankan betapa isi mempunyai arti yang sangat besar. Semiotika memfokuskan pada cara2 produsen dalam menciptakan tanda2 dan cara2 khalayak memahami tanda2 tersebut.  Media sebagai institusi sosial, teori yang terpenting untuk membahas institusional media adalah teori kritis Marxis yang oleh McQuail terdiri dari lima cabang utama, yaitu: 1. Marxisme klasik: media dipandang sebagai aparat dari kelas dominan dan suatu cara bagi para kapitalis untuk mempromosikan kepentingan pencarian keuntungan mereka. 2. Political Economic Media Theory yang menyatakan bahwa isi media adalah sebuah komoditi untuk dijual dan penyebaran informasi yang disebarkan dikendalikan oleh pasar. 3. Frankfurt School, yang memandang media sebagai suatu cara untuk membangun budaya dan lebih menekankan pada gagasan daripada

barang2 material. Media, melalu cara berpikir ini mengarah pada pendominasian ideologi kaum elit. Hasil ini didapat dengan memanipulasi media atas citra2 san simbol2 untuk menguntungkan kepentingan kelas masyarakat. 4. Hegemonic Theory. Hegemoni merupakan dominasi dari suatu ideologi atau cara berpikir yang salah atas keadaan yang sebenarnya. Media dianggap memegang peranan penting dalam proses penyampaian ideologi yang dominan kepentingan kelas2 tertentu atas kelas2 lainnya. 5. Pendekatan sosial budaya. Teori ini menaruh perhatian pada arti budaya dari produk2 media, dengan memerhatikan bagaimana isi media diinterpretasikan, termasuk didalamnya interpretasi2 baik yang dominan maupun yang saling berlawanan.  Pengaruh media massa terhadap sosial budaya masyarakat (Efek Media Massa). Teori yang termasuk dalam kelompok ini antara lain: 1. Teori Kultivasi oleh George Gerbner: Teori ini merupakan studi tentang televisi yang menganggap televisi sebagai sarana utama untuk belajar tentang masyarakat dan kultur masyarakat. Melalui kontak dengan televisi, audiens belajar tentang dunia, orang2nya, nilai2nya serta adat kebiasaannya. Teori ini berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Teori ini lahir dari penelitian mengenai media, khususnya televisi dan dampaknya, terutama terhadap agresi dan kekerasan. Kegiatan menonton televisi kelas berat mengkultivasi suatu anggapan bahwa dunia adalah tempat yang penuh dengan kekerasan, dan para penonton televisi kelas berat merasa bahwa terdapat lebih banyak kekerasan di dunia dibandingkan dengan kenyataannya atau yang dirasakan oleh penonton kelas ringan. 2. Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence) dari Elizabeth NoelleNeumann. Teori ini melihat pada apa yang terjadi ketika orang menyatakan opini mereka mengenai topik2 yang telah didefinisikan oleh media bagi publiknya. Ternyata, mereka yang memiliki sudut pandang yang minoritas akan cenderung diam, sedangkan mereka

yang memiliki suara yang mayoritas akan semakin terdorong untuk membuka suaranya. Media pun akan berfokus lebih pada pandangan mayoritas dan meremehkan pandangan minoritas, sehingga kaum minoritas akan bersifat makin tidak asertif dalam mengkomunikasikan opini mereka. Ini terjadi akibat rasa takut akan adanya isolasi sosial sehingga kaum minoritas akan cenderung mempelajari opini mayoritas. Individu2 yang takut akan terisolasi ini secara sosial sangat rentan untuk sepakat dengan apa yang mereka anggap sebagai pandangan mayoritas.  Penggunaan media massa, yang termasuk dalam kelompok ini adalah teori uses and gratifications dari Elihu Katz, Jay Blumler, dan Michael Gurevitch. Teori ini berasumsi bahwa orang aktif memilih dan menggunakan media tertentu untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Menekankan posisi pengaruh yang terbatas, teori ini melihat media mempunyai pengaruh terbatas karena pengguna mampu memilih dan mengendalikan. Orang memiliki kesadaran diri, dan mereka mammpu memahami dan menyatakan alasan mereka menggunakan media. Media dipandang sebagai salah satu cara untuk memuaskan kebutuhan yang mereka miliki. Teori Komunikasi Massa Lainnya: Teori Pembelajaran Sosial (audiens meniru apa yang mereka lihat di televisi melalui observational learning), teori difusi inovasi (untuk penyebaran inovasi, khususnya di bidang pembangunan), teori dependency (individu memiliki ketergantungan terhadap media massa untuk memperoleh informasi), teori bulet (media massa powerful, audiens pasif), teori proses selektif (audiens cenderung melalukan terpaan selektif ), model agenda setting (media mempengaruhi/ menyetting apa yang perlu dan penting untuk dilakukan masyarakat, penentuan agenda).

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Yaitu: Komunikasi yang merujuk pada komunikasi antara individu2 yang latar belakang budayanya berbeda. Konteks komunikasi ini merupakan konteks komunikasi terbaru dari kajian komunikasi. Beberapa teori komunikasi antar budaya antara lain: 1. Teori Negosiasi Muka oleh Stella Ting-Toomey. Teori ini merujuk pada dampak budaya dari konflik, bagaimana anggota2 dengan budaya yang berebda mengelola konflik interpersonal mereka. 2. Teori Sikap oleh Nancy Hartsock. Teori ini menyatakan bahwa orang berada dalam lokasi sosial khusus; mereka menduduki tempat2 yang berbeda dalam hierarki sosial berdasarkan keanggotan mereka di dalam kelompok sosial. Karena adanya lokasi ini, individu memandang situasi sosial dari sudut pandang tertentu. Sudut pandang tersebut membentuk oposisi terhadap mereka yang berkuasa, menentang definisi sosial yang diberikan kepada mereka oleh mereka yang berkuasa, dan ini menjadi hal yang disebut sikap. 3. Teori Kelompok Bungkam oleh Cheris Kramarae. Asumsi teori ini, wanita dipandang lebih lemah dan tidak lebih pandai seperti pria karena kata2 mereka telah disediakan oleh kaum pria untuk menyesuaikan pengalaman pria. 4. Teori Akomodasi Komunikasi oleh Giles. Teori ini berfokus pada peranan dari komunikasi verbal dan nonverbal dalam percapakan, dan didasarkan pada keyakinan bahwa orang dari berbagai komunitas budaya akan menyesuaikan komunikasi mereka untuk mengakomodasi yang lainnya.

PSIKOLOGI KOMUNIKASI Seperti Disarikan dari Buku Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat Apa Psikologi Komunikasi? Psikologi Komunikasi bergerak dari adanya suatu kesadaran bahwa komunikasi memegang peranan yang penting dalam perkembangan psikologis seorang individu, sebagaimana diungkapkan bahwa The most important agency through which the child learns to be human is communication, verbal also nonverbal. Tidak hanya itu, komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia. Itulah sebabnya, komunikasi selalu menarik perhatian psikologi. Dilihat dari sejarah perkembangannya, komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Tiga diantara empat orang Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut oleh Wilbur Schramm adalah sarjana2 psikologi, yaitu Kurt Lewin, ahli dinamika kelompok, Paul Lazarsfeld, psikologi yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran Sigmund Freud, dan Carl I. Hovland seorang yang dididik dalam psikologi dan berkarir di psikologi. Tetapi, Komunikasi bukanlah bagian dari Psikologi. Psikologi Komunikasi sendiri berarti ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental (Fisher) adalah proses yang mementarai antara stimuli dan respons sebagai akibat berlangsungnya komunikasi, sedangkan Peristiwa behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi. Psikologi dalam komunikasi berusaha menyingkap apa yang tersembunyi di balik layar panggung komunikasi. Ruang lingkup Psikologi Komunikasi: 1. Pada diri Komunikan (semua peserta komunikasi) Menjelaskan karakteristik manusia komunikan serta faktor2 internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. 2. Pada diri Komunikator Memeriksa sifatnya dan bertanya: apa yang membuat satu sumber komunikasi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara yang lain tidak.

Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi Jika Sosiologi mempelajari komunikasi dalam konteks interaksi sosial dalam mencapat tujuan2 kelompok, filsafat meneliti komunikasi secara kritis dan dialektis dalam melihat hakikat manusia komunikan dan bagaimana ia menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas lain di alam semesta ini, maka Psikologi Komunikasi memfokuskan perhatiannya pada perilaku individu komunikan. Empat Pendekatan Psikologi Pada Komunikasi (Fisher), yaitu: 1. Penerimaan stimuli secara inderawi (sensory reception of stimuli) 2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons (internal mediation of stimuli). Ini adalah konsep black box atau kotak hita yang tidak pernah kita ketahui. Kita tidak tahu apa yang terjadi dalam kotak hitam ini, yang kita bisa lakukan hanyalah menyimpulkan apa yang kira2 terjadi pada kotak hitam ini melalui perilaku atau respons yang tampak. 3. Prediksi respons (prediction of response) 4. Peneguhan respons (reinforcement response) Penggunaan Psikologi Komunikasi Tentu saja psikologi komunikasi digunakan untuk menciptakan komunikasi yang efektif. Karena melalui komunikasi efektif lah kita menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan menetapkan hubungan kita dengan dunia di sekitar kita. Tanda2 komunikasi efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss adalah: Pengertian (penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator); Kesenangan; Mempengaruhi Sikap; Hubungan Sosial yang baik; Tindakan. Karakteristik Manusia Komunikan 1. Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis Diperkenalkan oleh Sigmund Freud yang mengatakan bahwa perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga sub sistem dalam kepribadian manusia, yaitu:  Id: bagian kepribadian yang menyimpan dorongan2 biologis manusia, pusat instink (hawa nafsu). Ada dua instink dominan: (1) Libido, yaitu instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan2

manusia yang konstrukstif, disebut juga instink kehidupan (eros). Eros mencakup semua hal yang mendatangkan kenikmatan; (2) Thanatos, intink destruktif dan agresif, disebut juga instink kematian. Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure), ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifa egoistis, tidak bermoral, dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Ini adalah tabiat hewani manusia. Id hanya bisa melahirkan keinginan, tidak mampu memuaskan keinginannya.  Ego: bagian kepribadian yang berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat2 hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality)  Superego: Polisi kepribadian, hati nurani yang merupakan internalisasi dari norma2 sosial dan kultur masyarakat. Id dan Superego berada di alam bawah sadar manusia, Ego berada di tengah menjadi mediator antara desakan dari Id ataupun tuntutan dari Superego. Manusia adalah Homo Volens: Manusia berkeinginan. 2. Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme Tokoh2nya Hull, Miler dan Dolard, Rotter, Skinner, Bandura. Aliran behaviorisme menganalisa hanya perilaku yang tampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, atau diramalkan. Seluruh perilaku manusia dalam konsep ini adalah hasil belajar. Perilaku manusia dibentuk oleh lingkungan dan pengalamannya. Manusia pasif dan karenanya segala perilakunya digerakkan dan dikendalikan oleh faktor2 lingkungan. Manusia adalah tabula rasa dan satu2nya jalan menuju pengetahuan adalah pengalaman. Organisme lahir tanpa sifat2 sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyakan kesenangan dan mengruangi penderitaan. Manusia dalam konsepsi ini sangat bisa dibentuk oleh lingkungannya. Kelemahan konsep ini: tidak bisa menjelaskan perilaku yang self motivated.

Manusia adalah Homo Mechanicus: Manusia Mesin 3. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif Tokoh2nya Kurt Lewin, Heider, Leon Festinger, Plaget, Kohlberg. Manusia dalam konsep ini dianggap tidak bereaksi secara pasif terhadap lingkungannya, melainkan makhluk yang selalu aktif berusaha memahami lingkungannya. Pengalaman indrawi seringkali salah dalam memberikan pengetahuan, sehingga jiwalah yang seharusnya menjadi alat utama pengetahuan. Manusia adalah organisme yang aktif dalam memilih sensasi, menafirkannya, dan mendistorsi lingkungan. Manusialah yang aktif memberikan makna pada stimuli, bukan stimuli itu sendiri. Words don’t mean, people mean. Konsep tension – optimalkan makna dalam persepsi, perasaan, kognisi, dan pengetahuan. Manusia adalah Homo Sapiens: Manusia Berpikir 4. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Humanistik Tokoh2nya Carl Rogers, Combs & Snygg, Maslow, May Satir, Perls. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan diri. Manusia bereaksi pada realitas sesuai dengan yang dipersepsi olehnya. Manusia adalah pelaku aktif strategi transaksional dengan lingkungan. Manusia adalah pencari makna dan hidup dalam dunia kehidupan yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Manusia adalah Homo Ludens: Manusia bermain. Faktor2 Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia (Internal) 1. Faktor Biologis: segala kegiatan manusia yang berasal dari struktur biologinya. Perilaku sosial dibimbing oleh aturan2 yang sudah diprogram secara genetis dalam tubuh manusia. 2. Faktor Sosiopsikologis: pengaruh yang dipengaruhi dari proses sosial, terdiri dari komponen afektif (aspek emosional dari faktor sosiopsikologis didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya), komponen kognitif (aspek intelektual, berkaitan dengan apa yang diketahui manusia), komponen konatif (aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak).

Komponen afektif terdiri dari: (1) motif sosiogenesis (motif sekunder) yang teridir dari motif ingin tahu, motif kompetensi, motif cinta, motif harga diri dan kebuuhtan untuk mencari identitas, kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan, kebutuhan akan pemenuhan diri; (2) Sikap, yaitu kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi, relatif lebih menetap, mengandung aspek evaluatif, dan timbul dari pengalaman, dapat diubah ataupun diperteguh karena merupakan hasil belajar; (3) Emosi, yaitu kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. Komponen kognitif, terdiri dari kepercayaan, yaitu keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman, intuisi. Kepercayaan dapat bersifat irrasional, ataupun rasional. Komponen konatif, terdiri dari kebiasaan dan kemauan. Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan. Faktor2 Situasionalyang Mempengaruhi Perilaku Manusia (Eksternal) 1. Aspek2 objektif dari lingkungan, terdiri dari:  Faktor Ekologis, keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku (faktor geografis, iklim, dan meteorologis)  Faktor Rancangan dan Arsitektural, pengaturan ruangan membuat orang bisa mendorong atau menghindari interaksi.  Faktor Temporal, waktu mempengaruhi perilaku manusia  Suasana Perilaku (behavior settings), suasana yang berbeda akan menimbulkan pola2 hubungan yang berbeda pula antara perilaku orang2 di dalamnya.  Teknologi, McLuhan menunjukkan bahwa bentuk teknologi komunikasi lebih penting daripada isi komunikasi itu sendiri.

 Faktor2 Sosial, sistem peranana yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok dan organisasi, karakteristik populasi adalah faktor2 sosial yang menata perilaku manusia. 2. Lingkungan psikososial, yaitu persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. lingkungan dalam persepsi kita lazim disebut sebagai iklim (climate), misalnya iklim organiasi. 3. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku. Situasi yang permisif memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa malu. Situasi restriktif menghambat orang untuk berperilaku sekehendak hatinya. PSIKOLOGI KOMUNIKATOR Adanya asumsi dari Aristoteles yang mengatkan bahwa persuasi tercapai karena karakteristik pembicaranya; karakter pembicara disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya, yaitu Ethos Ethos: karakter/ kredibilitas komunikator, terdiri dari good will, good moral character, good sense. Hovlan dan Weiss menyebut ethos sebagai credibility yang terdiri dari dua unsur, yaitu: expertise (keahlian) dan trustwhortiness (dapat dipercaya terkait dengan kejujuran) Keahlian: kesan yang dibentuk khalayak tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Kepercayaan: kesan khalayak tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Pengaruh komunikasi kita pada orang lain (Kelman): internalisasi (menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan sesuai dengan nilai yang dimilikinya, identifikasi (mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan dengan orang atau kelompok itu), ketundukan (individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok tersebut)

Dimensi Ethos 1. Kredibilitas: seperangkat persepsi khalayak tentang sifat2 komunikator. Kredibilitas ada dua, yaitu kredibilitas yang dinilai oleh khalayak, dan kredibilitas yang memang sifat komunikator itu sendiri. Prior Ethos: hal2 yang mempengaruhi persepsi khalayak tentang komunikator sebelum melakukan kegiatan komunikasi. Instrintic Ethos: topik yang dipilih, cara penyampaian, teknik2 pengembangan pokok bahasan, dan bahasa yang dipergunakan, serta organisasi pesan atau sistematika yang dipakai. 2. Atraksi: berkaitan dengan daya tarik fisik dan kesamaan antara komunikator dan khalayak 3. Kekuasaan: yaitu kemampuan menimbulkan ketundukan. Lima jenis kekuasaan (Raven):  Kekuasaan koersif, kemampuan mendatangkan ganjaran dan memberi hukuman  Kekuasaan Keahlian, berasal dari pengetahuan, keahlian, pengalaman, keterampilan.  Kekuasaan informasional, isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru komunikator  Kekuasaan Rujukan, didasarkan pada kekaguman khalayak sehingga menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukannya.  Kekuasaan legal, berasal dari wewenang atau seperangkat peraturan dan norma. PSIKOLOGI PESAN(di catatan kuliah)

FILSAFAT ILMU Filsafat Secara epistemologi berasal dari kata Philo yang berarti senang dan suka, serta Sophy yang berarti kebajikan atau kebaikan. Jadi secara sederhana, filsafat berarti menyukai kebajikan, menyenangi kebaikan. Jika didefinisikan, maka Filsafat adalah analisis logis dan kritis atau pemikiran kita terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Filsafat adalah upaya kita untuk mendapat gambaran keseluruhan yang holistik. Karakteristik berpikir filsafat: menyuluruh, mendasar, spekulatif Filsafat Ilmu: Sebagai sebuah filsafat tentang ilmu pengetahuan memiliki tugas untuk menemukan dasar pengembangan dari ilmu2 yang ada. Dasar2 tersebut termuat dalam ontologi yang membahas hal2 yang ingin diketahui, yang merupakan pengkajian teori tentang keberadaan (eksistensi ilmu); epistemologi, yaitu teori tentang pengetahuan, merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mencari cara atau metode untuk dapat menemukan kebenaran secara sah, dan aksiologi yang membahas hal2 yang berhubungan dengan nilai pengetahuan tersebut. Medan telaah Filsafat Ilmu: 1. Filsafat ilmu adalah telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang2 dan terhadap struktur penalran tentang struktur lambang yang digunakan 2. Filsafat ilmu adalah upaya mencari kejelasan mengenai dasar2 konsep dan wacana, serta postulat mengenai ilmu dan merupakan upaya untuk membuka tabir dasar2 keemperisian, kerasionalan, dan kepragmatisan 3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas berbagai studi yang beraneka raga yang ditunjukkan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu, untuk menguraikan pertautan, serta untuk mengkaji implikasi kontribusi terhadap suatu teori, baik teori yang bersifat semesta maupuan teori yang pervasif.

Pengetahuan: informasi yang diperoleh panca indera yang terbentuk di otak seseorang dan didapatkan dari lingkungan sekitarnya. Pengetahuan merupakan pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pikiran lain yang berdasarkan pada pengetahuan yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal Proses timbulnya pengetahuan (Litllejohn):  Mentalisme/ rasionalisme: pengetahuan timbul dari kekuatan pikiran manusia  Empirisme: pengetahuan muncul dalam persepsi  Konstruktivisme: orang menciptakan pengetahuan agar berfungsi secara pragmatis dalam kehidupannya. Fenomena dunia dikonseptualisasikan dengan berbagai cara, dimana pengetahuan berperan penting untuk rekayasa dunia  Konstruktivisme sosial: pengetahuan merupakan produksi interaksi dalam kelompok sosial Ilmu: Akumulasi pengetahuan yang menjelaskan kausalitas dari suatu obyek menurut metode2 tertentu yang merupakan suatu kesatuan yang sistematis Syarat2 Ilmu:  Universal  Ada objeknya  Metodis  Sistematis Ilmu Pengetahuan: mengandalkan kemampuan berpikir dan logika, merupakan proses auto activity, yaitu proses dimana pengetahuan diubah menjadi ilmu pengetahuan sedemikian rupa, dengan menggunakan kemampuan berpikir secara sadar dan logika. Ciri Ilmu Pengetahuan:  Obyek material dan formal  Sistematis  Universal

 Metode  Empiris obyetif  Terkontrol dan bisa diuji orang lain Cara/ Metode untuk menjelaskan fenomena: melalui keteguhan, otoritas, intiusi, dan ilmiah Kaedah Pokok Ilmu:  Orde/ keteraturan  Determinisime: sebab-akibat  Parsimoni: kesederhanaan  Empirisme: Percaya pada hasil observasi/ eksperimen. Tahapan Ilmu: 1. Mendeskripsikan gejala dengan akurat 2. Penjelasan sistematis dan objektif 3. Menyimpulkan berdasarkan bukti empiris Teori: himpunan konsep, definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis sebuah gejala dan menggambarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena Paradigma: cara pandang yang memiliki preferensi filosofis, metodologis dan teoretis dalam melihat suatu pemahaman Model: representasi fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan unsur2 terpenting fenomena tersebut. Konsep: istilah yang digunakan untuk menjabarkan secara abstrak: keadaan, individu, kelompok yang menjadi pusat perhatian secara sederhana Proposisi: hubungan yang logis diantara konsep yang satu dengan yang lainnya Variabel: konsep yang sudah dioperasionalisasikan dan diberi nilai Hipotesis: huibungan yang logis di antara variabel/ statement teoretik dalam bentuk siap uji Operasionalisasi variabel: petunjuk yang digunakan peneliti tentang bagaimana cara mengukur variabel.

Metode: prosedur untuk mendapatkan pengetahuan dan ilmu. Metode ilmiah dilandasi: kerangka pemikiran logis, penjabaran dan verifikasi hipotesis. Metodologi: pengkajian peraturan2 yang terdapat dalam metode ilmiah (masuk dalam epistemologi), berbicara tentang bagaimana mendapat pengetahuan. Kategori pernyataan dalam keilmuan: 1. Hukum – pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat 2. Postulat – asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya 3. Prinsip – pernyataan yang berlaku umum bagi sekelompok gejala tertentu. Empat jenis pola penjelasan: deduktif, induktif, fungsional/ teleologis, dan genetik. Pendekatan dalam keilmuan (Litllejohn): 1. Scientific: ilmu eksakta, objektivitas (standarisasi observasi dan konsistensi), landasan filosofi: dunia punya bentuk dan struktur, pemisahan tegas antara known dan knower, discover world, dan eksperimen. 2. Humanistic: ilmu sosial, subjektifitas (kreatifitas individu), known+knower, discovering person, partisipasi observasi 3. Social sciences: kombinasi scientific dan humanistic. Objek studi: kehidupan manusia

METODE PENELITIAN Mode Kuantitatif    

  

      

ASUMSI Faktas sosial adalah realitas  objektif dan bebas nilai Mengutamakan desain atau  metode kerja yang ketat Variabel-variabel penelitian diidentifikasi dan diukur hubungan-  hubungan atau perbedaan-perbedaannya Mengutamakan perspektif emik atau beranjak pandangan dari luar subjek 

Mode Kualitatif Realitas dikonstruksi secara sosial dan tidak bebas nilai Mengutamakan penguasaan mendalam atas fenomena secara material Variabel adalah kompleks, memiliki tautan secara fenomena, dan sulit diukur secara statistikal. Menggunakan perspektif emik atau beranjak dari pandangan dari dalam subjek

TUJUAN Dapat digeneralisasikan atau  Konstektualisasi, dapat ditransfer dalam situasi lain di- transfer manakala karakteris- tiknya memiliki sebagian besar kesamaan Memiliki kemampuan mem-  Interpretasi secara meluas prediksi fenomena sejenis. dan mendalam dengan perspektif tertentu. Eksplanasi kausalitas,  Pemahaman atas dampak dari perlakuan, atau perbedaan perspektif pelaku dalam menautkan antarvariabel secara lunak fenomena. PENDEKATAN Dimulai dari hipotesis dan  Berakhir dengan hipotesis teori. atau teori grounded. Proses kerja bertahap-ketat,  Emergensi dan penjelasan mulai dari proposal, desain pelaksanaan, atas peristiwa, gejala, atau fenomena. dan pelaporan.  Peneliti sebagai Manipulasi dan mengontrol instrumen utama, dengan pendekatan variabel atau perlakuan utama observasi partisipatif dan Menggunakan instrumen wawancara mendalam. formal, seperti angket dan tes yang  Bersifat inkuiri secara divalidasi sebelumnya. alami atau naturalistik. Eksperimentasi, baik secara  Menggunakan pola sungguhan maupun kuasi berpikir atau penarikan simpulan Menggunakan pola berpikir secara induktif atau penarikan simpulan secara deduktif  Mencari untuk membuat Analisi komponenpola-pola atau kecenderungankomponen secara detail, termasuk uji kecenderungan dilihat dari konteksnya asumsi-asumsi statistik untuk analisis  Mencari pluralitas atau

data.     

kompleksitas tautan antarfenomena Mencari konsensus, norma yang bersifat lunak. tertentu yang ditetapkan secara ketat.  Membuat minor Mereduksi data ke indeks menggunakan indeks numerikal numerikal untuk keperluan analisis  Bahasa deskriptif dalam Bahasa abstrak dalam penulisan penulisan. PERAN PENELITI Tidak terpengaruh dan tidak  Keterlibatan pribadi dan menjadi dari subjek penelitian menjadi bagian dari subjek penelitian Penjelasan secara objektif  Pemahaman secara empatik.

Ilmu Komunikasi: suatu pengamatan terhadap produksi, proses, dan pengaruh dari sistem2 tanda dan lambang melalui pengembangan teori yang dapat diuji dan digenerelasasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses, dan pengaruh dari sistem2 tanda dan lambang (Berger dan Chaffee) FILSAFAT KOMUNIKASI Filsafat Komunikasi: Secara sederhana berarti suatu filsafat yang mencoba mengkaji ilmu komunikasi dari ciri2 dan cara2 pemerolehannya (Ardianto dan Q-Aness) Sedangkan, secara lebih kompleks lagi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman persteyen secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis semua teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi, menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, metodenya, tekniknya, dsb (Onong U. Effendy) Aspek Ontologis, Epistemologi, Aksiologi Ontologis: berbicara tentang ada, objek yang dikaji. “apa” Epistemologi: berbicara tentang teori pengetahuan, “bagaimana” Aksiologis: berbicara tentang tujuan, “mengapa” Ontologis Metateori Komunikasi

Epistemologi Bagaimana mencapainya

Aksiologi Nilai dan Penggunaan

PERSPEKTIF2 TEORI KOMUNIKASI Perspektif: sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Paradigma: (1) Kerangka konseptual untuk mengklasifikasi menerangkan objek2

dan

Perspektif Komunikasi, menurut Infante: 1. Covering law: tinjauan human behavior, dipengaruhi ilmu alamiah, perilaku manusia teratur seperti alam dan ditentukan lingkungan, berlaku hukum kausalitas (penetuan sesuatu berdasarkan waktu dan ruang) 2. Human Actions: manusia berbeda dengan alam, realitas atas dasar persepsi manusia atas peristiwa, realitas sosial tidak linier 3. Sistem: menjembatani antara covering law dan human actions. Perspektif Komunikasi, menurut Aubrey Fisher: 1. Perspektif Mekanistis Menekankan pada unsur saluran fisik komunikasi, penyampaian, dan penerimaan arus pesan di antara sumber atau para penerimanya. Pemikiran diarahkan pada fungsi yang dilaksanakan pada saluran dan kepada apa yang terjadi selama penyampaian dan penerimaan pesan. Menggunakan visualisasi model komunikasi sebagai ban berjalan yang memberikan gambaran yang jelas tentang isyarat pesan yang mengalir sepanjang ban dalam arus yang konstan, terarah, dan berputar. Implikasi2nya: 1. Titik berat pada efek Secara tegas menekankan adanya hubungan linier antar komunikator. Pesan mengalir daru satu orang kepada yang lain pada arah tertentu, memberikan dampak pada ujung penerimaan. Kelinieran ini

menunjukkan bahwa sumber atau pengirim mempengaruhi atau berbuat sesuatu pada si penerima atau responden. Ini semakin menguatkan asumsi bahwa kegiatan persuasi lebih efektif pada komunikasi linier/ satu arah. 2. Hambatan dan kegagalan Komunikasi dapat berhenti dengan adanya kerusakan pada “mesin” komunikasi yang sering disebut kegagalan komunikasi. Kegagalan mekanisitis berarti adanya penghentian komunikasi, sedangkan hambatan mekanistis mengemukakan adanya gangguan pada saluran yang menahan arus pesan dan memodifikasi karakter dan arti penting pesan. 3. Fungsi penjaga gawang (gatekeeping) Berfungsi menerima informasi dari sumber dan merelai informasi tersebut kepada penerima. Jadi, ia berfungsi sebagai penerima dan penyampai pesan. 2. Psikologis  Memfokuskan perhatian pada individu, baik secara teoretis maupun empiris. Fokus utama adalah mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi. Unsur2 perantara dari behaviorisme S-O-R dan psikologi kognitif mendominasi perspektif ini.  Orietasi S-R juga menonjol dalam perspektif ini.  Manusia berada dalam medan stimulus, yang secara bebas disebut lingkungan informasi.  Manusia adalah penghasil dan penafsir stimulus disaat yang bersamaan.  Adanya filter konseptual, yang merupakan keadaan internal manusia. Tidak dapat diamati, namun sangat mempengaruhi peristiwa komunikasi. Filter ini digambarkan sebagai sikap, keyakinan, motif, dorongan, citra, kognisi, konsep diri, tanggapan, orientasi set, dll. 3. Interaksional

 Komunikasi manusia secara tidak langsung merupakan cabang dari sosiologi interaksi simbolis.  Menojolkan keagungan dan nilai individu diatas nilai pengaruh yang lainnya.  Manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, bersosialisasi dengan masyarakat, dan menghasilkan buah pikiran tertentu.  Tiap interaksi sosial itu dimulai dan berakhir dengan mempertimbangkan diri manusia.  Manusia sebagai makhluk sosial yang membentuk dirinya dari penafsirannya atas interaksi sosial. Ia tidak hanya sekedar makhluk integrasi yang memiliki kognisi dan kepercayaan yang terinternalisasi.  Memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain melihat padanya (looking self glass). 4. Pragmatis  Didasarkan pada asumsi pokok sistem dan informasi.  Komponen2 khas dalam perspektif pragmatis dimulai dengan perilaku orang2 yang terlibat dalam komunikasi.  Satuan komunikasi yang paling mendasar adalah tindak perilaku secara verbal ataupun nonverbal oleh peserta komunikasi.  Komunikasi tidak hanya terjadi dalam sistem sosial, tetapi juga menentukan sifat dan eksistensi sistem sosial itu sendiri. Perspektif lainnya: 1. Perspektif ekologis: konsisten dengan definisi komunikasi sebagai proses adaptasi organisme dengan lingkungannya 2. Perspektif Dramatisme: menempatkan individu dan perilaku sosial dalam analogi dramatis yang menandai aktor sosial pada “panggung” kehidupan yang sebenarnya. 3. Aliran McLuhan: medium is the message, teknologi komunikasi jauh lebih penting dari sekedar isi pesan dalam sebuah komunikasi

4. Teori atau Model Keseimbangan: semua dikarakteristikkan oleh suatu asumsi sistem tertutup dari suatu prinsip keseimbangan, yakni konsep tentang adanya perangkat kekuatan yang saling bertentangan yang menciptakan keresahan secara psikologis apabila mereka dalam suatu keadaan tidak seimbang. Untuk itu harus dikembalikan kepada keadaan yang seimbang dengan prinsip ekulibrium. Prinsi ekuilibrium memberikan penekanan pada kebutuhan untuk menyamakan kekuatan yang saling bertentangan. Model ini terbatas pada penelitian komunikasi persuasi dan menjelaskan perubahan sikap ataup erilaku pengambil keputusan dalam perspektif psikologis. Perspektif Ontologi dan Epistemologi Ilmu Komunikasi: 1. Realisme: benda2 atau objek yang diamati apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan ide dan pengamat. Pandangan subjektif terlarang dalam perspektif ini 2. Nominalis: dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep, dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas. Individu menjadi penentu ada atau tidaknya kenyataan, dunia sosial pada dasarnya relatif dan hanya bisa dipahami dari sudut pandang individu yang terlibat langsung adlam aktivitas yang dipelajari. 3. Konstruksionis: pengetahuan bukanlah realitas dalam arti umum. Kita tidak pernah bisa mengerti realitas secara ontologis. Konstruksionis tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi bagaimana cara kita memperoleh realitas tersebut. Konstruksionis tidak melihat benar atau tidaknya sebuah pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu bisa dikaitkan dengan berbagai macam persoalan dan fenomena. Oleh karenanya, pengethuan terus berkembang. PERSPEKTIF PENELITIAN Adalah sudut pandang yang digunakan untuk melakukan penelitian, terdiri dari lima, yaitu: 1. Perspektif Positivisme

 Mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif.  Mengadopsi metode ilmu alam dan ilmu pasti. Meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui penerapan ilmu2 positif. Berdasarkan fakta objektif.  Tiga jenis positivisme: positivisme sosial (Auguste Comte), positivisme evolusioner (Charle Lyell,dkk), dan Positivisme Logis.  Postivisme sosial percaya bahwa kemajuan berlangsung berdasarkan ilmu pengetahuan, sedangkan positivisme evolusioner meyakini interaksi manusi-semesta sebagai penentu kemajuan.  Positivisme logis beranggapan bahwa misi administratif (pengaturan) masyarakat secara rasional harus dilandasi kesatuan pengetahuan, dan kesatuan pengetahuan hanya dapat dicapai bila dikembangkan satu bahasa ilmiah yang berlaku pada semua bidang ilmu pengetahuan. Aliran ini memfokuskan pada logika dan bahasa ilmiah.  Asumsi Positivisme: 1. Ontologi: Realisme. Semesta digerakkan oleh hukum kausalitas, sebab-akibat, jika-maka. 2. Epistemologi: dualisme. Teori menggambarkan semesta apa adanya tanpa nilai2 subjektif peneliti. 3. Metodologi: eksperimental. Hipotesis dirumuskan lebih awal, lalu diverifikasi dan difalsifikasi dalam situasi yang benar2 terkontrol  Realisme naif: objek fisik hadir secara mandiri, apa adanya, melalui data inderawi. Persepsi adalah kenyataan  Pengetahuan bisa disebut ilmu pengetahuan jika: (1) bebas nilai, (2) dihasilkan dari metode verifikasi-empiris, (3) menggunakan bahasa logis-empiris, (4) eksplanatoris.  Prinsip Positivisme: bersifat empiris-objektif, deduktif-nomologis, instrumental-bebas nilai.  Ciri positivisme: a. Bebas nilai: tidak memasukkan nilai2 pengamat b. Fenomenalisme: ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta yang teramati, bukan yang tidak tampak

c. Nominalisme: kebenaran berdasarkan nama dan ukuran. Kebenaran kenyataan terletak pada penamaan, bukan kenyataan itu sendiri d. Reduksionisme: semesta direduksi menjadi fakta2 yang keras yang dapat diamati, e. Naturalisme, alam semesta berjalan secara alamiah tanpa campur tangan hal2 metafisis. f. Mekanis: semua gejala dapat dijelaskan secara mekanisdeterminis layaknya mesin.  Tujuan dari ilmu pengetahuan adalah untuk mengungkap kebenaran 2. Perspektif Post Positivisme  Merupakan kritik terhadap positivisme  Asumsi dasar: (1) fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori, (2) falibiltas teori, tidak ada satupun teori yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti2 empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomali (3) fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai, (4) interaksi antara objek dan peneliti, hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dengan semestasnya.  Critical realism: realitas memang ada dalam kenyataan sesuai hukum alam, tetapi hal yang mustahil bila manusia dapat melihat realitas tersebut secara benar, apa adanya.  Adanya peran serta subjek untuk menentukan ada atau tidaknya realitas.  Ontologi post positivisme: menekankan pada kepercayaan tentang keteraturan dan pola dalam interaksi manusia dengan yang lainnya. 3. Perspektif Interpretif Perspektif interpretif berusaha mencari sebuah pemahaman bagaimana kita membentuk dunia pemaknaan melalui interaksi dan bagaimana kita berperilaku terhadap dunia yang kita bentuk itu. Pandangan dasar pembentuk perspektif ini adalah:

 Fenomenologi: berangkat dari kritis terhadap ilmu pengetahuan yang melupakan dunia kehidupan sebagai dasar makna. Sehingga fenomenologi menyerukan upaya untuk menemukan kembali dunia kehidupan. Prinsip dasar fenomonelogi: (1) pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman eksternal, tetapi dalam diri kesadaran individu; (2) makna adalah derivasi dari potensialitas sebuah objek atau pengalaman yang khusus dalam kehidupan pribadi. Makna yang berasal dari suatu objek atau pengalaman akan bergantung pada latar belakang individu dan kejadian tertentu dalam hidup. (3) fenomenolog percaya bahwa dunia dialami dan makna dibangun melalui bahasa. Dua garis besar dalam pemikiran fenomenologi:Fenomenologi transedental Edmund Husserl dan Fenomenologi Sosial Alfred Schutz. Intinya, fenomenologi menegaskan pentingnya dunia kehidupan sehari2 sebagai sebuah objek studi. Pemahaman kita atas kehidupan dunia seringkali kabur oleh kesangatlazimannya.  Hermeneutika: teknik/ seni penafsiran teks untuk memahami makna yang ada di baliknya. Bahasa merupakan objektivasi dari kesadaran manusia akan kenyataan. Bahasa mencerminkan realitas yang dialami si penutur, sekaligus apa yang dipikirkan oleh penutur itu. Analisis hermeneutika melibatkan sebuah pertimbangan tentang teks dalam pengetahuan teoretis para periset/ peneliti dan informasi tentang gaya teks, sumber teks, dan situasi dimana teks itu diproduksi. Analisis hermeunitika sendiri meliputi sebuah proses mengambil, atau mengembalikan dan seterusnya di antara teori, pengetahuan tak terucapkan yang dibawa para peneliti dalam penyelidikan, serta data2 tekstual. Kontribusi pemikiran hermeunitika: (1) hermeunitika menegaskan pentingnya sebuah pemahaman sebagai sebuah oposisi dari penjelasan, prediksi, dan kontrol, (2) hermeuneutika menekankan konsep sentral teks dan berusaha meyakinkan bahwa pelbagai perilaku dan objek2 yang terbentuk dalam kehidupan sosial dapat dimaknai sebagai sebuah teks; (3) sebagai pertukaran kerangka rujukan antara pengamat dan objek yang diamati.

 Interaksionisme Simbolik Prinsip dasar sudut pandang teori interpretif: (1) pengalaman subjektif, (2) kreasi intersubjektif dalam makna, (3) pemahaman sebagai tujuan akhir dalam riset sosial, dan (4) ketidakterpisahan antara “yang tahu” dan “yang diketahui” Teori Interpretif: 1. Teori interpretif umum: kepercayaan bahwa kita mengonstruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif, yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbal bail. Keberadaan makna dibuat secara intersubjektif. Teoretisi interpretif lebih melihat proses interaksional dari sudut pandang pelaku tindakan sosial tersebut daripada mencari pengaruh kausalitas dari luar. 2. Grounded Theory: dikembangkan oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss. Tujuannya: (1) mengusahakan pengembangan teori yang didasarkan pada data yang dikumpulkan selama penelitian, untuk membantah teori fungsionalis dan strukturalis yang dominan, (2) untuk menyugestikan logika dan spesifikasi pada grounded theory, (3) untuk secara hati2 melegitimasikan penelitian kualitatif, yang pada waktu lalu tidak dipercaya mampu dalam hal verifikasi penelitian. Fokus: bersifat tentatif, penetapan fokus yang telah disusun dapat berubah. Dua hal yang kritikal dari teori ini: (1) teori ini digerakkan oleh verifikasi empirik atau berdasarkan data2, (2) teori ini dihasilkan dari proses yang sistematik. 4. Perspektif Konstruktivisme  Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material  Ini adalah salah satu filsafat yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri Kaitan konstruktivisme dengan ilmu komunikasi:  Tindakan komunikatif sifatnya sukarela, berdasarkan pilihan subyeknya

 Pengetahuan adalah produk sosial, diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Konstruksi realitas tercipta melalui bahasa  Pengetahuan bersifat kontekstual, pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu dan akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran ruang dan waktu  Teori2 menciptakan dunia: Teori merupakan cara pandang yang ikut mempengaruhi cara pandang kita terhadap realitas. Dunia merupakan hasil pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya  Pengetahuan bersifat sarat nilai. 5. Perspektif Kritis  Merupakan upaya membongkar ideologi dominan yang menindas.  Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatasn sosial yang ada di dalam masyarakat.  Bahasa tidak dipandang sebagai medium yang netral, melainkan representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema2 wacana tertentu, maupun strategi2 di dalamnya.  Analisis kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses komunikasi: batasan2 apa yang diperkenankan, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan.  Teori kritis meyakini bahwa ilmu pengetahuan itu dikonstruksi atas darar kepentingan manusiawi. Beberapa aliran teori kritis antara lain: 1. Marxisme klasik 2. Studi Budaya 3. Studi Feminisi

ETIKA KOMUNIKASI

Etika: Salah satu cabang filsafat yang mencoba meneliti tingkah laku manusia yang dianggap cerminan dari apa yang terkandung dalam jiwanya atau hati nuraninya. Objek Etika: perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran penuh (implisit hati dan ucapan). Ada perbuatan yang dilakukan di luar kesadaran. Secara epistemologis, etika berasa dari ethos, yang berarti karakter. Definisi etika:  William Benton: Studi yang sistematis dari konsep2 nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dsb atau tentang prinsip2 umum yang membenarkan kita dalam penerapannya dalam segala hal ---- filsafat moral (mores: adat istiadat)  Louis O. Kattsoff: etika adalah cabang aksiologi yang pada pokoknya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk. Etika mempersoalkan sifat2/ atribut2 yang dinamakan berbudi/ kebajikan >< kejahatan. Definisi etika membiacarakan baik atau buruk, susila atau tidak susila, bermoral dan tidak bermoral.  Oleh Kattsoff, definisi etika ada tiga yaitu: 1. Etika Deskriptif: ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat 2. Etika Normatif: mengadakan ukuran2 atau norma2 yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Mencari ukuran2 umum bagi baik dan buruknya tingkah laku. 3. Etika Kefilsafatan: Analisia tentang apa yang orang maksudkan bilamana mempergunakan predikat2 kesusilaan. Kefilsafatan mempersoalkan tentang arti2 yang dikandung oleh istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan kesusilaan. Norma: Peraturan atau pedoman hidup tentang bagaimana seharusnya manusia harus bertingkah laku dan berbuat dalam masyarakat. Norma ada dua, yaitu: 1. Norma teknis dan permainan: hanya berlaku untuk mencapai tujuan2 tertentu atau unit2 kegiatan sementara dan terbatas

2. Norma yang berlaku umum, yaitu: norma kepercayaan/ keagamaan, norma moral, norma sopan santun, norma hukum. 3. Mahzab2 Etika: 1. Egoisme: tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah yang memberi hasil atau manfaat bagi diri sendiri untu jangka waktu selama diperlukan/ jangka waktu lama. Secara praktis terdiri dari: (1) Hedonisme: kesenangan diri. Jenis2 hedonisme: hedonisme etis, psikologis, egois, altruistis, universalistis, estetis, religius, analitis, sintetis empiris, sintetis a priori. (2) Eudaemonisme: memperoleh kebahagiaan baik jasmani maupun rohani. Perbedaan dengan hedonisme: rohaniah. 2. Deontologisme: baik buruk atau benar salahnya suatu tindakan tidak diukur berdasarkan akibat yang ditimbulkannya, melainkan sifat2 tertentu dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan, terbagi dua, yaitu: tindakan dan peraturan 3. Utilitarianisme: baik buruknya tindakan seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya, juga terbagi dua yaitu: tindakan dan peraturan 4. Theonom: Kehendak Allah adalah merupakan ukuran baik buruknya suatu tindakan. Perbuatan harus mendasarkan diri pada kehendak dan sifat2 Allah. Terbagi dua, yaitu: Teori Theonom Murni, dan Teori Umum Kodrat. Etika Komunikasi: Mencoba mencari standar etika apa yang digunakan oleh komunikator dan komunikan dalam menilai pilihan di antara teknik, isi, dan tujuan komunikasi. Dalam komunikasi, membuat penilaian secara etis didasarkan pada suara hati/ hati nurani yaitu kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagai manusia dalam situasi konkrit. Perspektif Penilaian Etika Komunikasi Insani (Richard L. Johanessen): 1. Perspektif Politik: nilai yang mendasar bagi berlangsungnya sistem politik yang etis dan keadilan untuk semua. 2. Perspektif Sifat Manusia: tujuan dan maksud yang baik tidak akan membenarkan penggunaan cara komunikasi yang tidak etis. Etika

4.

5. 6. 7.

komunikasi dinilai dari kriteria: maksud si pembicara, sifat dan cara2 yang diambil, keadaan yang mengiringi Perspektif Dialogis: komunikasi yang menyenangkan sebaiknya menggantikan persuasi Perspektif Situasional: faktor situasional relevan bagi penilaian etika, seperti: peran atau fungsi komunikator terhadap khalayak, standar khalayak, derajat kesadaran khalayak, tujuan dan nilai khalayak. Perspektif Religius: berdasarkan kitab suci Perspektif Utilitarian: kriteria yang digunakan untuk menilai etika komunikasi: adanya kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan. Perspektif Legal: perilaku komunikasi yang etis adalah perilaku komunikasi yang sesuai dengan peraturan.

Manusia Sebagai Pelaku Komunikasi: persepsi dan penafsiran terkadang berbeda, karena adanya perbedaan antara manusia. Peliknya manusia disebabkan karena rumitnya manusia itu sendiri. Konsepsi Manusia: KBBI: makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain) Aristoteles: (1) anima vegetative, (2) anima vegetative dan sensitiva, (3) anima intelektiva). Paham2 Mengenai Manusia: 1. Materialisme: manusia hanyalah benda atau materi belaka meskipun ada kelebihannya. 2. Idealisme: manusia adalah manusia, karena dia berpikir, memberi ide, dan sadar akan dirinya 3. Eksistensialisme: manusia adalah kesatuan jasmani dan rohani. PUBLIC RELATIONS Definisi Public Relations  Menurut Frank Jefkins: Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya (Jefkins, 2003: 10)











Menurut J.C. Seidel, Direktur PR, Division of Housing, State New York: Public Relations adalah proses yang kontinyu dari usahausaha manajemen untuk memperoleh goodwill (kemauan baik), dan pengertian dari pelanggan, pegawai, dan publik yang lebih luas. Ke dalam mengadakan analisis dan perbaikan diri sendiri, sedangkan keluar memberikan pernyataan-pernyataan. Menurut W. Emerson Reck, Direktur Public Relations Universitas Colgate: Public Relations adalah lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (kemauan baik) dari publik. Kedua, pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dn tindakan untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan meyeluruh. Menurut Fraser P. Seitel, Senior Vice President dan Director of Public Relations, mengemukakan bahwa:Public Relations merupakan fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan serta kerjasama suatu organisasi/ perusahaan dengan publiknya dan ikut terlibat dalam menangani masalah-masalah atau isu-isu manajemen. Public Relations membantu manjemen dalam menyampaikan informasi dan tanggap terhadap opini public. Public Relations secara efektif membantu manajemen memantau berbagai perubahan (Seitel, 1992: 8). Menurut Edward L. Bernay Howard Stephenson: Public Relations mempunyai tiga arti yaitu, Pertama, penerangan kepada publik; Kedua,persuasi ditujukan kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik; Ketiga upaya untuk meyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga. Menurut Internasional Public Relations Asociations (IPRA): Public Relations adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui suatu organisasi dan lembaga swasta atau publik (umum) untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini publik diantara mereka. Untuk mengaitkannya sedapat mungkin

kebijaksanaan dan prosedur yang mereka pakai untuk melakukan hal tersebut direncanakan dan disebarkanlah informasi yang lebih produktif dan pemenuhan keinginan bersama yang lebih efisien.  Menurut Denny Griswold, News Editor, pada tahun 1948 mengungkap tentang batasan Public Relations: Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi publik, memperkenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dan membuat perencanaan, dan melaksanakan suatu program kerja dalam upaya memperoleh pengertian dan pengakuan publik (Soemirat & Ardianto, 2004: 12)  Menurut Cutlip, Center and Brown: Public Relations merupakan fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan saling memelihara alur komunikasi, pengertian, dukungan serta kerjasama suatu organisasi/perusahaan dengan publiknya (Cutlip, Center and Brown, 2000: 4) PRINSIP PR: 1. Bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dari publik. 2. Sasarannya adalah menciptakan opini dari publik yang favourable, dan menguntungkan semua pihak. 3. Public Relations merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik dari perusahaan. 4. Public Relations adalah suatu usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan masyarakat melalui suatu proses komunikasi timbal balik atau dua arah. Hubungan yang harmonis ini timbul dari adanya mutual understanding, mutual confidence, dan image yang baik. Tujuan strategis: mencegah timbulnya konflik, meredakan atau menghilangkan konflik tersebut. Sasaran strategis: Terbentuknya saling pengertian yang memadai antara subjek dan objek. Saling pengertian yang memadai ini dapat diperoleh melalui komunikasi yang mampu menciptakan suatu citra yang positif.

TUJUAN PR 1. Charles S. Steinberg: TujuanPublic Relations adalah menciptakan opini publik yang favourable tentang kegiatan–kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan. 2. Soemirat dan Ardianto: Tujuan Public Relations untuk mengembangkan pengertian dan kemauan baik (goodwill) publiknya serta untuk memperoleh opini publik yang menguntungkan atau untuk menciptakan kerjasama berdasarkan hubungan yang harmonis dengan publik. FUNGSI PR  Bertrand K. Canfield 1. Mengabdi pada kepentingan umum (if should serve the public interest). 2. Memelihara komunikasi yang baik. 3. Menitikberatkan moral dan tingkah laku (and strees good morals and manners)  Cutlip and Center 1. Menjunjung aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga atau organisasi) 2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya sebagai khalayak sasaran. 3. Mengidentifikasikan yang menyangkut opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau sebaliknya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi untuk tujuan dan manfaat bersama. 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau terjadi sebaliknya demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak  Onong U. Effendy

1. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. 2. Sebagai back up management yaitu sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi/perusahaan. 3. Membentuk manajemen organisasi/perusahaan. Manfaat Khusus PR (Jeffkins): 1. Manajemen krisis 2. Penerbitan Desktop 3. Identitas Perusahaan 4. Hubungan Parlementer 5. PR Financial Model Perencanaan PR (Jefkins): 1. Pengenalan situasi yang meliputi perencanaan logis tentang situasi yang ada, proses transfer PR melalui pengenalan situasi (permusuhan, prasangka, apati dan sikap tidak acuh), kompromi yang dilakukan, penyelidikan situasi, pengumpulan pendapat, pemecahan masalah dan metode-metode pengenalan situasi. 2. Menetapkan tujuan; yang pertama dilakukan adalah menetapkan skala prioritas yang ingin dicapai. 3. Mendefinisikan khalayak atau orang-orang yang berkomunikasi dengan organisasi baik secara internal maupun eksternal. 4. Pemilihan Media dan teknik-teknik PR, dalam mengkomunikasikan setiap kegiatan yang diperlukan pemilihan media dan sasaran segemntasi media ysng tepat dalam rangka mempublikasikan kegiatan kepda khalayak. 5. Perencanaan anggaran; menetapkan kegiatan-kegiatan PR yang mutlak dilakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi dalam proses pelaksanaan. 6. Pengukuran hasil; dapat dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh suatu program melalui berbagai macam metode evaluasi. Pada dasarnya teknik-teknik penelitian yang

digunakan untuk mengenali situasi dapat juga dimanfaatkan guna mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai, umumnya melalui metode pengumpulan pendapat (opinion poll) atau uji coba (attitude test). Proses Kerja PR (Cutlip and Center): 1. Fact Finding Mendefinisikan permasalahan yang dilakukan melalui penelitian dengan menganalisa situasi berupa pemahaman, opini, sikap dan perilaku publik terhadap lembaga. 2. Planning Berdasarkan pada rumusan masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik. 3. Communicating Dalam tahap ini PRO harus mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga mampu mempengaruhi sikap publiknya yang mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. 4. Evaluation Tahap ini melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan program, pengkomunikasian, sampai keberhasilan atau kegagalan yang terjadi dari program tersebut.

MODEL PR GRUNIGS: 1. Press Agentry/ Publicity: Propaganda, Persuasi, bersifat subyektif. Tidak mengharap feedback hanya efek. Demi kepentingan komunikator, tidak mementingkan kebenaran isi. 2. Public Information/ satu arah. Obyektif. Mementingkan kebenaran isi. 3. Two Way Asymetrical. Komunikasi tidak seimbang, feedback tidak seperti yang diharapkan. 4. Two Way Symetrical: komunikasi efektif, feedback sesuai dengan yang diharapkan.

PUBLIK  Jefkins: Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal.  Oemi Abdurachman: Publik adalah sekelompok orang yang menaruh perhatian pada sesuatu hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama.  John Dewey: Publik adalah unit sosial aktif yang terdiri dari semua pihak yang terlibat mengenali problem bersama yang akan mereka cari solusinya secara bersama-sama. Publik dalam PR: Internal dan Eksternal Publik menurut Grunig:  All issue public: publik yang selalu bersikap aktif terhadap semua isu.  Apathetic public: publik yang tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu.  Single-issue public: publik yang aktif pada satu atau beberapa isu yang terbatas.  Hot-issue public: publik yang baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang dan isu yang menjadi topik sosial yang diperbincangkan secara luas. Publik menurut Rhenald Kasali:  Publik Internal dan Eksternal (luar dan dalam perusahaan)  Publik Primer, Sekunder, dan Marjinal (skala prioritas)  Publik Tradisional dan Publik Masa Depan (publik tetap dan publik yang potensial bagi perusahaan)  Proponents, Opponents, dan Uncommited. (berdasarkan dukungan dan kepedulian)  Silent Majority dan Vocal Minority(berdasarkan aktivitas terhadap perusahaan)

OPINI PUBLIK Yaitu:  Leonard W Doob: Opini publik adalah sikap orang-orang mengenai suatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama. Maka opini publik berhubungan erat dengan sikap manusia yaitu sikap secara pribadi maupun sebagai anggota suatu kelompok.  Kumpulan pendapat individu terhadap masalah tertentu yang mempengaruhi suatu kelompok orang2 (masyarakat) Tahapan Opini Publik (Ferdinand Tonnies):  Die luftartige: masih mencari bentuk yang nyata  Die flussiege: sudah mempunyai bentuk yang nyata tetapi masih dapat dialirkan menurut saluran yang kita kehendaki  Dia fiste: opini publik yang sudah kuat dan tidak mudah berubah Asumsi mengenai opini publik (Hadley Cantril), yakni: 1. Opini secara umum lebih banyak ditentukan oleh peristiwa-peristiwa dari pada kata-kata 2. Opini tidak bisa bertahan pada suatu periode panjang (mudah berubah), kecuali jika orang-orang merasa bahwa kepentingan pribadinya benarbenar tersangkut atau jika opini yang dimunculkan oleh kata-kata diperkuat oleh suatu kejadian nyata; 3. Opini publik, sama halnya dengan opini individu, mengandung suatu keinginan. Usaha mempengaruhi opini publik: Koersif dan Persuasif CITRA DAN REPUTASI Definisi Citra:

1. Citra menurut Rhenald Kasali adalah kesan yang timbul karena pemahaman atas suatu kenyataan, pemahaman itu sendiri muncul karena adanya informasi (Kasali, 1999:30) 2. Citra menurut Effendy (1989:172) adalah perwakilan atau representasi secara mental dari sesuatu baik manusia, benda, lembaga, yang mengandung kesan tertentu. Dapat dikatakann juga, citra merupakan konsepsi mental yang dimiliki bersama oleh suatu perusahaan yang konsisten yang mencerminkan konsep tersebut. Fakta-fakta perilaku inilah yang kemudian terpencar dan merupakan kesan popular perusahaan yang tertanam dalam benak pihak yang biasa disebut citra perusahaan. 3. Citra sering disebut sebagai image atau favourable opinion menurut Canton adalah; “The impression, the feeling, the conceptions which the public has a company, a consciouse created impression of an object, person, or organization” (Sukatendel, 1990:6). Maksud dari Canton adalah kesan, perasaan, gambaran dari public merupakan kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek orang,atau organisasi. 4. Jalaludin Rahmat dalam Psikologi Komunikasi menyatakan bahwa: “Citra adalah gambaran/ peta tentang realitas dan tidak sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut menurut persepsi” (Rachmat,1991:1253). Citra selalu berhubungan dengan kenyataan dan merupakan kesan, perasaan dan gambaran seseorang terhadap objek. Citra inilah yang mempengaruhi suatu objek. 5. Nimpoene dalam Soemirat dan Ardianto (2002: 115) menggambarkan bahwa terdapat empat komponen dalam pembentuk citra, yakni kognisi, persepsi, motivasi, dan sikap. JENIS CITRA (JEFKINS): 1. Citra bayangan (Mirror Image): citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan pihak luar terhadap organisasinya. 2. Citra yang berlaku (Current Image): pandangan yang melekat pada pihak-pihak luas mengenai suatu organisasi.

3.

Citra yang diharapkan (Wish Image): suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen 4. Citra perusahaan (Corporate Image): citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Jadi bukan citra atas produk atau pelayanannya. 5. Citra majemuk (Multiple Image): citra yang bervariasi yang muncul karena setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan pegawai.