BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan manusia bukan hanya dari segi fisik, akan tetapi manusia juga dianugerahi kesempurnaan akal. Akal manusia merupakan sesuatu yang khas yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Kesempurnaan akal manusia ini menyebabkan pengetahuan manusia terus berkembang dari waktu ke waktu. Rasa keingintahuan manusia menuntutnya untuk mencari tahu hal-hal yang ingin diketahuinya. Sehingga manusia dapat memperoleh hal yang ingin diketahuinya tersebut. Untuk hal-hal yang ingin diketahuinya tersebut, manusia dapat melakukan dua jenis usaha. Usaha yang paling sering dilakukan adalah melalui penalaran akal sehat. Akan tetapi tidak semua keingintahuan manusia bisa terjawab melalui penalaran akal sehat. Apabila keingintahuan yang tidak bisa terjawab melalui mekanisme penalaran akal sehat, maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah melalui penelitian ilmiah. Penelitan ialah suatu kegiatan untuk memilih judul, merumuskan masalah, kemudian diikuti dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui suatu keadaan atau masalah dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah. Tidak mudah bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian, terutama bagi penelitian pemula. Masalah penelitian yang sering dirumuskan terlalu umum sehingga dengan pokok permasalahan yang tidak jelas akan menyulitkan tahap pemecahan masalah, yang meliputi penentuan konsep-konsep teoritis yang ditelaah dan pemilihan metode pengujian data. Semakin spesifik perumusan masalah, penelitian semakin mudah dilakukan pengujian secara empiris, perlu pendekatan sistematis untuk merumuskan masalah penelitian yang baik memudahkan tahap pemecahan masalah sehingga memudahkan pula untuk menetapkan suatu tujuan penelitian.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara memilih masalah? 2. Bagaimana cara merumuskan masalah? 3. Bagaimana cara mengembangkan kerangka penelitian? C. Manfaat Pembahasan 1. Mengetahui bagaimana cara memilih masalah dalam penelitian 2. Mengetahui cara merumuskan masalah 3. Mengetahui bagaimana cara mengembangkan kerangka masalah
BAB II PEMBAHASAN A. Memilih Masalah Memilih masalah penelitian adalah suatu langkah awal dari suatu kegiatan penelitian. Bagi orang yang belum berpengalaman meneliti, menentukan atau memilih masalah bukanlah pekerjaan yang mudah, bahkan boleh dikatakan sulit. Dari mana masalah diperoleh? Yang jelas, masalah mesti merupakan bagian dari “kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan. Orang ingin mengadakan penelitian, karena ia mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi. Masalah-masalah tersebut datang dari berbagai arah. 1. Seorang guru menjumpai siswanya selalu melihat keluar jika sedang di ajar. Kalau tidak, anak tersebut selalu melihat kesana kemari, dalam keadaan tidak tenang. Di ruang guru, terdengar keluhan yang sama dari guru lain. Anehnya anak tersebut selalu mendapat nilai baik dari pelajaran apapun. Timbul keinginan dari guru-guru untuk mengadakan penelitian kasus terhadap anak tersebut. 2. Seorang mahasiswa yang rajin mengunjungi perpusatakaan, membaca artikel tentang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa di universitas lain tentang suatu masalah yang menyangkut cara belajar efektif. Terdorong oleh keinginannya untuk mencapai hasil belajar yang efektif dari kawan-kawannya, ia mencoba dan meneliti seperti yang telah dilakukan oleh mahasiswa yang dibaca di buku. Dua contoh yang dikemukakan menjelaskan bagaimana sebuah masalah penelitian diperoleh. Masalah dapat diperoleh dari kehidupan sehari-hari karena menjumpai hal-hal yang aneh atau didorong oleh keinginan meningkatkan hasil kerja apa saja. Masalah juga dapat diperoleh dari membaca buku. Dapat juga masalah “diberi” oleh orang lain. Akan tetapi yang paling baik apabila datang dari dirinya sendiri karena didorong oleh kebutuhan memperoleh jawabannya. Dengan demikian maka penelitian akan berjalan sebaik-baiknya karena peneliti menghayati dan mendalami masalahnya.
Dari pengalaman membimbing mahasiswa, penulis melihat adanya kombinasi yang baik antara menemukan sendiri dengan “Pemberian” pembimbing. Ketika mahasiswa ditanya apa yang menarik perhatian, misalnya menjawab. “masalah liburan”, pembimbing dapat memberikan arahan dengan memancing pemikiran mahasiswa melalui Tanya jawab. Dengan demikian, mahasiswa merasa puas dan memahami masalah karena muncul dari pemikirannya sendiri.1 B. Masalah dan Judul Penelitian Telah disebutkan bahwa penelitian akan berjalan sebaik-baiknya jika peneliti menghayati masalah. Dia tentu akan lebih senang menggarap masalah yang dihayati daripada yang tidak. Memang untuk bekerja baik permasalahannya harus menarik perhatian peneliti. Masalah atau permasalahan penelitian dapat dilihat dari rumusan judulnya. Di samping menarik, peneliti harus memikirkan masalah-masalah lain. Menarik saja belum cukup menjamin terlaksananya penelitian. Ada kalanya peneliti sangat ingin mencari jawaban atas sesuatu masalah tetapi faktor-faktor lain tidak memungkinkan pelaksanaannya. Ibarat pungguk merindukan bulan, rasa rindu ada tetapi kondisi tidak mendukung. Secara singkat dapat dikemukakan disini bahwa faktor-faktor kondisi tersebut ada yang bersumber dari diri peneliti maupun dari luar. Apabila disarikan ada empat hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah atau judul penelitian, yaitu harus sesuai dengan minat peneliti , harus dapat dilaksanakan, harus tersedia faktor pendukung dan harus bermanfaat. Dua hal yang pertama bersumber dari peneliti (Faktor intern) dan dua hal yang terakhir bersumber dari luar peneliti (Faktor ekstern) a) Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti Meneliti bukannya pekerjaan mudah. Kegiatan ini harus betul-betul diniati. Apabila permasalahan atau judulnya tidak sesuai dengan minat, maka peneliti tidak akan bergairah untuk melaksanakannya. Jika tidak, dapat diduga bahwa hasilnya tidak akan baik, bahkan boleh jadi terhenti karenanya. Sebaliknya apabila peneliti memang berminat, akan melakukannya dengan tekun dan tidak mudah putus asa apabila menjumpai kesulitan. Faktor minat ini kelihatannya tidak normal dan bersifat subjektif. Namun demikian biasanya faktor ini berkaitan erat dengan hal yang bersifat formal, yaitu keahlian. Bagi peneliti yang bukan mahasiwa atau peneliti pemula, selain minat secara etis dipersyaratkan bahwa masalah yang diteliti harus sesuai dengan bidang keahliannya. Disamping hasilnya akan lebih baik, manfaat lain adalah pertanggungjawaban ilmiah.2
1 2
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 69. Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 70.
b) Penelitian dapat dilaksanakan Ada empat hal sebagai pertimbangan penelitian dapat dilaksanakan atau tidak, ditinjau dari peneliti, yaitu berikut ini. a. Peneliti mempunyai kemampuan untuk meneliti masalah itu, artinya menguasai teori yang melatarbelakangi masalah dan menguasai metode untuk memecahkannya. b. Peneliti mempunyai waktu yang cukup sehingga tidak melakukan asal selesai. c. Peneliti mempunyai tenaga untuk melaksanakan, dalam arti cukup kuat fisiknya untuk merencanakan, menyusun alat pengumpul data, mengumpulkan data, dan menyusun laporannya. d. Peneliti mempunyai dana secukupnya untuk biaya transportasi, alat tulis-menulis, biaya fotokopi, dan lain-lain c) Tersedia faktor pendukung Yang dimaksud sebagai faktor pendukung yang bersumber dari luar peneliti antara lain sebagai berikut. a. Tersedia data sehingga pertanyaan penelitian dapat dijawab. Sebagai misal, peneliti lain mengetahui bagaimanakah rasanya hidup di dalam tanah, sedangkan untuk mencobanya seolah-olah tidak mungkin. b. Ada izin dari yang berwenang. Banyak hal yang menarik untuk diteliti tetapi peneliti dibatasi oleh peraturan-peraturan, mungkin menyangkut masalah politik, keamanan, ketertiban umum, dan sebagainya. d) Hasil penelitian bermanfaat Menurut penulis, syarat keempat ini adalah yang terpenting. Meneliti adalah pekerjaan yang tidak mudah, yang membutuhkan tenaga, waktu dan biaya. Untuk apa kegiatan tersebut dilakukan jika tidak menghasilkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Kita meneliti bukan karena agar lebih mahir meneliti, tetapi karena ingin menyumbangkan hasilnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan, meningkatkan efektivitas kerja atau mengembangkan sesuatu. Oleh karena itu setiap peneliti, baik mahasiswa penyusun skripsi ataupun peneliti lain sudah harus siap dengan jawaban andai kata orang mengajukan pertanyaan,”Apakah manfaat penelitian Anda?”
Seorang peneliti, yaitu Prof. Dr. Suhardjono dari Universitas UNIBRAW memberikan petunjuk kepada penelitian mengenai persyaratan penelitian yang baik dengan menggunakan istilah yang mudah diingat, yaitu APIK, singkatan dari Asli,Penting,Ilmiah, dan Konsisten.3
Asli, artinya bukan jiplakan dari atau mengganti-ganti penelitian orang lain, sehingga kelihatan bukan buatan sendiri. Penelitian yang baik apabila berbeda dari penelitian yang sudah pernah diteliti oleh orang lain. Penting, artinya bahwa hasil penelitian itu bermanfaat dan dipandang penting bagi peningkatan mutu pendidikan, khususnya bagi tugas yang sedang dilaksanakan. Ilmiah, Artinya menggunakan proses yang dibenarkan oleh teori penelitian, yaitu mengikuti sistematika penelitian yang lazim berlaku, penelitian tindakan ilmiah apabila terdiri dari: a. Pendahuluan - Latar belakang masalah, ada bukti berupa fakta empirik yang dialami oleh peneliti sendiri atau pengamatan orang lain, ada tujuan yang dirumuskan dengan jelas apa target yang akan dicapai melalui tindakan itu,. Tujuan penelitian tindakan adalah ingin mengetahui dampak dari tindakan terhadap masalah yang akan diatasi. Contoh : Tujuan penelitian tindakan: 1) Ingin mengetahui kelancaran diskusi kelompok dalam bermain kartu kata yang dibuat sendiri oleh siswa. 2) Ingin mengetahui kesungguhan siswa dalam belajar menyusun kalimat dengan menggunakan kartu kata. 3) Ingin mengetahui kemampuan siswa dalam menyusun kalimat dengan menggunakan kartu kata. b. Rumusan Masalah yang jelas menunjukkan pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1) Apakah dengan diskusi menggunakan kartu kata yang dibuat sendiri oleh siswa dapat mendorong kelancaran siswa belajar menyusun kalimat? 2) Apakah siswa bersungguh-sungguh dalam belajar menyusun kalimat apabila menggunakan kartu kata dengan metode diskusi? 3) Apakah siswa dapat memiliki kemampuan menyusun kalimat dengan benar apabila belajar dengan metode diskusi dengan menggunakan kartu kata? c. Kajian Pustaka, yaitu bagian yang berisi teori-teori yang mendukungnya, kajian pustaka, yang biasa juga disebut dengan istilah telaah pustaka atau landasan teori, atau apapun sebutannya, merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah karya ilmiah. Penelitian adalah upaya untuk mengkaji gejala untuk membuahkan hasil yang diharapkan dapat 3
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 71.
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penelitian harus berpijak pada ilmu-ilmu yang akan diperkaya. Semakin banyak teori relevan yang digunakan sebagai dasar berpijak , semakin mantaplah penelitian itu dilakukan. Teori-teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini bukan hanya apa yang tertera dalam peraturan atau pedoman-pedoman yang sifatnya formal,tetapi pengertian, definisi, dan teori yang menunjukkan hubungan sebab-akibat atau semacamnya. Sebagai contoh, untuk penerapan metode diskusi dalam penyusunan kalimat, diperlukan teori tentang bagaimana diskusi yang baik, bagaimana kartu-kartu yang menarik dan lain-lain teori yang menunjuk pada kualitas kinerja manusia yang terkait dengan teori-teori ilmu jiwa yang terkait dengan variabel. Banyak diantara contoh peneliti yang kebingungan mencari teori yang akan digunakan untuk mendukung penelitiannya. Pada umumnya mereka terpaku pada judul penelitiannya, bukan pada teori yang ada dibalik variabel. Sebagai contoh, ketika meneliti variabel praktikum, teori yang dicari adalah tentang praktikum, bukan kejiwaan yang melatarbelakangi siswa yang ketika akan atau sedang melakukan praktikum. Demikian juga dengan variabel lain yang terkait dengan manusia. Dalam hal ini peneliti harus mengarahkan perhatiannya pada teori-teori ilmu jiwa yang terkait dengan variabel. Konsisten, artinya adalah keruntutan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Ketika peneliti sudah selesai menyusun laporan, sebaiknya langsung mencermati kembali, apakah butir-butir pada kesimpulan sudah runtut dengan rumusan dan tujuan penelitian atau belum. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah dan memenuhi harapan yang tertera dalam tujuan. Keempat bagian ini harus menunjukkan adanya sambungan yang harmonis, runtut, dan benar. Apabila belum runtut peneliti harus meninjau kembali pada data yang terkumpul dan pada proses analisisnya. C. Jenis permasalahan Permasalahan dalam penelitian sering pula disebut dengan istilah problem atau problematic. Secara garis besar, peneliti mempermasalahkan fenomena atau gejala atas 3 jenis : 1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Sehubungan dengan jenis permasalahan ini terjadilah penelitian deskriptif (termasuk di dalamnya survey), penelitian historis, dan filosofis. 2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema komparasi). Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari permasalahan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada. 3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (problema korelasi). Ada dua macam problema korelasi, yaitu :
a. Korelasi sejajar, misalnya korelasi antara kemampuan berbahasa inggris dan kesetiaan ingatan. b. Korelasi sebab-akibat, misalnya korelasi antara teriknya sinar matahari dan larisnya es mambo.4 Jenis-jenis permasalahan tersebut biasanya lalu dijadikan dasar dalam merumuskan judul penelitian. 1. Peneliti ingin mengetahui status sesuatu apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa. Sebagai contoh jenis penelitian ini misalnya, apabila peneliti ingin mengetahui berapa jumlah penduduk usia sekolah di suatu daerah, bagaimana pendapat para guru tentang kegiatan supervisi yang sekarang ini berlangsung, seberapa jauh buku paket penghapusan EBTA, dan sebagainya. Dengan permasalahan penelitian seperti ini maka judul penelitian di rumuskan sebagai “study deskriptif tentang……………”, “penelitian tentang pendapat…………….”, “tanggapan masyarakat terhadap ……….” Dan seterusnya. Survey merupakan jenis penelitian juga tetapi lebih mengarah kepada pengumpulan data dasar dari sample yang cukup luas. Biasanya data yang diperoleh dari survey digunakan untuk penelitian lebih lanjut yang sifatnya lebih mendalam. 2. Peneliti ingin membandingkan status dua fenomena atau lebih Dalam melakukan perbandingan peneliti selalu memandang dua fenomena atau lebih, ditinjau dari persamaan dan perbedaan yang ada. Namun yang sering terjadi peneliti membandingkan dua fenomena terhadap suatu standar. Misalnya tinggi mana lulusan antara SMP XI dengan SMP XV. Lebih baik mana prestasi belajar antara kelas IV A dengan IV B. dengan demikian maka judul penelitiannya akan berbunyi : “penelitian komparasi antara …….dengan ………..”. Satu jenis penelitian komparatis yang sering dipertanyakan oleh para mahasiswa adalah penelitian kausal-komparatif (causal comparative research). Dalam bukunya “educarional research”, Borg dan Gall menerangkan bahwa penelitian kausal komparatif digunakan apabila peneliti ingin mengetahui kemungkinan akibat dari sesuatu kejadian yang tidak dapat dilakukan dengan suatu eksperimen. Misalnya saja peneliti ingin memperkirakan akibat gegar otak terhadap daya ingatan. Untuk itu tentu saja peneliti tidak dapat dengan sengaja membuat seseorang mengalami gegar otak.
4
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 74.
Dalam hal seperti ini peneliti hanya mencari subjek yang sudah ada, lalu dibandingkan dengan anak-anak lain yang ciri-cirinya diperkirakan sama. Apabila dimungkinkan, peneliti dapat mengadakan eksperimen terhadap binatang, kemudian kesimpulannya dianalogikan bagi manusia. Tentu saja kelemahankelemahan terhadap analogi ini harus tetap disadari adanya. 3. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara dua fenomena atau lebih. Telah disinggung di depan bahwa hubungan ini ada dua macam, yaitu hubungan sejajar dan hubungan sebab-akibat. Penelitian hubungan lebih dikenal dengan istilah penelitian korelasi. Menurut Borg dan Gall penelitian korelasi dalam banyak hal sama dengan penelitian kausal komparatif, dan dalam kenyatannya koefisien korelasi biasanya dihitung dari data penelitian kausal komparatif. Perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut : Dalam penelitian kausal komparatif dua kelompok individu yang secara umum mempunyai persamaan, dipilih untuk diperbandingkan disebabkan karena antara kedua kelompok tersebut yang satu memiliki satu ciri ( misalkan gegar otak) dan yang lainnya tidak. Dari adanya perbedaan inilah peneliti ingin mengetahui apakah ada hal lain yang berbeda sebagai akibat satu ciri yang berbeda tersebut. Dalam penelitian korelasi (penilitian korelasional) peneliti memilih individu-individu yang mempunyai variasi dalam hal yang diselidiki. Semua anggota kelompok yang dipilih sebagai subjek penelitian diukur mengenai dua jenis variabel yang diselidiki, kemudian dihitung untuk diketahui koefesien korelasinya. Dengan gambaran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penelitian kausal komparatif meneliti perbedaan sedangkan korelasi meneliti hubungan. Kembali pada pembicaraan di depan, bahwa ada dua jenis korelasi sejajar dan korelasi sebab-akibat. Untuk lebih jelasnya berikut ini disampaikan contoh, sekaligus penjelasannya. a. Korelasi sejajar, menyangkut misalnya penelitian mengenai sikap siswa dengan penelitian orangtua, prestasi bahasa dengan prestasi matematika, kedisiplinan dengan lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Antara keadaan yang pertama dengan yang kedua tidak terdapat hubungan sebabakibat, tetapi dapat dicari alasan mengapa diperkirakan ada hubungannya. Bunyi judul penelitian ini antara: Korelasi antara……… dengan atau “Hubungan antara…….. dengan……” atau” studi korelasi antara…..dengan….” b. Korelasi sebab-akibat, menyangkut misalnya penelitian mengenai kedisiplinan dengan prestasi belajar, perhatian orangtua dengan tingkat kenakalan anak, minat baca dengan kemampuan berbahasa, dan sebagainya. Antara keadaan
pertama dengan yang kedua terdapat hubungan sebab-akibat. Keadaan pertama diperkirakan menjadi penyebab yang kedua. Keadaan yang pertama berpengaruh terhadap yang kedua. Oleh karenanya penelitian korelasional jenis kedua ini dapat juga disebut sebagai penelitian pengaruh. Judul penelitiannya antara lain “Pengaruh………terhadap…….”. Banyak diantara para mahasiswa menanyakan apa perbedaan skripsi mahasiswa S1,tesis S2, dan disertasi S3. Apakah yang berbeda keluasannya, rumusannya, atau apanya. Jawaban terhadap pertanyaan itu dapat bermacammacam, dan kadang-kadang selera pribadi mewarnainya. Yang penting perlu dipahami adalah, bahwa semakin tinggi jejnjang pendidikan ang diikuti, tugas akhir mahasiswa dituntut semakin memeberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan atau kemaslahatan umum, Meskipun penelitian menggunakan segudang rumus untuk sederetan variabel dengan pembahasan yang cukup ruwet, jika tidak ada manfaat yang dapat ditarik untuk peningkatan kehidupan manusia, tentu belum dapat diklasifikasikan sebagai penelitian berbobot. Sebaliknya,penelitian yang kelihatan ringkas hanya satu variabel, tidak menggunakan rumus statistic, tetapi mengandung informasi penting dan dapat diterapkan langsung, maka penelitian tersebut sangat bagus. Contoh: Judul sebuah penelitian skripsi adalah sebagai berikut: “Sumbangan jenis kelamin, tingkat usia, lokasi rumah
tinggal, dan latar
belakang pendidikan terhadap kelarisan pedagang pasar”
Judul tersebut mengandung empat variabel, yaitu (1) jenis kelamin pedagang, (2) Usia pedagang, (3) tingkat pendidikan pedagang,(4) lokasi rumah tinggal pedagang. Keempat hal tersebut tidak langsung terkait dengan posisi subjek penelitian sebagai seorang pedagang pasar. Jika tempat berdagang mereka dilokasi rumah tinggal masih ada artinya karena strategi tidaknya tempat berdagang sangat berpengaruh terhadap kelarisan barang dagangan.
Data dari empat variabel penelitian tersebut dapat dianalisis dengan rumus regresi ganda, memungkinkan dibahas dengan uraian yang cukup panjang sehingga diperoleh sederet kesimpulan. Namun bagian dari hasil yang mana yang dapat diterapkan untuk kehidupan masyarakat? Apakah yang mana yang
dapat diterapkan untuk kehidupan masyarakat? Apakah informasi bahwa usia pedagang berpengaruh terhadap kelarisan dagangan dapat digunakan sebagai saran kepada masyarakat, jika pedagang yang lebih tua dagangannya lebih laris lalu yang disarankan menjadi pedagang hanya yang tua-tua saja, demikian juga dengan ketiga variabel yang lain. Apakah kalau pedagang luluan SD lebih laris dibandingkan dengan yang sarjana, lalu disarankan sebaiknya yang menjadi pedagang tamatan SD saja? Atau jika faktor relasi menentukan keberhasilan pedagang lalu pedagang yang lain disarankan untuk berpindah tempat agar dagangannya laris? Inilah alasan mengapa variabel statis kurang penting untuk diteliti. Judul penelitian tersebut kalau diterapkan untuk skripsi mahasiswa S1 masih dapat diterima. Untuk mahasiswa S1 yang penting adalah bahwa penalarannya benar. Sesudah dia mempraktikan atau memanfaatkan penggunaan rumus regresi, dia perlu mencari teori-teori untuk menunjang penalarannya. Namun jika judul tersebut akan diajukan untuk penelitian mahasiswa S2 dalam rangka penulisan tesis, saya berpendapat bahwa judul kurang pas, karena kemanfaatan hasil yang diperoleh kurang bermakna bagi kepentingan umum. Informasi yang diperoleh (mungkin) baru memuaskan diri sendiri karena mendapat pemantapan tentang masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap sesuatu. D. Merumuskan Judul Ada orang yang berpendapat bahwa sebaiknya judul penelitian ditulis selengkapmungkin sehingga dengan membaca judul dapat diketahui kehendak peneliti dengan kegiatan itu. Sebaliknya, ada pula orang yang berpendapat bahwa judul penelitian sebaiknya sesingkat mungkin. Jika pembaca ingin tahu lebih lanjut apa yag dimaksudkan oleh si peneliti, harus membaca penjelasan dibagian lain. Judul penelitian yang lengkap diharapkan mencakup: 1. Sifat dan jenis penelitian 2. Objek yang diteliti 3. Subjek Penelitian 4. Lokasi/daerah penelitian 5. Tahun/Waktu terjadinya peristiwa.
Contoh: Studi komarasi antara metode induktif dan metode deduktif untuk menghafal rumus-rumus ilmu pasti pelajar SMA di Daerah Istimewa Yogyakarta 1979. Studi Komparasi Metode Induktif dan deduktif untuk menghafal rumus I ilmu pasti Pelajar SMA Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun 1979
: Sifat atau jenis problema : Objek Penelitian : Subjek Penelitian : Lokasi Penelitian : Tahun terjadinya peristiwa
Apabila judul penelitian ditulis singkat, maka perlu ditambahkan dengan jelas penegasan judul dan batasan masalah, penegasan ini ditulis dalam bagian pendahuluan,laporan, penelitian, dan tentu saja pada waktu penyusunan desain penelitian juga diberi penjelasan. Contoh lain: Judul sebuah penelitian untuk tesis adalah sebagi berikut: “Kesiapan Kabupaten Tulangbawang dalam menyongsong otonomi daerah di bidang pendidikan.” Jika dicermati, dalam judul penelitian tersebut hanya ada satu variabel, yaitu kesiapan menyongsong otonomi daerah. Variabel yang tampak hanya satu tersebut sebetulnya berdimensi cukup banyak. Proses pendidikan daerah baru dapat berjalan apabila semua faktor pendukung sudah siap dan berfungsi . Pendidikan dalam otonomi daerah mengandung makna antara lain adalah sebagai berikut. 1. Subsidi biaya pendidikan dari pemerintah pusat dikurangi cukup banyak sehingga sekolah dituntut untuk mapu mengupayakan biaya sendiri bersama masyarakat sekitar. Dengan kata lain, sekolah harus mampu bermandiri. 2. Adanya penyatuan visi antara sekolah masyarakat lingkungan tentang sekolah yang bertugas menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian diharapkan adanya kepedulian yang tinggi dari masyarakat , yang terdiri dari orang tua,masyarakat, dan pejabat setempat agar tujuan sekolah dapat tercapai secara efektif. 3. Sebagai kelanjutan dri peyatan visi tersebut, untuk menyelenggarkan suatu proses pembelajaran yang efektif, ditunut dari kedua belah pihak, baik sekolah maupun masyarakat untuk berkolaborasi memikirkan kemajuan skolah dan mewujudkannya dalam tindakan actual. Dengan kata lain, dalam menyelenggarakan kegiatan sekolah tersebut bukan hanya sekolah yang aktif berpikir tetapi juga masyarakat.5
5
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 78-79.
4. Kemampuan sekolah bertindak proaktif untuk selalu membuka wawasan mengadakan evaluasi diri secara terus-menerus dalam rangka mengembangkan diri. Kemamuan semacam itu dapat muncul sendiri tanpa ada upaya aktif , baik berasal dari dalam maupun dari luar, jika memang dipertimbangkan tidak adanya kemauan yang tumbuh dari dalam untuk berlatih atau menambah kemampuan dimaksud. 5. Adanya semangat yang tiggi dari setiap warga sekolah, mulai dari pimpinan sekolah,guru,siswa,dan para karyawan untuk aktif sesuai dengan fungsi masing-masing. Dari harapan yang dirumuskan dari visi sekolah, masing-masing warga harus mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan fungsinya. Melalui contoh judul tersebut dapat diketahui bahwa meskipun secara selintas hanya ada satu variabel yang disebutkan secara eksplisit dalam judul, tetapi ternyata sekurang-kurangnya sudah ada lima hal (dari nomor 1 sampai dengan nomor 5 di atas) yang dapat dipermasalahkan. Data yang terkumpul mengenai kelima permasalahan tersebut apabila dilakukan dengan cermat dan sungguh-sungguh, sudah dapat memberikan informasi yang sangat kompleks. Kemanfaatan dari informasi yang diperoleh sudah cukup memberikan andil yang besar bagi keterlaksanaan manajemen berbasis sekolah bagi sekolah-sekolah sampel, dan dapat diterapkan pada sekolah-sekolah yang memiliki kondisi yang sama. E. Merumuskan Masalah Perumusan Masalah dapat dilakukan dengan cara merumuskan judul selengkapnya. Namun demikian walaupun tampaknya masalah sudah dituangkan dalam bentuk judul, pembaca dapat menafsirkan dengan arti yang berbeda dengan maksud peneliti. Pada bagian kesatu Bab II telah dikemukakan berbagai jenis penelitian dari sudut pandangan tujuan, pendekatan, subjek penelitian, sifat problematik, dan sebagainya. Apabila penelitian menjelaskan semuanya dalam satu rumusan judul penelitian, maka akan terjelma sebuah judul yang panjang, yang maksudnya akan memperjelas, boleh jadi bahkan mengaburkan arti, sebagai contoh judul yang lengkap yaitu : Studi kasus deskriptif eksploratif korelasi antara minat guru terhadap profesinya dengan penghargaan siswa terhadap guru di SMA Negeri VI Majalengka tahun 1973. Judul ini menjelaskan tentang subjek penelitian (kasus), tujuan (deskriptif), sifatnya (ekploratif) dan problematic (korelasi). Akan tetapi disamping kurang sedap didengar, juga kelihatan berlebih-lebihan, dan untuk memahami maknanya, harus berpikir lebih lama. Oleh karena itu, apabila rumusan penelitian menjadi singkat, hanya mencantumkan ciri penelitian yang pokok saja.6 Contoh: 6
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 89.
Studi tentang hubungan antara minat guru terhadap profesinya dengan penghargaan sisiwa terhadap guru di SMA Negeri VI Majalengka tahun 1973. Atau Studi korelasi antara minat guru terhadap profesinya dengan penghargaan siswa terhadap guru di SMA Negeri VI Majalengka tahun 1973. F. Bagaimana Merumuskan Masalah? Seperti disinggung di atas, agar judul penelitian tidak kelihatan panjang,maka yang disebutkan hanya ciri yang ditonjolkan oleh peneliti saja. Selebihnya diterangkan di luar judul. Sebelum seorang peneliti memulai kegiatannya meneliti, harus memulai membuat rancangan terlebih dahulu. Rancangan tersebut diberi nama desain penelitian. Ada yang menyebutnya dengan istilah proposal penelitian atau usulan penelitian. Sebenarnya desain dan proposal tidaklah sama. Desain (design) penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan. Di dalam desain penelitian sekurang-kurangnya termuat: Judul penelitian penegasan masalah, alasan mengadakan penelitian, penegasan masalah, alasan mengadakan penelitian, tujuan meneliti, kegunaan hasil penelitian, landasan teori, penelaahan kepustakaan, metodologi (meliputi teknik sampling, metode pengumpulan data, dan metode analisis data), langkah-langkah jadwal kerja, dan pembiayaan. Proposal atau usulan penelitian dibuat oleh peneliti apabila ia membutuhkan bantuan dana. Agar pihak yang akan memberi bantuan memahami betul apa yang akan dilakukan peneliti dan berapa besar manfaat hasil penelitian yang diharapkan, maka harus membuat proposal atau usulan secara lengkap. Di samping desain, dicantumkan pula perincian rencana kebutuhan dan penggunaan dana. Oleh Karena pada umumnya penelitian itu disponsori oleh pihak yang memberi bantuan dana, maka setiap akan meneliti, membuat proposal terlebih dahulu. Itulah sebabnya maka pengertian desain dan proposal kemudian dikacaukan atau cenderung disamakan.7
7
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010),hlm 90.
G. Kerangka Penelitian Kerangka dalam penelitian adalah kumpulan konsep yang tersusun secara sistematis agar tujuan penelitian yang dilalakukan menjadi baik. Kerangka penelitian ini dibentuk sebelum langkah penlitian dilakukan, oleh karenannya bagian kerangka penelitian biasanya tergolong dalam persiapan penelitian sederhana. 1. Pengertian Kerangka Penelitian Pengertian
kerangka
penelitian
adalah
konsep
suatu
penelitian
yang
menghubungkan antara visualisasi satu variabel denga variable lainnya, sehingga penelitian menjadi tersusun secara sistematis dan dapat diterima oleh semua pihak. 2. Kerangka/Konsep Penelitian Kerangka atau konsep dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif secara umumnya adalah sebagai berikut;
Pendahuluan Pendahuluan berisi beberapa aspek penting seperti latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, dan implikasi penelitian bagi masyarakat. 3. Bagian-Bagian Pendahuluan dalam Konsep Penelitian Berikut inilah bagian-bagian pendahuluan dalam konsep penelitian;
Latar belakang masalah, berisi informasi yang berkaitan erat dengan peristiwa atau isu yang menjadi alasan penelitian dilakukan. Identifikasi masalah berisi berbagai permasalahan yang mungkin muncul dan berkaitan erat dengan masalah yang akan diteliti.
Rumusan masalah, merupakan landasan atau petunjuk bagi peneliti untuk memperoleh data yang sesuai topik penelitian. Rumusan masalah biasanya dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.
Tujuan penelitian, menunjukkan sesuatu yang ingin dicapai oleh peneliti ketika melakukan penelitian tersebut.
Manfaat penelitian, merupakan harapan peneliti terhadap hasil penelitian yang selalu terdapat dalam bagian pendahuan di dalam konsep penelitian.
Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi pendapat ahli mengenai variabel-variabel penelitian soshal. Kajian pustaka merupakan syarat mutlak dalam penelitian karena mendorong peneliti mendalami dan menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan hipotesis. Kajian pustaka dalam penelitian Kuantitatif dan Kualitatif berbeda. Dalam penelitian kualitatit tidak terdapat hipotesis karena peneliti tidak boleh memiliki prasangka terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian, sementara hipotesis merupakan jawaban sementara yang perlu dibuktikan. Secara umum, dalam kajian pustaka terdapat beberapa komponen berikut. Bagian Kajian Pustaka dalam Konsep Penelitian
Kajian Teori, Kajian teori berisi teori atau pendapat para ahil mengenai variabel yang ada dalam penelitian. Teori dan pendapat dan ahli tersebut merupakan landasan bagi peneliti untuk mengembangkan dan membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah.
Hasil Penelitian Hasil penelitian yang relevan berisi penelitian mengenai topik yang mirip dengan karya peneliti lain. Penelitian yang telah dilakukan tersebut diharapkan dapat membantu memberi referensi bagi peneliti dalam melaksànakan penelitiannya. Bagian mi merupakan bagian opsional, bisa ada atau tidak. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menunjukkan alur berpikir suatu penelitian dan menunjukkan pemahaman pokok yang melandasi pemahaman-pemahaman lainnya. Kerangka berpikir diperlukan untuk mengarahkan dan memperjelas masalah yang dikemukakan. Pada umumnya kerangka berpikir digunakan untuk menggambarkan hubungan variabel satu dengan variabel lainnya. Variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Jenis-Jenis Variabel
Variabel dalam suatu penelitian dapatlah dibedakan dalam beberapa jenis berikut; 1. Variabel bebas atau variabel penyebab merupakan variabel yang memengaruhi variabel lain. 2. Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang memberikan reaksi/respons sebagai akibat dan hubungan variabel bebas. 3. Variabel intervening, yaitu variabel yang secara teoretis memengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat, tetapi tidak dapat diamati 4. Variabel
moderator,
yaitu
variabel
yang
memengaruhi
(memperkuat
dan
memperlemah) hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoretis. Hipotesis terdapat dalam penelitian kuantitatif karena penelitian kualitatif tidak memperbolehkan adanya dugaan awal penelitian yang dapat memengaruhi objektivitas peneliti. Dalam metode penelitian, hipotesis menjadi alat untuk menghubungkan teori yang relevan dengan kenyataan (fakta). Hipotesis merupakan jawaban sementara karena kebenarannya masih perlu diuji dengan data dan lapangan. Hipotesis juga penting peranannya karena menunjukkan harapan peneliti mengenai hubungan antarvariabel. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu keseluruhan metode, prosedur, konsep kerja, dan aturan yang digunakan dalam penelitian. Metode merujuk pada ilmu yang berkaitan dengan proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mencari jawaban atas suatu masalah. Metode penelitian pada dasarnya mencangkup, hal-hal berikut ini; Bagian Metode Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian, sebaiknya tempat penelitian yang dipilih ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya dapat dijangkau oleh peneliti dan
tidak terlalu luas atau spesifik. Sementara itu, waktu penelitian merupakan jangka waktu yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian, dimulai dan penyusunan rancangan penelitian sampai penulisan laporan hasil penelitian dengan pertimbangan tertentu, salah satunya masalah yang akan diteliti. Waktu penelitian diharapkan dapat membantu peneliti melakukan penelitian secara efektif.
Jenis Penelitian, jenis penelitian menunjukkan pendekatan dan metode yang digunakan peneliti dalam merencanakan kegiatan penelitian. Misalnya, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang diterapkan yaitu fenomenologi. Selanjutnya, peneliti menjelaskan secara singkat, padat, dan jelas mengenai penggunaan fenomenologi dalam rencana penelitian yang akan diterapkan.
Sumber Data, data dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh peneliti melalui kegiatan pengumpulan data lapangan/objek penelitian. Contàh data primer yaitu hasil wawancara, hasil observasi, dan angket yang telah disebar. Sementara itu, data sekunder merupakan data yang telah ada sebelumnya sehingga peneliti tidak perlu terlibat langsung di lapangan atau objek yang diteliti. Contoh data sekunder yaitu monografi, hasil sensus penduduk, jurnal, buku, dan berita.
Teknik Pengumpulan Data, teknik pengumpulan data menjelaskan cara-cara yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data Iapangan.Teknik pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif berbeda. Pada umumnya penelitian kualitatif menggunakan teknik observasi dan wawancara. Sementara itu, teknik pada penelitian kuantitatif dilakukan melalui angket/kuesioner dan pengukuran objek.
Teknik Analisis Data, bagian ini menguraikan cara dan proses pengolahan data yang akan digunakan peneliti. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan melalui proses editing, coding, dan tabulating. Sementara itu, pada penelitian kualitatif data diolah melalui proses pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Masalah penelitian dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu dari pengalaman bekerja sehari-hari, dari hasil membaca dan menelaah buku-buku, atau dari apa yang dirasakan masalah oleh orang lain. Yang penting adalah bahwa peneliti harus memahami permasalahan penelitiannya. Hasil penelitian merupakan perkayaan dari pengetahuan. Oleh karena meneliti atau memerlukan biaya, tenag,waktu,ketekunan,dan keseriusan dari peneliti, maka sebuah topic atau judul penelitian harus dipilih secara hati-hati hingga memenuhi persyaratan, yatu sebagai berikut, 1. Judul harus sesuai dengan minat 2. Judul harus dapat dilaksanakan 3. Haarus tersedia faktor pendukung 4. Judul harus bermanfaat, penelitian bukan merupakan ulangan,bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan praktik. Judul penelitian harus dirumuskan secara jelas hinnga menggambarkan: 1. 2. 3. 4. 5.
Sifat dan Jenis penelitian Objek yang diteliti Subjek penelitian Lokasi/daerah penelitian Tahun(waktu) terjadinya peristiwa.
Jenis-jenis Problema: 1. Mengetahui dan mendeskripsikan 2. Problema komparasi 3. Problma Korelasi: a. Korelasi, dan b. Korelasi sebab-akibat.