Bahan Lopografi Arika.docx

  • Uploaded by: Arika Anggraini
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan Lopografi Arika.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,324
  • Pages: 3
Anatomi Intestinum crassum (usus besar) terdiri dari caecum, appendix vermiformiis, colon , rectum dan canalis analis. Caecum adalah bagian pertama intestinum crassum dan beralih menjadi colon ascendens (Moore, 2002). Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Caecum terletak pada fossa iliaca kanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale (Widjaja, 2009). Appendix Vermiformis berupa pipa buntu yang berbentuk cacing dan berhubungan dengan caecum di sebelah kaudal peralihan ileosekal (Moore, 2002). Colon ascendens panjangnya kurang lebih 15 cm, dan terbentang dari caecum sampai ke permukaan visceral dari lobus kanan hepar untuk membelok ke kiri pada flexura coli dextra untuk beralih menjadi colon transversum (Widjaja, 2009). Pendarahan colon ascendens dan flexura coli dextra terjadi melalui arteri ileocolica dan arteri colica dextra, cabang arteri mesenterica superior. Vena ileocolica dan vena colica dextra, anak cabang mesenterika superior, mengalirkan balik darah dari colon ascendens. Colon transversum merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas karena bergantung pada mesocolon, yang ikut membentuk omentum majus. Panjangnya antara 45-50 cm (Widjaja, 2009). Pendarahan colon transversum terutama terjadi melalui arteria colica media, cabang arteria mesenterica superior, tetapi memperoleh juga darah melalui arteri colica dextra dan arteri colica sinistra. Penyaluran balik darah dari colon transversum terjadi melalui vena mesenterica superior (Moore, 2002). Colon descendens panjangnya kurang lebih 25 cm (Widjaja, 2009). Colon descendens melintas retroperitoneal dari flexura coli sinistra ke fossa iliaca sinistra dan disini beralih menjadi colon sigmoideum (Moore, 2002). Colon sigmoideum disebut juga colon pelvinum (Moore, 1992). Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. (Widjaja, 2009). Rectum adalah bagian akhir intestinum crassum yang terfiksasi. Ke arah kaudal rectum beralih menjadi canalis analis (Moore, 2002). Fisiologi Fungsi utama kolon adalah absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat dan penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan (Guyton, 2008), kolon mengubah 1000-2000mL kimus isotonik yang masuk setiap hari dari ileum menjadi tinja semipadat dengan volume sekitar 200250mL (Ganong, 2008). 10 Sebagian besar absorpsi dalam usus besar terjadi pada pertengahan proksimal kolon, sehingga bagian ini dinamakan kolon pengabsorpsi, sedangkan kolon bagian distal pada prinsipnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan feses sampai waktu yang tepat untuk ekskresi feses dan oleh karena itu disebut kolon penyimpanan  Lopografi atau dikenal dengan nama lain Loopogram atau Distal Colostography adalah teknik pemeriksaan kolon secararadiologis dengan memasukkan media kontraspositif ke dalam kolon melaluli lubang buatan(stoma) di daerah abdomen.  Tujuan Pemeriksaan Tujuan pemeriksaan Lopografi adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi kolon bagian distal sehingga dapat membantu menentukan tindakan medis selanjutnya. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan pada pasien post colostomy yang ingin melakukan anastomose kolon dengan rectum. Pada dasarnya, pemeriksaan lopografi atau loopogram tidak menimbulkan rasa sakit. Akan tetapi pasien mungkin merasakanketidaknyamanan. Hal ini disebabkan karena kemungkinana adanya ekstravasasi kontras. Setelah pemeriksaan, kontras yang dimasukkan harus didrainase atau dikeluarkan kembali. Indikasi -divertikulosis, timbulnya kantung dalam usus besar, ca colon, abses anorektal, atresia ani Kontraindikasi

-perforasi, refleks vagal, obstruksi, diare akut  Persiapan: Diet, Obat-obatan oral, Output dari stoma, Irigasi colostomy  Persiapan alat pada pemeriksaan Lopografi, meliputi : 1. Pesawat x – ray 2. Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan 3. Marker 4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal 5. Vaselin dan jelly 6. Sarung tangan 7. Penjepit atau klem 8. Kain kassa 9. Bengkok 10.Apron 11.Plester 12.Tempat mengaduk media kontras  Persiapan bahan Kontras media(+):barium sulfat (1000ml untuk kontras tunggal dan 400ml untuk kontras ganda), Kontras media(-) :udara 1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70 – 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang pendeknya colon distal. 2. Air hangat untuk membuat larutan barium. 3. Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus. Teknik pemeriksaan: Foto polos BNO, Inform consent, Pemasukan media kontras  Pemasukan Media Kontras Barium dimasukkan melalui stoma (lubang colon distal) diikuti ngan fluoroskopi sampai mengisi daerah rectum dan dapat ditandai dengan keluarnya kontras melalui anus. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. Proyeksi Radiograf 1). Proyeksi Antero posterior Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. Kriteria radiograf menunjukkan seluruh kolon terlihat, termasuk fleksura dan kolon sigmoid. 2). Proyeksi Postero Anterior Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan dengan MSP tubuh berada tepat di garis tengah meja pemeriksan. Kedua tangan lurus di samping atas tubuh dan kaki lurus ke bawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah meja pemeriksaan, objek diatur diatas meja pemeriksaan dengan batas atas processus xypoideus dan batas bawah sympisis pubis tidak terpotong, pada saat eksposi pasien ekspirasi dan tahan nafas. Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus kaset. Kriteria radiograf seluruh kolon terlihat termasuk fleksura dan rektum. 3). Proyeksi LPO Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca, dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 4). Proyeksi RPO Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35° - 45° terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi.

Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. Kriteria radiograf menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan kolon asenden. 5). Proyeksi RAO Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35˚- 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi. Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua krista illiaka dengan arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan kolon asenden. 6). Proyeksi LAO Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35˚ - 45˚ terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua krista illiaka dengan sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. Ekposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas. Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah kolon desenden tampak. 7). Proyeksi Lateral Pasien diposisikan lateral atau tidur miring dengan Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah sinar tegak lurus terhadap film pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). Eksposi dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas. Kriteria : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan radiograf.

Kesimpulan Loopografi adalah teknik pemeriksaan kolon secara radiologis dengan memasukkan media kontras positif ke dalam kolon melaluli lubang buatan (stoma) di daerah abdomen Lopografi relatif aman dilakukan untuk melihat keadaan kolon distal dengan menilai pasase kontras, kaliber kolon, dan anatomi kolon distal Saat ini cara memasukkan kontras yang dianjurkan adalah melalui kateter yang dilubrikasi melalui stoma

Related Documents

Bahan Lopografi Arika.docx
December 2019 11
Bahan
October 2019 64
Bahan
July 2020 55
Bahan
August 2019 62
Bahan Bahan 3.docx
May 2020 43
Bahan-bahan Lapizan Ozon
December 2019 57

More Documents from ""