Bahan Ajar Konstruksi Beton.docx

  • Uploaded by: Fadliya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan Ajar Konstruksi Beton.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,259
  • Pages: 38
BETON Beton adalah bahan yang diperoleh dari mencampur semen,pasir,agregat kasir (split/kerikil) air yang mengeras menjadi padat, kadang-kadang ditambah additive bila diperlukan. Beton pada bangunan biasa dipakai pada pembuatan pondasi, kolom, balok dan plat lantai.Banyaknya penggunaan beton pada bangunan dikarenakan beton mudah dibentuk, mempunyai kekuatan ( kuat tekan ) yang tinggi dan sangat awet/ tahan lama. Perbandingan volume bahan pembuat beton Semen 15 – 20 % Pasir 25 – 30 % Batu pecah 30 – 50 % Air 7 – 15 % Keuntungan dan Kerugian Keuntungan Mudah dicetak Ekonomis Tahan lama Tahan kebakaran Dapat dicor ditempat Bentuk dapat disesuaikan

Kerugian Tegangan tarik rendah Daktilitas rendah volume tidak stabil

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan beton : 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bahan pembuat beton Tulangan Bekisting Pengecoran Pemadatan Perawatan

Sifat –sifat beton basah

-

Aplikasi lapangan

Hasilnya

Perbandingann Bahan

Konstruksi Beton Untuk Bangunan Konstruksi beton merupakan konstruksi dengan bahan yang terbuat dari beton yang terdiri dari semen dan bahan lain sepertifly ash dan semen terak, agregat (agregat kasar umumnya terbuat dari batu kerikil atau dihancurkan seperti kapur, atau batu granit, ditambah agregat halus seperti pasir), air, dan kimia pencampuran. Beton akan mengeras setelah pencampuran semua bahan dengan air. Beton adalah salah satu bahan konstruksi yang paling banyak digunakan di dunia. Hal Ini disebabkan karena :   

Bahan-bahan dasar pembuat beton seperti air, semen, pasir dan agregat kasar mudah didapatkan. Beton itu relatif awet atau tahan lama (durable). Beton mudah dibentuk keberbagai bentuk yang diinginkan.

Beton dibuat dengan mencampurkan air, semen, agregat halus (pasir), agregat kasar dan bahan campuran tambahan lainnya jika diperlukan dengan semen dan komponen lainnya bersama-sama. Jika kurang air dalam pasta semen akan menghasilkan beton yang lebih kuat, lebih tahan lama; sebaliknya jika lebih banyak air akan memberikan kualitas rekat beton kurang baik. Demikian halnya dengan air kotor digunakan untuk membuat beton dapat menyebabkan masalah ketika mengatur atau dalam menyebabkan kegagalan prematur struktur. Beton juga dapat digunakan untuk membuat trotoar, pipa, struktur arsitektur, jalan raya / jalan , jembatan / jalan layang, parkir struktur, bata / blok dinding dan pondasi untuk pintu gerbang, pagar, tiang dan sebagainya. Proses Pencampuran Beton Pencampuran yang menyeluruh sangat penting untuk produksi beton dengan kualitas tinggi. Oleh karena itu, peralatan dan metode yang tepat sangat penting dalam pencampuran beton. Pencampuran semen dan air terlebih daluhu sebelum dicampurkan dengan agregat dapat meningkatkan kuat tekan beton yang dihasilkan. Pada umumnya dicampur dengan kecepatan tinggi (concrete mixer) kadar air semen dari 0,30-0,45 oleh massa. Sebelum pencampuran pasta semen mungkin harus dicampur dengan bahan additif seperti akselerator atau retarder, plastisizer, pigmen , atau silica fume. Pasta premixed kemudian dicampur dengan agregat dan air yang tersisa batch, dan pencampuran akhir ini selesai pada peralatan pencampuran beton konvensional. Beton yang digunakan untuk beton bertulang dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil.air yang digunakan 1/2 dari volume semen. Perbandingan ini merupakan perbandingan volume. Sebagai penakar dapat menggunakan peralatan yang tidak sukar dicari seperti ember atau timba. mutu yang diharapkan dapat tercapai dengan perbandingan ini adalah sekitar 150 kg/cm2

Cetakan Beton Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan cetakan beton adalah:    

Pemasangan bekisting harus kokoh dan kuat sehingga tahan terhadap getaran yang ditimbulkan pada saat pengecoran. Setiap selesai pemasangan harus diteliti ulang baik kekuatan maupun bentuknya. Cetakan beton dibuat dari bahan yang baik sehingga mudah pada saat dilepaskan tanpa mengakibatkan kerusakan pada beton. Bekisting harus boleh dibuka setelah 28 hari.selama beton belum mengeras harus dilakukan perawatan dengan menyiram beton dengan air.

Agregat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :  

Agregat halus atau pasir. Agregat kasar termasuk batu pecah dan kerikil.

Beberapa karakteristik dari agregat yang perlu diperhatikan adalah:     



Kekuatan dan kekerasan, agregat-agregat yang mempunyai kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi akan menghasil beton dengan kekuatan yang lebih tinggi juga. Ketahanan dalam jika mengalami gerusan dan kelapukan. Secara kimia tidak reaktif sehingga tidak akan beraksi dengan larutan semen. Bersih sehingga rekatan antara agregat-agregat dengan adukan semen tidak terganggu. Bergradasi, agregat-agregate sebaiknya mempunyai ukuran yang bervariasi sehingga mereka akan bisa bersatu dengan baik. Sebagai hasilnya, beton yang dihasilkan akan lebih padat dan kuat. Bentuk agregat, agregat yang bundar akan menhasilkan campuran yang mudah dikerjakan sedangkan agregat yang berbentuk tajam akan sukar untuk dicor, dikerjakan/diratakan dan dipadatkan akan tetapi menghasilkan beton yang lebih kuat.

Ukuran Beton Untuk rumah sederhana, sebaiknya ukuran beton yang digunakan adalah sebagai berukut :     

Sloof 15×20 cm. Kolom utama 15×15 cm Kolom praktis 13×13 cm Ringbalk 13×15 cm Balok kuda2 13×15 cm

Dinding bata Untuk dinding bata, mortar (spesi) yang digunakan sebagai pengikat bata dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 4 pasir, Sedangkan pada bagian yang memerlukan kedap air dapat digunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir. Untuk menjaga ikatan antara bata dan kolom ataupun balok, maka setiap jarak 50 cm dipasang angker dengan panjang sekitar 30 cm menggunakan besi diameter 8 mm. Sebelum dipasang, batu bata tersebut harus terlebih dahulu direndam dalam air dengan tujuan agar air spesi tidak diserap oleh bata. Setiap pemasangan bata harus terisi padat dengan spesi minimal 1 cm.

Plesteran Sebelum diplaster seluruh permukaan dinding,kolom dan balok harus dibasahi dulu dengan air sampai mencapai keadaan jenuh.pembersihan terhadap permukaan juga harus dilakukan sebelum dilakukan plesteran. Keuntungan bahan bangunan beton Beton dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain mempunyai beberapa keuntungan, diantarannya :      

Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan. Tahan lama dan memerlukan sedikit perawatan, jadi lebih ekonomis. Mempunyai daya tahan yang bagus terhadap karat dan tidak mudah lapuk. Tidak mudah terbakar. Ketahanan terhadap angin yang berkecapatan tinggi (kencang). Tidak dimakan serangga atau rayap.

Ukuran Beton Untuk rumah sederhana, sebaiknya ukuran beton yang digunakan adalah sebagai berukut :     

Sloof 15×20 cm. Kolom utama 15×15 cm Kolom praktis 13×13 cm Ringbalk 13×15 cm Balok kuda2 13×15 cm

Dinding bata Untuk dinding bata, mortar (spesi) yang digunakan sebagai pengikat bata dapat menggunakan perbandingan 1 semen : 4 pasir, Sedangkan pada bagian yang memerlukan kedap air dapat digunakan perbandingan 1 semen : 2 pasir. Untuk menjaga ikatan antara bata dan kolom ataupun balok, maka setiap jarak 50 cm dipasang angker dengan panjang sekitar 30 cm menggunakan besi diameter 8 mm. Sebelum dipasang, batu bata tersebut harus terlebih dahulu direndam dalam air dengan tujuan agar air spesi tidak diserap oleh bata. Setiap pemasangan bata harus terisi padat dengan spesi minimal 1 cm. Plesteran Sebelum diplaster seluruh permukaan dinding,kolom dan balok harus dibasahi dulu dengan air sampai mencapai keadaan jenuh.pembersihan terhadap permukaan juga harus dilakukan sebelum dilakukan plesteran. Keuntungan bahan bangunan beton Beton dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain mempunyai beberapa keuntungan, diantarannya : 

Mudah dibentuk sesuai dengan keinginan.

    

Tahan lama dan memerlukan sedikit perawatan, jadi lebih ekonomis. Mempunyai daya tahan yang bagus terhadap karat dan tidak mudah lapuk. Tidak mudah terbakar. Ketahanan terhadap angin yang berkecapatan tinggi (kencang). Tidak dimakan serangga atau rayap.

C. Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan seperti yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Bahan Portland camen – Portland cament yang digunakan adalah jenis-jenis yang memenuhi ketentuanketentuan dalam N1-1 atau menurut standart Portland cemen yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. – Semen yang digunakan harus berkualitas baik dan pada saat digunakan harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras) – Untuk menjaga mutu semen,cara penyimpanan harus mengikuti syarat-syarat penyimpangan bahan tersebut. Air Yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Air tawar yang dipakai harus bersih, tidak mengandung minyak, asam alkali bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang dapat menurungkan mutu beton. Kerikil/Batu Pecah Kerikil/batu pecah yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. – Kerikil/batu pecah harus mempunyai gradasi yang baik, tidak porous, memenuhi syarat kekerasannya. – Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka kerikil harus dicuci. Pasir –

Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971.

– Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan mempunyai gradasi yang baik, tidak porous cukup syarat kekerasannya. –

Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebuh dari 5% ditentukan terhadap berat kering.

1. Besi Beton Baja tulangan yang digunakan adalah baja yang kualitasnya sesuai dengan ditentukan dalam PBI 71. Besi beton harus bersih dari dari lapisan minyak lemak, karat dan bebas dari cacat-cacat seperti serpih dan sebagainya, serta berpenampang bulat. Dimensi dan ukuran penempang bulat besi beton / baja tulangan harus sesuai dengan petujuk gambar kerja (memenuhi batas toleransi minimal) seperti yang di syaratkan dalam PBI 71. Besi beton / baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi. Kawat pengikat harus terbuat daru baja lunak dengan diameter minimal 1mm dan tidak bersepuh seng. SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTURPEKERJAAN STRUKTUR BETON PERSYARATAN MUTU. Mutu Beton. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut : a. Pondasi Pelat Beton setempat : K-250 b. Sloof Beton : K-250 c. Kolom dan Balok Baja WF : K-250 d. Pelat Lantai &Atap Dak : K-250 e. Ring balok, dinding geser, dan balok anak : K-250 f. Kolom & Ring Balok Praktis : K-200 h. Lantai Kerja, beton rabat dengan campuran1pc : 3ps : 5kr. Mutu Baja Tulangan. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut : a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik 2080 Kg/Cm2. b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U- 32 / besi ulir ) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2.

c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan wiremesh U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

PERSYARATAN BAHAN BETON. Semen. A. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar Inggris BS 12. B. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA RODA dan HOLCIM serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan (Semen Merek TIGA RODA). Pasir dan kerikil A. Pasir • Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir. • Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut : Saringan Persentase satuan timbangan No. tertinggal di saringan 4 0 - 15 8 6 - 15 16 10 - 25 30 10 - 30 50 15 - 35 100 12 - 20 PAN 3 - 7 Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20%.

B. Agregat Kasar ( Kerikil ) • Kebersihan dan mutu Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau yang berukuran panjang. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci. • Gradasi Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : - Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat. - Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat. - Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yangberurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971. C. A i r Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. 1.2.4. Baja Tulangan a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar Indonesia untuk beton SNI-2, PBI-1971, atau ASTM Designation A-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum didalam gambar rencana. b.Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton. c. Khusus untuk plat lantai apabila pada gambar menggunakan wiremesh, maka wiremesh yang digunakan adalah tipe deform (ulir) produk UNION METAL atau BRC LYSAGHT. 1.2.5. Cetakan ( bekisting )

a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu Borneo Super ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana. b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu. 1.2.6. Water stop Water stop harus dipasang di setiap penghentian pengecoran untuk bagian-bagian yang harus kedap air, yaitu antara lain pelat atap, lantai toilet dan tempat-tempat basah lainnya sesuai dengan Gambar Kerja. Water stop yang digunakan adalah SUPERCAST SW 10 merk FOSROC, tipe disesuaikan dengan posisi joint dengan minimum lebar 20 cm. 1.2.7. Bonding Agent Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan / dicor secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan design dan perhitungannya. Bonding agent yang dipergunakan adalah NITOBOND PVA merk FOSROC berupa material liquid berwarna putih terbuat dari bahan polymer acrylic digunakan pada sambungan pengecoran beton lama dan baru khusus untuk daerah kering. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik. 1.2.8. Admixture a. Admixture / hardener dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan Admixture yang dipakai adalah SIKAMENT 520 merk SIKA dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Perencana. b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant.

c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan mencapai kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer adalah CONPLAST SP 430D dengan takaran 0,60 – 2,00 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam cetakan. Tahapan Pekerjaan Struktur Beton Dalam pekerjaan pembuatan struktur beton terdapat item pekerjaan sebagai berikut: A. Pekerjaan Bekisting Dalam pekerjaan bekisting terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni : i. Bekisting harus dibuat dan dipasang sesuai dengan bentuk, ukuran dan posisi seperti yang disyaratkan pada gambar kerja. ii. Bekisting harus cukup kuat untuk memikul tekanan atau beban yang diakibatkan oleh beton basah, beban pelaksanaan dan beban-beban lainnya. iii. Bekisting harus cukup kaku (stabil) artinya harus dapat menghasilkan bentuk yang tetap bagi struktur beton sesuai yang direncanakan. iv. Perencanaan bekisting harus didasarkan oleh kemudahan pemasangan, kemudahan pembongkaran, kecepatan pemasangan dan biaya yang efisien. v. Sambungan bekisting harus baik sehingga tidak rusak/bocor pada saat pelaksanaan pengecoran dan juga tidak merusak beton. vi. Bahan bekisting harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap air semen dan juga tidak merusak beton. vii. Pemasangan bekisting harus benar-benar sesuai dengan gambar rencana baik secara vertical maupun horizontal Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting adalah:          

Multipleks Kayu kaso 5/7 Kayu balok Schaffolding set (bila diperlukan Jack base dan U head (bila diperlukan) Joint pin (bila diperlukan) Cross brace (bila ddiperlukan) Ladder frame(bila diperlukan) Mould oil Alat Bantu lain

Sedangkan bahan bekisting yang digunakan pada adalah menggunakan bahan yang sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam RKS, yakni multipleks dengan tebal 18 mm. Bekisting dari multipleks/papan tersebut diperkuat dengan rangka kayu meranti minimal ukuran 5/10, atau dari bahan lain yang disetujui oleh konsultan pengawas untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna. Sedangkan steiger yang digunakan adalah dari pipa - pipa besi standar pabrik atau kayu /dolken. Adapun pemasangan bekisting meliputi pemasangan bekisting kolom, balok, slab/plat atap dan kanopi. A.1. Bekisting Kolom Dalam pengecoran kolom terlebih dahulu harus memperhatikan   ·

Vertikalisasi Axisnya posisi kolom sesuai gambar yang direncanakan

Vertikalitas kolom dijamin dengan struktur penopang ( support ) yang diberikan empat arah dan dijamin kuat menahan goyangan. Untuk kolom menggunakan form work dari kayu-kayu dan multypleks yang dengan mudah dapat dibongkar dan dipasang kembali yang sebelumnya di lapisi oleh mould oil agar mudah dalam pembongkaran dan tidak lengket yang dapat merusak beton. A.2. Bekisting Balok dan Pelat atap/Kanopi Pengecoran balok dan pelat atap atau kanopi dilakukan bersamaan sekaligus, menjadi satu kesatuan struktur, sehingga form work dan pelat/slab, dibuat sebagai satu kesatuan yang bersifat tetap. Sesudah selesai form work ini baru dibongkar dan sebagian yang kondisinya masih baik dapat digunakan kembali. Adapun pada sistem ini digunakan scaffolding. Kontak antara kaki scaffolding dengan tempat berpijaknya harus dijaga sempurna, demikian juga sambungan kaki scaffolding antara yang dibawah dengan yang diatas harus rapat. B.

Pekerjaan Pembesian/Penulangan

Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tarik, gaya geser dan momen torsi yang timbul akibat beban-beban yang bekerja pada konstruksi beton tersebut. Oleh karena itu perencanaan dan pelaksanaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar kerja, RKS dan Aanvulling yang telah direncanakan oleh perencana struktur yaitu Ukuran diameter baja tulangan · · ·

Kualitas baja tulangan Kuantitas baja tulangan Penempatan/pemasangan baja tulangan

·

Proses fabrikasi besi terdiri dari pemotongan dan pembengkokan besi tulangan. Sebelum mengerjakan proses fabrikasi besi bagian pembesian harus menyusun daftar pembengkokan dan pemotongan besi tulangan berdasarkan gambar pelaksanaan ( shop drawing ). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pembengkokan dan pemotongan adalah sebagai berikut : ·

Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

·

Sambungan antar tulangan harus ditempatkan sedemikian rupa pada daerah yang momennya nol atau dengan menggunakan sambungan lewatan sehingga gaya dari batang yang satu dapat disalurkan ke batang yang lain. Panjang sambungan lewatan diambil 40D ( D = diameter penampang baja tulangan ).

·

Panjang dan bentuk baja tulangan harus direncanakan secara ekonomis sehingga bagianbagian sisa atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin. Sedemikian rupa sehingga teknik pemasangan tulangan tidak menyulitkan dalam pelaksanaan lapangan. Penganyaman besi tulangan harus diikat kuat dengan memakai kawat beton agar waktu pengecoran posisi tulangan tidak bergeser. Penopang, ganjalan, jepit dan kawat beton harus berkualitas sama dengan bahan besi tulangan. Adapun besi/tulangan yang digunakan pada proyek ini adalah menggunakan tulangan dengan mutu baja sebagai berikut :

·

< ø 13 mm : BJTP U – 24

·

≥ ø 13 mm : BJTP U – 40 (besi ulir) C. Pekerjaan Pemasangan Tulangan Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai dengan gambar pelaksanaan. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan pemasangan tulangan antara lain :    

 

Pemeriksaan diameter, panjang dan bentuk tulangan sebelum baja tulangan tersebut terpasang. Jarak antar tulangan serta jumlah tulangan, baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser. Sengkang dipasang secara manual. Pemasangan sengkang dilakukan dengan kawat beton. Memastikan daerah-daerah dan ukuran panjang penyaluran, sambungan lewatan dan panjang penjangkaran sesuai yang direncanakan. Pemeriksaan tebal selimut beton dengan memasang tahu beton sebagai acuan sesuai tebal tebal selimut beton yang akan di cor. Adapun pekerjaan pembesian/penulangan meliputi pemasangan tulangan kolom, balok, slab/plat, tangga dan kanopi

C. Pekerjaan Penuangan Beton Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar yaitu : ·

Pengecoran dituang langsung dan atau dengan menggunakan talang cor.

·

Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang dicor.

·

Beton tidak boleh dituangkan ke dalam bekisting dengan jarak yang tinggi (maksimum 1,5 m) karena akan mengakibatkan segregasi. Apabila tinggi lebih dari 1,5 m, maka harus memakai talang/corong/tremi

·

Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup diatasnya, karena air hujan akan menyebabkan turunya mutu beton. D. Pekerjaan Pemadatan Beton Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan dengan vibrator yg benar yaitu :

·

Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.

·

Vibrator harus dapat dimasukkan ke dalam jaringan/anyaman besi beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menempelkan vibrator pada besi. Menggetarkan besi beton dapat mengakibatkan mutu beton yang jelek, dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi, bahkan apabila besi digetarkan terus menerus akan berakibat lebih kritis karena getaran ini merambat kebeton disampingnya yang sudah mulai mengeras, sehingga mengakibatkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton. Rongga ini akan mengakibatkan bahaya korosi pada tulangan.

·

Tidak boleh meletakkan kepala vibrator terlalu lama dalam beton karena akan meyebabkan segregasidan bleeding terutama untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik.

·

Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, keren apabila bekisting tergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan juga dapat merusakkan bekisting. Jarak minimal ke bekisting adalah 10 cm.

·

Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan rongga-rongga udara di dalam betonnya.

·

Vibrator harus dimasukkan ke dalam beton yang belum terpadatkan secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukkan vibrator diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton lapisan atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan air yang terperangkap dibawahnya. Sedangkan pencabutan harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pencabutan berkisar antara 4 s/d 8 cm/detik.

·

Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.

·

Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, tiap lapisan beton yang paling efisien adalah 50 cm. Apabila tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan air yang terperagkap di lapisan bawahnya melepaskan diri ke atas kerena tekanan beton terlelu berat. Sebaliknya apabila terlalu tipis, tekana beton tidak dapat mengimbangi pekerjaan vibrator.

·

Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator harus dimasukkan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik, padat dan menyatu.

·

Pada pengecoran plat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukkan ke dalam beton secara miring. Dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan secepat mungkin.

E. Perawatan (curing) beton

Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlangsung dengan sempurna maka diperlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 3 hari berturutturut atau sesuai spesifikasi mulai hari kedua setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain : a. Menyemprotkan dengan lapisan khusus (semacam vaseline) pada permukaan beton. b. Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. c. Menutupi permukaan beton Plat dengan karung goni basah secara terus menerus

Proses Curing Beton dengan membasahi permukaan beton

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton Konstruksi beton banyak digunakan pada berbagai jenis bangunan, baik untuk bangunan rumah tinggal maupun bangunan gedung bertingkat dan jenis-jenis bangunan yang lain. Secara garis besar pekerjaan konstruksi beton terdiri dari pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, dan pekerjaan pengecoran beton.

Untuk material beton kita bisa menggunakan beton readymix. Kelebihan dan kekurangan penggunaan beton readymix pernah kita bahas di artikel Beton Readymix Solusi Praktis Dan Jaminan Kualitas Untuk Pekerjaan Struktur Bangunan.

Untuk material pembesian kita menggunakan besi tulangan dengan diameter sesuai dengan gambar perencanaan struktur. Sedangkan Untuk bekisting kita bisa menggunakan bekisting dari pasangan batako untuk pekerjaan pondasi dan tie beam / sloof bangunan, serta bekisting kayu (yang terdiri dari multipleks, kaso kayu, dan balok kayu) untuk struktur kolom, balok, dan pelat lantai.

Bagaimana Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, akan lebih mudah jika kita lihat diagram alir (flowchart) pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton di bawah ini yang disertai dengan beberapa tahapan pengujian sebagai pengendalian mutu hasil pekerjaan konstruksi beton secara keseluruhan.

Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Beton Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi beton dalam diagram di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Untuk tahapan pertama dilakukan pekerjaan fabrikasi besi tulangan dan bekisting beton di lapangan. 2. Selanjutnya dilakukan pekerjaan bekisting beton yang dilanjutkan dengan pekerjaan pembesian tulangan beton dengan dimensi, diameter besi, serta jarak besi tulangan sesuai dengan gambar perencanaan struktur. 3. Setelah selesai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah dimensi bekisting serta diameter dan jarak besi tulangan sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam gambar rencana struktur. Jika sudah benar dan sesuai yang dipersyaratkan maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya, jika tidak maka harus dilakukan koreksi untuk memperbaikinya.

4. Selanjutnya dilakukan pemesanan beton readymix ke supplier sesuai mutu yang dipersyaratkan. Beton readymix akan diproduksi di batching plant dan didatangkan ke lapangan menggunakan mixer truck. 5. Setelah beton sampai ke lapangan dilakukan slump test dan diambil sampel untuk benda uji test tekan kubus/silinder beton di laboratorium. 6. Jika memenuhi syarat slump beton maka selanjutnya dilakukan pengecoran beton yang dilanjutkan dengan pekerjaan curing / perawatan beton. 7. Setelah beton cukup umur maka bekisting beton dapat dibongkar. 8. Dari hasil test tekan beton di laboratorium, jika mutu beton memenuhi syarat maka pekerjaan konstruksi beton sudah oke, tetapi jika ternyata mutu beton tidak masuk atau di bawah yang dipersyaratkan maka selanjutnya dilakukan test hammer test dan coredrill secara acak/random. Meskipun hal ini jarang terjadi jika pelaksanaan pekerjaan pengecoran dilakukan dengan benar dan beton readymix diproduksi dengan quality control yang baik.

Pelaksanaan Pekerjaan Kolom, Balok, Plat Lantai, dan Tangga.

1. Pekerjaan Konstruksi Kolom Pada proyek Apartement kolom yang digunakan ada 2 bentuk, yaitu persegi dan silender. Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek ini secara keseluruhan sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada masing-masing tipe kolom berbeda-beda.Langkah teknis pada pekerjaan kolom adalah sebagai berikut: 1) Penentuan As kolom Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan. Hal ini disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan. Cara menentukan as kolom membutuhkan alat-alat seperti: theodolit, meteran, tinta, sipatan dll. Proses pelaksanaan: (a)

Penentuan as kolom dengan Theodolit dan waterpass berdasarkan shop drawing dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan bersama dari titik BM (Bench Mark) Jakarta.

(b) Buat as kolom dari garis pinjaman (c) Pemasangan patok as bangunan/kolom (tanda berupa garis dari sipatan). 2) Pembesian kolom Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai berikut: (a) Pembesian atau perakitan tulangan kolom adalah precast atau dikerjakan di tempat lain yang lebih aman (b) Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja.

(c) Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum pemasangan sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur. (d) Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang. (e) Setelah tulangan selesai dirakit, untuk besi tulangan precast diangkut dengan menggunakan Tower Crane ke lokasi yang akan dipasang.

(f) Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang beton deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai selimut beton. 3) Pemasangan Bekisting Kolom Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan pembesian

tulangan telah

selesai dilaksanakan. Berikut ini adalah uraian singkat mengenai proses pembuatan bekisting kolom. (a) Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom. (b) Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100cm dari masing-masing as kolom. (c) Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai sesuai dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom. (d) Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting (e) Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang. (f) Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.

(g) Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.

(h) Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor. 4) Pengecoran kolom Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut: a) Persiapan pengecoran Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton. b) Pelaksanaan pengecoran Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0,9m3. Bucket tersebut diangkut dengan menggunakan Tower crane untuk memudahkan pengerjaan. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung, pemadatan beotn menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal.

5) Pembongkaran bekisting kolom

Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting. Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut: (a) Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat dibongkar. (b) Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada plywood dapat terlepas. (c) Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull. (d) Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga rangkaian/panel bekisting terlepas. (e) Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera diangkat dengan tower crane ke lokasi pabrikasi awal. 6) Perawatan Beton Kolom Perawatan beton kolom setelah pengecoran adalah dengan sistem kompon, yaitu dengan disiram 3 kali sehari selama 3 hari. 1)

Pemeliharaan Balok dan Pelat (Curing) Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga

dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

2.

Pekerjaan konstruksi Pelat Lantai Dan Balok Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah selesai dikerjakan. Pada proyek

Apartement sistem balok yang dipakai adalah konvensional. Balok yang digunakan memiliki tipe yang berbeda-beda. Balok terdiri dari 2 macam, yaitu balok utama (balok induk) dan balok anak.

Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran sampai perawatan. 1) Tahap Persiapan a.

Pekerjaan Pengukuran Pengukuran ini bertujuan untuk mengatur/ memastikan kerataan ketinggian balok dan pelat.

Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur theodolithe. b.

Pembuatan Bekisting Pekerjaan bekisting balok dan pelat merupakan satu kesatuan pekerjaan, kerena dilaksanakan

secara bersamaan. Pembuatan panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja. Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat. Pekerjaan balok dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan material utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood. c.

Pabrikasi besi Untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi dilakukan sesuai kebutuhan dengan bar

cutter dan bar bending. Pembesian balok ada dilakukan dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit diatas bekisting yang sudah jadi. Sedangkan pembesian plat dilakukan dilakukan di atas bekisting yang sudah jadi. 2) Tahap Pekerjaan Balok dan Pelat Pengerjaan balok dan pelat dilakukan secara bersamaan pada dasar. a. Pembekistingan balok Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :

(1)

Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok maupun pelat.

(2)

Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base jack atau U-head jack nya.

(3)

Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.

(4)

Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.

b. Pembekistingan pelat Tahap pembekistingan pelat adalah sebagai berikut :

(1)

Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok. Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk pelat lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan dengan menggunakan Joint pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding pelat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya

(2)

Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah cross brace dan diatas girder dipasang suri-suri dengan arah melintangnya.

(3)

Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku.. Plywood dipasang serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran

(4)

Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga dapat mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.

c. Pengecekan Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai selanjutnya pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan waterpass, jika sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap. d. Pembesian balok Tahap pembesian balok adalah sebagai berikut :

(1)

Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di los besi kemudian diangkat menggunakan tower crane ke lokasi yang akan dipasang.

(2) Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan diatas bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom. (3) Pasang beton decking umtuk jarak selimut beton pada alas dan samping balok lalu diikat. Untuk pembesian balok dilakukan 3 kali perubahan dalam metode pemasangannya. Perubahan yang pertama yaitu semua besi tulangan dipabrikasi seluruh bagian sampai balok jadi utuh, namun ada kendala pada saat pertemuan pembesian kolom sehingga dilakukan perubahan yang kedua yaitu dengan pembesian pabrikasi sebagian, tulangan memanjang dan sengkang dipisah namun ada kendala pada saat pembersihannya dan perubahan yang terakhir semua bagian pembesian dilakukan ditempat yang akan dicor tidak dipabrikasikan lagi dan sampai kini metode ini yang paling baik untuk digunakan. e. Pembesian pelat Setelah tulangan balok terpasang. Selanjutnya adalah tahap pembesian pelat, antara lain : (1) Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah siap. Besi tulangan diangkat menggunakan tower crane dan dipasang diatas bekisting pelat. (2) Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian pasang tulangan ukuran tulangan D10-200. (3) selanjutnya secara menyilang dan diikat menggunakan kawat ikat. (4) Letakkan beton deking antara tulangan bawah pelat dan bekisting alas pelat. Pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas dan bawah pelat. f. Pengecekan Setelah pembesian balok dan pelat dianggap selesai, lalu diadakan checklist/ pemeriksaan untuk tulangan. Adapun yang diperiksa untuk pembesian balok adalah diameter dan jumlah tulangan utama, diameter, jarak, dan jumlah sengkang, ikatan kawat, dan beton decking. Untuk pembesian pelat lantai yang diperiksa adalah, penyaluran pembesian pelat terhadap balok, jumlah

dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di pelat lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya. g. Pembongkaran Bekisting Pembongkaran bekisting pelat dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Setelah bekisting di bongkar kemudian dipasang sapot sebagai penunjang pelat dan beban diatasnya.

3). Tahap Pengecoran Pelat dan Balok a)

Administrasi pengecoran

(1) Setelah bekisting dan pembesian siap engineer mengecek ke lokasi atau zona yang akan dicor (2) Setelah semua OK, engineer membuat izin cor dan mengajukan surat izin ke konsultan pengawas (3) Kemudian tim pengawas melakukan survey ke lokasi yang diajukan dalam surat cor. (4) Setelah OK konsultan pengawas menandatangani surat izn cor tersebut (5) Surat izin cor dikembalikan kepada engineer dan pengecoran boleh dilaksanakan. b)

Proses Pengecoran Pelat lantai dan Balok Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok.. Peralatan pendukung

untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu : bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja, papan perata. Adapun proses pengecoran pelat sebagai contoh pengamatan yaitu adalah sebagai berikut : 1. Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi pihak beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan di lapangan. 2. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air compressor sampai benar – benar bersih

3. Truck Mixer tiba di proyek dan laporan ke satpam kemudian petugas dari PT. ADHIMIX PRECAST menyerahkan bon penyerahan barang yang berisi waktu keberangkatan, kedatangan, waktu selesai, volume. 4. Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk membersihkan bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran sebelumnya. Selanjutnya

mempersiapkan satu keranjang dorong untuk

mengambil sampel dan test slump yang diawasi olah engineer dan pihak pengawas. 5. Setelah dinyatakn OK, pengecoran siap dilaksanakan 6. Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran berlangsung, diambil Beton yang keluar dari truk kemudian dituang ke bucket lalu bucket diangkut dengan TC 7. Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas bucket membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area pengecoran. 8. Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke bagian balok terlebih dahulu selanjutnya untuk plat diratakn oleh scrub secara manual lalu check level dengan waterpass.1 pekerja vibrator memasukan alat kedalam adukan kurang lebih 5-10 menit di setiap bagian yang dicor. Pemadatan tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya rongga udara pada beton yang akan mengurangi kualitas beton. 9. Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua, permukaan beton segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang panjang dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 10. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor yang telah ditentukan, idealnya waktu pengecoran dilakukan 6 sampai 8 jam c)

Pengecoran Balok Setelah pekerjaan pembesian balok dan pelat selesai, maka dapat dilakukan pengecoran. Pengecoran balok dan pelat dilakukan bersamaan. Nilai slump pada pelat 12 2cm (10 cm s/d 14 cm) sedangkan pada balok 12 2cm (10 cm s/d 14 cm). Pengecoran balok dan pelat dengan menggunakn concrete pump dengan menggunakan beton readymix.

Sebelum

proses

pengecoran

dilaksanakan,

maka

perlu

dilakukan

pemeriksaan bekisting meliputi: Posisi bekisting harus dicek lagi apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan. Bekisting harus lurus, tegak, tidak bocor, dan kuat. Selain mengenai hal tersebut, sebelum dilaksanakan pengecoran, bekisting dibersihkan dulu dengan menggunakan compressor. Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat adalah sebagai berikut: (a) Untuk pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai, digunakan concrete pump yang menyalurkan beton readymix dari truck mixer ke lokasi pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang di sambung-sambung.

(b) Alirkan beton readymix sampai ke lokasi pengecoran, lalu padatkan dengan menggunakan vibrator. (c) Setelah beton dipadatkan, maka dilakukan petrataan permukaan coran dengan menggunakan alatalat manual. (d) Setelah proses pengecoran selesai ampai batas pengecoran, maka dilakukan finishing.

4). Pembongkaran Bekisting Untuk pelat pembongkaran besting dilakukan setelah 4 hari pengecoran sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah pengecoran. Sebagai penunjang sampai pelat benar – benar mengeras. 5). Perawatan (curing) Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu

1.

Persiapan     

2.

Pengukuran 



3.

Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan struktur beton tiap bagian. Approval material yang akan digunakan. Persiapan lahan kerja. Persiapan material kerja, antara lain : readymix K-300, besi beton, kawat beton, semen PC, pasir, multiplek, paku, minyak bekesting, balok, kaso, dll. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : concrete pump, vibrator, kompresor, cutting well, theodolith, waterpass, meteran, gergaji, schafolding, raskam, jidar, benang, selang air, dll.

Juru ukur (surveyor) dengan menggunakan theodolith melakukan pengukuran dan marking area untuk titik penempatan, ukuran (dimensi) serta leveling dari poer, sloof, kolom, balok, plat lantai, tangga dan dinding penahan tanah. Pekerjaan pengukuran dan marking area dikerjakan secara berurutan mengikuti alur pekerjaan struktur beton yang akan dikerjakan.

Fabrikasi besi tulangan 

     

Pelaksanaan fabrikasi besi tulangan memerlukan tempat yang cukup luas untuk menaruh, memotong besi beton dan membengkoknya sehingga sesuai dengan gambar yang telah disetujui. Besi beton yang dipakai untuk proyek ini mutu dan diameter (spesifikasi) disesuaikan dengan gambar kerja dan RKS. Potong dan bentuk besi beton dengan ukuran sesuai gambar kerja. Rangkai besi beton dengan menggunakan kawat beton. Besi beton yang telah difabrikasi diberi tanda sesuai dengan penempatannya, supaya tidak membingungkan/membuang waktu untuk saat akan dipasang. Untuk kolom, pembesian tulangan dikerjakan lebih dahulu baru setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan bekesting. Untuk balok, plat lantai, plat lantai dan tangga bekesting dikerjakan dahulu baru setelah itu dilanjutan dengan pembesian tulangan.

ada dibawah permukaan tanah, maka bekesting dapat menggunakan multiplek atau pasangan batako : 4. Fabrikasi bekesting  

Fabrikasi bekesting dikerjakan di lokasi proyek untuk memudahkan pengukuran dan mempercepat pelaksanaannya, karena angkutan bekesting menjadi dekat. Untuk struktur beton yang posisinya ada

1. Sebelum bekesting batako dipasang, lakukan pengukuran dengan theodolith untuk kesikuan dan leveling pondasi. 2. Pasangan dinding batako harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat baik.

3. Perkuatan terhadap pasangan dinding batako, agar pada waktu pengecoran pasangan dinding batako tidak ambruk/runtuh. 

Fabrikasi bekesting untuk struktur beton diatas permukaan tanah seperti : kolom, balok, plat lantai dan tangga menggunakan bahan dari multiplek dan perkuatan menggunakan balok/kaso dan alat perancah schafolding :

1. Potong dan bentuk multiplek sesuai dengan ukuran gambar kerja. 2. Pasang dan rangkai potongan multiplek pada area struktur yang akan dicor dengan perkuatan balok/kaso dan schaffolding. 3. Cek bekesting jangan ada celah yang berakibat kebocoran.- Pasangan bekesting harus rapih, siku dan lurus sehingga hasil pengecoran beton dapat menghasilkan bidang yang flat/maksimal.    

5.

Untuk kolom sebaiknya dibuatkan sepatu kolom dengan besi beton atau besi plat siku untuk menjaga agar kolom tetap tegak lurus dan siku. Setting (pasang) besi tulangan yang telah difabrikasi ke dalam bekesting. Pasang beton decking dan cakar ayam secara merata dan sesuai kebutuhan. Cek elevasi dan kerataan pemasangan bekesting.

Pengecoran beton 

 

  



Sebelum melakukan pengecoran beton terlebih dahulu kontraktor membuat Job Mix Formula untuk menentukan komposisi campuran yang diperlukan sehingga didapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang diharapkan. Job Mix Formula yang telah dibuat kontraktor diserahkan kepada direksi maupun pengawas lapangan untuk disetujui. Pada proyek ini untuk pekerjaan struktur menggunakan beton readymix mutu K-225. Pengecoran beton dimulai setelah konsultan/direksi menyetujui untuk pengecoran beton yang dinyatakan dalam permohonan pelaksanaan kerja. Periksa kekuatan acuan yang sudah dipasang /difabrikasi, semua ukuran dan perkuatan acuan diperiksa benar dan disahkan oleh konsultan/direksi untuk pekerjaan selanjutnya. Pasang sparing pipa-pipa mekanikal dan elektrikal yang melintas area pengecoran. Bersihkan seluruh permukaan dan lokasi pengecoran dari kotoran dan sampah. Tuang beton readymix ke dalam area pengecoran, pada saat pengecoran adukan beton diratakan dan dipadatkan dengan vibrator sehingga beton dapat padat dan tidak ada sarang tawon. Hindarkan terjadinya beton setting akibat area yang akan dicor belum siap.

Diagram Alir Pengecoran Beton 6.

Curring Beton    

Untuk bagian horizontal adalah setelah buka bekesting, bagian luar disemprot air lalu dicure dengan curing compound. Untuk bagian vertical adalah web setelah deshuttering dinding disemprot air lalu dicure dengan curing coumpound construction joint dicure dengan air. Bagian lain dicuring dengan semprotan air secara rutin selama ± 1 minggu. Bekesting dapat dibongkar apabila beton sudah mencapai umurnya. Penerapan prinsip K3 di proyek sangat perlu diperhatikan dalam

pekerjaan konstruksi. Pelaksana konstruksi harus mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kerja sesuai ketentuan K3 di lingkungan proyek. Kelengkapan Administrasi K3 Setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi kelengkapan administrasi K3, meliputi: Pendaftaran proyek ke departemen tenaga kerja setempat Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja (Astek) Pendaftaran dan pembayaran asuransi lainnya, bila disyaratkan proyek Ijin dari kantor kimpraswil tentang penggunaan jalan atau jembatan yang menuju lokasi untuk lalu-lintas alat berat Keterangan laik pakai untuk alat berat maupun ringan dari instansi yang berwenang memberikan rekomendasi Pemberitahuan kepada pemerintah atau lingkungan setempa Penyusunan Safety Plan Safety plan adalah rencana pelaksanaan K3 untuk proyek yang bertujuan agar dalam pelaksanaan nantinya proyek akan aman dari kecelakaan dan bahaya penyakit sehingga menghasilkan produktivitas kerja yang tinggi. Safety plan berisi: 􀂃 Pembukaan yang berisi: Gambaran proyek dan Pokok perhatian untuk kegiatan K3 􀂃 Resiko kecelakaan dan pencegahannya 􀂃 Tata cara pengoperasian peralatan 􀂃 Alamat instansi terkait: Rumah sakit, Polisi, Depnaker, Dinas Pemadam kebakaran.

Pelaksanakan Kegiatan K3 di Lapangan Pelaksanaan kegiatan K3 di lapangan meliputi: 􀂃 Kegiatan K3 di lapangan berupa pelaksanaan safety plan, melalui kerja sama dengan instansi yang terkait K3, yaitu depnaker, polisi dan rumah sakit. 􀂃 Pengawasan pelaksanaan K3, meliputi kegiatan: Safety patrol, yaitu suatu tim K3 yang terdiri dari 2 atau 3 orang yang melaksanakan patroli untuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan K3 dan yang memiliki resiko kecelakaan. Safety supervisor; adalah petugas yang ditunjuk manajer proyek untuk mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. Safety meeting; yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil laporan safety patrol maupun safety supervisor 􀂃 Pelaporan dan penanganan kecelakaan, terdiri dari: Pelaporan dan penanganan kecelakaan ringan Pelaporan dan penanganan kecelakaan berat Pelaporan dan penanganan kecelakaan dengan korban meninggal Pelaporan dan penanganan kecelakaan peralatan berat

Related Documents

Bahan Ajar
October 2019 63
Bahan Ajar
August 2019 78
Bahan Ajar
May 2020 58

More Documents from "Kristina Dyah Lestari"

Alat Berat.docx
December 2019 9