Bahan Ajar Jiwa 1.pdf

  • Uploaded by: asri rahmawati
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan Ajar Jiwa 1.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 5,751
  • Pages: 45
BAHAN AJAR KEPERAWATAN JIWA ( RISIKO GANGGUAN JIWA )

DISUSUN OLEH: ASRI RAHMAWATI

STIKes MUHAMMADIYAH PRINGSEWU PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2017

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Buku Ajar

:Bahan Ajar Keperawatan Jiwa

Mata Kuliah

: Keperawatan Jiwa ( Risiko Gangguan Jiwa)

Kode Mata Kuliah

: WAT 3308

Nama Penulis

: Asri Rahmawati

NBM

: 909 724

Program Studi

: S1 Keperawatan

Pringsewu, 23 Mei 2017 Ketua STIKes

Penulis,

Ns. Asri Rahmawati, S kep, M Kes

Ns. Asri Rahmawati, S kep, M Kes

NBM 909 724

NBM 909 724

ii

KATA PENGANTAR

Saya menyambut baik diterbitkannya bahan ajar keperawatan jiwa oleh dosen kami di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, mudah- mudahan dengan diterbitkannya buku ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi mahasiswa keperawatan khususnya dalam mempelajari keperawatan jiwa. Selaku pimpinan, saya terus mendorong semangat dan kreativitas seluruh staf demi kemajuan nstitusi tercinta. Bentuk kepedulian kami sebagai unsur pimpinan adalah mencoba berkolaborasi dengan para penulis terutama yang menyangkut bantuan financialnya sebagai stimulus dalam berkarya.hal ini didasari oleh situasi menjelang era globalisasi. Di era globalisasi ini banyak sekali masalah-masalah seperti masalah knowledge management, dimana terdapat rendahnya budaya menulis dalam masyarakat Indonesia menyebabkan lambannya transfer ilmu, sehingga pengalaman seseorang yang gagal dan pengalaman seseorang yang berhasil tidak dapat dipelajari oleh orang lain. Akibatnya perlu waktu lebih banyak untuk masyarakat untuk belajar dengan cara trial and error. Di tengah berkecamuknya masalah sosiual , karena pergeseran masalah kesehatan jiwa kearah calon legislative, meningkatnya angka kekkerasan dan bunuh diri pada generasi muda, merebaknya narkoba, peningkatan angka gangguan jiwa, maka mahasiswa kesehatan, khususnya keperawatan perlu dibekali skill yang baik dimana salah satu cara nya dengan menyedikaan referensi-referensi keperawatan jiwa, maka

dengan adanya ahan ajar

keperawatan jiwa ini dapat dijadikan bahan untuk slah satu cara belajar.

Pringsewu,

Mei 2017

Ketua STIKes

iii

PRA KATA PENULIS

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas karunianya jualah, penulis dapat menyelesaikan revisi bahan ajar ini. Salah satu motivasi penulis untuk membuat bahan ajar keperawatan jiwa ini, adalah adanya fenomena meningkatnya jumlah kejadian gangguan jiwa, meningkatnya angka bunuh diri serta kekerasan senjata yang diakibatkan karena stress.sehingga perlunya literature2 yang dapat lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Stress dan gangguanmental kini banyak melanda calon legislative, menurut beberapa ahli hal itu disebabkan karena individu gagal memaknai kehidupan, indicator dikatakan individu dikatakan paling sehat jiwa adalah apabila individu tersebut paling baik persiapan kematiannya. Untuk menggali dan mendalami ilmu jiwa, seperti mendalami samudera, dengan kata lain, seandainya kita mencelupkan jari kita pada luasnya samudera, maka air yang menempel di jari diibaratkan ilmu yang dapat dipelajari, masih jauh disbanding ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT, Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ketua STIKes Muhammadiyah Pringsewu, atas dukungannya. 2. Rekan civitas akademika di STIkes Muhammadiyah Pringsewu, 3. Dan semua Tim departemen keperawatan Jiwa STIKes Muhammadiyah Pringsewu, atas dukungan dan sumbangsih pikirannya. Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi kita semua. ( amin )

Pringsewu, Mei 2017 Penulis

iv

BAB I PERAN PERAWAT JIWA

A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Umum: Peserta didik

memahami tentng peran perawat dan pelayanan kolaborasi

interdisipliner dalam kesehatan dan keperawatan jiwa 2. Tujuan Khusus: a. Peserta didik dapat memahami definisi peran perawat b. Peserta didik memahami tentang peran dan fungsi perawat c. Peserta didik memahami tentang tingkat kerja perawat d. Peserta didik memahami tingkat pencegahan penyakit e. Peserta didik memahami tingkat asuhan keperawatan yang kompeten

B. Definisi Perawat professional yaitu perawatan yang dilakukan oleh seorang perawat pada posisi

yang

dapat

memberikan

kegiatan

perawatan

utama,peningkatan

kesehatan,pencegahan penyakit yang hemat biaya, efektif dan efisien. Didalam menjalankan kegiatan keperawatan menggunakan proses keperawatan. Keperawatan jiwa adalah proses kegiatan interpersonal yaitu adanya komunikasi langsung face to face

pada waktu dan tempat yang sama, dalam kegiatan

interpersonal tersebut perawat dan klien akan berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku yang memberikan pada tahap fungsi yang lebih baik.

1

ANA mendifinisikan keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik sebagai suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik. Peran keperawatan psikiatri professional telah berkembang secara kompleks dari elemen-elemen nya, mencakup advokasi pasien, tanggung jawab fiscal, kolaborasi professional, akuntabilitas, social, dan kewajiban etik dan legal.

C. Peran Dan Fungsi Perawat Untuk menjadi Perawat yang professional dituntut untuk memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Yang ditunjukan dengan berbagai kamempuan dalam menjalankan perannya sebagai : 1. Pemberi perawatan Sebagai seorang perawat, maka perawat menjalankan tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien dalam mendapatkan kembali kesehatannya yang diharapakan bukan saja kesehatan fisik, terbebas dari sakit tetapi mencakup kesehatan holistic seperti kesehatan emosi, social dan spiritual juga. 2. Pembuat kepurusan klinis Perawat dalam memberikan proses perawatan pada klien, sebelum mengambil tindakan keperawatan, dari mulai pengkajian, pemberian perawatan, dan valuasi tindakan yang maksimal dengan mnggunakan berfikir kritis. Perawat juga dalam mengambil keputusan melakukan sendiri ataupun berkolaborasi dengan klien dan keluarga, maupun tim kesehatan lainnya. ( Keeling dan Ramos, 1995 )

2

3. Pelindung dan advokat klien Sebagai sorang perawat yang bertugas dalam mempetahankan lingkungan yang aman bagi klien dalam mengambil tindakan untuk mencegah dari dampak yang tidak diinginkan adalah peran perawat sebagai pelindung. Dan dalam menjalankan perannya ebagai Advokat perawat harus melindungi hak pasien sebagai manusia secara hokum, serta membantu klien dalam mendapatkan haknya.

4. Manajer kasus Perawat memiliki peran sebagai manajer kasus

dimana memiliki peran

mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan lain, seperti ahli gizi, ahli terapi fisik, ketika melaksanakan perawatan klien.

5. Rehabiltator Individu didalam kehidupannya terkadang memiliki problema terkait dengan keterbatasan fisik seperti gangguan fisik, gangguan akibat kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan. Keterbatasan pasien tersebut dapat di atasi dengan kegiatan rehabilitasi pasien yaitu proses mengembalikan fungsi maksimal individu seperti sediakala akibat sakit atau ketidakberdayaan. Perawat memiliki peran sebagai rehabilitator yaitu membantu pasien dari mulai mengajarkan berjalan, menggunakan krek, sampai membantu klien dalam mengatasi perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan penyakit kronis.

6. Pemberi kenyamanan 3

Manusia sebagai mahluk yang menbutuhkan kebutuhan biopsikososial dan spiritual, maka didalam kegiatan perawatan pasien bukan saja memberikan perawatan fisik saja,tetapi kegiatan perawatan yang utuh seperti memberikan kenyamanan,dan dukungan emosi, Karena dengan dukungan emosa dan kenyamanan yang di peroleh pasien selama sakit dapat memberikan kekuatan bagi pasien untuk mencapai kesembuhannya. Selama kegiatan perawatan yang dapat memberikan rasa nyaman pada pasien yaitu dengan mendemonstrasikan perawatan pada klien sebagai individu yang memilkki perasaan dan kebutuhan yang unik, perawat sebaiknya membantu pasien dalam mencapai tujuan terapeutik bukan memenuhi ketergangtungan emosi dan fisiknya.

7. Komunikator Komunikator adalah seseorang yang memberikan informasi, komunikator adalah pusat dari seluruh peran perawat yang lain, karena seorang perawat melakukan perannya seperti pemberian perawatan pada pasien, mengambil keputusan untuk pasien dan keluarganya, melindungi pasien dari ancaman kesehatan, menajer kasus yaitu mengkoordinasi dengan tim kesehatan lain, melakukan rehabilitasi dalam memulihkan kondisi pasien, memberikan rasa nyaman pada pasien,

tidak akan mungkin dilakukan oleh seorang perawat tanpa adanya

komunikasi yang efektif.

8. Penyuluh

4

Sebagai penyuluh, perawat memiiki tugas

menjelaskan tentang kondisi

kesehatan pasien, menjelaskan prosedur kegiatan, mendemonstrasikan prosedur kegiatan perawatan pada pasien dengan sejelas mungkin, setelah dijelaskan dengan rinci,perawat memiliki tugas melakukan evaluasi atau menilai apakah informasi yang telah di berikan dapat dipahami pasien atau tidak

9. Peran karier Berkarier yaitu perawat di tempatkan pada posisi jabatan tertentu, perawat memiliki kesempatan untuk berkembang, maka profesi perawat menawarkan peran tambahan dan kesempatan berkarier yang lebih luas contoh: dari peran berkarier meliputi peran pendidik, dan peraewat ahli seperti peraewat spesialis klinik, perawat pelaksana, perawat maternitas, anestesi, pengelola dan peneliti, maka terdapat peran tambahan non klinik seperti manajer, perawat penanggung jawab, pengembangan kualitas dan konsultan produksi.

10. Perawat pendidik Perawat pendidik bekerja

terutama

di sekolah keperawatan, departemen

pengembangan staf dari sualu lembaga kesehatan atau lebaga pendidikan. Perawat pendidik bukan saja dituntut untuk memiliki pengalaman klinis yang memberikan keahlian dan keterampilan laboratorium saja, tetapi mereka di tuntut untuk memiliki ijasah keperawatan yang standarnya telah di tentukan. Seorang pendidik diinstitusi

pendidikan keperawatan memiliki tugas untuk

mempersiapkan peserta didiknya untuk berfungsi sebagai perawat. Perawat pendidik di depertemen pengembangan staf dari institusi kesehatan memiliki 5

tugas memberikan program pendidikan bagi perawat seperti orientasi karyawan baru,kusus asuhan keperawatan kritis, dan instruksi mengenai prosedur dan alat alat baru. Fokius utama dari perawat pendidik dalam departemen pendidikan klien yaitu untuk mengajarkan pada klien atau keluarganya agar untuk mampu melaksanakan keperawatan mandiri dirumah.

D. Tingkat Kinerja Faktor-faktor yang membantu dalam menentukan tingkat fungsi dan jenis aktivitas yang melibatkan perawat jiwa : 1. Legislasi praktik perawat 2. Kualifikasi perawat termasuk pendidikan, pengalaman dan status sertifikasi 3. Tatanan praktik perawat 4. Tingkat kompetensi professional dan inisiatif perawat.

E. Tingkatan Pencegahan Menurut potter dan Perry. 2005 Intervensi keperaewatan jiwa mencakup tiga area yaitu : 1. Pencegahan primer Pencegahan perimer adalah suatu pencegahan yang dilakukan oleh perawat meliputi kegiatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.contohnya yaitu makan dengan makanan sehat, dan diet seimbang, olahraga yang teratur, menurunkan berat badan, tidak merokok. Usaha-uasaha tersebut dapat

6

meningkatkan kesehatan yang optimal dan mungkin dapat membantu pencegahan penyakit. Menurut Maramis, 2009 Kegiatan yang dilakukan pada pencegahan primer yaitu dengan

pendekatan

masyarakat,

bukan

pendekatan

individual.

Dan

mengupayakan agar risiko menjadi sakit dapat berkurang pada seluruh masyarakat. Dengan demikian maka untuk suatu program pencegahan primer kita harus melakukan : a. Mengenal pengaruh buruk apa yang ada pada waktu itu b. Mengenal kekuatann lingkungan apa yang membantu para individu melawan pengaruh buruk pada waktu itu. c. Mengenal kekuatan lingkungan apa yang mempengaruhi daya tahan masyarakat terhadap pengalaman buruk yang mungkin menimpa dikemudian hari.

2. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder adalah suatu tindakan pencegahan yang mencakup deteksi dini terhadap penyakit dan komplikasinya. Contohnya yaitu meningkatkan kesadaran pasien untuk melakukan control kesehatan agar semua penyakit dapat di ketahui secara dini, setelah penyakit dapat di deteksi secara dini, maka masalah

klien dapat lebih mudah di terapi, sehingga klien bisa kembali

melakukan aktivitasnya.dan akan mengurangi biaya financial dan sosialnya. Pada gangguan jiwa, jika makin cepat gangguan-gangguan diidentifikasi, maka makin baik prognosisnya dan makin sedikit pengaruhnya secara psikologis 7

terhadap anggota lain dalam keluarga.sedapat-dapatnya penderita melakukan rawat jalan, tetapi bila terpal=ksa ia harus masuk rumah sakit.dan diusahakan agar ia selekasnya dipulangkan bilakeadannya sudah memungkinkan. ( Maramis, 2009.

3. Pencegahan tertier Pencegahan tertier adalah suatu tindakan penceghan yang mencakup usaha mempertahankan kesehatan yang optimal setelah mengalami suatu penyakit, dan usaha peraewat untuk menvegah terjadinya penurunan kesehatan pada pasien. contoh penyembuhan seseorang dari kecanduan alcohol. Usaha untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit yaitu dengan mendorong terjadinya perubahan perilaku yang dilakukan bersamaan dengan pemberian informasi. Menurut Maramis, 2009 Suatu program pencegahan tertier harus mencerminkan dalil bahwa uasaha rehabilitasi sudah mulai pada permulaan gangguan jiwa. Sesudahnya maka rehabilkitasi harus sangat erat hubungannya dengan setiap aspek perawatan penderita. Perlu diperhatikan agar stigma rumah sakit jiwa tidak melekat terus pada pendefrita gangguan jiwa dan agarb tidak terjadi desosialisasi, karena apabila hal ini terjadi maka rehabilitasi akan menjadi sangat sukar.

F. Asuhan yang Kompeten Menurut stuart dan sundeen( 1998 ) Pada praktik keperawatan jiwa, terdapat 3 domain praktik , disini akan dibahas bagaimana aktivitas keperawatan spesifik yang dilakukan oleh seorang perawat jiwa pada setiap domain : 8

1. Aktifitas domain langsung 2. Aktivitas komunikasi 3. Aktivitas penatalaksanaan

Menurut stuart dand Sundeen ( 1995 ) Dalam hubungan perawat dan pasien ada beberapa peran perawat dalam keperawatan jiwa meliputi : 1.

Kompetensi klinik

2.

Advokasi pasien dan keluarga

3.

Tanggung jawab keuangan

4.

Kerjasama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan

5.

Tanggung gugat social

6.

Parameter etik- legal.

Seorang perawat professional selain dapat melaksanakan aktivitas aktivitas yang tertuang pada tiga domain, perawat juga harus mampu melaksanakan hal sebagai berikut : 1.

Membuat pengkajian pada aspek biopsikososial yang peka terhadap budaya

2.

Membuat rencana dan mengimplementasikan rencana tindakan pada pasien dan keluarga dengan masalah kesehatannya.

3.

Perawat berperan serta pada pengelolaan kasus pasien dari mulai kegiatan pengorganisasian, pengkajian, sebagai negosiator, dan berkoordinasi pada pelayanan pasien dan keluarga

4.

Memberikan pedoman pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan kelompok unutk menggunakan sumber yang ada di masyarakat termasuk pemberian pelayanan terkait tehnologi, dan system social.

9

5.

Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental mengatasi pengaruh penyakit mental melalui konseling

6.

Memberikan asuhan pada klien yang mengalami penyakit fisik dengan masalah psikososial, atau penyakit jiwa dengan penyakit fisik.

7.

Mengelola dan mengkoorinsikan system pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga, staf dan pembuat kebijakan.

G. Referensi Maramis, W.F & Maramis A.A. 2009. Ilmu Kedokteran jiwa edisi 2,Jakarta: EGC. Potter,P.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamenytal Keperawatan edisi 4. EGC : Jakarta Stuart and Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. EGC : Jakarta Stuart & Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3 EGC: Jakarta.

10

BAB II Asuhan keperwatan pada kecemasan

A. Tujuan 1. Tujuan Umum Peserta didik memahami tentang asuhan keperawatan pada masalah psikososial kecemasan. 2. Tujuan Khusus a. Peserta didik mengetahui tentang pengertian ansietas b. Peserta didik mengetahui tentang tingkatan ansietas c. Pserta didik mengetahui respon pada ansietas d. Peserta didik mengetahui reentang respon pada ansietas e. Peserta didik mengetahui predisposisi pada ansietas f. Peserta didik mengetahui presipitasi pada ansietas g. Pesserta didk mengetahui tanda dan gejala ansietas h. Peserta didik mengetahui sumber koping pada pasien ansietas i.

Peserta didik mengetahui mekanisme koping pada ansietas

j.

Peserta didikmengetahui tentang diagnosis ansietas

k. Peserta didik mengetahui intervensi pada ansietas.

11

B. Pengertian Ansietas Ansietas yaitu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi ( Videbeck, 2008 ). Sedangkan menurut stuart 2012 ansietas adalah perasaan tidak tenang, yang samar-samar karena ketidaknyamanan, atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidaknyamanan. Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, biasanya bersifat subjektifitas, tergantung kepada masing-masing individu.

C. Tingkatan ansietas 1. Ansietas ringan Ansietas ringan adalah tingkatan cemas yang paling rendah, cemas ini berhubungan dengan adanya masalah yang menimbulkan ketegangan, pada kehidupan sehari-hari, hal ini menyebabkan individu tersebut menjadi lebih waspada dibandingkan sebelumnya, serta meningkatkan lahan persepsinya. Menurut Videbeck,( 2008 ) respon dari kecemasan ringan yaitu : a. Respon fisik dari kecemasan ringan seperti : 1) Ketegangan otot ringan 2) Sadar akan lingkungan 3) Rileks ataun sedikit gelisah 4) Penuh perhatian 5) Rajin b. Respon kognitif dari kecemasan ringan seperti : 1) Lapang persepsi luas 12

2) Terlihat tenang dan percaya diri 3) Perasaan gagal sedikit 4) Waspada dan memperhatian banyak hal 5) Mempertimbangkan informasi 6) Tingkat pembelajaran optimal c. Respon emosional dari kesemasan ringan seperti : 1) Perilaku otomatis 2) Sedikit tidak sadar 3) Aktivitas menyendiri 4) Terstimulasi 5) Tenang. 2. Ansietas sedang Kecemasan sedang yaitu seseorang

tingkatan kecemasan yang dapat menyebabkan

dapat memusatkan perhatian pada hal yang lebih penting dan

mengesampingkan hal yang lain,sehingga sesuatu yang dilakukan menjadi lebih terarah. Menurut Videback ( 2008 ) respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut: a. Respon fisik dari kecemasan sedang : 1) Ketegangan otot sedang 2) Tanda-tanda vital meningkat 3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat 4) Sering mondar-mandir, memukul tangan 5) Suara berubah: bergetar, nada suara tinggi 13

6) Kewaspadaan dan ketgangan meningkat 7) Sering berkemih, sakit kepala,pola tidur berubah, nyeri punggung. b. Respon kognitif dari kecemasan sedang yaitu : 1) Lapang persepsi menurun 2) Tidak perhatian secara selektif 3) Fokus pada stimulus meningkat 4) Rentang perhatian menurun 5) Penyelesaiaan masalah menurun 6) Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan c. Respon emosional dari kecemasan sedang yaitu : 1) Tidak nyaman 2) Mudah tersinggung 3) Kepercayaan diri goyah 4) Tidak sabar 5) Gembira. 3. Ansietas berat Ansietas berat adalah tingkat kecemasan yang dapat mengurangi lahan persepsi seseorang, cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, sehingga individu dengan kecemasan berat tidak mampu berfikir tentang hal-hal yang lain, karena semua perilakunya hanya ditujukan untuk mengurangi ketegangan pada dirinya. Sehingga agar individu tersebut dapat memusatkan pada hal- hal yang lain maka dibutuhkan banyak pengarahan. Menurut Videbeck ( 2008 ) Respon dari kecemasan berat adalah : a. Respon fisik dari kecemasan berat yaitu : 14

1) Ketegangan otot berat 2) Hiperventilasi 3) Kontak mata buruk 4) Pengeluaran keringat meningkat 5) Bicara cepat, nada suara tinggi 6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan 7) Rahang menegang, mengertakan gigi 8) Mondar-mandir, berteriak 9) Meremas tangan, gemetar b. Respon kognitif dari kecemasan berat adalah : 1) Lapang persepsi terbatas 2) Proses berpikir terpecah-pecah 3) Sulit berfikir 4) Penyelesaian masalah buruk 5) Tidak mampu mempetimbangkan informasi 6) Hanya memperhatikan ancaman 7) Preokupasi pada pikiran sendiri 8) Egosentris

c. Respon Emosional kecemasan berat yaitu : 1) Sangat cemas 2) Agitasi 3) Takut 4) Bingung 15

5) Merasa tidak adekuat 6) Menarik diri 7) Penyangkalan 8) Ingin beban 4. Panik Panik adalah tingkat kecemasan yang paling tinggi, dimana pada individu yang mengalami panic terjadi kehilangan kendali, sehingga individu tersebut tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan adanya pengarahan. Menurut Videbeck (2008 ) respon dari panikadalah : a. Respon fisik dari panic yaitu : 1) Flight, fight, atau freeze 2) Ketegangan otot sangat berat 3) Agitasi motorik sangat kasar 4) Pupil dilatasi 5) Tanda-tanda vital meningkat, kemudian menurun 6) Tidak dapat tiddur 7) Hormon stress dan neurotransmitter berkurang 8) Wajah menyeringai, mulut ternganga b. Respons kognitif dari panic yaitu : 1) Persepsi sangat sempit 2) Pikiran tidak logis, terganggu 3) Kepribadian kacau 4) Tidak dapat menyelesaikan masalah 5) Fokus pada pikiran sendiri 16

6) Tidak rasional 7) Sulit memahami stimulus eksternal 8) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi c. Respons emosional dari panic yaitu: 1) Merasa terbebani 2) Merasa tidak mampu,tidak berdaya 3) Lepas kendali 4) Mengamuk, putus asa 5) Marah,sangat takut 6) Mengharapkan hasil yang buruk 7) Kaget, takut,lelah. D. Rentang Respon Ansietas

Adaptif

Maladaptif

Antisipasi

Ringan

Sedang

Berat

Panik

( Sumber : Stuart, 2013) E. Faktor Predisposisi Factor predisposisi menurut Stuart dan laraia ( 2005 ) yaitu : 1. Faktor Biologis Pada otak terdapat reseptor yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi (GABA) yang berfungsi dalam mekanisme biologis yang berkaitan dengan ansiteas.

Menurut suliswati 2005, bahwa medikasi tertentu dapat memicu

17

terjadinya kecemasan, yaitu pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid ( GABA) yang mengontrol aktivitas neuron diotak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. 2. Faktor Psikologis. Pada factor psikologis terdapat 3 komponen yaitu : a. Pandangan psikoanalitik Menurut pandangan psikoanalisa kecemasan disebabkan konflik emosional yang terjadi antara 2 elemen kepribadian yaitu antara id dan superego. Id adalah dorongan insting

dan impuls primitive seseorang, sedangkan

superego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh

norma-norma budaya. b. Pandangan interpersonal Ansietas timbul

akibat perasaan takut tidak adanya penerimaan dan

penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan, dan kehilangan yang meinmbulkan kelemahan spesifik.Orang yang mengalami harga diri rendah

mudah mengalami

perkembangan ansietas yang berat. c. Pandangan perilaku Ansietas menjadi produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pakar

perilaku beranggapan bahwa ansietas adalah suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. 3. Sosisl Budaya 18

Ansietas dapat terjadi pada keluarga, biasanya dapat disebabkan karena factor ekonomi, dan latar belakang pendidikan.

F. Faktor Presipitasi Factor presipitasi pada kecemasan dapat berasal dari internal ataupun eksternal. Yang dikelompokkan menjadi 2 katagori yaitu : 1. Ancaman terhadap integritas diri meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan dating atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. 2. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi seseorang.

G. Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang sering ditemukan pada individun dengan kecemasan menurut Hawari 2008 yaitu : 1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takiut akan pikitrannya sendiri, mudah tersinggung. 2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut 3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang 4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan 5. Gangguan konsetrasi dan daya ingat. Kadang muncuk keluhan somatic seperti sakit pada otot, sakit pada tulang, pendengaran berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan penceranaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya. 19

H. Sumber koping Untuk mengatasi ansietas yang terdapat pada dirinya, individu dapat menggunakan sumber koping lingkungan yang ada disekitarnya.

I. Mekanisme Koping’ Pada Individu yang mengalami cemas, dapat menggunakan koping mekanisme untuk mengurangi kecemasan yang ada. Menurut stuart (1998) Mekanisme koping yang dapat dilakukan ada 2 jenis yaitu : 1.

Rekasi yang berorientasi pada tugas. Yaitu upaya Penggunaan koping yang disadari, berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realita tuntutan situasi stress. a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber stress c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah mengoperasikan,

memgganti

tujuan

atau

cara seseorang

mengorbankan

aspek

kebutuhan personal seseorang. 2. Mekanisme pertahanan ego Mekanisme ini sering digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego Pada mekanisme pertahan ego biasanya mengatasi tingkat kecemsan ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar,dan

20

melibatkan penipuan diri dan distorsi realita, maka mekanisme ini dapat merupakan respons maladaptive terhadap stress. Menurut Suliswati, 2005 untuk menilai penggunaan mekanisme pertahanan individu apakah adaptif atau maladaptive perlu dilakukan evaluasi sebagai berikut: a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan pasien b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan pasien. d. Alasan pasien menggunakan mekanisme pertahanan,. J. Diagnosis keperawatan Diagnosis keperawatan didapatkan melalui tanda dan gejala yang muncul. Berikut adalah pohon masalah disgnosis ansietas yaitu :

Pohon masalah ansietas

Gangguan sendori persepsi Halusinasi

Menarik diri

Gangguan proses pikir waham

Ansietas

Koping Individu Tidak efektif

Harga diri Rendah 21

K. Intervensi Keperawatan. 1. Untuk Klien Diagnosa

Tujuan

Tindakan

Kecemasan Klien mampu: 1. Mengenal ansietas 2. Mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi 3. Mengatasi ansietas melalui tehnik distraksi 4. Mengatsi ansietas melalui hipnotis 5 jari 5. Mengatasi ansiteas melalui kegiatan spiritual

1. Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, akibat. 2. Melatih tenhik relaksasi fisik 3. Melatih mengatasi ansietas dengan ditraksi 4. Melatih mengatasi ansietas melaui hipnotis 5njari 5. Melatih mengatasi ansietas dengan kegiatan spiritual.

2. Untuk Keluarga Diagnosa Ansietas

Tujuan Tindakan 1. Keluarga mampu 1. Mendiskusikan mengenal masalah keluarga masalah ansietas dalam merawat pasien dan klien ansietas masalah 2. Mendiskusikan merawat pasien masalah yang ansietas dihadapi dalam 2. Keluarga mampu merawat klien mengambil 3. Menjelaskan keputusan pengertian, tanda, merawat klien dan gejala dan dengan ansietas proses terjadinya 3. Merawat klien ansietas dengan ansietas 4. Mendiskusikan 4. Keluarga mampu akibat yang menciptakan mungkin terjadi lingkungan yang pada klien ansietas nyaman dengan 5. Menjelaskan dan ansietas melatih keluarga 5. Keluarga mampu klien ansietas cara memanfaatkan relaksasi fisik, fasilitas distraksi, hipnotis 5 kesehatan untuk jari dan spiritual. follow-up dan 6. Menjelaskan 22

mencegah kekambuhan klien.

lingkungan yang terapeutik untuk klien 7. Mendiskusikan anggota keluarga yang dapat befrperan dalam meraewat pasien 8. Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang mendukung dalam perawatan klien 9. Melibatkan pasien dalam aktivitas keluarga 10. Melatih, memotivasi, membimbing, dan memberikan pujian pada klien 11. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up dan mencegah kekambuhan 12. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia di masyarakat 13. Menjelaskan kemungkinan pasien relaps dan mencegah kekambuhan 14. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan rujukan.

23

L. Referensi Hawari, D. 2008. Manajemen stress,cemas, depresi. EGC :Jakarta Keliat, B.A, dkk. 2016. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Fakultas keperawatan Universitas Indonesia: Workshop keperawatan jiwa X. Potter,P.A & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamenytal Keperawatan edisi 4. EGC : Jakarta Stuart and Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. EGC : Jakarta Stuart, G.W. 2013. Principles and Practice of Psychiatric Nursing ( 10 th edition). St. Louis: Mosby year Book Inc Stuart, G.W & Laraia,M.T. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing ( 7th Edition ) St Louis: Mosby Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwaa edisi 1. EGC: Jakarta Videbeck, S. 2008. Buku Ajar Keperaeatan Jiwa. EGC: Jakarta.

24

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HDR SITUASIONAL

A. Tujuan Pembelajaran 1.

Tujuan Umum Setelah dilakukan pembelajaran mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien psikososial gangguan harga diri rendah situasional

2.

Tujuan Khusus a. Peserta didik dapat mengetahui definisi harga diri rendah situasional b. Peserta didik dapat mengetahui

batasan karakteristik harga diri rendah

situasional. c. Peserta didik memahami

rencana keperawatan pada harga diri rendah

situasional.

B. Definisi Harga diri rendah situasional yaitu munculnya persepsi negative ytentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat ini. ( Nanda, 2016 ) Menuut Carpienito moyet: 2009

bahwa harga diri itu berkembang dari

perbandingan konsep diri dan ideal diri. Semakin besar kongruensi, maka semakin tinggi harga diri yang dimilikinya.

25

C. Batasan Karakteristik: 1. Meremehkan kemampuan menghadapi situasi 2. Perilaku tidak asertif 3. Perilaku tidak selaras dengan nilai 4. Tanpa tujuan 5. Tantangan situasi terhadap harga diri 6. Tidak berdaya 7. Ungkapan negative tentang diri. ( Nanda, 2016 )

D. Rencana keperawatan.

1. Untuk Klien

Diagnosa

Tujuan

Harga diri

Klien mampu:

Rendah situasional

Tindakan

1. Mengidentifikasi

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

penyebab, tanda

dimiliki klien:

dan gejala, proses

a. Mendiskusikan bahwa

terjadinya, dan

sejumlah kemampuan dan

akibat harga diri

aspek positif yang dimiliki

rendah situasional

pasien seperti kegiatan

2. Mengidentifikasi

pasien di RS, di rumah,

aspek positif yang

dalam keluarga dan

dimiliki.

lingkungan sdsnys keluarga

3. Mnilai kemampuan yang dapat digunakan.

dan lingkungan terdekat pasien. b. Beri pujian yang realistic/ 26

4. Menetapkan atau

nyata dan hindarkan setiap

memilih kegiatan

kali bertemu dengan

yang sesuai

pasien penilaian yang

kemampuan

negative.

5. Melatih kegiatan

2. Membantu klien menilai

yang sdudah dipilih

kemampuan yang dapat

sesuai kemampuan.

digunakan:

6. Melakukan kegiatan yang sudah dilatih

a. Mendiskusikan denhgan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini b. Bantu pasien menyebutkannya dan member penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi . pendengar yang baik. 3. Membantu klien memilih/ menetapkan kemampuan yang akan dilatih: a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari. b. Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara

27

mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien, susun bersama pasien, dan buat daftar kegiatan sehari-harinya. 4. Melatih kemampuan yang dipilih klien a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang dipilih. b. Melatih kemampuan pertama yang dipilih c. Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan.

2. Untuk Keluarga

DiagDiagnosa Harga diri rendah Situasional

Tujuan

Tindakan

Keluarga mampu: 1. Mengenal masalah harga diri rendah situasional 2. Mengambill

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien. 2. Menjelaskan pengertian, gtanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah situasional, dan

keputusan dalam

mengambil keputusan merawat

merawat harga diri

pasien.

28

rendah situasional 3. Merawat klien dengan harga diri rendah situasional 4. Menciptakan lingkungan yang mendukung

3. Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang pernah dimiliki sebelum dan setelah sakit. 4. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan berikan pujian. 5. Melatih keluarga member

meningkatnya harga

tanggung jawab kegiatan pertama

diri

yang dipilih pasien serta

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan

membimbing keluarga merawat harga diri rendah, beri pujian.

kesehatan untuk follow up dan mencegah kekambuhan.

E. Referensi Carpenito-moyet,L.J , 2009. Nursing diagnosis ( Application to clinical practice 13 th.ed) Philadhelpia. Lippincott Williams & walkinds. Keliat, B.A, dkk. 2016. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Fakultas keperawatan Universitas Indonesia: Workshop keperawatan jiwa X. Nanda International, 2016. Diagnosis Keperawatan definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10, Jakatrta : EGC

29

BAB 1V ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH PSIKOSOSIAL KETIDAKBERDAYAAN

A. Tujuan Pembelajaran 1.

Tujuan Umum Setelah dilakukan pembelajaran mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien psikososial dengan ketidakberdayaan

2.

Tujuan Khusus a. Peserta didik mampu memahami definisi ketidakberdayaan b. Peserta didik mampu memahami batasan karakteristik ketidakberdayaan c. Peserta

didik

mampu

memahami

rencana

keperawatan

pada

ketidakberdayaan.

B. Definisi Ketidakberdayaan yaitu adanya pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil. ( Nanda, 2016 ) Ketidakberdayaan adalah suatu kondisi emosional subjektif yang dipertahankan klien karena klien tidak melihat adanya pilihan pribadi atau pilihan alternative untuk memecahkan masalah, karena ketiadaan hasrat dan ketidakmampuan diri untuk memobilisasi energinya ( carpenito-moyet, 2009 ).

30

C. Batasan karakteristik Menurut nanda, 2016 . Batasan karakteristik pada masalah ketidakberdayaan yaitu : 1. Bergantung pada orang lain 2. Depresi 3. Frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya 4. Kurang partisipasi dalam perawatan 5. Kurang rasa kendali 6. Malu 7. Marasa asing 8. Ragu tentang penampilan peran

D. Rencana keperawatan. 1. Tujjuan Umum Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya, dengan demikian dapat menurunkan perasaan rendah diri :

2. Tujuan Khusus Pasien dapat memnbina

1. Lakukan pendekatan yang hangat,

hubungan terapeutik dengan

menerima pasien apa adanya dan bersifat

perawat

empati 2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri misalnya rasa marah, frustasi, dan simpati. 3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan 31

bina hubungan yang bersifat suportif 4. Beri waktu untuk pasien berespon 5. Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya

1. Tunjukkan respon emosional dan mnetima pasien 2. Gunakan yehnik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, kkarifikasi. 3. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaanmya 4. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol 5. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan

Pasien dapat memodifikasi pola kognitif yang negatif

1. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. 2. Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu untuk menurunkannya melalui interupsi atau subsitusi. 3. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif 4. Evaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat pasien. 5. Identifikasi persepsi yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. 6. Kurangi penilaian pasien yng negative terhadap dirinyaq 7. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang

32

dimiliki atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.

Pasien dapat berpartisipasi

1. Libatkan pasien dalam menetapkan

dalam pengambil keputusan

tujuan-tujuan perawatannya yang ingin

yang berkenaan dengan

dicapai.

perawatannya sendiri

2. Motivasi pasien untuk mwmbuat jadual aktivitas perawatan dirinya 3. Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan 4. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat 5. Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus 6. Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan/ kegiatan tersebut.

Pasien dapat termotivasi

1. Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-

untuk aktif mencapai tujuan

tujuan yang realistic. Fokuskan kegiatan

yang realistic.

pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu 2. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya 3. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penguatan positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya. 4. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan perasaan tidak berrdaya.

33

E. Referensi Carpenito-moyet,L.J , 2009. Nursing diagnosis ( Application to clinical practice 13 th.ed) Philadhelpia. Lippincott Williams & walkinds. Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Andi Offset. Nanda International, 2016. Diagnosis Keperawatan definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10, Jakatrta : EGC

34

BAB V ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOPING MEKANISME TIDAK EFEKTIF

A. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Umum Setelah

dilakukan

pembelajaran

mahasiswa

memahami

tentang

asuhan

keperawatan pada pasien psikososial koping individu tidak efektif 2. Tujuan Khusus a. Peserta didik dapat mengetahui definisi koping individu tidak efektif b. Peserta didik dapat mengetahui batasan karakteristik koping individu tidak efektif. c. Peserta didik memahami tentang jenis perilaku koping d. Peserta didik memahami rencana keperawatan pada koping individu tidak efektif.

B. Definisi Koping tidak efektif yaitu ketidakmampuan individu untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respon yang dilakukan, dan/atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia. ( Nanda, 2016 ) sedangkan menurut townsend 1998 ) koping indifidu tidak efektif didifinisikan sebagai kerusakan perilakun adaptif dan kemempuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan

35

C. Batasan Karakteristik: 1. Akses dukungan social tidak adekuat. 2. Kesulitan mengorganisasi informasi 3. Ketidakmampuan memenuhi harapan pasien 4. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar 5. Ketidakmampuan meminta bantuan’ 6. Ketidakmampuan mengatasi masalah 7. Ketidakmampuan menghadapi situasi 8. Ketidakmampuan mengikuti informasi 9. Kurang perilaku yang berfokus pada pencapaian tujuan 10. Kurang resolusi masalah 11. Letih 12. Penyalahgunaan zat 13. Perilaku destruktif pada diri sendiri 14. Perilaku destruktif pada orang lain 15. Perilaku mengambil resiko 16. Perubahan konsentrasi 17. Perubahan pola komunikasi 18. Perubahan pola tidur 19. Sering sakit 20. Strategi koping tidak efektif. ( Nanda, 2016 )

36

D. Janis perilaku koping Perilaku koping dibagi menjadi dua yaitu : 1. Fokus masalah Perilaku ini merupakan upaya individu dalam meningkatkan situasi melalui perubahan maupun tindakan seperti berbicara kepada atasan mengenai kenaikan gaji,

2. Fakus Emosi Fokus emosi mengacu pada tindakan atau pikiran untuk menenangkan kesedihan atau duka cita. ( Carpenito-moyet, 2009 )

E. Rencana keperawatan.

1. Untuk Klien

Diagnosa

Tujuan

Tindakan

Koping

Umum Umum:

1. Bina Hubungan saling percaya

individu tidak

Klien mampu

2. Kaji status koping yang

efektif

menggunakan koping

digunakan:

yang konstruktif untuk

a. Tentukan kapan mulai

mengatasi stressnya.

terjadi perasaan tidak nyaman, gejala,

Tujuan Khusus 1. Pasien mampu menegnal koping individu yang tidak efektif 2. Pasien mampu

hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya. b. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta dengan pengalaman

37

mengatasi koping

perilaku yang tidak

individu tidak

menyenagkan.

efektif 3. Pasien mampu

c. Dengarkan dengan cermat dan amati ekspresi wajah,

memperagakan

gerakan tubuh, kontak mata,

dan menggunakan

posisi tubuh, intonasi, dan

koping yang

intenssitas suara pasien.

konstruktif untuk

d. Tentukan risiko adanya

mengatasi

tindaka membahayakan diri

masalah.

sendiri dan berikan tindakan yang dibutuhkan. 3. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya. a. Jelaskan bahwa perasaanperasaan yang dimilikinya memang sulit untuk dihadapi. b. Jika individu ,menjadi pesimis, upaya untuk memberikan harapan dan pandangan realistis. 4. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri a. Apa yang positif pada dirinya. b. Apa yang perlu untuk di tingkatkan c. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement. 4. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif

38

a. Identifikasi masalah yang dirasakan b. Identifikasi penyebab masalah c. Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu d. Diskusikan beberapa cara menyeelesaikan masalah e. Diskusikan keuntungan kerugian dari setiap pilihan f. Bantu klien memilih cara menyelesaikan masalah yang berhasil. 5. Ajarkan alternative koping yang konstruktif seperti: a. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan social. b. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik. c. Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif. d. Melakukan aktifitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor .

2. Untuk Keluarga

DiagDiagnosa Harga diri rendah

Tujuan Keluarga mampu: 6. Mengenal masalah

Tindakan 6. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat

39

Situasional

harga diri rendah situasional

pasien. 7. Menjelaskan pengertian, gtanda

7. Mengambill

dan gejala, proses terjadinya

keputusan dalam

harga diri rendah situasional,

merawat harga diri

dan mengambil keputusan

rendah situasional

merawat pasien.

8. Merawat klien

8. Mendiskusikan kemampuan

dengan harga diri

atau aspek positif pasien yang

rendah situasional

pernah dimiliki sebelum dan

9. Menciptakan lingkungan yang

setelah sakit. 9. Melatih keluarga cara merawat

mendukung

harga diri rendah dan berikan

meningkatnya

pujian.

harga diri

10. Melatih keluarga member

10. Memanfaatkan

tanggung jawab kegiatan

fasilitas pelayanan

pertama yang dipilih pasien

kesehatan untuk

serta membimbing keluarga

follow up dan

merawat harga diri rendah, beri

mencegah

pujian.

kekambuhan.

3.

Referensi Carpenito-moyet,L.J , 2009. Nursing diagnosis ( Application to clinical practice 13 th.ed) Philadhelpia. Lippincott Williams & walkinds. Keliat, B.A, dkk. 2016. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Fakultas keperawatan Universitas Indonesia: Workshop keperawatan jiwa X. Nanda International, 2016. Diagnosis Keperawatan definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi 10, Jakatrta : EGC Townsend,MC 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana asuhan & medikasi psikotropik edisi 5: Jakarta: EGC.

40

41

Related Documents

Bahan Ajar Jiwa 2
October 2019 33
Bahan Ajar Jiwa 1.pdf
October 2019 12
Bahan Ajar
October 2019 63
Bahan Ajar
August 2019 78
Bahan Ajar
May 2020 58

More Documents from "Kristina Dyah Lestari"