Bagus Putra Raharjo 20130310147 - 20174011118 A. DAFTAR MASALAH DI PUSKESMAS K NO
MASALAH
TARGET
KONDISI SAAT INI
1
Angka kesembuhan TB paru
85%
73,3%
2
Angka Bebas Jentik (ABJ) pengambilan
95%
89,0%
100%
90,5%
100%
88,3%
sampel dilakukan secara random 3
Prosentase Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat yang ditangani
4
Imunisasi HB 0 (diberikan kurang dari 24 jam)
B. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH PROBLEM
URGENCY
SERIOUSNESS
NO 1
4
5
NO 2
3
NO 3 NO 4
GROWTH
TOTAL
RANKING
5
14
I
3
5
11
IV
4
5
4
13
II
3
5
4
12
III
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa prioritas masalah adalah problem No.1 yaitu angka kesembuhan TB paru yang belum memenuhi target. C. MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH No
Faktor Penyebab
1
Man
Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan Masalah
Kurangnya kepatuhan pasien
Mengadakan pengawasan terhadap
TB paru untuk mengkonsumsi
pasien TB paru dalam mengkonsumsi
obat secara rutin dan tidak kuat
OAT.
dengan efek samping OAT. 2
Money
Rendahnya penghasilan
Memberikan pembekalan ketrampilan
sebagian masyarakat, sehingga
usaha mikro kepada pasien TB paru
menurunkan kualitas gizi
dan orang-orang yang kontak dengan
pasien TB paru dan orang-
pasien TB paru, serta melakukan
orang yang kontak dengan
pemantauan gizi secara berkala,
pasien TB paru.
melalui posbindu dan posyandu.
3
Material
Jumlah ventilasi dan
Melakukan kunjungan rumah untuk
pencahayaan matahari yang
mengidentifikasi masalah.
masuk ke dalam rumah kurang.
Menginstruksikan untuk selalu
Tidak memiliki tempat
membuka jendela atau pintu supaya
penampungan dan pembuangan cahaya matahari dapat masuk ke
4
Metode
dahak yang memadai.
dalam rumah.
Tidak mengetahui cara
Memberi penyuluhan serta edukasi
pembuangan dahak yang benar
kepada pasien TB paru dan orang-
dan cara mengkonsumsi obat
orang yang kontak dengan pasien TB
yang tepat.
paru tentang cara pembuangan dahak yang benar dan cara mengkonsumsi OAT yang tepat.
5
6
Market
Time
Tidak tersedianya tempat
Mengevaluasi ketersediaan fasilitas di
pelayanan di Puskesmas
Puskesmas untuk menunjang
khusus pasien TB paru dan
pelayanan khusus pasien TB paru dan
diduga TB.
diduga TB.
Memerlukan pengobatan yang
Memberikan edukasi secara kontinyu,
lama, sehingga pasien TB paru
untuk mencegah kebosanan dalam
merasa bosan.
mengonsumsi obat.
Diagram tulang ikan rendahnya angka kesembuhan pada kasus TB paru
MAN
MATERIAL
METODE Angka kesembuhan kasus TB paru belum sesuai target
MONEY
TIME
MARKET
D. MENENTUKAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH Kegiatan
C
A
R
L
Skor
Ranking
5
3
3
6
17
II
3
2
2
7
14
V
6
6
7
5
24
I
4
2
3
7
16
III
2
2
3
5
12
VI
5
3
3
4
15
IV
Mengadakan pengawasan terhadap pasien TB paru dalam mengkonsumsi OAT. Memberikan pembekalan ketrampilan usaha mikro kepada pasien TB paru dan orang-orang yang kontak dengan pasien TB paru, serta melakukan pemantauan gizi secara berkala, melalui posbindu dan posyandu. Melakukan kunjungan rumah untuk mengidentifikasi masalah. Menginstruksikan untuk selalu membuka jendela atau pintu supaya cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. Memberi penyuluhan serta edukasi kepada pasien TB paru dan orang-orang yang kontak dengan pasien TB paru tentang cara penularan, pembuangan dahak yang benar, cara batuk yang benar dan cara mengkonsumsi OAT yang tepat. Mengevaluasi ketersediaan fasilitas di Puskesmas untuk menunjang pelayanan khusus pasien TB paru dan diduga TB. Memberikan edukasi secara kontinyu, untuk mencegah kebosanan dalam mengonsumsi obat.
E. PENJELASAN METODE YANG DIGUNAKAN : 1.
Menentukan Prioritas Masalah (USG) Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar dengan menentukan skala nilai dari 1-5 atau 1-10. Masalah yang memiliki skor total paling tinggi adalah prioritas masalah. a.
Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
b.
Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
c.
Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
2.
Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah (CARL) Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesbility, Readiness, dan Leverage (CARL). Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, semakin besar masalahnya sehingga semakin tinggi pada urutan prioritas. Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti : C
= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A
= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi
serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak R
= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L
= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
F. INPUT, PROSES, OUTPUT Masalah : Angka kesembuhan TB paru belum sesuai target INPUT Terdapat 1 koordinator yang bertanggung jawab terhadap pasien TB paru Waktu khusus untuk homecare pasien TB paru oleh petugas kesehatan Dana untuk upaya kesehatan masyarakat (UKM) penyakit menular TB Tersedia OAT bentuk FDC, OAT dosis tunggal dan OAT kategori II khusus ketika ada pasien TB MDR Terdapat 1 ruangan kaca di bagian depan Puskesmas, khusus untuk pelayanan pasien TB MDR Terdapat aula pertemuan Perencanaan edukasi tentang penyakit TB dan pengawasan konsumsi OAT kepada keluarga pasien TB paru Perencanaan program pelatihan kader pengawas TB
Perencanaan program deteksi TB di sekitar rumah pasien TB paru radius 10 pintu Poster dan leaflet untuk media promosi kesehatan tentang TB Perencanaan program pemeriksaan gizi rutin pasien TB paru PROSES Alokasi dana untuk pengembangan UKM kasus TB kurang maksimal Pelatihan kader pengawas TB terakhir dilakukan pada tahun 2017 Dilakukan 1 kali deteksi TB di sekitar rumah pasien TB MDR Belum semua pasien TB paru mendapatkan homecare Pasien TB paru malu datang ke posyandu atau posbindu Poster dan iklan-iklan kesehatan tentang penyakit TB hanya terdapat di Puskesmas Pasien TB paru mendapatkan pelayanan bersamaan dengan pasien lainnya OUTPUT Program pengembangan UKM kasus TB tidak berjalan dengan baik Pasien TB paru kurang patuh dan kurang tepat konsumsi OAT Masyarakat kurang paham tentang penyakit TB Pasien TB paru tidak membuang dahak dengan benar Sanitasi rumah pasien TB paru kurang baik Gizi pada pasien TB tidak terpantau OUTCOME Terjadi penurunan angka kesembuhan penyakit TB paru Terjadi peningkatan angka resistensi OAT Terjadi peningkatan kasus TB paru UMPAN BALIK Meningkatkan jumlah kader-kader pengawas TB melalui pelatihan rutin oleh tenaga kesehatan, sehingga meningkatkan kepatuhan konsumsi OAT Melakukan kunjungan rumah pada semua pasien TB paru dan melakukan homecare Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB di seluruh posyandu dan posbindu cakupan wilayah Puskesmas K Melakukan pemantauan gizi bulanan pada pasien TB paru Menggunakan ruang pelayanan pasien TB MDR, untuk semua pasien TB Memberikan masker kepada pasien TB paru dan menginstruksikan untuk menggunakan masker ketika mengharuskan untuk kontak dengan orang lain LINGKUNGAN Rumah dengan ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang Rumah satu dengan rumah lainnya berdekatan Tidak menggunakan jamban sehat
Rumah pasien jauh dari Puskesmas, sehingga membuat pasien malas kontrol
b.
Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
c.
Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
3.
Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah (CARL) Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesbility, Readiness, dan Leverage (CARL). Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, semakin besar masalahnya sehingga semakin tinggi pada urutan prioritas. Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti : C
= Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A
= Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi
serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak R
= Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L
= Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
G. INPUT, PROSES, OUTPUT Masalah : Angka kesembuhan TB paru belum sesuai target INPUT Menugaskan 1 koordinator yang bertanggung jawab terhadap pasien TB paru Menyediakan OAT bentuk FDC, OAT dosis tunggal dan OAT kategori II khusus pasien TB MDR Dana untuk pengembangan upaya kesehatan masyarakat (UKM) penyakit menular TB Menyediakan ruang pelayanan khusus pasien TB Menyediakan pelayanan pemeriksaan BTA Menyediakan aula pertemuan di Puskesmas K untuk menunjang penyuluhan Poster dan leaflet untuk media promosi kesehatan tentang TB Perencanaan program deteksi TB di sekitar rumah pasien TB paru radius 10 pintu
Perencanaan edukasi tentang penyakit TB dan pengawasan konsumsi OAT kepada keluarga pasien TB paru Perencanaan program pelatihan kader pengawas TB Perencanaan program pemeriksaan gizi rutin pasien TB paru Perencanaan program homecare pasien TB paru oleh petugas kesehatan dari Puskesmas 1-2 kali pada semua pasien TB PROSES Pelatihan kader pengawas TB rutin setahun 2-4 kali Dilakukan deteksi TB rutin tiap 2-4 bulan sekali, radius 10 rumah di sekitar rumah semua pasien TB paru Melakukan kunjungan rumah, melakukan homecare dan pengawasan gizi pada semua pasien TB paru Memasang poster dan iklan kesehatan tentang penyakit TB di semua tempat umum Pasien TB paru mendapatkan pelayanan di Puskesmas berbeda lokasi dengan pasien lainnya Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB di seluruh posyandu dan posbindu cakupan wilayah Puskesmas K Memberikan masker kepada pasien TB paru dan menginstruksikan untuk menggunakan masker ketika mengharuskan untuk kontak dengan orang lain OUTPUT Program pengembangan UKM kasus TB berjalan dengan baik Pasien TB paru patuh dan tepat dalam konsumsi OAT Masyarakat paham tentang penyakit TB Pasien TB paru membuang dahak dengan benar Sanitasi rumah pasien TB paru baik Gizi pada pasien TB terpantau OUTCOME Terjadi peningkatan angka kesembuhan penyakit TB paru Terjadi penurunan angka resistensi OAT Terjadi penurunan kasus TB paru
H.
DAFTAR MASALAH DI PUSKESMAS X NO MASALAH TARGET KONDISI SAAT INI 1 Angka kesembuhan TB paru 85% 73,3% 2 Angka Bebas Jentik (ABJ) pengambilan sampel 95% 89,0% dilakukan secara random 3 Prosentase Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat 100% 90,5% yang ditangani 4 Imunisasi HB 0 (diberikan kurang dari 24 jam) 100% 88,3% I. MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH PROBLEM URGENCY SERIOUSNESS GROWTH TOTAL RANKING NO 1 4 (angka 5 (2 pasien 5 (2017 28 ps 14 I resistensi meninggal th 2017, tb, 2018 15 ps) kategori I trus pringkat 10 pnyebab mingkat) kematian trtinggi di dunia th 2016) NO 2 3 3 (th 2018 hanya 5 (jika musim 11 IV trdapat 4 kasus hujan, bisa trkonfirmasi KDRS) meningkat byk) NO 3 4 5 (resiko bunuh diri) 4 13 II NO 4 3 (bisa diberikan 5 (hb 0 bisa 4 12 III secepatnya, menyebabkan sirosis) walau tdk sesuai jdwal) Maka dapat diambil kesimpulan bahwa prioritas masalah adalah problem No.1 yaitu angka kesembuhan TB paru yang belum memenuhi target. J. MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH No Faktor Penyebab Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah 1 Man Kurangnya kepatuhan pasien TB paru Mengadakan pengawasan terhadap pasien TB untuk mengkonsumsi obat secara paru dalam mengkonsumsi OAT. rutin dan tidak kuat dengan efek samping OAT. 2 Money Rendahnya penghasilan sebagian Memberikan pembekalan ketrampilan usaha masyarakat, sehingga menurunkan mikro kepada pasien TB paru dan orang-orang kualitas gizi pasien TB paru dan orang- yang kontak dengan pasien TB paru, serta orang yang kontak dengan pasien TB melakukan pemantauan gizi secara berkala, paru. melalui posbindu dan posyandu. 3 Material Jumlah ventilasi dan pencahayaan Melakukan kunjungan rumah untuk matahari yang masuk ke dalam rumah mengidentifikasi masalah. kurang. Menginstruksikan untuk selalu membuka Tidak memiliki tempat penampungan jendela atau pintu supaya cahaya matahari dan pembuangan dahak yang dapat masuk ke dalam rumah. memadai. 4 Metode Tidak mengetahui cara pembuangan Memberi penyuluhan serta edukasi kepada dahak yang benar dan cara pasien TB paru dan orang-orang yang kontak mengkonsumsi obat yang tepat. dengan pasien TB paru tentang cara pembuangan dahak yang benar dan cara mengkonsumsi OAT yang tepat. 5 Market Tidak tersedianya tempat pelayanan Mengevaluasi ketersediaan fasilitas di di Puskesmas khusus pasien TB paru Puskesmas untuk menunjang pelayanan dan diduga TB. khusus pasien TB paru dan diduga TB. 6 Time Memerlukan pengobatan yang lama, Memberikan edukasi secara kontinyu, untuk sehingga pasien TB paru merasa mencegah kebosanan dalam mengonsumsi bosan. obat.
Diagram tulang ikan rendahnya angka kesembuhan pada kasus TB paru
MAN
MATERIAL
METODE Angka kesembuhan kasus TB paru belum sesuai target
MONEY
MARKET
TIME K.
MENENTUKAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH Kegiatan C A Mengadakan pengawasan 5 3 terhadap pasien TB paru Udh ada Kader dalam mengkonsumsi OAT. kader yg tdk bisa dilatih mengaw asi trus Memberikan pembekalan 3 2 ketrampilan usaha mikro Kurang sdm Perlu kepada pasien TB paru dan dan dana biaya orang-orang yang kontak dan dengan pasien TB paru, serta tenaga melakukan pemantauan gizi lebih secara berkala, melalui posbindu dan posyandu. Melakukan kunjungan rumah 6 6 untuk mengidentifikasi Dpt Hanya di masalah. dilakukan lakukan Menginstruksikan untuk selalu olh tenaga 1-2x per membuka jendela atau pintu kes pkm pasien tb supaya cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah.
R 3 Kader sibuk sndiri
L 6 Angka kpatuhan dan ksmbuhan naik 7 Ekonomi dan gizi naik, kesembuhan naik
Skor 17
II
14
V
7 Dpt dilakukan oleh setiap tenaga medis pkm, ada waktu, bisa bergantian 3 Sulit mngumpulk n org pnderita tb dan diduga tb
5 Sanitasi baik, penularan turun, kesembuhan naik
24
I
7 Penularan turun, angka kesmbuhan naik
16
III
5 Penularan turun, ksmbuhan naik. Obat bisa d ambilkan org lain 4 Pnderita klo udh bosan tdk pduli dg
12
VI
15
IV
2 Perlu modal usaha, pnderita enggan dtg ke posbindu posyndu
Memberi penyuluhan serta edukasi kepada pasien TB paru dan orang-orang yang kontak dengan pasien TB paru tentang cara penularan, pembuangan dahak yang benar, cara batuk yang benar dan cara mengkonsumsi OAT yang tepat. Mengevaluasi ketersediaan fasilitas di Puskesmas untuk menunjang pelayanan khusus pasien TB paru dan diduga TB.
4 Krg sdm dan dana
2 Perlu biaya dan tenaga lebih
2 blm ada tmpt pemeriksaan , obat dan lab khusus tb
2 Perlu dana yg besar
3 Pkm sdg direnov, tmpt smakin dkit
Memberikan edukasi secara kontinyu, untuk mencegah kebosanan dalam mengonsumsi obat.
5 Udh ada kader yg dilatih
3 Kader tdk bisa
3 Kader sibuk sndiri
Ranking
mengaw asi trus L.
M.
omongan org lain
PENJELASAN METODE YANG DIGUNAKAN : 4. Menentukan Prioritas Masalah (USG) Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar dengan menentukan skala nilai dari 1-5 atau 1-10. Masalah yang memiliki skor total paling tinggi adalah prioritas masalah. d. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan. e. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, membahayakan system atau tidak. f. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah. 5. Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah (CARL) Metode CARL merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika data yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas kriteria tertentu, yaitu Capability, Accesbility, Readiness, dan Leverage (CARL). Semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, semakin besar masalahnya sehingga semakin tinggi pada urutan prioritas. Metode CARL didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria CARL tersebut mempunyai arti : C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan) A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam pemecahan masalah yang dibahas. INPUT, PROSES, OUTPUT Masalah : Angka kesembuhan TB paru belum sesuai target INPUT Terdapat 1 koordinator yang bertanggung jawab terhadap pasien TB paru di Puskesmas Kasihan 1 Waktu khusus untuk homecare pasien TB paru oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Kasihan 1 Tersedia OAT bentuk FDC, OAT dosis tunggal dan OAT kategori II khusus ketika ada pasien TB MDR Dana untuk pengembangan upaya kesehatan masyarakat (UKM) penyakit menular TB di Puskesmas Kasihan 1 Terdapat 1 ruangan kaca di bagian depan Puskesmas Kasihan 1, khusus untuk pelayanan pasien TB MDR Puskesmas Kasihan 1 menyediakan pelayanan pemeriksaan BTA Terdapat aula pertemuan di Puskesmas Kasihan 1 Bantul Perencanaan program deteksi TB di sekitar rumah pasien TB paru radius 10 pintu Perencanaan edukasi tentang penyakit TB dan pengawasan konsumsi OAT kepada keluarga pasien TB paru Perencanaan program pelatihan kader pengawas TB Poster dan leaflet untuk media promosi kesehatan tentang TB Perencanaan program pemeriksaan gizi rutin pasien TB paru PROSES Alokasi dana untuk pengembangan UKM kasus TB kurang maksimal Pelatihan kader pengawas TB terakhir dilakukan pada tahun 2017 Dilakukan 1 kali deteksi TB radius 10 rumah di sekitar rumah pasien TB MDR Belum semua pasien TB paru mendapatkan homecare Pasien TB paru malu datang ke posyandu atau posbindu Poster dan iklan-iklan kesehatan tentang penyakit TB hanya terdapat di Puskesmas Pasien TB paru mendapatkan pelayanan di Puskesmas Kasihan 1 bersamaan dengan pasien lainnya Puskesmas Kasihan 1 dalam proses renovasi OUTPUT Program pengembangan UKM kasus TB tidak berjalan dengan baik Pasien TB paru kurang patuh dan kurang tepat konsumsi OAT Masyarakat kurang paham tentang penyakit TB Pasien TB paru tidak membuang dahak dengan benar Sanitasi rumah pasien TB paru kurang baik Gizi pada pasien TB tidak terpantau
OUTCOME Terjadi penurunan angka kesembuhan penyakit TB paru Terjadi peningkatan angka resistensi OAT Terjadi peningkatan kasus TB paru UMPAN BALIK Meningkatkan jumlah kader-kader pengawas TB melalui pelatihan rutin oleh tenaga kesehatan Puskesmas Kasihan 1, sehingga meningkatkan kepatuhan konsumsi OAT Melakukan kunjungan rumah pada semua pasien TB paru Puskesmas Kasihan 1 dan melakukan homecare Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB di seluruh posyandu dan posbindu cakupan wilayah Puskesmas Kasihan 1 Melakukan pemantauan gizi bulanan pada pasien TB paru Menggunakan ruang pelayanan pasien TB MDR, untuk semua pasien TB Memberikan masker kepada pasien TB paru dan menginstruksikan untuk menggunakan masker ketika mengharuskan untuk kontak dengan orang lain LINGKUNGAN Rumah dengan ventilasi dan pencahayaan matahari yang kurang Rumah satu dengan rumah lainnya berdekatan Tidak menggunakan jamban sehat Rumah pasien jauh dari Puskesmas, sehingga membuat pasien malas kontrol N. INPUT, PROSES, OUTPUT Masalah : Angka kesembuhan TB paru belum sesuai target INPUT Menugaskan 1 koordinator yang bertanggung jawab terhadap pasien TB paru di Puskesmas Kasihan 1 Menyediakan OAT bentuk FDC, OAT dosis tunggal dan OAT kategori II khusus pasien TB MDR Dana untuk pengembangan upaya kesehatan masyarakat (UKM) penyakit menular TB di Puskesmas Kasihan 1 Menyediakan ruang pelayanan khusus pasien TB Menyediakan pelayanan pemeriksaan BTA Menyediakan aula pertemuan di Puskesmas Kasihan 1 untuk menunjang penyuluhan Poster dan leaflet untuk media promosi kesehatan tentang TB Perencanaan program deteksi TB di sekitar rumah pasien TB paru radius 10 pintu Perencanaan edukasi tentang penyakit TB dan pengawasan konsumsi OAT kepada keluarga pasien TB paru Perencanaan program pelatihan kader pengawas TB Perencanaan program pemeriksaan gizi rutin pasien TB paru Perencanaan program homecare pasien TB paru oleh petugas kesehatan 1-2 kali pada semua pasien TB PROSES Pelatihan kader pengawas TB rutin setahun 2-4 kali Dilakukan deteksi TB rutin tiap 2-4 bulan sekali, radius 10 rumah di sekitar rumah semua pasien TB paru Melakukan kunjungan rumah, melakukan homecare dan pengawasan gizi pada semua pasien TB paru Memasang poster dan iklan kesehatan tentang penyakit TB di semua tempat umum Pasien TB paru mendapatkan pelayanan di Puskesmas Kasihan 1 berbeda lokasi dengan pasien lainnya Memberikan penyuluhan tentang penyakit TB di seluruh posyandu dan posbindu cakupan wilayah Puskesmas Memberikan masker kepada pasien TB paru dan menginstruksikan untuk menggunakan masker ketika mengharuskan untuk kontak dengan orang lain OUTPUT Program pengembangan UKM kasus TB berjalan dengan baik Pasien TB paru patuh dan tepat dalam konsumsi OAT Masyarakat paham tentang penyakit TB Pasien TB paru membuang dahak dengan benar Sanitasi rumah pasien TB paru baik Gizi pada pasien TB terpantau OUTCOME Terjadi peningkatan angka kesembuhan penyakit TB paru Terjadi penurunan angka resistensi OAT Terjadi penurunan kasus TB paru
Bagus Putra Raharjo 20174011118 / 20130310147
KESEHATAN LINGKUNGAN 1.
Sampah dapat mempengaruhi mutu air tanah. Untuk menghindari kontaminasi sampah pada air tanah, bagaimana cara pengolahannya ? a. Compositing b. Dibuang ke laut c. Seepage pit d. Septic tank e. Cesspool JAWABAN : A Pembahasan soal Pengelolaan sampah meliputi : 1) Penyimpanan sampah Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu. Maksud dari pemisahan dan penyimpanan disini ialah untuk memudahkan pemusnahannya. 2) Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir (TPA). 3) Pemusnahan sampah Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain : a) ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah; b) dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di dalam tungku pembakaran; c) dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Jadi, berdasarkan penjelasan diatas, pengelolaan sampah yang digunakan adalah cara composting.
2.
Seorang warga datang melaporkan adanya larva cacing pada sumber air di desa. Larva tersebut bisa masuk ke kulit penduduk yang kebetulan berada di air dan menyebabkan penyakit schistosomiasis. Apakah jenis penyakit melalui air yang paling tepat ? a. Water based disease b. Water privation disease c. Water borne disease d. Water dispersed infection e. Water related disease JAWABAN : A Pembahasan soal Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai media penularan penyakit yaitu : 1) Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya : penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur, diantaranya melalui air (Water borne) dan melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (Water washed). Contoh penyakit ini adalah cholera, thypoid dan Dysentry basiller. Berjangkitnya penyakit ini erat kaitannya dengan ketersediaan air untuk makan, minum, memasak dan kebersihan alatalat makan. 2) Water Related Insect Vectors, Vektor-vektor insektisida yang berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang biak dalam air, misalnya Malaria, Demam Berdarah, Yellow Fever, Trypanosomiasis. 3) Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau karier. Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat terjadi penjangkitan pada orang yang bersangkutan, misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler. 4) Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya Schistosomiasis.
3.
Seorang laki-laki berusia 42 tahun bermaksud menggali sumur sebagai sumber mata air, tetapi dekat rumahnya terdapat septic tank tetangganya. Berapakah jarak minimal yang paling tepat antara kedua struktur tersebut ? a. 3 m³ b. 5 m³ c. 7 m³ d. 10 m³ e. 13 m³ JAWABAN : D Pembahasan soal Air sumur merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan masyarakat Indonesia. Sumur gali yang dipandang memenuhi syarat kesehatan ialah: 1) Konstruksi
a) Dinding air harus kedap air sedalam 3 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan dari air permukaan b) Bibir sumur harus kedap air minimal setinggi 0,7 meter dari permukaan tanah untuk mencegah rembesan air bekas pemakaian ke dalam sumur c) Cara pengambilan air dari dalam sumur sedemikian rupa sehingga dapat kotoran kembali melalui alat-alat dipergunakan misalnya pompa tangan, timba dengan kerekan dan sebagainya. d) Lantai harus kedap air dengan jarak antara tepi lantai dengan tepi luar dinding sumur minimal 1 meter dengan kemiringan ke arah tepi lantai. e) Saluran pembuangan air kotor atau bekas harus kedap air sepanjang minimal 10 meter dihitung dari tepi sungai. f) Dilengkapi dengan sumur atau lubang resapan air limbah bagi daerah yang tidak mempunyai saluran penerimaan air limbah. 2) Lokasi a) Jarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran misalnya jamban, tempat pembuangan air kotor, lubang resapan, tempat pembuangan sampah, kadang ternak dan tempat-tempat pembuangan kotoran lainnya b) Pada tempat-tempat yang miring misalnya, pada lereng pengubungan, letak sumur gali diatas sumber pencemaran c) Lokasi sumur gali harus terletak pada daerah yang lapisan tanahnya mengandung air sepanjang musim d) Lokasi sumur gali suapaya diusahakan pada daerah yang bebas banjir Jadi, pada kasus ini jarak antara sumur dengan septic tank minimal 10 meter untuk memenuhi syarat kesehatan. 4.
Agar limbah pabrik tidak mencemari sungai, bagaimanakah cara pengolahannya ? a. Dengan pengenceran b. Seepage pit c. Cesspool d. Septic tank e. Incineration JAWABAN : A Pembahasan soal Air limbah adalah air kotoran atau air bekas adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia atau hewan, dan lazimnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk industrialisasi. Pengelolaan air limbah secara sederhana meliputi: 1) Pengenceran (dilution) Air limbah diencerkan dahulu sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air (selokan, sungai, dan danau). Cara ini adalah cara yang paling mudah dibandingkan dengan cara lain, meskipun mempunyai kekurangan karena membutuhkan banyak air untuk mengencerkan 2) Kolam oksidasi Pemanfaatan sinar matahari, ganggang (alga), bakteri dan oksigen dalam pembersihan alamiah. Air limbah dimasukkan ke dalam kolam yang mengandung alga dan bakteri, dengan bantuan sinar matahari dan O2 sehingga terjadi proses dekomposisi dari limbah
3) Irigasi Air limbah dialirkan dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan masuk merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit. 4) Incineration Tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas dan abu (bottom ash and fly ash). Menggunakan suhu 800 derajat dan berlangsung dalam 3 tahap: 1) air dalam sampah à uap à sampah mengering dan siap dibakar 2) pirolisis, pembakaran tidak sempurna dengan suhu yang belum terlalu tinggi 3) pembakaran sempurna 5) Seepage pit/ sumur resapan Tempat menampung air limbah yang telah diolah dalam sistem lain (dari aqua privy atau pun septic tank). Dengan cara ini, limbah hanya perlu mengalami peresapan ke dalam tanah. Dibuat pada tanah porous (berpasir) dengan diameter 1-2,5 m dan dalam 2,5 m. Sumur ini dapat dipkai untuk 6-10 tahun 6) Cesspool Menyerupai sumur namun diperuntukkan untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah porous agar air limbah dapat dengan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak dapat ditembus oleh air. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45m dan minimal 6m dari pondasi rumah 5.
Indikator apa yang dipakai untuk menilai bahwa terdapat pencemaran air lingkungan ? a. pH diantara 7,2 – 7,5 b. Meningkatnya radioaktifitas air c. Suhu sekitar 25 – 37 d. Tidak adanya endapan atau koloid e. Warna yang jernih JAWABAN : B Pembahasan soal Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air minum yang sehat dan agar dapat diminum dan tidak menimbulkan penyakit harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1) Syarat fisik Bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara luarnya 2) Syarat kimia Air mengandung zat yang mempunyai sifat radioaktif, maka air itu sudah tercemar 3) Syarat bakteriologis Bebas dari kuman patogen E. Coli, dengan jumlah 0, akan tetapi, kadang-kadang boleh ada 3 bakteri koliform/100mL air, tetapi tidak berturut-turut